Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN SISTEM IMUN DAN HEMATOLOGI

MODUL I GANGGUAN KEKEBALAN


SKENARIO 2
SKENARIO 2

Mrs. A 38 tahun dibawa ke Poliklinik Umum RSUP. Dr. Wahidin


Sudirohusodo Makassar, dengan keluhan : penurunan BB,
demam sudah lebih dari 1 bulan, diare kronis, batuk menetapa,
kelemahan tubuh, berkeringan malam, hilang nafsu makan,
infeksi kulit, dan ada tuberkulosis paru.
KLASIFIKASI KATA KUNCI

• Penurunan BB
• deman lebih dari satu bulan
• diare kronis
• batuk menetap
• kelemahan tubuh
• berkeringat malam
• hilang nafsu makan
• infeksi kulit
• ada tuberkulosisi paru
KONSEP MEDIS

APA ITU HIV/AIDS ??

HIV (human immunodeficiency virus), disebut human


(manusia) karena virus ini hanya dapat menginfeksi
manusia, immune-deficiency karena efek virus ini
adalah menurunkan kemampuan system kekebalan
tubuh, dan termasuk golongan virus karena salah
satu karakteristiknya adalah tidak mampu
mereproduksi diri sendiri melainkan memanfaatkan
sel-sel tubuh. Virus HIV menyerang sel darah putih
manusia dan menyebabkan turunnya kekebalan
tubuh sehingga mudah terserang penyakit.
APA PENYEBABNYA ??

Penyebab kelainan imun pada


AIDS adalah suatu agen viral
yang disebut HIV dari kelompok
virus yang dikenal retrovirus
yang disebut lymphadenopathy
Associated virus (LAV) atau
human T-cell leukimia virus
(HTL-III yang juga disebut
human D-celi lymphotropic
virus (retrovirus). Retrovirus
mengubah asam
rebonukleatnya (RNA) menjadi
1. Hubungan seksual asam deksiribunokleat (DNA)
2. Transfusi darah setelah masuk kedalam sel
3. Berbagi jarum atau infus yang tercemar pejamu.
4. Penularan dari ibu ke bayi
MANIFESTASI KLINIK

1. Fase Klinik 1
Tanpa gejala, limfadenopati (gangguan kelenjar/pembuluh limfe) menetap
dan menyeluruh.

2. Fase klinik 2
Penurunan BB (<10%) tanpa sebab. Infeksi saluran pernafasan atas. Herpez
zoster, infeksi sudut bibir, ulkus mulut berulang,

3. Fase klinik 3
Diare kronik tanpa sebab sampai >1 bulan. Demam menetap >1 bulan).
Kandidiasis oral menetap. TB pulmonal (baru), plak putih pada mulut, infeksi
bakteri berat, meningitis, bakteremia, gangguan inflamasi berat pada pelvik.

4. Fase klinik 4
Gejala menjadi kurus (HIV wasting syndrome), pneumocystis, infeksi herpes
simplex kronik Oesophageal candidiasis, TBC ekstrapulmonal,meningitis,
PATOFISIOLOGI

HIV secara khusus menginfeksi limfosit dengan antigen


permukaan CD4, yang bekerja sebagai reseptor viral. Subset
limfosit ini, yang mencangkup limfosit penolong dengan
peran kritis dalam mempertahankan responsivitas imun, juga
memperlihatkan pengurangan bertahap bersamaan dengan
perkembangan penyakit.mekanisme infeksi HIV yang
menyababkan penurunan sel CD4.
Infeksi HIV biasanya secara klinis tidak bergejala saat terakhir,
meskipun ”periode inkubasi” atau interval sebelum muncul gejala
infeksi HIV, secara umum lebih singkat pada infeksi perinatal
dibandingkan pada infeksi HIV dewasa. Selama fase ini, gangguan
regulasi imun sering tampak pada saat tes, terutama berkenaan
dengan fungsi Sel B; hipergameglobulinemia dengan produksi
antibody nonfungsional lebih universal diantara anak-anak yang
terinfeksi HIV daripada dewasa, sering meningkat pada usia 3-6
bulan.
PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. Mendeteksi antigen virus dengan PCR (polimerase chain reaction)


2. Tes ELSA memberikan hasil positif 2-3 bulan sesudah infeksi
3. Hasi lpositif dikonfirmasi dengan pemeriksaan western blott
4. Serologis : skrinning HIV dengan ELISA, tes western blot, limfosit T.
5. Pemeriksaan darah rutin
6. Pemeriksaan neurologis
7. Tes fungsi paru, broskoscopi.
8. Viral Load
9. Pap Smear
Ketidakmampuan untuk berespons terhadap antigen baru ini
dengan produksi immunoglobulin secara klinis mempengaruhi bayi
tanpa pajanan antigen sebelumnya, berperang pada infeksi dan
keparahan infeksi bakteri yang lebih berat pada infeksi HIV pediatrik.
Deplesi limfosit CDA sering merupakan temuan lanjutan, dan
mungkin tdk berkorelasi dengan status simtomatik. Bayi dan anak-
anak dengan infeksi HIV sering memiliki jumlah limfosit CD4
terhadap CD8 yang normal. Panjamu yang berkembang untuk
beberapa alas an menderita imunopatologi yang berbeda dengan
dewasa, dan kerentanan perkembangan system saraf pusat
menerangkan frekuensi relative ensofalopati yang terjadi pada
infeksi HIV anak
PENATALAKSANAAN KOMPLIKASI

1. Pengobatan suportif
2. Pengobatan simptomatik
3. Pencegahan infeksi 1. Respiratorius
opurtunistik, dapat 2. Gastrointestinal
digunakan antibiotik 3. Kanker
kotrimokzasol 4. Neurologik
4. Pemberian ARV
Antiretroviral
PENCEGAHAN

1. Hindari tranfusi, dengan selalu berhati-hati.


2. Hindari suntik-menyuntik
3. Berhati-hatilah dalam menolong orang luka dan berdarah.
4. Tempatkan benda-benda tajam yang tidak terpakai dalam
wadah anti tembus
5. Di lingkungan rumah buang dan siramlah darah serta cairan
tubuh dengan sabun dan air.
6. Bila ada sesuatu tanda atau gejala yang meragukan,
secepatnya memeriksakan diri
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN

Aktivitas / Istirahat
Sirkulasi
Integritas Ego
Eliminasi dan Makanan / Cairan
Hygiene
Neurosensory
Nyeri / Kenyamanan
Pernapasan
Keamanan dan Seksualitas
Interaksi Sosial dan Penyuluhan / Pembelajaran.
DIAGNOSA
KEPERAWATAN

1) Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d pneumonia carinii (PCVP),


peningkatan sekresi bronkus dan penurunan kemampuan untuk batuk
menyertai kelemahan serta keadaan mudah letih.
2) Ketidakefektifan pola napas b.d jalan nafas terganggu akibat spasme otot-
otot pernapasan dan penurunan ekspansi paru.
3) Ketidakefektifan termogulasi b.d penurunan imunitas tubuh
4) Ketidakefektifan termogulasi b.d penurunan imunitas tubuh
5) Intoleransi aktivitas b.d keadaan mudah letih, kelemahan, malnutrisi,
gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit.
6) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d penurunan
asupan oral
7). Gangguan harga diri
8). Resiko infeksi b.d imunodefisiensi
9). Resiko ketidakseimbangan elektrolit
10). Defisiensi pengetahuan b.d cara – cara mencegah penularan HIV dan perawatan
mandiri.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai