Elisa Hadiwijaya
405140057
Infeksi Menular Seksual
Epidemiologi
• Faktor-faktor yang berpengaruh:
– Faktor dasar
• Adanya penularan penyakit
• Berganti-ganti pasangan seksual
– Faktor medis
• Gejala klinis pada wanita dan homoseksual yang asimtomatis
• Pengobatan modern
• Pengobatan yang mudah, murah, cepat dan efektif, sehingga resiko resisteni tinggi, dan bila
disalahgunakan akan meningkatkan resiko penyebaran infeksi
– Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dan pil KB hanya bermanfaat bagi pencegahan
kehamilannya saja, berbeda dengan kondom yang juga dapat digunakan sebagai pencegahan
terhadap penularan IMS
– Faktor sosial
• Mobilitas penduduk
• Prostitusi
• Waktu yang santai
• Kebebasan individu
• ketidaktahuan
Infeksi Menular Seksual
• Kelompok perilaku risiko tinggi:
– Usia
• 20-34 tahun pada laki-laki
• 16-24 tahun pada perempuan
• 20-24 tahun pada kedua jenis kelamin
– Pelancong
– Pekerja seksual komersial (PSK) atau wanita tuna
susila
– Pecandu narkotik
– Homoseksual
Pemeriksaan pada IMS
• Pemeriksaan klinis pada IMS lebih
menekankan pada pemeriksaan genital dan
organ-organ yang berhubungan
• Pemeriksaan klinis IMS:
– Anamnesis
– Pemeriksaan fisik
– Pengambilan bahan untuk pemeriksaan
laboratorium
• Anamnesis
– untuk mendapatkan informasi yang penting,
terutama pada waktu menanyakan riwayat
seksual, perlu hati-hati dengan cara tertentu
– Hal yang harus dijaga ialah kerahasiaan
– Pertanyaan diajukan dalam bahasa yang
dimengerti oleh pasien
• Anamnesis pada pasien dengan dugaan IMS meliputi:
– Keluhan dan riwayat penyakit saat ini
– Keadaan umum yang dirasakan
– Pengobatan yang telah diberikan, baik topikal maupun sistemik,
dengan penekanan pada antibiotika
– Riwayat seksual:
• Kontak seksual, baik di dalam maupun di luar pernikahan
• Kontak seksual dengan pasangannya setelah mengalami gejala penyakit
• Frekuensi dan jenis kontak seksual (homo atau heteroseksual)
• Cara melakukan hubungan seksual (genito-genital, orogenital, anogenital)
• Apakah pasangannya juga merasakan keluhan/gejala yang sama
– Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan IMS atau penyakit
di daerah genital lain
– Riwayat penyakit berat lainnya
– Riwayat keluarga: pada dugaan IMS yang ditularkan lewat ibu kepada
bayinya
– Keluhan lain yang mungkin berkaitan dengan komplikasi IMS
– Riwayat alergi obat
• Pemeriksaan fisik
– Hal penting yang harus diperhatikan:
• Kerahasiaan pribadi pasien
• Sumber cahaya yang baik untuk dokter pemeriksa
• Menggunakan sarung tangan setiap memeriksa pasien
– Terdapat 2 perbedaan mendasar pada anatomi dan
pemeriksaan pasien pria dan wanita
• Pada pria:
– Terdapat kesatuan saluran genitourinarius
– Organ reproduktif mudah diraba
• Pada wanita:
– Terdapat pemisahan antara saluran urinarius dan genital
– Organ reproduktif terdapat dalam rongga pelvik, sehingga pemeriksaan
tidak semudah pria
• Pemeriksaan fisik pasien pria
– Teknik pemeriksaan meliputi inspeksi dan palpasi
– Daerah kelamin dan sekitarnya harus terbuka
– Mula-mula inspeksi daerah ingunal
• Raba adakah pembesaran kelenjar dan catat konsistensi, ukuran,
mobilitas, rasa nyeri, serta tanda-tanda radang pada kulit
diatasnya
– Pada waktu bersamaan, perhatikan daerah pubis dan kulit
sekitarnya
• Adakah pedikulosis, folikulitis, atau lesi kulit lainnya
– Lakukan inspeksi skrotum dan palpasi isi skrotum (testis
dan epididimis)
• Apakah terdapat asimetri, eritema, atau lesi superfisial
– Inspeksi penis dari pangkal sampai ujung. Tarik
prepusium (bagi pasien yang tadak disirkumsisi),
inspeksi daerah subprepusium
– Inspeksi meatus uretra eksternus
• Adakah mealitis, lesi uretra, atau duh tubuh uretra, serta
kelainan kongenital (misalnya hipospadia). kadang perlu
memeriksa celana dalam untuk melihat adanya bercak duh
tubuh
– Inspeksi daerah perineum dan anus, pasien sebaiknya
dalam posisi bertumpu pada lutut-siku
• Periksa adakah kutil kelamin atau kelainan lain
• Pada anus periksa adakah ulkus, fisura, fistula, hemoroid.
• Pemeriksaan fisik pada pasien wanita
– Paling mudah dilakukan pada posisi litonomi
– Pemeriksaan meliputi inspeksi dan palpasi
– Pemeriksaan dimulai dari daerah inguinal dan sekitarnya,
kemudian baru memperhatikan genital eksterna dan
introitus. Bersihkan duh tubuh dengan kain kasa, dan
dengan hati-hati buka dan periksa labia mayora, kemudian
labia minora.
– Pada saat bersamaan, lakukan palpasi pada kelenjar
bartolini, lihat muara duktusnya, adakah duh tubuh
– Setelah menjelaskan kepada pasien, masukkan spekulum
yang telah dibasahi dengan air. Lihat ekteroserviks, adakah
duk tubuh. Kemudian dinding vagina, adakah lesi,
bagaimana kualitas dan kuantitas duh tubuh.
– Lakukan pemeriksaan bimanual
• Untuk menilai ukuran, bentuk, posisi, mobilitas,
konsistensi, dan kontur uterus, serta mendeteksi
kelainan pada adneksa
– Raba dan goyangkan serviks. Dalam keadaan
normal serviks harus bebas dan tidak ada nyeri
• Pemeriksaan ulkus genital pada pasien pria
dan wanita
– Perhatikan ukuran, bentuk, jumlah, dan posisi
ulkus pada atau di sekitar genital
– Dasar ulkus arus diraba untuk mencari indurasi
• Pengambilan bahan duh tubuh uretra pasien pria
– Mula-mula meatus dibersihkan dengan kain kasa yang bersih
dan kering
– Duh tubuh diambil dengan sengkelit ( sengkelit masuk ke dalam
uretra sampai melewati fosa navikularis)
– Kemudian dioleskan pada gelas objek bersih untuk dilakukan
pengecatan Gram, atau pada media kultur untuk gonokukus
– Dalam keadaan duh uretra sangat sedikit, kadang perlu
dilakukan pengurutan uretra, untuk memperoleh bahan
pemeriksaan
– Untuk pemeriksaan Chlamydia trachomatis, diambil lidi kapas
steril yang dimasukkan dalam media transport khusus
– Untuk pemeriksaan T. vaginalis, sengkelit harus dimasukkan
sejauh 2 cm ke dalam uretra dengan mengerok sedikit
mukosanya. Bahan lalu dicampur dengan setetes larutan NaCL
fisiologis diatas gelas objek
• Pengambilan bahan duh tubuh genital pasien wanita
– Dengan spekulum di dalam vagina, dapat diambil cairan
vagina untuk pemeriksaan:
• Dioleskan dpada gelas objek untuk diwarnai dengan pewarnaan
Gram
• Diambil cairan dari forniks posterior, dicampur dengan setetes
larutan salin di atas gelas objek (sediaan basah) untuk
pemeriksaan T. vaginalis, clue cells, atau sel ragi
• Penentuan pH vagina dengan kertas pH (ph vagina normal ± 4,5),
hati-hati agar jangan bercampur dengan duh tubuh yang berasal
dari serviks
• Dicampur dengan setetes larutan KOH 10%, untuk deteksi bau
amis seperti ikan, yang sering ditemukan pada vaginosis bakterial
(sniff test)
– Duh tubuh diambil dari endoserviks untuk
pemeriksaan
• Dioleskan pada kaca objek bersih untuk diwarnai
dengan pewarnaan Gram
• Dioleskan du atas media kultur untuk gonokukus
• Dengan lidi kapas khusus, untuk pemeriksaan C.
trachomatis
• Pemeriksaan untuk ulkus genital
– Bila ada kecurigaan ulkus karena sifilis:
• Pemeriksa harus menggunakan sarung tangan pelindung
• Ulkus dibersihkan dengan kain kasa yang telah dibasahi
dengan larutan salin fisiologis, keringkan, tekan diantara
telunjuk dan ibu jari, dan tunggu sampai keluar cairan serum
jernih
• Bila ada darah dibersihkan lebih dulu, serum diambil dengan
ujung kaca tutup, dan kemudian ditutupkan diatas gelas
objek yang telah ditetesi 1 tetes larutan salin fisiologis.
• Diperiksa dengan mikroskop lapanan gelap
– Pada ulkus mole:
• Ulkus dibersihkan dengan kain kasa yang telah dibasahi
dengan larutan salin fisiologis
• Eksudat serum diambil dengan ujung gelas objek, dan
dioleskan dalam satu arah pada gelas objek lain
• Kemudian bahan diwarnai dengan pewarnaan Gram
atau Unna Pappanheim
– Bila hasil pemeriksaan ulkus negatif, maka
pemeriksaan dilakukan selama 3 hari berturut-
turut
Pemeriksaan Laboratorium
Mikrobiologi IMS
• IMS dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur, protozoa, atau ektoparasit
• Gejala klinik hampir sama sehingga
dibutuhkan pemeriksaan laboratorium
mikrobiologi untuk menentukan organisme
penyebab infeksi
Pemeriksaan Laboratorium
Mikrobiologi IMS
Gonore
• Mencakup semua penyakit yang disebabkan
oleh Neisseria gonorrhoeae.
• Etiologi: N. gonorrhoeae. Selain itu ada 3
spesies lainnya yaitu N. meningitidis, dan 2
spesies komensal N. catarrhalis dan N.
pharyngis sicca. Keempat spesies ini sukar
dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.
Kokus gram negatif, diameter 0,6 • Komponen permukaan dari
lapisan dalam ke luar:
– 1,0 µm, tahan asam. – Membran sitoplasma
• Berbentuk diplokokus seperti – Lapisan peptidoglikan
biji kopi dengan sisi yang datar – Membran luar (dinding sel),
berhadapan. terdiri atas beberapa
komponen:
• Tidak motil dan tidak • Lapisan polisakarida
membentuk spora • Pili
• Tidak tahan lama di udara • Protein
bebas, cepat mati dalam – Porin protein (Por)
– Opacity protein (Opa)
keadaan kering
– Reduction Modifiable
Protein (RMP)
– H. 8 protein
• Lipo Oligosaccharida
(LOS)
• Ig A 1 protease
Diperantai fimbriae Mikrovili sel epitel Bakteri tertarik ke
dan protein Opa kolumnar ≠ bersilia permukaan sel mukosa
Mengaktibasi jalur
Bakteri dilepaskan Peptidoglikan dan alternatif komplemen
melalui eksositosis ke lipoologosakarida bakteri dari hospes
dalam jar subepitelial dilepaskan oleh autolisis sel
LOS menstimulasi
produksi TNF
Kerusakan sel
– Neurosifilis asimtomatik
• Pemeriksaan cairan SSTL : kenaikan sel, protein total dan tes serologi reaktif
– Neurosifilis meningovaskular
• Ada tanda dan gejala kerusakan susunan saraf pusat berupa kerusakan
pembuluh darah serebrum, infark dan ensefalomalasia dengan tanda fokus
neurologis
• Pemeriksaan cairan SSTL : kenaikan sel, protein total dan tes serologi reaktif
– Preputium (karena lembab dan basah, paling mudah terluka pada waktu melakukan
aktivitas sexual), meatus uretra eksternum dan pria tidak disunat bersiko tinggi terinfeksi
H.ducreyi.
– Lesi akan menjadi ulkus dalam 48 jam dan diliputi eksudat nekrotik kuning keabu-abuan
– Ulkus dapat menyebar di perineum, anus, scrotum, paha dan abdomen bawah
• Penatalaksanaan
– Sefriakson
– Eritromisin
– Amoksisilin
– Siprofloksasin
– Azitromisin
• Pengobatan lokal
Sindrom inguinal
Demam, menggigil, nausea, anoreksia, sering sakit kepala
Pada wanita : nyeri pinggang bawah lebih sering krn terkena kelenjar limfe perirektal
Gerotha, proktitis dan periproktitis seperti nyeri abdomen dan nyeri saat defekasi dan
diare
Kelenjar inguinal membesar, nyeri dan teraba padat
Pembesaran kelenjar diatas dan bawah ligamentum inguinal pouparti terbentuk celah :
sign of groove (Greenbaltt’s sign)
Pembesaran kelenjar femoralis, inguinalis superficial dan profundus menyebabkan
bentuk seperti tangga : ettage bubo
• Komplikasi
– Sindrom anorektal
– Sindrom genital (Eschiomene)
• Diagnosis
– Gambaran klinis
– Tes GPR
– Pengecatan Giemsa dr pus bubo : menemukan badan inklusi Chlamydia yang khas
– Tes Frei dan serologi
– Kultur jaringan
• Penatalaksanaan
– Kemoterapi
– Pembedahan
• Elefantiasis labia : vulvektomi lokal / labiektomi
• Sindrom anorektal : tindakan dilatasi dgn bougie terhdp striktura rekti. Jika obstruksi
total : kolostomi
• Abses perianal dan perirektal : drainase
• Operasi plastik untuk elefantiasis penis dan scrotum
Kondiloma Akuminata
• Definisi: infeksi menular seksual yang
disebabkan oleh virus papiloma humanus
(VPH) tipe tertentu dengan kelainan berupa
fibroepitelioma pada kulit dan mukosa.
Kondiloma Akuminata
• HPV = virus DNA yang merupakan virus epiteliotropik (menginfeksi
epitel) dan tergolong dalam famili papovaviridae
• Berdasarkan kemungkinan terjadinya displasia epitel dan keganasan
maka HPV dibagi menjadi:
– HPV yang mempunyai risiko rendah (low risk) : HPV tipe 6 dan tipe 11
paling sering ditemukan pada KA yang eksofitik dan pada displasia
derajat rendah
– HPV yang mempunyai risiko tinggi (high risk) : HPV tipe 16 dan 18
sering ditemukan pada displasia derajat tinggi dan keganasaan
Kondiloma Akuminata
• Manifestasi Klinis
• Masa inkubasi KA berlangsung antara 1-8 bulan (rata-rata 2-3 bulan)
• HPV masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit KA
sering timbul di daerah yang mudah mengalami trauma pada saat
hubungan seksual
• Pada pria : glands penis, sulkus koronarius, frenulum, dan batang
penis
• Pada wanita : fourchette posterior dan vestibulum
Bentuk
amkuminata
Bentuk papul
Bentuk datar
KA
(flat)
Giant Condyloma
Buschke-
Lowenstein
Papulosis
Bowenoid
Kondiloma Akuminata
• Diagnosis:
Tes Asam Asetat
Kolposkopi
Pemeriksaan histopatologi
• DD:
pearly penil palues
Kondiloma lata
Karsinoma sel skuamosa
Kondiloma Akuminata
• Tata laksana:
Kemoterapi: Tinktura podofilin; Podomotoksin
0,5%; Asam trikloroasetat 50%; Krim 5-
fuorourasil 1-5%
Tindakan bedah
Interferon
Imunoterapi
Herpes Genitalis
• Herpes simpleks yang disebabkan oleh human herpes virus 2,
terutama ditularkan secara seksual melalui sekret genital, dan
kontak dengan viroid serta mengenai genetalia pada kedua
jenis kelamin
Epidemiologi
• Tersebar kosmopolit
• Insiden:
– Pria = wanita
Lokasi:
Setelah lesi timbul: disertai gejala konstitusi seperti malaise, demam dan nyeri otot
Lesi berbentuk vesikel yang berkelompok dengan dasar eritem. Vesikel mudah pecah erosi
multipel
Infeksi inisial:
PEMBAWA
KUMAN
GAMBARAN ASIMTOMATIK GAMBARAN
KLINIS KLINIS AKUT
SIMTOMATIK
GAMBARAN
KLINIK RINGAN
Trikomoniasis
Faktor Predisposisi:
• Pasangan seksual multipel
• Infeksi yang terjadi pada PMS lain
• Kehamilan karena trichomonas memiliki reseptor androgen
dan estrogen spesifik
• Bayi perempuan baru lahir mempunyai glikogen yang tinggi
dan epitel yangtebal sehingga mempermudah infeksi
• Resistensi relatif: pada saat pra-
menarche dan wanita menopause yangmengalami
hipoestrogenik sehingga glikogen berkurang
• Penularan lain: kondisi higiene yang kurang seperti: melalui
handuk dan pakaianyang terkontaminasi
Trikomoniasis
• Diagnosis trikomoniasis ditegakkan setelah
ditemukannya T. vaginalis pada sediaan
langsung (sediaan basah) atau pada biakan
duh tubuh penderita.
• Kultur dengan media Feinberg-Whittington
(sensitivitas >90%)
• Rapid strip test menggunakan Xenostrip- Tv
Test
Trikomoniasis
• Tata laksana, regimen yang dianjurkan:
– metronidazol 2g PO dosis tunggal
– 5-nitroimidazol 2g PO dosis tunggal
Alternatif: metronidazol 2x500 mg PO selama 7
hari.
Trikomoniasis
• Gagal terapi pertama: metronidazol 2x500 mg
PO selama 7 hari
• Masih gagal terapi: metronidazol 2g PO dosis
tunggal selama 3-7 hari ditambah
metronidazol vagina 500mg malam hari
selama 3-7 hari.
• Jika masih gagal juga, lakukan biakan dan uji
tes resistensi.
PEDIKULOSIS PUBIS
• Infestasi kutu Pthiris pubis pada rambut pubis,
kadang juga dapat ditemukan di alis, bulu
mata dan rambut aksila
• Jarang dijumpai pada ras di daerah tropis dg
rambut pubis yg tidak lebat
Etiologi
• Pthiris pubis
– Panjang 1-2mm
– Coklat yua / muda
– 3 pasang kaki dg ujung seperti cakar u/ mencengkram rambut
– Kepalanya dimasukkan ke dalam folikel
• 5 siklus hidup berlangsung 25 hari :
– Stadium telur (5-10 hari)
– 3 stadium nimfa(di dasar rambut)
– Bentuk dewasa (menghisap darah)
– Telur kosong berwarna putih dan mudah terlihat
• Telur
– Bulat
– Memiliki operkulum
– Melekat erat pd dasar rambut o/ lapisan kitin
Gambaran klinik
• Kutu menyukai daerah tubuh yg memiliki
kelenjar apokrin (pubis, anogenital, aksila)
• Lesi primer dan gatal yg hebat terutaa pada
malam hari
• Pruritus timbul 30hari setelah pajanan awal
• Pd tempat gigitan terdapat maculae cerulae
(bercak diameter 1cm, warna kebiruan, tidak
gatal, menghilang pada pemeriksaan diaskopi)
• Pada anak2 dapat mengenai bulu mata
Komplikasi & Diagnosis
Komplikasi
akibat garukan pd lesi pruritik : eritem, iritasi dan
infeksi sekunder
Diagnosis
– Mencari kutu dewasa
– Setelah menghisap darah parasit ini mudah terlihat
krn berwarna coklat kemerahan mirip krusta
– Pd papul bekas garukan, bila ‘krusta’ diangkat dan
diletakkan di atas gelas obyek maka ia dapat berjalan
– Jika tidak dijumpai kutu dewasa diagnosis
ditegakkan dg menemukan telur yg menempel pada
batang rambut, melalui pemeriksaan mikroskop
DD
• Piodermi
• Impetigo
• Pruritus vulva
• Folikulitis
• Dermatitis kontak
• Ekskoriasi neurotik
Penatalaksanaan
• Pengelolaan umum
– Harus dicari IMS lain yg mungkin menyertai pedikulosis
– Membersihkan telur pda batang rambut dg sisir rapat
– Pasangan seks dalam 1 bulan terakhir harus di terapai secara simultan
– Pakaian dalam, handuk, sprei dicuci dg air panas+disetrika / jangan
dipakai selama 72jam
– Pd penderita berbulu, obat harus dioleskan sampai paha, badan dan
daerah aksila
– Terapai pada penderita pedikulosis pubis dg infeksi HIV sama seperti
terapi tanpa infeksi HIV
• Obat spesifik
– Shampo gameksan 1%
• Dioleskan selama 4 menit – cuci
• ≠ anak < 2tahun, ibu hamil / menyusui serta erosi yg masif
– Krim premethrin
SKABIES
• Definisi
– Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi Sarcoptes scabies Var. Hominis.
Etiologi
• penyebab skabies pd manusia varietas hominis
• Sarcoptes scabei :
– Tungau kecil
– Bentuk bulat lonjong dan bagian ventral datar
– Tungau betina P = 300 – 450mikron
– Tungau jantan lebih kecil
– Dewasa :
• 4 pasang kaki
• Bergerak dg kecepatan 2,5cm/menit di permukaan kulit
– Tungau betina dibuahi mecari lokasi yg tepat di permukaan
kulit m’btk terowongan (v=0,5 – 5 mm/hari) tinggal selama
hidupnya ± 30 hari + bertelur (2-3 butir/hari) telur menetas 3 – 4
hari larva ke permukaan kulit masuk kulit lagi gali
terowongan sekitar folikel rambut u/ melindungi diri & mendapat
makanan nimfa dewasa
– Telur – dewasa 10 – 14 hari
– Terowongan dapat sampai ke perbatasan stratum korneum dan
stratum granulosum
Faktor yg mempengaruhi
perkembangan skabies
• Sosial ekonomi yang rendah
• Higiene yang buruk
• Hubungan seksual yang bersifat promiskuitas
• Kesalahan diagnosis
• Perkembangan demografik dan ekologik
Gambaran klinik
• Gejala utama pruritus pada malam hari
• Lesi khas skabies:
– Papul yang gatal sepanjang terowongan yg berisi tungau
– lesi pd umumnya simetrik
– Tempat predileksi sela jari tangan, fleksor siku dan lutut, pergelangan
tangan, arcola mammae, umbilikus, penis, aksila, abdomen bagian
bawah dan bokong
– Lesi pd penis terbentuk khas : nodul dan sering disertai lesi ulseratif
dan piodermi
• Lesi patognomik :
– Lesi agak meninggi, lurus, dan berkelok – kelok
– Berwarna keabu – abuan
– Ujung terowongan terdapat vesikel atau pustul terutama pd bayi dan
anak
• Lesi lain yg dapat di jumpai: vesikula dan urtika
• Penderita sering datang dg lesi sudah mengalami
ekskoriasi, eksematisasi dan infeksi sekunder
akibat garukan
• Bentuk khusus (nonklasik) skabies:
1. Skabies pada orang bersih
2. Skabies nodularis
3. Skabies yg disertai infeksi menular seksual yang lain
4. Skabies dan aquired immunodeficiency syndrome
(AIDS)
• Masa hidup tungau jantan lebih pendek dan mempunyai
peran yg kecil pd patogenesis penyakit.
– Hanya hidup di permukaan kulit
– Akan mati setelah membuahi tungau betina
• Parasit obligat pada manusia
• Dapat hidup di luar manusia ± 2 – 3 hari
• Tungau mati pd suhu sedang (moderate temperature)
• Suhu 50°C di luar hospes mati dalam 10 menit
• Suhu 25°C tungaubertahan 3 hari kelembaban relatif
90°
• Paling lama tungau hidup di luar kulit manusia 14hari pd
udara lembab suhu 12°C
Komplikasi
• Infeksi sekunder:
– Lesi impetiginosa
– Ektima
– Furunkulosis
– Selulitis
• Infeksi sekunder sistemik
• Stafilokok dan streptokok yg berada dalam lesi skabies
dapat menyebabkan
– Pielonefritis
– Abses internal
– Pnemonia piogenik
– septikemia
Diagnosis
• Gatal terutama pada malam hari
• Lesi poliamorf tertama pada tempat predileksi
• Diagnosis pasti dg ditemukannya tungau dg
pemeriksaan mikroskop, dg cara:
1. Kerokan kulit
• Teteskan minyak mineral di atas pul atau terowongan baru yg
utuh
• Kerok dg skapel steril (mengangkat atap papul)
• Pidahkan ke gelas obyek
• Tutup dg kaca penutup
• Periksa dg mikroskop
• Hasil + tampak tungau telur, larva, nimfa atau skibala
• Harus hati2 pd bayi dan anak atau pnderita non - koperatif
2. Mengambil tungau dengan jarum
• Jarum dimasukkan kedalam terowongan pada bagian yang gelap
(kec pd orang kulit hitam pada titik yg putih)
• Digerakkan tangensial
• Tugau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat keluar
3. Epidermal shave biopsi
• Menemukan erowongan di antara ibu jari dan telunjuk
• Iris puncak lesi dg skalpel No. 15 yg dilakukan sejajar dg
permukaan kulit
• Biopsi dilakukan sangat superficial, tdk terjadi perdarahanl, tdk
perlu anestesi
• Spesimen diletakkan pd gelas obyek
• Ditetesi minyak mineral
• Periksa dg mikroskop
4. Kuretasi terowongan (kuret dermal)
• Kuretasi superficial mengikuti sumbu panjang terowongan/
puncak papul
• Kerokan diletakkan di gelas obyek
• Ditetesi minyak mineral
• Periksa dg mikroskop
5. Tes tinta burrow
• Papul dilapisi dg tinta pena
• Segera hapus dg alkohol
• Jejak terowongan terlihat sebagai garis yg karakteistik, berkelok – kelok
• Tes tidak sakit
• Dapat dikerjakan pd anak & penderita non – koperatif
6. Tetrasiklin topikal
• Larutan tetrasiklin dioleskan pd terowongan
• Keringkan 5menit
• Hapus larutan dg isopropilalkohol
• Terowongan tampak pd penyinaran lampu Wood, sebagai garis linier
berwarna kuning kehijauan
7. Apusan kulit
• Bersihkan kulit dg eter
• Letakkan selotip pd lesi & diangkat dg gerakan cepat
• Selotip diletakkan di gelas obyek (6 buah dari lesi yg sama pd 1 gelas obyek)
• Periksa dg mikroskop
8. Biopsi plong
• Dilakukan apabila tungau dan produknya tidak dapat diteukan dg cara diatas
• Pd lesi yang tidak mengalami ekskoriasi dan dikerjaka dg potongan serial
• Diperiksa dg teliti u/ menemukan tungau atau produknya dalam stratum
korneum
Penatalaksanaan
• Beri penjelasan pada penderita mengenai penyakitnya
• Semua orang yg berkontak dg penderita perlu diobati
• Obat pada pengobatan skabies:
1. Gama benzen heksaklorid (Lindane)
• Sering digunakan & obat pilihan
• Membunuh tungau dan telurnya
2. Krotamiton
• 10% dalam krim / losio
• Skabisid yg efektif
• Es: iritasi (pemakaian jangka lama)
3. Sulfur
• Sulfur presipitatum 5 – 10 % dalam vaselin
• Dapat dipakai pd bayi, penderita hamil, dan menyusui
• Membunuh larva, tungau
• Baunya tidak enak, lekat, mewarnai pakaian
• Es: kadang menimbulkan iritasi
4. Bensil bensoat
• Bentuk emulsi/ losio dg konsentrasi 25%
• Tidak sering digunakan lagi
• Tidak mewarnai pakaian
• Es: iritasi
5. Tiabendasol
• 5 – 10 % bentuk krim dan losio
6. Permetrin
• 5% dalam bentuk krim
• Obat topikal anti skabies baru