Anda di halaman 1dari 127

Pemicu 5 Urogenital

Elisa Hadiwijaya
405140057
Infeksi Menular Seksual
Epidemiologi
• Faktor-faktor yang berpengaruh:
– Faktor dasar
• Adanya penularan penyakit
• Berganti-ganti pasangan seksual
– Faktor medis
• Gejala klinis pada wanita dan homoseksual yang asimtomatis
• Pengobatan modern
• Pengobatan yang mudah, murah, cepat dan efektif, sehingga resiko resisteni tinggi, dan bila
disalahgunakan akan meningkatkan resiko penyebaran infeksi
– Alat kontrasepsi dalam rahim (AKDR) dan pil KB hanya bermanfaat bagi pencegahan
kehamilannya saja, berbeda dengan kondom yang juga dapat digunakan sebagai pencegahan
terhadap penularan IMS
– Faktor sosial
• Mobilitas penduduk
• Prostitusi
• Waktu yang santai
• Kebebasan individu
• ketidaktahuan
Infeksi Menular Seksual
• Kelompok perilaku risiko tinggi:
– Usia
• 20-34 tahun pada laki-laki
• 16-24 tahun pada perempuan
• 20-24 tahun pada kedua jenis kelamin
– Pelancong
– Pekerja seksual komersial (PSK) atau wanita tuna
susila
– Pecandu narkotik
– Homoseksual
Pemeriksaan pada IMS
• Pemeriksaan klinis pada IMS lebih
menekankan pada pemeriksaan genital dan
organ-organ yang berhubungan
• Pemeriksaan klinis IMS:
– Anamnesis
– Pemeriksaan fisik
– Pengambilan bahan untuk pemeriksaan
laboratorium
• Anamnesis
– untuk mendapatkan informasi yang penting,
terutama pada waktu menanyakan riwayat
seksual, perlu hati-hati dengan cara tertentu
– Hal yang harus dijaga ialah kerahasiaan
– Pertanyaan diajukan dalam bahasa yang
dimengerti oleh pasien
• Anamnesis pada pasien dengan dugaan IMS meliputi:
– Keluhan dan riwayat penyakit saat ini
– Keadaan umum yang dirasakan
– Pengobatan yang telah diberikan, baik topikal maupun sistemik,
dengan penekanan pada antibiotika
– Riwayat seksual:
• Kontak seksual, baik di dalam maupun di luar pernikahan
• Kontak seksual dengan pasangannya setelah mengalami gejala penyakit
• Frekuensi dan jenis kontak seksual (homo atau heteroseksual)
• Cara melakukan hubungan seksual (genito-genital, orogenital, anogenital)
• Apakah pasangannya juga merasakan keluhan/gejala yang sama
– Riwayat penyakit dahulu yang berhubungan dengan IMS atau penyakit
di daerah genital lain
– Riwayat penyakit berat lainnya
– Riwayat keluarga: pada dugaan IMS yang ditularkan lewat ibu kepada
bayinya
– Keluhan lain yang mungkin berkaitan dengan komplikasi IMS
– Riwayat alergi obat
• Pemeriksaan fisik
– Hal penting yang harus diperhatikan:
• Kerahasiaan pribadi pasien
• Sumber cahaya yang baik untuk dokter pemeriksa
• Menggunakan sarung tangan setiap memeriksa pasien
– Terdapat 2 perbedaan mendasar pada anatomi dan
pemeriksaan pasien pria dan wanita
• Pada pria:
– Terdapat kesatuan saluran genitourinarius
– Organ reproduktif mudah diraba
• Pada wanita:
– Terdapat pemisahan antara saluran urinarius dan genital
– Organ reproduktif terdapat dalam rongga pelvik, sehingga pemeriksaan
tidak semudah pria
• Pemeriksaan fisik pasien pria
– Teknik pemeriksaan meliputi inspeksi dan palpasi
– Daerah kelamin dan sekitarnya harus terbuka
– Mula-mula inspeksi daerah ingunal
• Raba adakah pembesaran kelenjar dan catat konsistensi, ukuran,
mobilitas, rasa nyeri, serta tanda-tanda radang pada kulit
diatasnya
– Pada waktu bersamaan, perhatikan daerah pubis dan kulit
sekitarnya
• Adakah pedikulosis, folikulitis, atau lesi kulit lainnya
– Lakukan inspeksi skrotum dan palpasi isi skrotum (testis
dan epididimis)
• Apakah terdapat asimetri, eritema, atau lesi superfisial
– Inspeksi penis dari pangkal sampai ujung. Tarik
prepusium (bagi pasien yang tadak disirkumsisi),
inspeksi daerah subprepusium
– Inspeksi meatus uretra eksternus
• Adakah mealitis, lesi uretra, atau duh tubuh uretra, serta
kelainan kongenital (misalnya hipospadia). kadang perlu
memeriksa celana dalam untuk melihat adanya bercak duh
tubuh
– Inspeksi daerah perineum dan anus, pasien sebaiknya
dalam posisi bertumpu pada lutut-siku
• Periksa adakah kutil kelamin atau kelainan lain
• Pada anus periksa adakah ulkus, fisura, fistula, hemoroid.
• Pemeriksaan fisik pada pasien wanita
– Paling mudah dilakukan pada posisi litonomi
– Pemeriksaan meliputi inspeksi dan palpasi
– Pemeriksaan dimulai dari daerah inguinal dan sekitarnya,
kemudian baru memperhatikan genital eksterna dan
introitus. Bersihkan duh tubuh dengan kain kasa, dan
dengan hati-hati buka dan periksa labia mayora, kemudian
labia minora.
– Pada saat bersamaan, lakukan palpasi pada kelenjar
bartolini, lihat muara duktusnya, adakah duh tubuh
– Setelah menjelaskan kepada pasien, masukkan spekulum
yang telah dibasahi dengan air. Lihat ekteroserviks, adakah
duk tubuh. Kemudian dinding vagina, adakah lesi,
bagaimana kualitas dan kuantitas duh tubuh.
– Lakukan pemeriksaan bimanual
• Untuk menilai ukuran, bentuk, posisi, mobilitas,
konsistensi, dan kontur uterus, serta mendeteksi
kelainan pada adneksa
– Raba dan goyangkan serviks. Dalam keadaan
normal serviks harus bebas dan tidak ada nyeri
• Pemeriksaan ulkus genital pada pasien pria
dan wanita
– Perhatikan ukuran, bentuk, jumlah, dan posisi
ulkus pada atau di sekitar genital
– Dasar ulkus arus diraba untuk mencari indurasi
• Pengambilan bahan duh tubuh uretra pasien pria
– Mula-mula meatus dibersihkan dengan kain kasa yang bersih
dan kering
– Duh tubuh diambil dengan sengkelit ( sengkelit masuk ke dalam
uretra sampai melewati fosa navikularis)
– Kemudian dioleskan pada gelas objek bersih untuk dilakukan
pengecatan Gram, atau pada media kultur untuk gonokukus
– Dalam keadaan duh uretra sangat sedikit, kadang perlu
dilakukan pengurutan uretra, untuk memperoleh bahan
pemeriksaan
– Untuk pemeriksaan Chlamydia trachomatis, diambil lidi kapas
steril yang dimasukkan dalam media transport khusus
– Untuk pemeriksaan T. vaginalis, sengkelit harus dimasukkan
sejauh 2 cm ke dalam uretra dengan mengerok sedikit
mukosanya. Bahan lalu dicampur dengan setetes larutan NaCL
fisiologis diatas gelas objek
• Pengambilan bahan duh tubuh genital pasien wanita
– Dengan spekulum di dalam vagina, dapat diambil cairan
vagina untuk pemeriksaan:
• Dioleskan dpada gelas objek untuk diwarnai dengan pewarnaan
Gram
• Diambil cairan dari forniks posterior, dicampur dengan setetes
larutan salin di atas gelas objek (sediaan basah) untuk
pemeriksaan T. vaginalis, clue cells, atau sel ragi
• Penentuan pH vagina dengan kertas pH (ph vagina normal ± 4,5),
hati-hati agar jangan bercampur dengan duh tubuh yang berasal
dari serviks
• Dicampur dengan setetes larutan KOH 10%, untuk deteksi bau
amis seperti ikan, yang sering ditemukan pada vaginosis bakterial
(sniff test)
– Duh tubuh diambil dari endoserviks untuk
pemeriksaan
• Dioleskan pada kaca objek bersih untuk diwarnai
dengan pewarnaan Gram
• Dioleskan du atas media kultur untuk gonokukus
• Dengan lidi kapas khusus, untuk pemeriksaan C.
trachomatis
• Pemeriksaan untuk ulkus genital
– Bila ada kecurigaan ulkus karena sifilis:
• Pemeriksa harus menggunakan sarung tangan pelindung
• Ulkus dibersihkan dengan kain kasa yang telah dibasahi
dengan larutan salin fisiologis, keringkan, tekan diantara
telunjuk dan ibu jari, dan tunggu sampai keluar cairan serum
jernih
• Bila ada darah dibersihkan lebih dulu, serum diambil dengan
ujung kaca tutup, dan kemudian ditutupkan diatas gelas
objek yang telah ditetesi 1 tetes larutan salin fisiologis.
• Diperiksa dengan mikroskop lapanan gelap
– Pada ulkus mole:
• Ulkus dibersihkan dengan kain kasa yang telah dibasahi
dengan larutan salin fisiologis
• Eksudat serum diambil dengan ujung gelas objek, dan
dioleskan dalam satu arah pada gelas objek lain
• Kemudian bahan diwarnai dengan pewarnaan Gram
atau Unna Pappanheim
– Bila hasil pemeriksaan ulkus negatif, maka
pemeriksaan dilakukan selama 3 hari berturut-
turut
Pemeriksaan Laboratorium
Mikrobiologi IMS
• IMS dapat disebabkan oleh bakteri, virus,
jamur, protozoa, atau ektoparasit
• Gejala klinik hampir sama sehingga
dibutuhkan pemeriksaan laboratorium
mikrobiologi untuk menentukan organisme
penyebab infeksi
Pemeriksaan Laboratorium
Mikrobiologi IMS
Gonore
• Mencakup semua penyakit yang disebabkan
oleh Neisseria gonorrhoeae.
• Etiologi: N. gonorrhoeae. Selain itu ada 3
spesies lainnya yaitu N. meningitidis, dan 2
spesies komensal N. catarrhalis dan N.
pharyngis sicca. Keempat spesies ini sukar
dibedakan kecuali dengan tes fermentasi.
Kokus gram negatif, diameter 0,6 • Komponen permukaan dari
lapisan dalam ke luar:
– 1,0 µm, tahan asam. – Membran sitoplasma
• Berbentuk diplokokus seperti – Lapisan peptidoglikan
biji kopi dengan sisi yang datar – Membran luar (dinding sel),
berhadapan. terdiri atas beberapa
komponen:
• Tidak motil dan tidak • Lapisan polisakarida
membentuk spora • Pili
• Tidak tahan lama di udara • Protein
bebas, cepat mati dalam – Porin protein (Por)
– Opacity protein (Opa)
keadaan kering
– Reduction Modifiable
Protein (RMP)
– H. 8 protein
• Lipo Oligosaccharida
(LOS)
• Ig A 1 protease
Diperantai fimbriae Mikrovili sel epitel Bakteri tertarik ke
dan protein Opa kolumnar ≠ bersilia permukaan sel mukosa

Selama endositosis, membran sel


Vakuola mukosa menarik dan memetik sebuah Masuk ke sel epitel
ditransportkan ke vakuola (membrane – bound vacuole) (parasite – directed
dasar sel yang berisi bakteri endocytosis)

Mengaktibasi jalur
Bakteri dilepaskan Peptidoglikan dan alternatif komplemen
melalui eksositosis ke lipoologosakarida bakteri dari hospes
dalam jar subepitelial dilepaskan oleh autolisis sel
LOS menstimulasi
produksi TNF

Kerusakan sel

PMN dan gonokokus Pecah Terbentuk mikro


terlepas abses sbepitelial Leukosit datang
dan mencerna
bakteri
Bakteri yg dicerna Neutrofil Gonokokus mampu
dilepaskan mati bertahan
Gonore
• Gejala Klinis pada Wanita
• Gejala utama: duh tubuh vagina yang berasal dari
endoservisitis yang bersifat purulen, tipis dan agak berbau.
• Disuria atau keluar sedikit duh tubuh dari uretra.
• Dispareunia dan nyeri perut bagian bawah, dapat disertai
panas badan, mual dan muntah.
• Nyeri perut bagian kanan atas dari perihepatitis karena
adanya penyebaran bakteri ke atas lewat peritoneum.
Gonore
Pemeriksaan Fisik
1. Saluran urogenital bawah:
– Sekret mukopurulen atau purulen dari serviks
– Sekret atau perdarahan dari vagina
2. Saluran urogenital bagian atas bawah:
– PID (Pelvic Inflammatory Disease)
– Nyeri abdomen bagian bawah dengan atau tanpa
penyebab rasa nyeri
– Nyeri pada waktu serviks digerakkan
– Panas badan
– Nyeri tekan abdomen bagian kanan atas
Gonore
• Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesis,
pemeriksaan klinis, pemeriksaan pembantu,
yg tdd 5 tahapan :
– Sediaan langsung :
• Dengan pewarnaan Gram  gonokok gram (–)
• Pria : duh diambil dari fossa navikularis
• Wanita : diambil dr uretra, muara kel bartholin, serviks,
dan rektum
– Kultur
• Media transport :
– Media stuart : hanya untuk transpor
– Media transgrow : gab media transpor dan media
pertumbuhan
• Media pertumbuhan :
– MC leod’s chocolate agar : berisi agar coklat agar serum dan
agar hidrokel
– Media thayer martin : mengisolasi gonokok, mengandung
vankomisin untuk menekan pertumbuhan kuman gram +,
kolestimetat untuk menekan pertumbuhan bakteri gram –,
dan nistatin u/ menekan pertumbuhan jamur
– Modified thayer marthin agar : di + trimetoprim u/ mencegah
pertumbuhan kuman proteus spp.
– Test definitif
• Test oksidasi : rx +  warna koloni bening 
merah muda – merah lembayung
• Test fermentasi : test oksidasi (+) dilanjutkan
test fermentasi memakai glukosa, maltosa, dan
sukrosa, kuman Gonokok hanya meragikan
glukosa
– Test beta-laktamase :
• perubahan warna kuning  merah  kuman
mengandung enzim beta-laktamase
– Test thomson
• Berguna u/ mengetahui sampai mana infeksi berlangsung
• Syarat :
– Dilakukan stlh bangun pagi
– Urine dibagi dalam dua gelas
– Tidak boleh menahan kencing dr gelas 1 ke gelas 2
• Syarat mutlak : kandung kencing harus mengandung air
seni min 80 – 100 ml, air seni < 80 ml  gelas 2 sukar
dinilai krn baru menguras uretra anterior
HASIL PEMBACAAN
Gelas 1 Gelas 2 Arti
Jernih Jernih Tidak ada infeksi
Keruh Jernih Infeksi uretritis ant
Keruh Keruh Panuretritis
Jernih Keruh Tidak mungkin
Gonore
Tata laksana
• Pada servisitis yang tidak ada komplikasi
• Ciprofloxacin 500 mg oral dosis tunggal
• Ofloxacine 400 mg oral dosis tunggal
• Cefixime 400 mg oral dosis tunggal
• Ceftriaxone 125 mg i. m. dosis tunggal
Gonore

Komplikasi Cervicitis Gonorrhoea pada wanita


• Penyakit radang panggul (PID)
• Bartholinitis (proses infeksi yang terjadi pada kelenjar
bartolin)
Gonore
Gejala klinis pada pria
• Rasa panas di bagian distal uretra, diikuti rasa nyeri pada
penis
• Keluhan berkemih seperti disuria dan polakisuria
• Terdapat duh tubuh yang bersifat purulen atau sero – purulen.
Gonore
Terapi uretritis gonore sesuai panduan dari WHO 2003
• Uretritis gonore tanpa komplikasi mendapat regimen terapi:
– Cefixime 400 mg per oral dosis tunggal atau
– Ceftriaxone 125 mg i. m. dosis tunggal atau
– Ciprofloxacine 500 mg per oral dosis tunggal atau
– Spectinomycin, 2 gr IM injeksi, dosis tunggal
Gonore
• Ciprofloxacin KI untuk ibu hamil dan tidak dianjurkan untuk anak –
anak
• Uretritis gonore dengan komplikasi dapat diberikan regimen
berikut:
– Ciprofloxacin, 500 mg, oral, selama 5 hari, atau
– Ceftriaxone, 125 mg, i. m., selama 5 hari, atau
– Cefixime, 400 mg, oral, selama 5 hari, atau
– Spectinomycin, 2 gr, i. m., selama 5 hari
Gonore
Komplikasi pada pria • Parauretritis
• Tysonitis (kelenjar Tyson • Litritis
terletak di kiri – kanan • Prostatitis
frenulum penis yang • Veikulitis
fungsinya memproduksi • Funikulitis dan
smegma (sekret kelenjar epididimitis
lemak kulit)) • Cystitis
• Proktitis
• Disseminated Gonococcal
Infection (DGI)
• Arthritis Gonococcal
• Obat dengan dosis tunggal yang tidak efektif lagi untuk
pengobatan gonore:
– Tetrasiklin
– Streptomisin
– Spiramisin
• Obat yang dapat digunakan untuk pengobatan gonore dengan
galur NGPP:
– Spektinomisin
– Kanamisin
– Sefalosporin
– Ofloksasin
– Sefiksim
– Tiamfenikol
Gonore
Pencegahan dan edukasi
• Semua pasien dengan infeksi gonore seharusnya melibatkan
pasangan seksualnya dalam evaluasi dan pengobatan.
• Penggunaan kondom untuk proteksi.
• Pasien hendaknya diberikan edukasi mengenai risiko
komplikasi dari infeksi gonore.
• Pasien seharusnya menghindari kontak seksual sampai
pengobatan selesai dan juga sampai pasangan seksualnya
selesai dievaluasi dan diobati
Gonore
Prognosis
• Sebagian besar infeksi gonore memberikan respons yang
cepat terhadap pengobatan dengan antibiotik.
• Prognosis baik jika diobati dengan cepat dan lengkap.
Vaginosis Bakterial
• Merupakan sindrom klinik akibat pergantian
Lactobaccillus sp penghasil H2O2 yang
merupakan flora normal vagina dengan
bakteri anaerob dalam konsentrasi tinggi
• Contohnya : Bacteroides sp, Mobiluncus sp,
Gardnerella vaginalis, dan Mycoplasma
hominis
Etiologi
• Memperlihatkan bahwa ada 4 kategori dari bakteri vagina yang
hubungan dengan vaginosis bakterial yaitu:
– Gardnerella vaginalis  dapat diisolasi pada sekitar 95% wanita
dengan vaginosis bakterial dan 40-50% pada wanita tanpa gejala
vaginitis atau penyebab vaginitis lainnya
– Bakteri anaerob  Bacteroides Spp diisolasi sebanyak 76% dan
Peptostreptococcus sebanyak 36% pada wanita dengan vaginosis
bakterial
– Mycoplasma hominis  sebagai agen etiologik untuk vaginosis
bakterial,bersama-sama dengan G.vaginalis dan bakteri anaerob
Kriteria Diagnostik Klinis
• Duh tubuh vagina warna putih homogen, melekat pada
dinding vagina dan vestibulum
• Terciumnya bau amis seperti ikan pada duh tubuh
vagina yg ditetesi dgn larutan KOH 10% (tes amin/
Whiff test)  terutama waktu berhubungan seksual
• pH cairan vagina >4,5
• 50% wanita asimtomatik
• Pada pemeriksaan terdapat sekret yang homogen,
tipis, dan cair. Sekret yang normal vagina  lebih tebal
dan terdiri atas kumpulan sel epitel vagina yang
memberikan gambaran berkelompok atau
menggumpul
Komplikasi
• Predisposisi komplikasi obstetrik dan
ginekologik tertentu, seperti : korioamnionitis,
infeksi cairan ammnion,infeksi pada masa
nifas, penyakit radang panggul, kelahiran
prematur dan his prematur
Diagnosis
• Amsel dan kawan-kawan merekomendasikan diagnosis
klinis vaginosis bakterial berdasarkan pada adanya 3 dari
empat tanda-tanda berikut:
– Cairan vagina homogen, putih dan keabu-abuan, melekat pada
dinding vagina
– pH vagina lebih besar dari 4,5
– Sekret vagina berbau amis sebelum atau setelah penambahan
KOH 10% (Whiff test)
– Clue cell pada pemeriksaan mikroskop
PENATALAKSANAAN
Nonmedikamentosa
• Pasien dianjurkan utk menghindari pemakaian
vaginal douching atau antiseptik
• Komunikasi, informasi, dan edukasi
PENATALAKSANAAN Medikamentosa
• Rejimen terapi yang dianjurkan : metronidazol 500 mg 2x sehari
selama 7 hari
• Rejimen alternatif :
– Metronidazol oral 2 gram dosis tunggal
– Klindamisin cream 2% intravagina
– Metronidazol gel 0,75% intravaginal
– Klindamisin 300 mg 2 x sehari selama 7 hari
– Augmentin oral
– Sefaleksin 500 mg 4 x sehari selama 7 hari
Infeksi Genitalia Nonspesifik
 Infeksi Genital NonSpesifik (IGNS) atau NonSpesific Genital Infection (NSGI)
adalah IMS berupa peradangan di uretra, rektum, atau serviks yang disebabkan
oleh kuman nonspesifik

 Uretritis NonSpesifik (UNS) atau NonSpesific Urethritis (NSU) adalah IMS


berupa peradangan hanya di uretra yang disebabkan oleh kuman non spesifik.
 Infeksi Genital NonGonokok (IGNG) atau NonGonococcal Genital Infection
(NGGI) adalah IMS berupa peradangan di uretra, rektum, serviks yang
disebabkan oleh kuman gonokok

 Uretritis NonGonokok (UNG) atau NonGonococcal Urethritis (NGU) adalah


peradangan di uretra yang disebabkan oleh kuman non gonokok
Epidemiologi
• Infeksi genital nonspesifik merupakan penyakit
menular seksual yang paling tinggi angka perbandingan
dengan uretritis gonore  2:1
• Uretritis nonspesifik banyak ditemukan pada orang
dengan keadaan sosial ekonomi lebih tinggi, usia lebih
tua, dan aktivitas seksual yang tinggi
• Pria > wanita, heteroseksual > homoseksual
Chlamydia trachomatis
• Penyebab IGNS tersering. Ditemukan di
urethra 25-60% pada pria dengan UGN, 4-35%
pria dengan gonore 0-7%. Pada wanita 15%
infeksi endocerviks olah Chlamydia sedangkan
wanita hamil dengan sosio-ekonomi rendah
ditemukan sebanyak 20%.
• Pem. Chlamydia melalui ELISA, IF, Gene probe
dan PCR.
Gambaran Klinik
Pria :
• 1-5 hari setelah koitus suspektus.
• Keluarnya duh tubuh uretra keluhan tersering→lendir
jernih sampai keruh.
• Keluha paling umum : waktu pagi hari atau morning
drops tetapi juga bisa bercak di celana dalam.
• Nyeri kencing, disuria (tidak sehebat pada gonore),
gatal, nokturia, demam pembesaran KGB inguinal.
• Pem.klinis uretra tampak edema dan uritema, sekret
serosa,serosamukous, mukous dan kadang bercampur
nanah.
Pengobatan :
• Tetrasiklin→ Chlamydia dan Ureaplasma
urealyticum. 4x 500mg sehari selama 1
minggu atau lebih.tdk boleh tuk bumil
• Eritromisin→Ureaplasma 4x500mg selama 1
minggu→wanita IGNS
• Doksisiklin →2x100mg dalam 1 minggu, tidak
boleh u/bumil
• Azithromisin
Laboratorium :
• Dasar penegakan diagnosis IGNS adalah
pemeriksaan berupa asupan sekret
uretra/serviks.
• Ditemukan >5 leukosit pada pem.sekret uretra
dengan pewarnaan gram.
• Ditemukan >30 leukosit pada pem. Sekret serviks
dengan pewarnaan gram.
• Tidak dijumpai diplokokus negatif-Gram,serta
pada pemeriksaan sediaan basah tidak
didapatkan parasit Trichomonas vaginalis.
Wanita :
• Tidak khas, asimptomatik atau sangat ringan.
• Duh tubuh kekuningan .
• Pem.klinis terdapat eksudat serviks
mukopurulen,erosi serviks atau folikel-folikel
kecil (microfollicles)
Sifilis
• Disebabkan : Treponema pallidum (berbentuk spiral),
merupakan penyakit kronis dan bersifat sistemik
• Etiologi
 Terdapat 4 spesies
– Treponema pallidum sub species pallidum  sifilis
– Treponema pallidum sub species pertenue  frambusia
– Treponema pallidum sub species endemicum  bejel
– Treponema carateum  pinta
 Terdapat 3 macam gerakan
– Rotasi cepat sepanjang aksis panjang heliks jarang pada
T.pallidum
– Fleksibel
– Maju spt gerakan pembuka tutup botol
• Imunitas humoral
 Tes serologi sifilis (TSS)
– Tes Ab lipoid / tes fiksasi komplemen dan tes flokulasi (VDRL dan RPR)
 tes standar sifilis
– Ab spesifik : RPCF
– Ab spesifik : TPI, FTA-ABS dan TPHA
 Produksi Ig. Ada 4 klas Ig dalam darah penderita sifilis : IgG, IgA, IgM
dan IgE
• Imunitas selular
 RES
 In vitro : transformasi limfosit dan inhibisi migrasi leukosit
 Imunisasi pasif : memindahkan limfosit imun
Sifilis yang Tidak Diobati
Gambaran klinis
 Sifilis primer
– Tukak daerah genital eksterna
– Lesi berupa papul yang mengalami erosi, teraba keras karena terdapat
indurasi. Permukaan tertutup krusta dan terjadi ulserasi
– Pada pria : pembesaran kelenjar limfe inguinal medial unilateral /
bilateral
– Pada wanita : tukak pada vagina / serviks
– Lesi primer : bibir, lidah, tonsil, putting susu, jari dan anus. Tanpa
pengobatan dapat sembuh 4-6 minggu
• Diagnosis banding
– Ulkus mole
– Granuloma inguinale
– Herpes genitalis
– Limfogranuloma venereum
– Karsinoma
– Skabies
– Trauma
– Liken Planus
– Psoriasis
– Erupsi obat-obatan
– Aftosis
– Infeksi jamur dalam
– Sindrom reiter
 Sifilis sekunder
– Ruam kulit, selaput lendir dan organ tubuh serta demam dan malaise
– Kelainan kulit dan selaput lendir
– Diduga sifilis sekunder bila pemeriksaan serologis reaktif
– Lesi kulit : simetris berupa makula, papul, folikulitis, papulaskuomosa
dan pustul
– Lesi vesikobulosa ditemukan pada sifilis kongenital
– Relaps, kulit kepala alopesia (moth-eaten alopecia)
– Papul basal didaerah lembab disbt kondilomata lata
– Lesi pada selaput lendir mulut, kerongkongan dan serviks berupa
plakat
– Pembesaran kelenjar limfe multipel superfisial dan splenomegali
 Sifilis laten
– Asimtomatik
– Infeksi berjalan lebih dari 4 tahun sangat jarang menular,
kecuali pada wanita hamil yang tidak diberi pengobatan,
kemungkinan menularkan sifilis ke bayi yang dikandungnya
 Sifilis lanjut
– Endarteritis obliterans pada bagian ujung arteriol dan
pembuluh darah kecil  peradangan dan nekrosis
– Sifilis lanjut yang tidak diobati akan menunjukan gejala dan
tanda sampai kerusakan hebat pada salah satu organ tubuh.
Paling sering : latensi, simtomatik neurosifilis, sifilis benigna
lanjut dan sifilis kardiovaskuler
Perbedaan Sifilis Dini dan Sifilis Lanjut
Sifilis Lanjut
Sifilis Dini

Bersifat infeksius Tidak


Pemeriksaan lapang gelap ditemukan
Tidak
T.pallidum
Infeksi ulang walau diberi obat yang
Jarang
cukup
Tidak bersifat destruktif Bersifat destruktif

Umumnya reaktif, titer rendah dan


Tes serologis selalu reaktif dgn titer
sedikit atau hampir tidak ada
tinggi, setelah diberi pengobatan
perubahan setelah diberi obat
adekuat berubah menjadi non reaktif
Titer tinggi dijumpai pada gumma dan
atau titer rendah
paresis
 Neurosifilis

– Neurosifilis asimtomatik

• Pemeriksaan cairan SSTL : kenaikan sel, protein total dan tes serologi reaktif

– Neurosifilis meningovaskular

• Ada tanda dan gejala kerusakan susunan saraf pusat berupa kerusakan
pembuluh darah serebrum, infark dan ensefalomalasia dengan tanda fokus
neurologis

• Pemeriksaan cairan SSTL : kenaikan sel, protein total dan tes serologi reaktif

– Neurosifilis parenkimatosa terbagi 2 antara lain :

