Tetanus

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 15

PENJELASAN TENTANG PENYAKIT

TETANUS
NAMA : VICKY OKTALUTHFIANTO
PENGERTIAN TETANUS

Tetanus atau lockjaw adalah salah satu penyakit serius yang disebabkan oleh bakteri berbahaya. Bakteri tersebut bernama
Clostridium tetani. Infeksi bakteri ini dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf.
Seseorang dapat terinfeksi bakteri C. tetani melalui luka terbuka, dan gejala biasanya akan muncul sekitar 3-21 hari setelah
terinfeksi. Penyakit ini umumnya tidak dapat ditularkan dari satu orang ke orang lain.
Penderita penyakit ini akan menunjukkan tanda-tanda seperti kejang otot hingga kesulitan bernapas. Hal ini menyebabkan penyakit
ini sangat mematikan dan dapat mengancam nyawa apabila tidak segera ditangani lebih lanjut.
Hingga saat ini, belum ditemukan obat atau penanganan medis yang dapat menyembuhkan tetanus. Pengobatan yang ada berfokus
pada pencegahan komplikasi.
Root = tetanus
Prefix =-
Suffix =-
JENIS – JENIS TETANUS

1. Tetanus Umum
2. Tetanus Lokal
3. Tetanus Sefalik
4. Tetanus Neonatal
PERBEDAAN TETANUS BERDASARKAN JENISNYA
1. Tetanus Umum termasuk yang paling umum terjadi, dengan angka kejadian sekitar
85-90% dari seluruh kasus infeksi C. tetani yang ada. Baik luka kecil maupun luka
berat dapat memicu terjadinya penyakit ini.Periode inkubasi atau waktu yang
dibutuhkan untuk munculnya gejala-gejala adalah 7-21 hari setelah terinfeksi pertama
kali. Hal ini tergantung pada seberapa jauh lokasi luka dengan sistem saraf
pusat.Gejala yang paling umum terlihat pada jenis ini adalah rasa kaku pada rahang
(lockjaw). Sekitar 75% penderita merasakan gejala tersebut.
2. Tetanus jenis lokal cukup jarang terjadi. Tanda-tanda dan gejala yang muncul
biasanya berupa kejang otot pada bagian tubuh yang terluka.Tingkat keparahannya
pada masing-masing penderita umumnya bervariasi. Selain itu, kesempatan untuk
bertahan hidup dari infeksi jenis lokal relatif besar.
3. Tetanus jenis Sefalik merupakan yang paling jarang ditemukan. Biasanya,
kondisi ini terjadi setelah seseorang mengalami cedera kepala atau infeksi
telinga bagian tengah (otitis media). Masa inkubasi dari jenis sefalik relatif
singkat, yaitu hanya memakan waktu sekitar 1-2 hari.
4. Tetanus jenis Neonatal merupakan bagian dari tetanus umum. Infeksi
neonatal lebih banyak terjadi di negara-negara berkembang dan menyebabkan
hampir setengah dari seluruh kasus kematian bayi baru lahir.Penyebab
utamanya adalah proses bersalin yang kurang bersih, serta terlahir dari ibu
yang belum pernah menerima imunisasi. Proses inkubasi tetanus neonatal
terjadi selama kurang lebih 3-10 hari. Kemungkinan penyakit ini berujung pada
kematian cukup besar, yaitu sekitar 70%.
TANDA – TANDA DAN GEJALA TETANUS
BERDASARKAN JENISNYA
1. Tetanus umum
Gejala-gejala yang biasanya muncul pada penderita kondisi jenis ini adalah kesulitan membuka mulut (trismus). Hal ini
berkaitan dengan gejala kaku pada rahang atau lockjaw.
Selain itu tanda-tanda lain yang muncul adalah:
- Kelelahan di sekujur tubuh
- Berkeringat dingin
- Kesulitan menelan
- Sensitif, bahkan takut akan air (hidrofobia)
- Produksi air liur berlebihan
- Kejang otot bagian punggung
- Sering merasa ingin buang air kecil (retensi urin)
- Suhu tubuh meningkat (hipertermia)
- Detak jantung tidak beraturan (aritmia)
- Nyeri di hampir seluruh bagian tubuh
2. Tetanus lokal
Pada jenis lokal, penderita akan menunjukkan tanda-tanda dan gejala sebagai
berikut:
• Demam tinggi
• Luka mengeluarkan nanah
• Pembengkakan pada beberapa bagian tubuh
• Peningkatan kadar neutrofil, salah satu jenis sel darah putih
• Kejang otot
• Kesemutan
• Kejang otot yang terasa lebih sakit dan berlangsung selama beberapa minggu
3. Tetanus sefalik
Infeksi jenis sefalik sedikit berbeda dengan jenis lainnya karena gejala utama yang ditunjukkan adalah
kelumpuhan pada sistem saraf kranial. Hal ini menyebabkan penderita mengalami gejala-gejala
sebagai berikut:
• Sakit kepala
• Penglihatan terganggu
• Kejang otot
• Rasa sakit di sekitar mata
4. Tetanus neonatal
Bayi baru lahir yang menderita kondisi ini akan menunjukkan tanda-tanda dan gejala sebagai berikut:
• Kesulitan menyusui 3-10 hari setelah lahir
• Lebih sering menangis
• Sering menunjukkan ekspresi mengernyit atau meringis
• Kaku pada seluruh bagian tubuh
• Tubuh kaku dan melengkung ke belakang (opistotonus)
PENYABAB TETANUS
Penyebab utama dari tetanus adalah infeksi bakteri Clostridium tetani. Spora dari bakteri tersebut dapat berkembang biak hampir di mana saja,
terutama di tanah, debu, dan kotoran binatang. Apabila seseorang memiliki luka terbuka, spora bakteri berpotensi masuk ke dalam luka tersebut.
Setelah masuk, spora tersebut dapat berkembang menjadi bakteri yang memproduksi racun berbahaya, yaitu tetanospasmin. Racun tersebut dapat
merusak sistem saraf yang mengontrol otot (neuron motorik). Racun inilah yang mengakibatkan terjadinya kekakuan dan kejang otot. Spora bakteri
C. tetani dapat masuk ke dalam tubuh melalui beberapa kondisi yang meliputi:

• Luka terbuka yang terkontaminasi oleh debu, kotoran (feses), atau air liur
• Luka terbuka yang disebabkan oleh objek tertentu, seperti paku atau jarum
• Luka bakar
• Cedera akibat terhimpit beban yang berat (crush injury)
• Luka dengan jaringan-jaringan mati di sekitarnya
• Prosedur operasi
• Gigitan serangga
• Infeksi gigi serta penanganannya yang kurang steril
• Infeksi atau luka yang kronis
• Infus yang kurang steril
Masa inkubasi dari penyakit ini biasanya memakan waktu 3 hingga 21 hari. Rata-rata waktu yang diperlukan hingga gejala pertama kali muncul
adalah 10-14 hari
FAKTOR – FAKTOR RESIKO TERKENA TETANUS
1. Usia

Menurut Centers for Disease Control and Prevention, infeksi bakteri C. tetani lebih banyak ditemukan pada orang dewasa. Pada tahun 2009-2017,
sekitar 60% dari 264 kasus tetanus yang dilaporkan terjadi pada pasien berusia 20-64 tahun. Selain itu, risiko kematian akibat penyakit ini jauh lebih
tinggi pada orang-orang berusia lanjut. Namun, angka kejadian penyakit ini juga banyak ditemukan pada bayi baru lahir dan ibu yang melahirkan.

2. Tinggal atau bepergian ke negara beriklim hangat dan kurang bersih

Penyakit ini lebih mudah berkembang di tempat-tempat bersuhu hangat, serta didukung dengan lingkungan yang tidak bersih. Karena itulah, angka
kejadian penyakit ini lebih banyak ditemukan di negara-negara berkembang.

3. Tidak mendapatkan vaksinasi yang cukup

Salah satu faktor risiko utama dari penyakit ini adalah tidak melakukan imunisasi atau vaksinasi tetanus. Hal ini umumnya tidak terlepas dari faktor
tinggal di negara berkembang dengan sosialisasi program imunisasi yang rendah. Selain itu, seseorang yang pernah menerima suntik vaksinasi,
tetapi tidak melanjutkan program vaksinasi hingga selesai, lebih berisiko terserang infeksi bakteri C. tetani dibanding dengan orang yang menjalani
program vaksinasi secara lengkap.

4. Memiliki sistem kekebalan tubuh yang buruk

Beberapa orang terlahir dengan sistem kekebalan atau imunitas tubuh yang tidak sempurna, sehingga tubuhnya lebih rentan terserang infeksi
bakteri, virus, ataupun jamur. Kondisi ini memperbesar peluang seseorang untuk terkena infeksi bakteri C. tetani.

5. Memiliki luka yang tidak dibersihkan

Luka yang tidak segera dibersihkan dapat mengakibatkan spora bakteri C. tetani masuk ke dalam tubuh Anda, terlebih lagi jika luka tersebut
disebabkan oleh benda asing, seperti paku atau jarum.
6. Proses bersalin yang kurang higienis
Di beberapa tempat, terutama daerah-daerah dengan fasilitas kesehatan yang
kurang memadai, proses bersalin dapat meningkatkan risiko ibu dan bayi terserang
infeksi tetanus. Risiko tersebut akan semakin tinggi apabila ibu tidak pernah
menerima suntik vaksin sebelumnya.
7. Mempunyai luka di tubuh yang bersifat kronis
Faktor risiko lain dari penyakit ini adalah menderita luka terbuka yang bersifat kronis
atau jangka panjang, seperti luka pada penderita diabetes. Hal ini juga
menyebabkan penderita diabetes memiliki peluang lebih besar untuk terserang
infeksi bakteri C. tetani.
8. Menjalani prosedur pembuatan tato
Pembuatan tato, terutama dengan prosedur yang kurang steril, juga dapat
meningkatkan risiko seseorang terkena tetanus.
9. Proses penanganan mulut dan gigi yang kurang tepat
Beberapa kasus penyakit ini dikaitkan dengan prosedur penanganan mulut dan gigi,
seperti pencabutan gigi serta pengobatan pada akar gigi.
KOMPLIKASI YANG DIAKIBATKAN OLEH TETANUS
1. Gangguan pernapasan
Kejang otot yang parah juga dapat memengaruhi otot saluran pernapasan bagian atas. Hal
ini berpotensi mengganggu pernapasan penderita.
2. Retak atau patah tulang
Selain terganggunya pernapasan, kejang otot yang terjadi dalam jangka waktu lama
berpotensi menyebabkan tulang retak atau patah.
3. Infeksi nosokomial
Infeksi nosocomial adalah salah satu bentuk infeksi yang terjadi ketika seseorang dirawat di
rumah sakit dalam waktu yang lama. Infeksi yang mungkin terjadi adalah ulkus dekubitus
(salah satu jenis luka kronis), pneumonia, emboli paru, dan infeksi akibat pemasangan alat-
alat medis yang kurang steril.
4. Kematian
Kondisi gangguan pernapasan adalah penyebab utama dari tetanus yang berujung pada
kematian. Sistem pernapasan yang gagal berfungsi dengan normal menyebabkan terjadinya
kondisi henti jantung (cardiac arrest).
PENGOBATAN
1. Antitoksin

Dokter akan memberikan Anda obat antitoksin yang bernama tetanus immune globulin (TIG). Namun, obat TIG hanya dapat
menetralkan racun yang belum menyerang sistem saraf tubuh.

2. Antibiotik

Selain antitoksin, pemberian antibiotik seperti penicillin juga penting untuk melawan infeksi bakteri C. tetani. Antibiotik dapat
diberikan dengan cara diminum atau disuntik.

3. Vaksinasi

Bersamaan dengan pemberian antitoksin dan antibiotik, dokter akan memberikan vaksinasi tetanus.

4. Sedatif

Untuk mengontrol dan meredakan kondisi kejang otot, dokter akan menggunakan obat sedatif atau penenang dengan dosis yang
cukup tinggi.

5. Obat-obatan lainnya

Obat-obatan seperti magnesium sulfat dan beta blockers juga dapat digunakan untuk mengatasi masalah pernapasan dan detak
jantung.
PENCEGAHAN TERKENA TETANUS
Biasanya, anak akan diberikan suntik vaksin diphtheria and tetanus toxoids and acellular pertussis (DTaP). Vaksin ini membantu
melindungi anak dari tiga penyakit, yaitu difteri, pertusis (batuk rejan), serta tetanus.

Vaksin DTaP diberikan sebanyak lima kali, yaitu ketika anak berusia 2 bulan, 4 bulan, 6 bulan, 15-18 bulan, dan 4-6 tahun. Namun,
perlu diketahui bahwa vaksin tersebut tidak bertahan seumur hidup. Anak perlu mendapatkan suntikan booster ketika berusia 11-12
tahun. Selain itu, orang dewasa juga memerlukan vaksinasi booster setiap 10 tahun setelahnya.

Tidak hanya memberikan vaksinasi saja, hal lain yang dapat dilakukan beberapa langkah mudah untuk mengatasi luka terbuka agar
tetanus dapat dicegah:

1. Membersihkan luka sesegera mungkin

Apabila Anda terluka dan terjadi pendarahan, segera bersihkan dengan air mengalir yang bersih. Setelah itu, keringkan dengan
handuk. Bila perlu, gunakan sabun antiseptik saat membersihkan luka.

2. Menggunakan krim antibiotik

Setelah mengeringkan area yang terluka, oleskan sedikit krim atau salep antibiotik. Hal ini penting untuk mencegah pertumbuhan
bakteri serta infeksi.

3. Menutup luka

Luka terbuka mungkin akan lebih cepat sembuh jika terpapar langsung dengan udara. Namun, menutup luka dengan plester atau
perban dapat menjaga agar luka tetap bersih dan mencegah bakteri masuk.

4. Mengganti plester atau perban sehari sekali

Jangan menggunakan plester atau perban terlalu lama, terlebih lagi jika plester sudah basah atau kotor. Pastikan Anda
menggantinya sehari sekali.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai