Anda di halaman 1dari 65

Pengkajian

sistem
Kardiovaskuler
Doni Setiyawan, S.kep., Ns., M.Kep
Anatomi dan Fisiologi Jantung

 Jantung tdd 3 lap ; lap terluar (epikardium), lapisan


tengah merupakan lapisan otot (miokardium), dan
lap terdalam adalah lap endotel (endokardium)
 Ruang jantung bagian atas disebut atrium, bag
bawah disebut ventrikel.
 Urutan aliran darah :
vena kava, atrium kanan, ventrikel kanan, arterial
pulmonalis, paru, vena pulmonalis, atrium kiri,
ventrikel kiri, aorta, arteria, kapiler, vena.

2
Katup Jantung

3
4
5
Sistem Sirkulasi

6
Fisiologi Jantung

 Aktivitas kelistrikan jantung


 Peristiwa mekanik jantung
 Pengontrolan kerja jantung
 Pengontrolan curah jantung
 Sirkulasi koronaria

7
Aktivitas Kelistrikan Jantung

 Jantung memiliki kemampuan membentuk depolarisasi


spontan & potensial aksi sendiri  Sistem Penghantar
Khusus (sel autoritmis)
 Sifat – sifat yang harus dimiliki jantung untuk
menghasilkan impuls :
(1) Otomatisasi kemampuan menghasilkan impuls
scr spontan
(2) Ritmis  keteraturan membangkitkan impuls
(3) Daya penerus  kemampuan menghantarkan
impuls
(4) Peka rangsang  kemampuan berespons thd
rangsang
8
Sistem Penghantar Khusus:

 SA node (pace maker) / nodus sinoatrialis, yaitu


pemacu alami jantung. Terdapat di dinding atrium
kanan dkt muara vena cava superior (60-100)
 AV node, merupakan jalur normal transmisi impuls
saraf antara atrium dengan ventrikel (40-60)
 Berkas his (bundle HIS), berkas dr AV node msk ke
septum interventrikel
 Serat purkinje, serat yg menyebar ke miokard
ventrikel, hantaran impuls berjalan cepat (20-40)
9
10
Persarafan sistem kardiovaskular

 Banyak dipersarafi oleh sist saraf otonom


(simpatis dan parasimpatis)
 Parasimpatis = menghambat kerja jantung
(kolinergik), simpatis merangsang kerja
jantung.
 Hub simpatis dan parasimpatis ;
menstabilkan tekanan darah arteri dan curah
jantung untuk mengatur aliran darah ssi
kebutuhan tbh
11
SIKLUS JANTUNG

 Setiap siklus jantung tdd urutan peristiwa


listrik dan mekanik yang saling terkait
 Rangsangan listrik = depolarisasi dan diikuti
dengan pemulihan listrik (repolarisasi)
 Respon mekaniknya adalah sistolik
(kontraksi otot) dan diastolik (relaksasi otot)
 Aktivitas listrik sel disebut potensial aksi,
dapat dilihat dengan elektrokardiogram
(EKG)
12
ELEKTROKARDIOGRAFI
(EKG)

 Dasar
tubuh manusia bersifat sbg konduktor shg
memungkinkan penempatan elektroda di permukaan
tubuh dpt merekam peristiwa listrik di dalam tubuh
 EKG mrp penjumlahan aktivitas listrik yg berasal dari
semua sel otot jantung aktif.
 EKG merupakan sebuah alat diagnostik yang
digunakan untuk mengetahui masalah gangguan
konduksi, gangguan pembuluh darah,abnormalitas
jantung dan keberhasilan pengobatan dll.

13
Interpretasi
EKG

 Gelombang P: depolarisasi atrium (0,12s)


 Kompleks QRS: depolarisasi ventrikel (0,06-0,12s)
 Gelombang Q: depolarisasi di berkas his
 Gelombang R: depolarisasi menyebar dr bgn dalam ke bgn luar dasar
ventrikel
 Segmen PR: waktu yg dibutuhkan oleh impuls dari SA node ke AV
node; terjadi perlambatan AV node
 Gelombang S: depolarisasi menyebar naik dr bgn dasar ventrikel
 Segmen ST: waktu sejak akhir depolarisasi ventrikel sebelum terjadi
repolarisasi (fase plateau); saat tjd kontraksi & pengosongan ventrikel
 Gelombang T: repolarisasi atrium (0,38s)
 Interval TP: waktu saat terjadinya relaksasi & pengisian ventrikel
14
Peristiwa Mekanik Jantung

 Peristiwa mekanik jantung (siklus jantung) 


kontraksi, relaksasi, & perubahan aliran darah mll
jantung; terjadi akibat perubahan ritmis dari aktivitas
kelistrikan jantung
 Setiap siklus jantung tdd 7 fase:
1. Kontraksi ventrikel isovolumetrik
2. Ejeksi cepat Sistol ventrikel
3. Ejeksi lambat
4. Relaksasi ventrikel isovolumetrik
5. Pengisian ventrikel cepat
Diastol ventrikel
6. Pengisian ventrikel lambat
7. Sistol atrium

15
Curah Jantung

 Curah jantung (cardiac output): jumlah darah yg dipompa


oleh tiap ventrikel dlm waktu 1 menit
 Pd org dewasa (istirahat)  5 L/menit; meningkat sesuai dg
kebutuhan
 Curah jantung = Isi sekuncup x denyut jantung per menit
 Isi sekuncup (stroke volume): volume darah yang dipompa
ventrikel tiap denyut (60-70ml).
 Ditentukan oleh Pre Load, Kontraktilitas, After Load.
 Setiap berdenyut, ventrikel memompa  2/3 volume
ventrikel;
- jml darah yang dipompa: fraksi ejeksi
- sisa darah yg masih ada di ventrikel setelah sistol berakhir:
volume akhir sistol (ESV = end systolic volume)
- jumlah darah yang dpt ditampung ventrikel sampai diastol
16 berakhir: volume akhir diastol (ESD = end diastolic volume)
1. Persiapan klien
 Buatlah penerangan yang baik dalam ruangan,
termasuk penerangan untuk pengkajian
 Klien sebaiknya berbaring dengan badan bagian
atas sedikit terangkat, dan pemeriksa sebaiknya
berdiri disisi kanan klien.
 Minta klien untuk tidak berbicara selama
pemeriksaan kecuali diminta oleh pemeriksa.
 Agar klien tidak cemas, jangan perlihatkan
kekuatiran tentang hasil selama pengkajian.
2. Pengkajian Riwayat
Kesehatan
 Kaji riwayat merokok, penggunaan alkohol,
pemakaian obat-obatan, kebiasaan latihan, dan
pola diet termasuk pemasukannya
 Apakah klien mendapat pengobatan untuk
fungsi kardiovaskuler? Apakah klien mengetahui
kegunaan, dosis, dan efek samping pengobatan?
 Tanyakan apakah klien mengalami nyeri atau
ketidaknyamanan pada dada, palpitasi,
kelelahan yang berlebihan, dispnea, edema pada
kaki, pingsan atau ortopnea. Apakah gejala-
gejala ini terjadi saat istirahat atau latihan.
 Bila terjadi nyeri dada, tentukan apakah hal
tersebut murni karena jantung, nyeri angina
biasanya berupa tekanan atau rasa sakit yang
dalam, substernal dan menyebar ke salah satu
atau kedua lengan, bisa sampai ke rahang;
Tentukan frekuensinya. Apakah nyeri menyebar
ke lengan, bahu, atau leher? Apakah nyeri
tersebut disertai terjadinya diaforesis.
 Apakah klien menjalani gaya hidup yang penuh
stres
 Kaji riwayat keluarga klien mengenai penyakit
jantung seperti hipertensi, stroke, kolesterol
tinggi, atau penyakit jantung rematik.
 Apakah klien mengetahui adanya
hipertensi atau penyakit jantung tersebut
 Apakah klien mengalami diabetes atau
gejala awal diabetes, penyakit paru atau
obesitas
 Tentukan apakah klien minum minuman
mengandung kafein yang berlebihan.
 Kaji kebiasaan makan klien seperti
mengkonsumsi lemak, natrium.
11 pola kes.fungsional (Gordon)
 Pola persepsi kes./penanganan kes.
klien merasakan kondisi kes dan bgm
menangani
 Pola nutrisi/metabolikgambaran pola
makan dan kebut.cairan b/d kebutuhan
metabolik dan suplai nutrisi
 Pola eliminasi gambaran pola fungsi
pembuangan (bab, bak, mel.kulit)
 Pola aktifitas/olah raga gambaran pola
aktifitas, olahraga, santai, rekreasi
 Pola tidur-istirahat  gambaran pola
tidur, istirahat, dan relaksasi
 Pola kognitif dan perceptual  gambaran
pola konsep diri klien dan persepsi thd
dirinya
 Pola peran/hubungan  gambaran pola
peran dalam berpartisipasi/berhubungan
dg orang lain
 Pola seksualitas/reproduksi gambaran
pola kenyamanan/tidak nyaman dg pola
seksualitas edan gambaran pola
reproduksi
 Pola koping/toleransi stress gambaran
pola koping klien secara umum dan
efektifitas dalam toleransi thd stress
 Pola nilai/keyakinan  gambaran pola
nilai2, keyakinan2 9termasuk asfek
spiritual), dan tujuan yg dapat
mengarahkan menentukan
pilihan/keputusan.
3. Pemeriksaan Fisik
1). Keadaan Umum Pasien
 Pemeriksaan keadaan umum pasien di-
maksudkan untuk mendapatkan kesan umum
pasien tersebut. Dalam pemeriksaan ini perlu
diperhatikan kelainan dan usia pasien, tampak
sakit atau tidak, kesadaran dan keadaan emosi,
dalam keadaan comfort atau distress, serta
sikap dan tingkah laku pasien.
2). Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital

Pernapasan :
Dalam menilai pernapasan secara fisis, perlu
diperhatikan :
 posisi badan, untuk menilai ortopnea

 ekspresi muka, untuk menilai keadaan


emosi atau stress pada pernapasan
 pernapasan pada gerak badan diban-
dingkan dengan pernapasan pada keadaan
istirahat
 tanda-tanda objektif dispnea.
b). Nadi
Kriteria keadaan nadi :
 Frekuensi, menyatakan jumlah denyut nadi per menit.

 Regularitas, menunjukkan teratur/tidaknya nadi bila tidak


teratur tentukan apakah ada defisit denyut nadi, yaitu
selisih antara frekuensi nadi dan denyut jantung per
menit.
 Amplitudo, menggambarkan besar kecilnya isi sekuncup.

 Bentuk (contour), memberikan gambaran upstroke atau


down stroke.
 Isi (volume), menunjukkan besar/kecilnya isi bolus darah
dalam arteri.
 Perabaan arteri, untuk mengetahui keadaan (kondisi)
dinding arteri.
Macam-Macam Denyut Nadi
 Nadi yang keras (augmented
pulsation)
 Nadi yang lemah atau kecil (pulsus
parvus)
 Nadi yang kecil dan terisi dengan
lambat (pulsus parvus et tardus)
 Nadi yang terisi dengan cepat dan
mengosong dengan cepat (rapid
upstroke and collapsing pulse=
Corrigan pulse)
 Nadi bifida (pulsus bisferiens), terjadi
pada obstruksi pada aliran keluar ventrikel
kiri yang moderat disertai regurgitasi pada
katup aorta berat (stenosis dan insufisiensi
katup aorta)
 Nadi dikrotik (dicrotic pulse) , curah
jantung yang rendah dengan elastisitas
dinding arteri yang masih normal,
misalnya pada kardiomiopati, tamponade
jantung dan CHF berat
 Pulsus alternans, nadi yang saling
bergantian antara nadi yang relatif kuat
diselingi oleh nadi yang lebih lemah
(CHF)
 Pulsus paradoxus, terjadi karena
pengurangan tekanan nadi yang
berlebihan sampai 15 mmHg atau lebih
pada waktu inspirasi (perikarditis)
 Pulsus bigeminus, dua denyut berturut-
turut dan diselingi oleh interval yang lebih
panjang sering terjadi pada intoksikasi
digitalis
 Pulsus defisit, jumlah denyut jantung lebih
besar dari jumlah denyut nadi (fibrilasi
atrial, ekstrasistol prematur)
C). Tekanan Darah
Tekanan darah banyak bergantung pada :
 Curah jantung, yang merupakan cerminan fungsi
jantung
 Resistensi vaskular perifer, ditentukan oleh
diameter pembuluh darah perifer.
 Tonus dan elastisitas arteri, menggambarkan
kondisi dinding pembuluh darah perifer.
 Volum darah dalam arteri, menunjukkan
jumlahnya darah intravaskular.
 Viskositas darah, menunjukkan kondisi cairan
intravaskular.
d). Suhu Badan

 Kalori dalam suhu badan merupakan hasil


metabolisme sel-sel jaringan tubuh. Kalori
suhu badan diatur melalui pusat
termoregulator di susunan saraf pusat
autonom. Aliran darah melalui sistem
kardiovaskular berperan untuk
mendistribusikan panas ke seluruh tubuh.
 3). Posture Tubuh
 4). Bentuk Badan
 5). Textur Jaringan dan Warna Kulit
 6). Kepala
 7). Mata
 8). Mulut
 9). Kuping
 10. Muka
 11). Leher
 12). Vena Jugularis Eksterna
 13). Arteri Karotis
 14). Kelenjar Tiroid
 15). Kelenjar Getah Bening
16). Dada
 Kelainan bentuk dada seringkali berkaitan
dengan anatomi dan faal jantung. Di
samping itu juga mempengaruhi faal
pernapasan yang kemudian secara tidak
langsung mempengaruhi faal sirkulasi
darah yang akan menjadi beban kerja
jantung
17). Pemeriksaan Perut
 Diperhatikan besar, bentuk dan konsis-
tensi serta mencari ada tidaknya nyeri
tekan.
 Hepato jugular reflux dapat diperiksa de-
ngan menekan perut di kuadran atas,
maka akan menambah pembendungan
vena jugularis yang sudah meninggi.
Keadaan ini dapat ditemukan pada gagal
jantung kanan dan gagal jantung
kongestif
Pemeriksaan Khusus Pada
Sistem Kardiovaskuler
FISIK DIAGNOSTIK JANTUNG DAN
AORTA

 Proyeksi jantung pada permukaan dada :


 Atrium kanan. Merupakan bagian jantung yang terletak
paling jauh di sisi kanan, yaitu kira-kira 2 cm di sebelah
kanan tepi sternum setinggi sendi kostosternalis ke-3
sampai ke-6.
 Ventrikel kanan. Menempati sebagian besar proyeksi
jantung pada dinding dada.Batas bawahnya adalah
garis yang menghubungkan sendi kostosternalis ke-6
dengan apeks jantung.
FISIK DIAGNOSTIK JANTUNG DAN
AORTA

 Ventrikel kiri. Ventrikel kiri tidak begitu tampak jika


dilihat dari depan. Pada proyeksi jantung pada dada,
daerah tepi kiri –atas selebar 1,5 cm, merupakan
wilayah ventrikel kiri. Batas kiri jantung adalah garis
yang menghubungkan apeks jantung dengan sendi
kostosternalis ke-2 sebelah kiri.
 Atrium kiri. Adalah bagian jantung yang letaknya paling
posterior dan tidak terlihat dari depan. Kecuali sebagian
kecil saja yang terletak di belakang sendi kostosternalis
kiri ke-2.
PEMERIKSAAN

 Secara topografik jantung berada di bagian


depan rongga mediastinum
 Bagian dada yang ditempati oleh proyeksi
jantung yang seperti terlukis di atas itu
dinamakan prekordium
 ALAT YANG DIPERLUKAN :
– Double Lumen-Stetoskop
– Timer
PEMERIKSAAN

 Pertimbangan umum :
– Pakaian atas pasien harus disiapkan dalam
keadaan terbuka.
– Ruang pemeriksaan harus tenang untuk
menampilkan auskultasi yang adekuat.
– Tetap selalu menjaga privacy pasien
– Prioritaskan dan perhatikan untuk tanda-tanda
kegawatan.
A. Inspeksi jantung

 Tanda-tanda yang diamati :


– (1) bentuk prekordium
– (2) Denyut pada apeks jantung
– (3) Denyut nadi pada dada
– (4) Denyut vena
bentuk prekordium

Pada umumnya kedua belah dada adalah simetris


Prekordium yang cekung dapat terjadi akibat
perikarditis menahun, fibrosis atau atelektasis
paru, scoliosis atau kifoskoliosis
Prekordium yang gembung dapat terjadi akibat dari
pembesaran jantung, efusi epikardium, efusi
pleura, tumor paru, tumor mediastinum

Back insp
Denyut apeks jantung (iktus kordis)

 Dalam keadaaan normal, dengan sikap duduk, tidur terlentang


atau berdiri iktus terlihat didalam ruangan interkostal V sisi kiri
agak medial dari linea midclavicularis sinistra
 Pada anak-anak iktus tampak pada ruang interkostal IV
 Sifat iktus :
– Pada keadaan normal, iktus hanya merupakan tonjolan kecil, yang
sifatnya local. Pada pembesaran yang sangat pada bilik kiri, iktus
akan meluas.
– Iktus hanya terjadi selama systole.Oleh karena itu, untuk
memeriksa iktus, kita adakan juga palpasi pada a. carotis comunis
untuk merasakan adanya gelombang yang asalnya dari systole.

Back insp
Denyutan nadi pada dada

 Apabila di dada bagian atas terdapat


denyutan maka harus curiga adanya
kelainan pada aorta
 Aneurisma aorta ascenden dapat
menimbulkan denyutan di ruang interkostal II
kanan, sedangkan denyutan dada di daerah
ruang interkostal II kiri menunjukkan adanya
dilatasi a. pulmonalis dan aneurisma aorta
descenden
Back insp
Denyutan vena

 Vena yang tampak pada dada dan punggung


tidak menunjukkan denyutan
 Vena yang menunjukkan denyutan hanyalah
vena jugularis interna dan eksterna
Palpasi jantung

 Urutan palpasi dalam rangka pemeriksaan


jantung adalah sebagai berikut :
– Pemeriksaan iktus cordis
– Pemeriksaan getaran / thrill
– Pemeriksaan gerakan trachea
Pemeriksaan iktus cordis

 Hal yang dinilai adalah teraba tidaknya iktus,


dan apabila teraba dinilai kuat angkat atau
tidak
 Kadang-kadang kita tidak dapat melihat,
tetapi dapat meraba iktus
 Pada keadaan normal iktus cordis dapat
teraba pada ruang interkostal kiri V, agak ke
medial (2 cm) dari linea midklavikularis kiri.
Back palp
Pemeriksaan getaran / thrill

 Adanya getaran seringkali menunjukkan adanya


kelainan katub bawaan atau penyakit jantung
congenital.
 Disini harus diperhatikan :
– Lokalisasi dari getaran
– Terjadinya getaran : saat systole atau diastole
– Getaran yang lemah akan lebih mudah dipalpasi apabila
orang tersebut melakukan pekerjaan fisik karena frekuensi
jantung dan darah akan mengalir lebih cepat.
– Dengan terabanya getaran maka pada auskultasi nantinya
akan terdengar bising jantung

Back palp
Pemeriksaan gerakan trachea

 Pada pemeriksaan jantung, trachea harus


juga diperhatikan karena anatomi trachea
berhubungan dengan arkus aorta
 Pada aneurisma aorta denyutan aorta
menjalar ke trachea dan denyutan ini dapat
teraba
Perkusi jantung

 Kita melakukan perkusi untuk menetapkan


batas-batas jantung
1. Batas kiri jantung
2. Batas kanan jantung
 Perkusi jantung mempunyai arti pada dua
macam penyakit jantung yaitu efusi
pericardium dan aneurisma aorta
Batas kiri jantung

• Kita melakukan perkusi dari arah lateral ke


medial.
• Perubahan antara bunyi sonor dari paru-paru
ke redup relatif kita tetapkan sebagai batas
jantung kiri
• Normal
Atas : SIC II kiri di linea parastrenalis kiri (pinggang jantung)
Bawah: SIC V kiri agak ke medial linea midklavikularis kiri ( t4
iktus)

Back perk
Batas kanan jantung

 Perkusi juga dilakukan dari arah lateral ke medial.


 Disini agak sulit menentukan batas jantung karena
letaknya agak jauh dari dinding depan thorak
 Normal :
– Batas bawah kanan jantung adalah di sekitar ruang
interkostal III-IV kanan,di linea parasternalis kanan
– Sedangkan batas atasnya di ruang interkostal II kanan linea
parasternalis kanan
Auskultasi Jantung.

 Auskultasi jantung menggunakan alat


stetoskop duplek, yang memiliki dua corong
yang dapat dipakai bergantian.
 Corong pertama berbentuk kerucut
(bell)yang sangat baik untuk mendengarkan
suara dengan frekuensi tinggi (apeks)
 Corong yang kedua berbentuk lingkaran
(diafragma) yang sangat baik untuk
mendengarkan bunyi dengan nada rendah
Suara Jantung
 S1 (lub)
terjadi saat penutupan katup AV karena vibrasi pd dinding ventrikel &
arteri; dimulai pd awal kontraksi/ sistol ventrikel ketika tekanan
ventrikel melebihi tekanan atrium.
 S2 (dup)
terjadi saat penutupan katup semilunar; dimulai pd awal relaksasi/
diastol ventrikel akibat tekanan ventrikel kiri & kanan lebih rendah dari
tekanan di aorta & arteri pulmonal.
 S3
disebabkan oleh vibrasi dinding ventrikel krn darah masuk ke ventrikel
scr tiba-tiba pd saat pembukaan AV, pd akhir pengisian cepat
ventrikel. S3 sering terdengar pd anak dgn dinding toraks yang tipis
atau penderita gagal ventrikel.
 S4
terjadi akibat osilasi darah & rongga jantung yg ditimbulkan oleh
kontraksi atrium. Jarang tjd pd individu normal

56
Pada auskultasi akan diperhatikan 2
hal, yaitu

1. Bunyi jantung : Bunyi jantung I dan II


BJ I : Terjadi karena getaran menutupnya katup
atrioventrikularis, yang terjadi pada saat kontraksi
isometris dari bilik pada permulaan systole
BJ II : Terjadi akibat proyeksi getaran menutupnya
katup aorta dan a. pulmonalis pada dinding toraks.
Ini terjadi kira-kira pada permulaan diastole.
BJ II normal selalu lebih lemah daripada BJ I

2. Bising jantung / cardiac murmur


BUNYI JANTUNG I
 Daerah auskultasi untuk BJ I :
– Pada iktus : katub mitralis terdengar baik disini.
– Pada ruang interkostal IV – V kanan, pada tepi sternum : katub
trikuspidalis terdengar disini
– Pada ruang interkostal III kiri, pada tepi sternum : merupakan tempat yang
baik pula untuk mendengar katub mitral.
 Intensitas BJ I akan bertambah pada apek pada:
– stenosis mitral
– interval PR (pada EKG) yang begitu pendek
– pada kontraksi ventrikel yang kuat dan aliran darah yang cepat misalnya
pada kerja fisik, emosi, anemia, demam dll.
 Intensitas BJ I melemah pada apeks pada :
– shock hebat
– interval PR yang memanjang
– decompensasi hebat.
BUNYI JANTUNG II

 Intensitas BJ II aorta akan bertambah pada :


– hipertensi
– arterisklerosis aorta yang sangat.
 Intensitas BJ II pulmonal bertambah pada :
– kenaikan desakan a. pulmonalis, misalnya pada : kelemahan bilik
kiri, stenosis mitralis, cor pulmonal kronik, kelainan cor congenital
 BJ I dan II akan melemah pada :
– orang yang gemuk
– emfisema paru-paru
– perikarditis eksudatif
– penyakit-penyakit yang menyebabkan kelemahan otot jantung
BISING JANTUNG (Murmur)

• Apakah bising terdapat antara BJ I dan BJ II (=bising


systole), ataukah bising terdapat antara BJ II dan BJ I
(=bising diastole). Cara termudah untuk menentukan
bising systole atau diastole ialah dengan membandingkan
terdengarnya bising dengan saat terabanya iktus atau
pulsasi a. carotis, maka bising itu adalah bising systole.
• Tentukan lokasi bising yang terkeras.
• Tentukan arah dan sampai mana bising itu dijalarkan.
Bising itu dijalarkan ke semua arah tetapi tulang
merupakan penjalar bising yang baik, dan bising yang
keras akan dijalarkan lebih dulu.
BISING JANTUNG
 Perhatikan derajat intensitas bising tersebut, Ada 6 derajat
bising :
(1)Bising yang paling lemah yang dapat didengar.Bising ini hanya
dapat didengar dalam waktu agak lama untuk menyakinkan
apakah besar-benar merupakan suara bising.
(2) Bising lemah , yang dapat kita dengar dengan segera.
(3) dan (4) adalah bising yang sedemikian rupa sehingga
mempunyai intensitas diantara (2) dan (5).
(5) Bising yang sangat keras, tapi tak dapat didengar bila stetoskop
tidak diletakkan pada dinding dada.
(6) Bising yang dapat didengar walaupun tak menggunakan
stetoskop.
 Perhatikan kualitas dari bising, apakah kasar, halus, bising
gesek, bising yang meniup, bising yang melagu
LOKASI AUSKULTASI
PEMERIKSAAN PEMBULUH DARAH
PERIFER

 Pada pemeriksaan pembuluh darah perifer


hal yang biasa dilakukan adalah palpasi
nadi.
 Pada pemeriksaan yang rutin yang dilakukan
adalah palpasi nadi dari a. radialis.
PEMERIKSAAN PEMBULUH DARAH
PERIFER

 Pada palpasi nadi harus diperhatikan hal-hal


di bawah ini :
– Frekuensi nadi
– Tegangan nadi
– Irama nadi
– Macam denyut nadi
– Isi nadi
– Bandingkan nadi a. radialis ka & ki
– Keadaan dinding arteri

Anda mungkin juga menyukai