• Paresis : menunjukan penyebaran kerusakan parenkimatosa dan pemeriksaan


cairan SSTL : kenaikan sel, protein dan tes serologi reaktif

• Tabes dorsalis : akibat degenerasi kolumna posterior adalah parestesia,


ataksia, arefleksia, gangguan kandung kemih, impotensi dan perasaan nyeri
seperti dipotong-potong. Pemeriksaan cairan SSTL abnormal : tes serologi
sebagian reaktif
 Sifilis kardiovaskuler disebabkan nekrosis aorta
– Insufisiensi aorta / aneurisma, berbentuk kantong pada aorta torakal,
hipertensi, arteriosklerosis, penyakit jantung rematik sebelumnya
– Aneurisme aorta torakales adl tanda sifilis KV
 Sifilis benigna lanjut jarang menyebabkan kematian kecuali bila
menyerang jaringan otak
– Lesi Agumma : kulit, tulang, hati meskipun hampir semua organ dapat
diserang
– Lesi tulang : periostitis disertai pembentukan tulang atau osteitis
gummatosa disertai kerusakan tulang. Gejala khas : pembengkakkan
dan rasa sakit di tulang kepala, tibia dan klavikula
– Pemeriksaan serologi reaktif dengan titer tinggi
Sifilis pada Kehamilan & Sifilis Kongenital

• Infeksi bayi dalam kandungan terjadi saat 10


minggu masa kehamilan

• Kemungkinan bayi memperoleh infeksi


menurun dengan cepat, setelah tahun kedua
dan menjadi jarang setelah 4 tahun
 Sifilis kongenital dini
o Tanda khas sebelum umur 2 tahun
– Lesi kulit setelah lahir : lesi vesikobulosa menjadi erosi yang
tertutup krusta. Beberapa minggu kemudian berupa
papuloskuamosa dengan distribusi simetris
– Lesi selaput lendir : hidung  mengeluarkan sekresi + darah
pada bayi yang baru lahir (tanda khas sifilis), faring 
mengeluarkan sekresi, kulit dan selaput lendir dipenuhi
T.pallidum
– Tulang  osteokonditis tulang panjang
– Anemia hemolitik dan hepatosplenomegali
– Sistem syaraf pusat  kelainan cairan SSTL
 Sifilis kongenital lanjut
o Tanda timbul setelah umur 2 tahun dan tidak menular
– Stigmata (tanda khas) yaitu parut permanen
– Keratitis interstitialis : pada umur puberitas. Kornea
timbul pengapuran menyerupai gelas disertai vaskularisasi
sklera
– Gigi Hutchinson : kurangnya perkembangan gigi
– Gigi Mullberry : kelainan pertumbuhan pada mahkota gigi
– Gangguan saraf pusat VIII : ketulian pada masa puberitas
dan umur pertengahan
– Neurosifilis
– Tulang  sklerosis, tulang frontal yang menonjol,
kerusakan akibat gumma menyebabkan destruksi
terutama septum nasi / palatum durum
– Kulit  fisura disekitar rongga mulut dan hidung disertai
ragade yang disebut sifilis rinitis infantil
– Lesi KV dan Clutton’s joint
 Stigmata sifilis kongenital  dapat sembuh serta meninggalkan
parut dan kelainan yang khas (stigmata sifilis kongenita)
 Stigmata lesi dini
– Gambaran muka menunjukan saddlenose
– Gigi menunjukan gigi insisor Hutchinson dan gigi Mullberry
– Ragades
– Atrofi dan kelainan akibat peradangan
– Koroidoretinitis, membentuk daerah parut putih dikelilingi pigmentasi
pada retina
 Stigmata lesi lanjut
– Lesi pada kornea : kekaburan kornea sbg akibat ghost vessels
– Lesi tulang : sabre tibia akibat osteoeriostitis
– Atrofi optik dan ketulian syaraf
• Diagnosis
 Pemeriskaan lapang gelap dengan bahan pemeriksaan dari bagian
dalam lesi
 Pemeriksaan lapang gelap : T.pallidum berbentuk ramping, gerakan
lambat dan angulasi
 Mikroskop fluoresensi
 Penentu Ab dalam serum, menunjukan reaksi dengan IgM dan IgG
 Tes yang menentukan Ab nonspesifik : Tes Wasserman, Khan, VDRL
dan Automated reagin
 Ab terhadap kelompok Ag : tes RPCF
 Ab spesifik : tes TPI, FTA-ABS, TPHA DAN ELISA
Ulkus Mole
• Ulkus mole sering disebut chancroid :
penyakit infeksi genetalia akut, setempat,
dapat inokulasi sendiri
• Disebabkan Haemophilus ducreyi
• Gejala khas : ulkus disertai supurasi kelenjar
getah bening regional
• Gambaran klinis : sering pada pria heteroseksual. Tempat masuk kuman adalah daerah
yang sering mengalami abrasi, erosi atau ekskoriasi yang disebabkan trauma, infeks lain /
iritasi
 Pada pria

– Preputium (karena lembab dan basah, paling mudah terluka pada waktu melakukan
aktivitas sexual), meatus uretra eksternum dan pria tidak disunat bersiko tinggi terinfeksi
H.ducreyi.

– Lesi awal berupa papul kecil dengan eritema ringan

– Lesi akan menjadi ulkus dalam 48 jam dan diliputi eksudat nekrotik kuning keabu-abuan

– Sangat nyeri terutama bila terkena pakaian / urin

– Dasar ulkus kotor, rapuh dan mudah berdarah serta nekrotik

– Ulkus dapat menyebar di perineum, anus, scrotum, paha dan abdomen bawah

– Ulkus yang berjalan dalam uretra menimbulkan keluhan uretritis non-gonore


 Pada wanita
– Sering didapatkan di fourchette, sekitar meatus uretra dan bagian dalam labia
minora
– Disuria, nyeri waktu defekasi, dispareunia / duh vagina
– Lesi pada serviks, perineum, anorektum, orofaring
– Ulkus lebih banyak dan dalam
 Variasi ulkus mole
 Giant chancroid
 Ulkus mole serpiginosum : bersifat destruktif
 Ulkus mole gangrenosum : menyebabkan destruksi jaringan yang cepat dan
dalam
 Transient chancroid : ulkus kecil sembuh spontan
 Ulkus mole folikularis : timbu pada folikel rambut
 Ulkus mole papular : papul berulserasi dan granulomatosa
Komplikasi
– Adenitis inguinal (paling sering) : kelenjar membesar dan
nyeri. Jika tidak diobati, abses akan memecah ke kulit dan
membentuk sinus tunggal  ulkus choncroid
– Fimosis / parafimosis : akibat sikatrisasi yang mengenai
preputium dan penanganannya dgn sirkumsisi
– Fisura uretra : jika mengenai uretra menimbulkan nyeri
hebat pada waktu miksi + striktura uretra
– Fistel rektovagina
• Diagnosis : akurat dengan kultur H.ducreyi

• Penatalaksanaan

– Sefriakson

– Eritromisin

– Amoksisilin

– Siprofloksasin

– Azitromisin

• Pengobatan lokal

– Kompres, irigasi atau rendam dengan larutan salin  menghilangkan


debris nekrotik dan mempercepat penyembuhan ulkus
Limfogranuloma Venereum
• Limfogranuloma venereum : infeksi menular sexual yang
mengenai sistem saluran pembuluh limfe dan kelenjar limfe,
terutama daerah genital, inguinal, anus dan rektum
• Etiologi : Chlamydia trachomatis
• Gambaran klinis
– Stadium dini
• Lesi primer genital
• Sindrom inguinal
– Stadium lanjut
• Sindrom ano-rektal
• Elefantiasis genital
 Lesi primer genital : erosi / ulkus dangkal
 Pada pria : disulkus koronarius, frenulum, preputium, penis, uretra dan skrotum
 Pada wanita : dinding posterior vagina, portiom bagian posterior limfangitis di bagian
dorsal penis

 Sindrom inguinal
 Demam, menggigil, nausea, anoreksia, sering sakit kepala
 Pada wanita : nyeri pinggang bawah lebih sering krn terkena kelenjar limfe perirektal
Gerotha, proktitis dan periproktitis seperti nyeri abdomen dan nyeri saat defekasi dan
diare
 Kelenjar inguinal membesar, nyeri dan teraba padat
 Pembesaran kelenjar diatas dan bawah ligamentum inguinal pouparti terbentuk celah :
sign of groove (Greenbaltt’s sign)
 Pembesaran kelenjar femoralis, inguinalis superficial dan profundus menyebabkan
bentuk seperti tangga : ettage bubo
• Komplikasi
– Sindrom anorektal
– Sindrom genital (Eschiomene)
• Diagnosis
– Gambaran klinis
– Tes GPR
– Pengecatan Giemsa dr pus bubo : menemukan badan inklusi Chlamydia yang khas
– Tes Frei dan serologi
– Kultur jaringan
• Penatalaksanaan
– Kemoterapi
– Pembedahan
• Elefantiasis labia : vulvektomi lokal / labiektomi
• Sindrom anorektal : tindakan dilatasi dgn bougie terhdp striktura rekti. Jika obstruksi
total : kolostomi
• Abses perianal dan perirektal : drainase
• Operasi plastik untuk elefantiasis penis dan scrotum
Kondiloma Akuminata
• Definisi: infeksi menular seksual yang
disebabkan oleh virus papiloma humanus
(VPH) tipe tertentu dengan kelainan berupa
fibroepitelioma pada kulit dan mukosa.
Kondiloma Akuminata
• HPV = virus DNA yang merupakan virus epiteliotropik (menginfeksi
epitel) dan tergolong dalam famili papovaviridae
• Berdasarkan kemungkinan terjadinya displasia epitel dan keganasan
maka HPV dibagi menjadi:
– HPV yang mempunyai risiko rendah (low risk) : HPV tipe 6 dan tipe 11
paling sering ditemukan pada KA yang eksofitik dan pada displasia
derajat rendah
– HPV yang mempunyai risiko tinggi (high risk) : HPV tipe 16 dan 18
sering ditemukan pada displasia derajat tinggi dan keganasaan
Kondiloma Akuminata
• Manifestasi Klinis
• Masa inkubasi KA berlangsung antara 1-8 bulan (rata-rata 2-3 bulan)
• HPV masuk ke dalam tubuh melalui mikrolesi pada kulit  KA
sering timbul di daerah yang mudah mengalami trauma pada saat
hubungan seksual
• Pada pria : glands penis, sulkus koronarius, frenulum, dan batang
penis
• Pada wanita : fourchette posterior dan vestibulum
Bentuk
amkuminata

Bentuk papul

Bentuk datar
KA
(flat)

Giant Condyloma
Buschke-
Lowenstein

Papulosis
Bowenoid
Kondiloma Akuminata
• Diagnosis:
Tes Asam Asetat
Kolposkopi
Pemeriksaan histopatologi
• DD:
pearly penil palues
Kondiloma lata
Karsinoma sel skuamosa
Kondiloma Akuminata
• Tata laksana:
Kemoterapi: Tinktura podofilin; Podomotoksin
0,5%; Asam trikloroasetat 50%; Krim 5-
fuorourasil 1-5%
Tindakan bedah
Interferon
Imunoterapi
Herpes Genitalis
• Herpes simpleks yang disebabkan oleh human herpes virus 2,
terutama ditularkan secara seksual melalui sekret genital, dan
kontak dengan viroid serta mengenai genetalia pada kedua
jenis kelamin
Epidemiologi

• Tersebar kosmopolit

• Insiden:
– Pria = wanita

– Dekade II atau III

– Berhubungan dengan peningkatan aktivitas


seksual
Herpes Simplex Virus

Group : Double Stranded DNA Virus


Family : Herpesviridae
Subfamily: Alphaherpesvirinae
Genus : Simplexvirus
Species : Herpes simplex virus 1
Herpes simplex virus 2
Patofisiologi
• Cara infeksi : Kontak langsung (kulit / membran)
• Faktor Virulensi : Derma and Neurovirulence
(infeksi dan bereplikasi pada jaringan saraf dan
kulit)
• HSV  HSV 1 dan HSV 2
– HSV 1  Infeksi orolabial dan okular
– HSV 2  Infeksi genital
HSV-1

• Kontak langsung dengan virus (oral)  epitel


sistem respirasi atas (infeksi primer) 
ganglion trigerminus (opthalmic, maxillary dan
mandibular)  infeksi saraf  masa laten 
reaktivasi (trauma, radiasi, imunosupresi,
stress)  manifestasi klinik
HSV-2

• Kontak langsung dengan virus (hubungan


seksual)  infeksi epitel genital (infeksi
primer)  infeksi saraf lumbosacral (S2-S5) 
masa laten  reaktivasi (trauma, radiasi,
imunosupresi, stress)  manifestasi klinik
Manifestasi Klinis
 Masa inkubasi = 3-7 hari

 Lokasi:

 Pria: preputium, glans penis, batang penis, uretra, daerah anal


 Wanita: daerah labia major/minor, klitoris, introitus, vaginae, serviks
 Didahului: rasa terbakar dan gatal di daerah lesi yang terjadi beberapa jam sebelum timbulnya
lesi

 Setelah lesi timbul: disertai gejala konstitusi seperti malaise, demam dan nyeri otot

 Lesi berbentuk vesikel yang berkelompok dengan dasar eritem. Vesikel mudah pecah  erosi
multipel

 Infeksi inisial:

 Kelenjar limfe regional dapat membesar dan nyeri pada perabaan


Manifestasi Klinik (HSV-1)
Manifestasi Klinik (HSV-2)
Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan laboratorium
– Pemeriksaan tes Tzank yang diwarnai dengan pengecatan Giemsa atau Wright 
sel raksasa berinti banyak
– Pemeriksaan dengan mikroskop elektron
– Kultur jaringan (paling baik)  pertumbuhan virus ditandai dengan terjadinya
granulasi sitoplasmik, degenerasi balon dan sel raksasa berinti banyak
– Antibodi monoklonal pada pemeriskaan imunofluresensi  menentukan tipe virus
– Pemeriksaan dengan cara ELISA  mendeteksi Ab terhadap HSV dalam serum
penderita
Penatalaksanaan
 Tindakan profilaksis:
 Edukasi tentang sifat penyakit yang dapat menular
 Proteksi individual
 Faktor-faktor pencetus sedapat mungkin dihindari
 Konsultasi psikiatrik  membantu faktor psikis
 Pengobatan non-spesifik
 Analgetika, antipiretik dan antipruritus
 Zat-zat pengering yang bersifat antiseptik, seperti jodium povidon secara topikal
mengeringkan lesi, mencegah infeksi sekunder dan mempercepat waktu penyembuhan
 Antibiotika atau kotrimoksasol  cegah infeksi sekunder
 Pengobatan spesifik
 Asiklovir
 Valasiklovir
 Famsiklovir
Komplikasi
 Pada permulaan kehamilan: Abortus/malformasi
kongenital berupa mikroensefali
 Bayi yang lahir dari ibu yang menderita herpes genitalis
pada waktu kehamilan: hepatitis, infeksi berat, ensefalitis,
keratokonjuntivitis, erupsi kulit berupa vesikel
herpetiformis dan bahkan bisa lahir mata
 Eritema eksudativum multiforme (karena reaksi
hipersensitivitas)
Prognosis
• Kematian jarang terjadi

• Sebelum ada pengobatan yang efektif, perkembangan


penyakit sulit diramalkan

• Infeksi primer dini yang segera diobati mempunyai prognosis


yang lebih baik, sedangkan infeksi rekuren hanya dapat
dibatasi frekuensi kambuhnya
Kandidosis Vulvovaginal
• Infeksi vagina dan/atau vulva oleh kandida ( C.
albicans (81%) atau kadang C. glabrata (16%))
• Etiologi: C. albicans, C. glabrata, C. tropicalis,
C. stellatoidea, C. pseudotropicalis, C. krusei
Kandidosis Vulvovaginal
Kandida masuk ke liang sanggama terutama
dari daerah perianal

Kandida asimtomatik atau simtomatik


(bergantung pada faktor predisposisi)

Perubahan dalam lingkungan mikrobiologi vagina terjadi


sebelum kandida mengakibatkan efek patologis
Kandidosis Vulvovaginal
• Gambaran: • Pemeriksaan:
Keluhan panas / iritasi Vulvitis dgn eritema dan
pada vulva edema
Keputihan yang tidak Fisura perineal
berbau Pseudomembran
Lesi satelit
papulopustular
Vaginitis dan
eksosevisitis
Dapat terjadi koinfeksi dengan trikomoniasis maupun vaginosis bakterial
Kandidosis Vulvovaginal
• Faktor Predisposisi:
– Faktor hormonal (kehamilan, menstruasi,
konstrasepsi hormonal)
– ↑kadar karbohidrat (DM)
– AB jangka panjang
– ↑suhu dan kelembaban (pakaian yg ketat dan
oklusif)
– Imuno-supresi
– Iritasi atau trauma
Kandidosis Vulvovaginal
• Diagnosis:
Pemeriksaan mikroskopik sediaan basah
sekret vagina dgn KOH 10% atau pewarnaan
gram, bentuk invasif akan terlihat adanya
bentuk ragi (yeast form):
– Blastospora bentuk lonjong
– Sel tunas
– Pseudohifa
– Kadang-kadang hifa asli bersepta
Kandidosis Vulvovaginal
• Penatalaksanaan, regimen yang
direkomendasikan:
– mikonazol/ klotrimazol 200 mg intravaginal/hari
selama 3 hari
– Klotrimazol 500 mg intravaginal dosis tunggal
– nistatin 100.000 IU intravaginal/hari selama 14 hari.
 Regimen alternatif: flukonazol 150 mg PO dosis
tunggal atau itrakonazol 200 mg PO 2x sehari
sama efektifnya dengan pengobatan topikal.
Kandidosis Vulvovaginal
• Komplikasi:
– pada imunokompeten  jarang komplikasi
– KVV gestasional  risiko untuk neonatus
– abses otak dan peritonitis mungkin terjadi
(jarang)
– kandidemia (infeksi aliran darah)
Trikomoniasis
• Definisi: penyakit infeksi protozoa yang
disebabkan oleh Trichomonas vaginalis,
biasanya ditularkan melalui hubungan seksual
dan sering menyerang traktus urogenitalis
bagian bawah pada wanita maupun pria,
namun pada pria peranannya sebagai
penyebab penyakit masih diragukan.
Trikomoniasis
• Etiologi:
Trikomoniasis
Trikomoniasis

PEMBAWA
KUMAN
GAMBARAN ASIMTOMATIK GAMBARAN
KLINIS  KLINIS AKUT
SIMTOMATIK
GAMBARAN
KLINIK RINGAN
Trikomoniasis
Faktor Predisposisi:
• Pasangan seksual multipel
• Infeksi yang terjadi pada PMS lain
• Kehamilan karena trichomonas memiliki reseptor androgen
dan estrogen spesifik
• Bayi perempuan baru lahir mempunyai glikogen yang tinggi
dan epitel yangtebal sehingga mempermudah infeksi
• Resistensi relatif: pada saat pra-
menarche dan wanita menopause yangmengalami
hipoestrogenik sehingga glikogen berkurang
• Penularan lain: kondisi higiene yang kurang seperti: melalui
handuk dan pakaianyang terkontaminasi
Trikomoniasis
• Diagnosis trikomoniasis ditegakkan setelah
ditemukannya T. vaginalis pada sediaan
langsung (sediaan basah) atau pada biakan
duh tubuh penderita.
• Kultur dengan media Feinberg-Whittington
(sensitivitas >90%)
• Rapid strip test menggunakan Xenostrip- Tv
Test
Trikomoniasis
• Tata laksana, regimen yang dianjurkan:
– metronidazol 2g PO dosis tunggal
– 5-nitroimidazol 2g PO dosis tunggal
Alternatif: metronidazol 2x500 mg PO selama 7
hari.
Trikomoniasis
• Gagal terapi pertama: metronidazol 2x500 mg
PO selama 7 hari
• Masih gagal terapi: metronidazol 2g PO dosis
tunggal selama 3-7 hari ditambah
metronidazol vagina 500mg malam hari
selama 3-7 hari.
• Jika masih gagal juga, lakukan biakan dan uji
tes resistensi.
PEDIKULOSIS PUBIS
• Infestasi kutu Pthiris pubis pada rambut pubis,
kadang juga dapat ditemukan di alis, bulu
mata dan rambut aksila
• Jarang dijumpai pada ras di daerah tropis dg
rambut pubis yg tidak lebat
Etiologi
• Pthiris pubis
– Panjang 1-2mm
– Coklat yua / muda
– 3 pasang kaki dg ujung seperti cakar u/ mencengkram rambut
– Kepalanya dimasukkan ke dalam folikel
• 5 siklus hidup berlangsung 25 hari :
– Stadium telur (5-10 hari)
– 3 stadium nimfa(di dasar rambut)
– Bentuk dewasa (menghisap darah)
– Telur kosong berwarna putih dan mudah terlihat
• Telur
– Bulat
– Memiliki operkulum
– Melekat erat pd dasar rambut o/ lapisan kitin
Gambaran klinik
• Kutu menyukai daerah tubuh yg memiliki
kelenjar apokrin (pubis, anogenital, aksila)
• Lesi primer dan gatal yg hebat terutaa pada
malam hari
• Pruritus timbul 30hari setelah pajanan awal
• Pd tempat gigitan terdapat maculae cerulae
(bercak diameter 1cm, warna kebiruan, tidak
gatal, menghilang pada pemeriksaan diaskopi)
• Pada anak2 dapat mengenai bulu mata
Komplikasi & Diagnosis
Komplikasi
akibat garukan pd lesi pruritik : eritem, iritasi dan
infeksi sekunder
Diagnosis
– Mencari kutu dewasa
– Setelah menghisap darah parasit ini mudah terlihat
krn berwarna coklat kemerahan mirip krusta
– Pd papul bekas garukan, bila ‘krusta’ diangkat dan
diletakkan di atas gelas obyek maka ia dapat berjalan
– Jika tidak dijumpai kutu dewasa  diagnosis
ditegakkan dg menemukan telur yg menempel pada
batang rambut, melalui pemeriksaan mikroskop
DD
• Piodermi
• Impetigo
• Pruritus vulva
• Folikulitis
• Dermatitis kontak
• Ekskoriasi neurotik
Penatalaksanaan
• Pengelolaan umum
– Harus dicari IMS lain yg mungkin menyertai pedikulosis
– Membersihkan telur pda batang rambut dg sisir rapat
– Pasangan seks dalam 1 bulan terakhir harus di terapai secara simultan
– Pakaian dalam, handuk, sprei dicuci dg air panas+disetrika / jangan
dipakai selama 72jam
– Pd penderita berbulu, obat harus dioleskan sampai paha, badan dan
daerah aksila
– Terapai pada penderita pedikulosis pubis dg infeksi HIV sama seperti
terapi tanpa infeksi HIV
• Obat spesifik
– Shampo gameksan 1%
• Dioleskan selama 4 menit – cuci
• ≠ anak < 2tahun, ibu hamil / menyusui serta erosi yg masif
– Krim premethrin
SKABIES
• Definisi
– Penyakit kulit yang disebabkan oleh infestasi dan
sensitisasi Sarcoptes scabies Var. Hominis.
Etiologi
• penyebab skabies pd manusia  varietas hominis
• Sarcoptes scabei :
– Tungau kecil
– Bentuk bulat lonjong dan bagian ventral datar
– Tungau betina P = 300 – 450mikron
– Tungau jantan lebih kecil
– Dewasa :
• 4 pasang kaki
• Bergerak dg kecepatan 2,5cm/menit di permukaan kulit
– Tungau betina dibuahi  mecari lokasi yg tepat di permukaan
kulit m’btk terowongan (v=0,5 – 5 mm/hari)  tinggal selama
hidupnya ± 30 hari + bertelur (2-3 butir/hari)  telur menetas 3 – 4
hari  larva  ke permukaan kulit  masuk kulit lagi  gali
terowongan sekitar folikel rambut u/ melindungi diri & mendapat
makanan  nimfa  dewasa
– Telur – dewasa  10 – 14 hari
– Terowongan dapat sampai ke perbatasan stratum korneum dan
stratum granulosum
Faktor yg mempengaruhi
perkembangan skabies
• Sosial ekonomi yang rendah
• Higiene yang buruk
• Hubungan seksual yang bersifat promiskuitas
• Kesalahan diagnosis
• Perkembangan demografik dan ekologik
Gambaran klinik
• Gejala utama  pruritus pada malam hari
• Lesi khas skabies:
– Papul yang gatal sepanjang terowongan yg berisi tungau
– lesi pd umumnya simetrik
– Tempat predileksi sela jari tangan, fleksor siku dan lutut, pergelangan
tangan, arcola mammae, umbilikus, penis, aksila, abdomen bagian
bawah dan bokong
– Lesi pd penis terbentuk khas : nodul dan sering disertai lesi ulseratif
dan piodermi
• Lesi patognomik :
– Lesi agak meninggi, lurus, dan berkelok – kelok
– Berwarna keabu – abuan
– Ujung terowongan terdapat vesikel atau pustul terutama pd bayi dan
anak
• Lesi lain yg dapat di jumpai: vesikula dan urtika
• Penderita sering datang dg lesi sudah mengalami
ekskoriasi, eksematisasi dan infeksi sekunder
akibat garukan
• Bentuk khusus (nonklasik) skabies:
1. Skabies pada orang bersih
2. Skabies nodularis
3. Skabies yg disertai infeksi menular seksual yang lain
4. Skabies dan aquired immunodeficiency syndrome
(AIDS)
• Masa hidup tungau jantan lebih pendek dan mempunyai
peran yg kecil pd patogenesis penyakit.
– Hanya hidup di permukaan kulit
– Akan mati setelah membuahi tungau betina
• Parasit obligat pada manusia
• Dapat hidup di luar manusia ± 2 – 3 hari
• Tungau mati pd suhu sedang (moderate temperature)
• Suhu 50°C di luar hospes  mati dalam 10 menit
• Suhu 25°C  tungaubertahan 3 hari kelembaban relatif
90°
• Paling lama tungau hidup di luar kulit manusia  14hari pd
udara lembab suhu 12°C
Komplikasi
• Infeksi sekunder:
– Lesi impetiginosa
– Ektima
– Furunkulosis
– Selulitis
• Infeksi sekunder sistemik
• Stafilokok dan streptokok yg berada dalam lesi skabies
dapat menyebabkan
– Pielonefritis
– Abses internal
– Pnemonia piogenik
– septikemia
Diagnosis
• Gatal terutama pada malam hari
• Lesi poliamorf tertama pada tempat predileksi
• Diagnosis pasti dg ditemukannya tungau dg
pemeriksaan mikroskop, dg cara:
1. Kerokan kulit
• Teteskan minyak mineral di atas pul atau terowongan baru yg
utuh
• Kerok dg skapel steril (mengangkat atap papul)
• Pidahkan ke gelas obyek
• Tutup dg kaca penutup
• Periksa dg mikroskop
• Hasil +  tampak tungau telur, larva, nimfa atau skibala
• Harus hati2 pd bayi dan anak atau pnderita non - koperatif
2. Mengambil tungau dengan jarum
• Jarum dimasukkan kedalam terowongan pada bagian yang gelap
(kec pd orang kulit hitam pada titik yg putih)
• Digerakkan tangensial
• Tugau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat keluar
3. Epidermal shave biopsi
• Menemukan erowongan di antara ibu jari dan telunjuk
• Iris puncak lesi dg skalpel No. 15 yg dilakukan sejajar dg
permukaan kulit
• Biopsi dilakukan sangat superficial, tdk terjadi perdarahanl, tdk
perlu anestesi
• Spesimen diletakkan pd gelas obyek
• Ditetesi minyak mineral
• Periksa dg mikroskop
4. Kuretasi terowongan (kuret dermal)
• Kuretasi superficial mengikuti sumbu panjang terowongan/
puncak papul
• Kerokan diletakkan di gelas obyek
• Ditetesi minyak mineral
• Periksa dg mikroskop
5. Tes tinta burrow
• Papul dilapisi dg tinta pena
• Segera hapus dg alkohol
• Jejak terowongan terlihat sebagai garis yg karakteistik, berkelok – kelok
• Tes tidak sakit
• Dapat dikerjakan pd anak & penderita non – koperatif
6. Tetrasiklin topikal
• Larutan tetrasiklin dioleskan pd terowongan
• Keringkan 5menit
• Hapus larutan dg isopropilalkohol
• Terowongan tampak pd penyinaran lampu Wood, sebagai garis linier
berwarna kuning kehijauan
7. Apusan kulit
• Bersihkan kulit dg eter
• Letakkan selotip pd lesi & diangkat dg gerakan cepat
• Selotip diletakkan di gelas obyek (6 buah dari lesi yg sama pd 1 gelas obyek)
• Periksa dg mikroskop
8. Biopsi plong
• Dilakukan apabila tungau dan produknya tidak dapat diteukan dg cara diatas
• Pd lesi yang tidak mengalami ekskoriasi dan dikerjaka dg potongan serial
• Diperiksa dg teliti u/ menemukan tungau atau produknya dalam stratum
korneum
Penatalaksanaan
• Beri penjelasan pada penderita mengenai penyakitnya
• Semua orang yg berkontak dg penderita perlu diobati
• Obat pada pengobatan skabies:
1. Gama benzen heksaklorid (Lindane)
• Sering digunakan & obat pilihan
• Membunuh tungau dan telurnya
2. Krotamiton
• 10% dalam krim / losio
• Skabisid yg efektif
• Es: iritasi (pemakaian jangka lama)
3. Sulfur
• Sulfur presipitatum 5 – 10 % dalam vaselin
• Dapat dipakai pd bayi, penderita hamil, dan menyusui
• Membunuh larva, tungau
• Baunya tidak enak, lekat, mewarnai pakaian
• Es: kadang menimbulkan iritasi
4. Bensil bensoat
• Bentuk emulsi/ losio dg konsentrasi 25%
• Tidak sering digunakan lagi
• Tidak mewarnai pakaian
• Es: iritasi
5. Tiabendasol
• 5 – 10 % bentuk krim dan losio
6. Permetrin
• 5% dalam bentuk krim
• Obat topikal anti skabies baru

Anda mungkin juga menyukai