Anda di halaman 1dari 21

Persepsi tentang Pasung (Pengendalian Fisik dan

Pengurungan) pada Pasien Skizofrenia :


Studi Kualitatif antara Anggota Keluarga dan
Pihak Terkait Lainnya di Kabupaten Bogor,
Provinsi Jawa Barat, Indonesia 2017

Presentan :
Yolla Adelina Utami
Elsa Dwika Putri Harni

Preseptor :
Dr. Silvia Erfan, Sp.KJ
ABSTRAK
Latar belakang Tujuan

•Resolusi PBB • Untuk mengetahui persepsi


merekomendasikan untuk anggota keluarga pasien
merawat semua pasien skizofrenia dan pihak terkait
gangguan jiwa dengan lainnya mengenai pasung di
manusiawi dan layak. Kabupaten Bogor, Provinsi
Namun, stigma sosial terus Jawa Barat tahun 2017.
berlaku untuk pasien
dengan skizofrenia.
Pengekangan fisik dan
pengurungan adalah
fenomena yang terkenal di
Indonesia dan dikenal
dengan pasung.
LATAR BELAKANG
• Pasal 1 Deklarasi Universal HAM
• semua individu bebas dan memiliki hak dan martabat yang
PBB setara. Ini melindungi hak-hak dasar individu dengan cacat
1948 fisik atau jiwa.

• > 21 juta orang terkena skizofreniaberupa pemikiran yang


menyimpang, persepsi, emosi, bahasa, perasaan dan perilaku
GLOBAL

• Skizofrenia ini dikaikan dengan stigma masyarakat


sehingga membatasi akses mereka ke layanan kesehatan,
pendidikan, pekerjaan dan kualitas hidup.
> 50% pasien skizofrenia tidak
mendapatkan perawatan kesehatan
jiwa yang tepat

90% pasien skizofrenia yang tidak


diobati berasal dari negara miskin
dan negara berkembang.

14,3% RT Indonesia memiliki pasien


Riskerdas
(2013)
dengan gangguan jiwa dan mayoritas
berada di daerah pedesaan
20% dan merupakan angka kejadian tertinggi
JABAR di Indonesia.

BOGOR 1323 pasien dengan gangguan jiwa pada


tahun 2016–2017

Bogor 75 orang (5,6%) dari 1.323 pasien skizofrenia


di Kabupaten Bogor pernah dipasung
Metode

• Merupkan penelitian eksploratif kualitatif


• dilakukan di Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat dari bulan Mei-Juni 2017.

• melibatkan 12 pihak terkait termasuk anggota keluarga, tetangga, tokoh


masyarakat, dan petugas kesehatan jiwa

• Wawancara`dilakukan pada anggota keluarga (berjumlah 3 orang) yang


melakukan pemasungan terhadap pasien dengan skizofrenia
• tetangga

• tokoh masyarakat (dua kepala rumah tangga dan satu dari kader kesehatan
• petugas kesehatan jiwa dari puskesmas (yang terdiri dari tiga orang bidan)

• Analisa data dilakukan berdasarkan kesimpulan dan interpretasi data yang valid
ANALISIS DATA

Transkrip wawancara disiapkan oleh penulis pada hari yang


sama dengan analisis data kualitatif

Tujuan penelitian diidentifikasi dan dikumpulkan dalam satu unit


analisis

Data yang sering muncul diberi kode dan diklasifikasikan dalam


bentuk gambar

Jawaban dari peserta akan dipilih untuk diilustrasikan dan


diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.
Dari hasil wawancara di dapatkan bahwa keluaga
melakukan pemasungan kepada anggota keluarga ya
dengan allasan berikut :
1. Persepsi terhadap pasung

Keamanan atau perlindungan pasien dan orang lain adalah


alasan utama dilakukannya tindakan pemasungan. Sebagian besar
pasien menunjukkan perilaku agresif seperti kekerasan fisik kepada
anggota keluarga dan tetangga. Mereka merusak perabot,
lingkungan atau kebun tetangga, mencuri makanan, melempar
barang, memecahkan kaca dll. Ketika tidak di pasung, pasien
berkeliaran keluar rumah.
2. Masalah Finansial

Keluarga tidak dapat menanggung biaya perawatan jiwa.


Kadang-kadang, mereka tidak mampu membayar biaya transportasi
meskipun mereka memiliki asuransi kesehatan. Selain itu, keluarga
tidak dapat memenuhi biaya pasien yang makan berlebihan. Karena
semua alasan ini, keluarga tidak mampu memenuhi kebutuhan
termasuk kebutuhan dasar mereka.
3. Ketidakpuasan terhadap Layanan Kesehatan Jiwa

• Akses dan ketersediaan pelayanan kesehatan jiwa yang


memprihatinkan di daerah pedesaan.
• Kurangnya rasa percaya disebabkan karena seringnya terjadi
kekambuhan pada pasien yang dirawat.
• Layanan kesehatan jiwa relatif lebih baik dan terkoordinasi
dengan baik di lingkungan perkotaan yang terdiri dari perawatan
medis dan psikolog untuk mengubah perilaku. Keluarga sering
mencari perawatan alternatif yang mudah tersedia.
4. Pengetahuan Masyarakat yang Terbatas Mengenai Skizofrenia

Masyarakat memiliki pengetahuan yang terbatas mengenai


skizofrenia dan bagaimana merawat pasien dengan skizofrenia.
Persepsi yang keliru dan kesalahpahaman umum terjadi.
Menghentikan perilaku agresif dan mematuhi orang tua dianggap
sebagai tanda kesembuhan bahkan ketika pasien dipasung.
Table 1 Data Demografi Pasien Skizofrenia yang dipasung di
Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat, Indonesia 2017
USIA J. KELAMIN STATUS KEKAMBUHAN CARA PEMASUNGAN LAMA
PERKAWINAN PEMASUNGAN

25 tahun laki-laki duda satu kali Pasien diikat dan dirantai 10 hari
kedua kakinya

Pasien diikat dan dirantai di


34 tahun laki-laki Lajang 18 kali sebuah rumah kosong 3 tahun
dengan lantai yang kotor

Pasien diikat dan dirantai di


16 tahun laki-laki Lajang sering kandang kambing 2 bulan
setiap malam
DISKUSI
Pasung dianggap sebagai tindakan yang diperlukan karena
perilaku agresif dan destruktif pasien

Masalah finansial termasuk binge eating disorder dan


ketidakpuasan dengan layanan kesehatan jiwa yang ada
merupakan alasan mereka tidak mendatangi pusat
pelayanan kesehatan jiwa.

Pengetahuan yang rendah dan persepsi yang salah tentang


skizofrenia

Pelanggaran HAM umumnya terlihat pada pasien dengan


gangguan jiwa
Pasung sering dilakukan pada pasien skizofrenia,
meskipun terkadang dilakukan pada pasien dengan
gangguan jiwa lainnya

Anggota keluarga dan tokoh masyarakat menganggap


tindakan pasung sebagai solusi praktis untuk melindungi
pasien, anggota keluarga, dan tetangga. Namun, mereka
tidak pernah secara terbuka membahas stigma yang
terkait dengan skizofrenia sebagai alasan pasung.

Peserta penelitian berpendapat bahwa layanan


kesehatan jiwa di daerah pedesaan Kabupaten Bogor
tidak setara dengan fasilitas kesehatan jiwa perkotaan
dan banyak yang tidak mampu membayar biaya
transportasi. .
• Dalam penelitian, pengetahuan yang rendah dan stigma terhadap
pasien skizofrenia di masyarakat perlu mendapat perhatian
petugas kesehatan.
• penguatan sistem kesehatan dan peningkatan kesadaran
masyarakat harus dilakukan bersamaan untuk mencegah
pelanggaran HAM dan keterlambatan dalam mencari layanan
kesehatan jiwa.
• Selain meningkatkan aksesibilitas, keterjangkauan, dan kualitas
layanan kesehatan jiwa, mengintegrasikan psikolog dalam sistem
perawatan kesehatan primer dianggap sebagai langkah awal
menuju peningkatan layanan kesehatan jiwa
Faktor-faktor lain Terjadinya Pasung di Indonesia

• Pasung di Indonesia terjadi karena kurangnya


informasi, akses, dan fasilitas pelayanan
kesehatan jiwa.

• Dari sekitar 9000 Puskesmas yang ada, hanya


1000 Puskesmas menyediakan layanan
psikiatris.

• Di total 8 provinsi di Indonesia, tidak ditemukan


rumah sakit jiwa
• Pasung telah dilarang di Indonesia sejak tahun 1977.
• Namun, tindakan pemasungan masih terjadi karena stigma yang
bertahan lama dan infrastruktur pelayanan kesehatan jiwa yang
buruk.

• Program Indonesia Bebas Pasung bertujuan untuk memberantas


pasung pada tahun 2019.

• Terbatasnya jumlah tenaga profesional yang tersedia, yaitu


psikiater, perawat kesehatan jiwa, dan psikolog. Hanya ada 600
psikiater dan 365 psikolog klinis di Indonesia.
Hasil: Anggota keluarga dan masyarakat pada umumnya
menganggap bahwa pasung diperlukan untuk alasan keamanan
karena adanya perilaku agresif pasien seperti kekerasan fisik kepada
tetangga, mencuri makanan dll. Menurut para pemuka masyarakat,
keluarga sering tidak menanggapi permintaan pasien untuk
dibebaskan dari pasung.
Anggota keluarga memiliki kendala keuangan untuk
melakukan pengobatan kesehatan jiwa dan juga tidak puas dengan
pelayanan kesehatan jiwa yang tersedia. Penyedia layanan
kesehatan dinilai memiliki pengetahuan yang kurang dalam
meluruskan persepsi yang buruk terhadap pasien skizofrenia di
kalangan masyarakat.
KESIMPULAN
Pasung dianggap sebagai langkah yang diperlukan untuk
melindungi pasien dan orang lain dari perilaku agresif pasien.
Keterbatasan finansial dan ketidakpuasan dengan layanan kesehatan
jiwa yang tersedia memaksa anggota keluarga untuk mencari
pengobatan alternatif bahkan tidak dilakukan perawatan sama sekali.
Pengetahuan yang rendah dan persepsi salah tentang
skizofrenia sering terjadi di kalangan anggota keluarga dan pemimpin
masyarakat. Meningkatkan layanan kesehatan jiwa, terutama di
daerah pedesaan dan menekankan aksesibilitas dan kualitas sangat
penting. Promosi kesehatan mengenai skizofrenia dan kesalahan
persepsi yang sering terjadi dan pemberian pengobatan secara
berkala dan tepat sangat dibutuhkan.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai