Anda di halaman 1dari 11

JURNAL READING

EPISTAKSIS
EDMUNDUS ROBIN FOFID
0761050096
EPIDEMILOGI

 Epistaksis diperkirakan terjadi di 60% dari orang di


seluruh dunia selama hidup mereka, dan hanya sekitar
6% dari mereka dengan epistaksis yang mencari
pengobatan medis
 Prevalensi epistaksis sendiri meningkat untuk anak-anak
kurang dari 10 tahun dan kemudian naik lagi setelah
usia 35 tahun.
GAMBARAN ANATOMI

 Lebih dari 90% dari episode epistaksis terjadi di


sepanjang septum nasal anterior di area kiesselbach.
Suplai perdarahannya berjalan dari arteri karotis
eksternal (melalui cabang labial superior dari arteri
wajah dan cabang-cabang terminal dari arteri
sphenopalatina); dan dari arteri karotis internal melalui
anterior dan posterior arteri etmoidalis
 Sekitar 10% dari mimisan terjadi posterior, sepanjang
septum hidung atau dinding lateral hidung. Darah
dipasok ke daerah ini dari arteri karotis eksternal melalui
cabang sphenopalatina dari arteri maksilaris interna
PENYEBAB DAN KONDISI YANG BERHUBUNGAN

 LOKAL
 Mengorek hidung, terutama di kalangan anak-anak
 Trauma mukosa dari obat nasal topikal, seperti kortikosteroid
atau antihistamin, dapat mengakibatkan epistaksis (17-23%)
 Penggunaan obat hidung terlarang juga dapat menyebabkan
epistaksis
 Trauma pada tulang hidung atau septum.
 Dehumidification (epistaksis selama musim dingin)
 Faktor lain yang menyebabkan epistaksis yaitu mukosa kering,
rinosinusitis virus atau bakteri, dan neoplasma.
KONDISI SISTEMIK TERKAIT
 Koagulopati
 Dalam satu studi retrospektif, 45% dari pasien rawat inap untuk epistaksis memiliki
gangguan sistemik dengan potensi untuk berkontribusi mimisan, termasuk
kelainan genetik seperti hemofilia dan diperoleh koagulopati karena hati atau
penyakit ginjal, penggunaan obat antikoagulan, atau kanker hematologi.
 Aspirin
 Hipertensi
 Tetapi teori ini kontroversial. Sebuah studi berbasis populasi cross-sectional
menunjukkan tidak ada hubungan antara hipertensi dan epistaxis.
STRATEGI DAN BUKTI
 Evaluasi setiap pasien dengan epistaksis harus dimulai dengan:
 Memastikan jalan napas aman dan stabilitas
 Anamnesis menyeluruh harus diambil, dengan memperhatikan durasi, frekuensi,
keparahan epistaksis dan riwayat keluarga seperti gangguan perdarahan.
 Pemeriksaan fisik harus fokus pada lokalisasi sumber perdarahan pada anterior
atau posterior rongga hidung. Semprotan topikal anestesi dan vasokonstriktor,
seperti kombinasi dari lidocaine atau ponticaine dengan phenylephrine atau
oxymetazoline, mungkin diperlukan untuk mengontrol perdarahan
 Untuk pasien dengan perdarahan berat, hitung darah lengkap harus
dilakukan untuk kemungkinan transfusi.
 Studi laboratorium dapat dibenarkan pada pasien tertentu - misalnya,
pada pasien yang memakai warfarin, tes mungkin diperlukan untuk
menentukan tingkat antikoagulasi, dan pada pasien dengan kondisi
sistemik yang dapat menyebabkan koagulopati
 Epistaksis berulang yang tidak merespon tindakan konservatif sederhana
yang telah diuraikan dicurigai kemungkinan neoplasma. Hampir semua
pasien dengan neoplasma jinak atau ganas sinonasal hadir dengan
unilateral (atau setidaknya asimetris). Gejala yang mungkin termasuk
sumbatan hidung, rhinorrhea, nyeri wajah, atau bukti dari neuropati kranial,
seperti mati rasa wajah atau penglihatan ganda
PENGOBATAN
 3 prinsip utama dalam menanggulangi epistaksis :
 Menghentikan perdarahan
 Mencegah komplikasi
 Mencegah berulang nya epistaksis
 Penaganan awal
 Siapkan alat dan bahan
 Keadaan umum penderita:
 presyok/syok
 anemis
 Berusaha menentukan sumber perdarahan
 Beberapa cara untuk menghentikan perdarahan :
Metode trotter
Tampon efedrin 1% atau adrenalin 1/100.000
Kaustik (PERAK NITRAS ATAU TRICHLOR ACETIC ACID)
Tampon anterior
Tampon bellocq
Usaha paling akhir : ligasi arteri
KESIMPULAN

Bermacam-macam cara mengatasi epistaksis tergantung dari asal


perdarahan dan berat ringannya perdarahan telah dikemukakan. Namun
dalam penatalaksanaannya, pertu pula dicari faktor penyebab sistemik jika
dicurigai keberadaannya melalui berbagai pemeriksaan termasuk konsultasi
ke ahli penyakit dalam. Pasien/orang tua pasien biasanya dalam keadaan
panik sehingga terapi suportif juga penting untuk dilaksanakan.
Jika penyebabnya suatu tumor, diagnosis dini merupakan suatu tindakan
yang harus dilaksanakan agar perluasan tumor dapat dihindarkan, namun
tindakan ini dapat berbahaya jika tumor tersebut merupakan tumor
pembuluh darah. Umumnya semua tindakan harus dilaksanakan dengan
cermat, cepat dan tepat dengan memikirkan semua kemungkinan penyebab
epistaksis.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai