Anda di halaman 1dari 11

HPK 2.

1
PERSETUJUAN TINDAKAN KEDOKTERAN
(Informed Consent)
GAMBARAN HUKUM
• Hubungan pasien, dokter di Rumah Sakit (RS), selain berbentuk sebagai
hubungan medik, juga berbentuk sebagai hubungan hukum. Sebagai hubungan
medik, maka hubungan medik itu akan diatur oleh kaidah – kaidah medik,
sebagai hubungan hukum, maka hubungan hukum itu akan diatur oleh kaidah –
kaidah hukum. Salah satu lembaga hukum yang ada dalam hubungan hukum
antara dokter, pasien dan RS adalah apa yang dikenal dengan lembaga
persetujuan tindakan medik (Informed Consent). Pada tahun 2008, telah
diberlakukan Permenkes No. 290/2008 tentang persetujuan tindakan medik.
MAKSUD DAN TUJUAN
• Agar pasien dan keluarganya dapat berpartisipasi dalam membuat keputusan,
mereka mendapat informasi tentang kondisi medis, setelah dilakukan asesmen,
termasuk diagnosis pasti dan rencana asuhan. Pasien serta keluarga mengerti hal
yang harus diputuskan tentang asuhan dan bagaimana mereka berpartisipasi
dalam membuat keputusan. Sebagai tambahan, pasien serta keluarga harus
mengerti tentang proses asuhan, tes pemeriksaan, prosedur, dan tindakan yang
harus mendapat persetujuan (consent) dari mereka.
• Selama dalam proses asuhan, pasien juga berhak mendapat penjelasan tentang
hasil pengobatan/tindakan termasuk kemungkinan hasil yang tidak terduga.
Pasien serta keluarga paham bahwa mereka berhak atas informasi ini dan berhak
mengetahui siapa dokter yang bertanggung jawab untuk melayaninya yang akan
memberitahu hasil asesmen dan pengobatan/tindakan.
PEMBERIAN INFORMASI KEPADA PASIEN
Pasal 45 UU Praktik Kedokteran memberikan batasan
minimal informasi yang selayaknya diberikan kepada pasien,
yaitu :
1. Diagnosis dan tata cara tindakan medis
2. Tujuan tindakan medis yang dilakukan
3. Alternatif tindakan lain dan risikonya
4. Risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan
5. Prognosis terhadap tindakan yang dilakukan
Dengan mengacu kepada kepustakaan manual Persetujuan Tindakan
Medis KKI memberikan 12 kunci informasi yang sebaiknya diberikan
kepada pasien :
1. Diagnosis dan prognosis secara rinci dan juga prognosis apabila tidak diobati
2. Ketidakpastian tentang diagnosis (diagnosis kerja dan diagnosis banding)
termasuk pilihan pemeriksaan lanjutan sebelum dilakukan pengobatan
3. Pilihan pengobatan atau penatalaksanaan terhadap kondisi kesehatannya,
termasuk pilihan untuk tidak diobati
4. Tujuan dari rencana pemeriksaan atau pengobatan; rincian dari prosedur atau
pengobatan yang dilaksanakan, termasuk tindakan subsider seperti penanganan
nyeri, bagaimana pasien seharusnya mempersiapkan diri, rincian apa yang akan
dialami pasien selama dan sesudah tindakan, termasuk efek samping yang biasa
terjadi dan yang serius
5. Untuk setiap pilihan tindakan, diperlukan keterangan tentang
kelebihan/keuntungan dan tingkat kemungkinan keberhasilannya, dan diskusi
tentang kemungkinan risiko yang serius atau sering terjadi, dan perubahan gaya
hidup sebagai akibat dari tindakan tersebut
6. Nyatakan bila rencana pengobatan tersebut adalah upaya yang masih
eksperimental
7. Bagaimana dan kapan kondisi pasien dan akibat sampingannya akan
dimonitor atau dinilai kembali
8. Nama dokter yang bertanggungjawab secara keseluruhan untuk pengobatan
tersebut, serta bila mungkin nama-nama anggota tim lainnya
9. Bila melibatkan dokter yang sedang mengikuti pelatihan atau pendidikan,
maka sebaiknya dijelaskan peranannya di dalam rangkaian tindakan yang
akan dilakukan
10. Mengingatkan kembali bahwa pasien dapat mengubah pendapatnya setiap
waktu. Bila hal itu dilakukan maka pasien bertanggungjawab penuh atas
konsekuensi pembatalan tersebut.
11. Mengingatkan bahwa pasien berhak memperoleh pendapat kedua dari
dokter lain
12. Bila memungkinkan, juga diberitahu tentang perincian biaya.
PENUNDAAN PERSETUJUAN
Persetujuan suatu tindakan kedokteran dapat saja ditunda pelaksanaannya oleh
pasien atau yang memberikan persetujuan dengan berbagai alasan, misalnya
terdapat anggota keluarga yang masih belum setuju, masalah keuangan, atau
masalah waktu pelaksanaan. Dalam hal penundaan tersebut cukup lama, maka
perlu di cek kembali apakah persetujuan tersebut masih berlaku atau tidak.
PEMBATALAN PERSETUJUAN
• Pada prinsipnya, setiap saat pasien dapat membatalkan persetujuan mereka dengan
membuat surat atau pernyataan tertulis pembatalan persetujuan tindakan
kedokteran. Pembatalan tersebut sebaiknya dilakukan sebelum tindakan dimulai.
Selain itu, pasien harus diberitahu bahwa pasien bertanggungjawab atas akibat dari
pembatalan persetujuan tindakan. Oleh karena itu, pasien harus kompeten untuk
dapat membatalkan persetujuan.
• Menentukan kompetensi pasien pada situasi seperti ini seringkali sulit. Nyeri, syok
atau pengaruh obat-obatan dapat mempengaruhi kompetensi pasien dan
kemampuan dokter dalam menilai kompetensi pasien. Bila pasien dipastikan
kompeten dan memutuskan untuk membatalkan persetujuannya, maka dokter harus
menghormatinya dan membatalkan tindakan atau pengobatannya.
FORM GENERAL CONSENT

• I:\AKREDITAS (HPK)\HPK FINISHING


CLEAR\HPK 2.1\7. GENERAL
CONSENT.xlsx
FORM INFORM CONSENT

• I:\AKREDITAS (HPK)\HPK FINISHING CLEAR\HPK


2.1\10. inform consent.xlsx
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai