Anda di halaman 1dari 23

JOURNAL READING

The Effects Of Nasal Decongestion


On Obstructive Sleep Apnea
Yunsong Ana, Yanru Lia, Dan Kanga, S.K. Sharama-adhikaria
Wen Xua, Yunchuan Lia, Demin Hana

Marco
406172037
Pembimbing :
drTenty Sp.THT-KL
Abstrak
 Latar Belakang : Banyak penelitian telah menunjukkan hubungan antara gangguan pernapasan
hidung dan gangguan tidur. Namun, sifat pasti hubungan antara patensi hidung dan tidur masih
belum jelas.
 Tujuan : Menganalisis efek dari patensi hidung dengan pola tidur dan napas pada pasien nasal
obstruction pre dominant obstructive sleep apnea (NO-OSA) dengan menerapkan dekongestan
hidung.
 Materi dan Metode : Sebuah penelitian crossover double-blind yang dilakukan secara acak
dilakukan pada pasien OSA dengan obstruksi hidung kronis dan tanpa penyempitan faring yang
jelas.
 Hasil :
 Dibandingkan dengan plasebo, oxymetazoline menghasilkan peningkatan yang signifikan dalam Rapid-Eye Movement
sleep dan pengurangan tidur tahap 1 serta arousal index
 Selain itu, perbaikan besar dalam indeks apnea / hipopnea (AHI)
 AHI dalam posisi terlentang berkurang secara signifikan
 Saturasi oksigen selama tidur meningkat secara signifikan
 Indeks desaturasi oksigen berkurang secara signifikan

 Kesimpulan : Memperbaiki patensi hidung dengan dekongestan dapat meningkatkan kualitas tidur,
AHI, dan saturasi oksigen level saat tidur.
Pendahuluan
 Patofisiologi obstructive sleep apnea (OSA) adalah kompleks dan masih belum jelas
 Pentingnya aliran udara hidung dalam patogenesis kolapsnya saluran nafas pada
pasien OSA masih kontroversial.
 Penelitian :
 Beberapa peneliti melaporkan bahwa operasi hidung secara signifikan dapat meningkatkan AHI
(Apnea/Hyponea Index)
 Penelitian lain melaporkan bahwa operasi hidung bisa efektif meningkatkan kualitas tidur subjektif, pola
tidur, mendengkur, dan kantuk di siang hari, tetapi tidak AHI
 Penjelasan perbedaannya : mungkin disebabkan oleh perbedaan dalam keparahan lesi mukosa hidung
yang terkait dengan berbagai tindakan bedah;
 Pemilihan pasien OSA yang cocok untuk operasi hidung mungkin menjadi kunci untuk mendapatkan
hasil yang memuaskan.
 Pasien OSA dengan hidung yang tersumbat dan tanpa penyempitan anatomi faring
yang jelas (dengan posisi lidah Friedman yang lebih rendah; tanpa hipertrofi tonsil)
dianggap Nasal Obstruction- OSA (NO-OSA).
 Studi tentang karakteristik polisomnografi pada pasien NO-OSA sebelum dan sesudah
penggunaan dekongestan hidung akan menentukan pengobatan yang diberikan
kepada pasien OSA dimana obstruksi hidung merupakan faktor utama.
 Untuk mengurangi faktor perancu mengamati interaksi antara gangguan tidur dan
sumbatan hidung pada pasien OSA, dilakukan randomized, placebo-controlled double-
blind crossover study tentang efek dekongestan hidung yang dioleskan kepada pola
tidur, pola pernapasan, posisi tubuh, dan skor subjektif pada pasien NO-OSA.
Materi dan Metode
Pasien dan Pemeriksaan Fisik
 Semua pasien yang berpartisipasi dalam penelitian ini didiagnosis OSA di OSA
Clinical Diagnosis and Therapy Centre kami dan sebelumnya belum mendapat terapi
untuk OSA.
 Secara total, 15 pasien OSA yang dimasukkan dalam penelitian ini :
 15 Laki-laki
 Berusia 25–54 tahun
 Memiliki indeks massa tubuh (22,8-31,4) dimasukkan dalam penelitian ini.

 Riwayat medis dari semua pasien dilihat secara rinci dan persepsi subjektif dari hidung
tersumbat diukur dengan skala analog visual [VAS; 0 (tidak ada sumbatan hidung
yang jelas) sampai 10 (hidung sepenuhnya terhalang)].
 Saluran nafas bagian atas dinilai dengan hati-hati dengan pemeriksaan endoskopi
 Pasien menjalani pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh otorhinolaryngologist yang
sama, termasuk endoskopi hidung, rhinomanometry anterior aktif, dan
fibrolaryngoscopy.
 Protokol ini telah disetujui oleh Komite Etik Rumah Sakit Tongren Beijing, Beijing, Cina
 Penjelasan terperinci dari penelitian ini telah diberikan dan terdapat persetujuan
tertulis dari semua pasien yang berpartisipasi.
Kriteria Inklusi dan Ekslusi
Kriteria Inklusi : Kriteria Ekslusi :
 Gejala khas (mis. Mendengkur, witnessed apnea,
dan mengantuk di siang hari) dan AHI≥5 / jam.  Pembedahan saluran nafas bagian atas
sebelumnya
 Pernafasan hidung terganggu dan hidung
tersumbat, dikonfirmasi dengan pemeriksaan  Perawatan semprotan hidung dalam 3 bulan dan /
endoskopi hidung (semua pasien memiliki hipertrofi atau
turbinat inferior).
 Gangguan tidur selain OSA.
 Tidak adanya penyempitan faring yang jelas (tanpa
hipertrofi tonsil dan posisi lidah Friedman (FTP)
grade I dan II)
Desain dan Protokol
 Randomized placebo-controlled double-blind crossover study
 Setiap pasien menjalani 2 malam polysomnographic dengan plasebo dan pengobatan
dilakukan secara acak pada 2 malam yang berbeda dan dipisahkan oleh washed-out
periode selama 48 jam.
 Untuk menghindari kebingungan oleh "efek malam pertama" selama pemeriksaan
polysomnography (PSG), kami secara acak menerapkan oxymetazoline pada 1 malam
dan plasebo pada yang lain
 Selama setiap malam, pasien diberikan :
 Oxymetazoline (larutan 0,05%, 0,4 mL) atau
 Plasebo (NaCl 0,9%, 0,4 mL) di setiap lubang hidung, sesuai dengan pengacakan.

 Untuk mempertahankan kemanjuran obat yang diberikan, kedua intervensi semprotan


hidung diberikan pada waktu awal tidur dan pada 3 jam setelah waktu tidur.
 Setiap pasien diminta untuk melakukan evaluasi kualitas tidur setiap
malam untuk menentukan tingkat perbaikan tidur.
 Persepsi subyektif kualitas tidur dinilai oleh VAS, dari angka 0 (puas)
hingga 10 (tidak puas).
Polisomnografi
 Sistem PSG Terdiri dari :
 4-channel electroencephalography (EEG)
 2-channel electrooculography (EOG)
 2-channel Aliran udara yang diukur dengan termo oro-nasal
 Nasal Kanul
 Sensor dengkuran
 Sensor pernapasan
 Gerakan pernapasan (toraks dan abdominal)
 Gerakan tubuh
 Sensor posisi tubuh
 Elektromiografi tibialis submental dan anterior
 Elektrokardiografi
 Pulse Oxymetri (SpO2).
 Pemantauan video inframerah juga dilakukan secara rutin.
 Data dianalisis dalam 30 detik dan semua rekaman PSG diberi skor
secara manual, sesuai dengan pedoman American Academy of Sleep
Medicine (AASM)
 Apnea didefinisikan sebagai pengurangan aliran udara 90% atau lebih,
berlangsung selama setidaknya 10 detik
 Hipopnea didefinisikan sebagai pengurangan aliran udara sebesar 30%
atau lebih, berlangsung selama setidaknya 10 detik dengan adanya
desaturasi oksigen minimal 3%.
Analisis Data dan Statistik
 Evaluasi statistik dilakukan dengan menggunakan SPSS versi 21.0
 Data yang dikumpulkan setelah perawatan berbeda dibandingkan
dengan uji-t berpasangan atau tes peringkat Wilcoxon.
 Nilai P <0,05 dianggap signifikan secara statistik.
Hasil
Pola tidur dan kualitas tidur
 Ada peningkatan yang signifikan dalam kualitas tidur, termasuk
peningkatan Rapid eye movement (REM)
Hasil
Gangguan pernapasan sewaktu tidur
Hasil
Desaturasi oksigen saat tidur
 Setelah aplikasi dekongestan hidung untuk meningkatkan patensi
hidung, indeks desaturasi oksigen menurun secara signifikan
Hasil
Distribusi dan AHI dari posisi tidur yang berbeda
 Tidak ada peningkatan yang signifikan dari AHI yang diamati pada
posisi non-terlentang setelah aplikasi hidung dekongestan.
Diskusi
 Mekanisme efek patensi hidung pada fisiologi tidur adalah kompleks
dan masih belum jelas.
 Mengurangi patensi hidung dapat menghasilkan tekanan intraluminal
negatif yang lebih besar dalam saluran napas atas dan menyebabkan
kekuatan nafas yang dibutuhkan lebih besar yang menyebabkan
kesusahan dalam inspirasi pada faring.
 Dengan resistensi hidung yang lebih tinggi, pernapasan mulut terjadi
lebih sering selama tidur.
 Reseptor mukosa hidung, yang sensitif terhadap aliran udara, mungkin
memiliki efek refleks pada ventilasi dan tonus otot di saluran udara
bagian atas, sehingga mempengaruhi keparahan OSA.
Diskusi
 Penelitian :
 White et al. menunjukkan bahwa, terlepas dari patensi nasal yang baik, anestesi hidung
menginduksi gangguan pernapasan selama tidur dan menghasilkan efek yang mirip dengan
obstruksi total.
 Beberapa penelitian menunjukkan bahwa fungsi normal mukosa hidung mempengaruhi
patensi jalan nafas atas dan ventilasi, yang dapat berkontribusi pada frekuensi dan tingkat
keparahan apnea selama tidur.
 Park et al. melaporkan bahwa operasi hidung dapat mengurangi keparahan OSA pada 56%
pasien OSA dengan keluhan sumbatan hidung, tetapi tanpa hipertrofi tonsil
 Li et al. melaporkan bahwa pasien OSA yang memiliki posisi lidah Friedman lebih rendah
mencapai tingkat keberhasilan yang lebih baik setelah operasi hidung

 Dalam penelitian ini, untuk mengurangi faktor perancu dari perbedaan dalam
tingkat kerusakan mukosa hidung, dekongestasi hidung dilakukan untuk
menyelidiki efek meningkatkan patensi hidung pada tidur, sambil
mempertahankan mukosa hidung.
 Memilih pasien OSA yang akan mendapat manfaat paling banyak dari terapi
peningkatan jalan napas hidung adalah kunci untuk mencapai hasil yang
memuaskan dari perawatan hidung.
Diskusi
 Setelah meningkatkan pernapasan hidung pasien dengan pemberian
dekongestan, AI menurun secara signifikan, sedangkan HI tidak membaik
secara signifikan.
 Penjelasan yang mungkin adalah bahwa, setelah peningkatan patensi hidung,
beberapa kejadian apnea mungkin telah menurun dalam keparahan, sehingga
menjadi peristiwa hipopnea, akibatnya, HI tidak menurun secara signifikan
 Pada pasien OSA apnea adalah peristiwa dominan selama tidur dan bisa lebih
sensitif terhadap terapi peningkatan patensi hidung
 Penelitian juga menunjukkan bahwa AHI pada posisi terlentang menurun
secara signifikan setelah memperbaiki pernapasan hidung dengan pemberian
dekongestan hidung
 Secara keseluruhan, hasil pengamatan dari penerapan dekongestan hidung
topikal pada pasien OSA dapat memberikan petunjuk tentang peran patensi
hidung dalam patofisiologi OSA, serta pedoman lebih lanjut dalam hal
pemilihan pasien untuk terapi hidung
Keterbatasan Penelitian
 Tidak mempertimbangkan penilaian fungsional jalan nafas atas, terutama
kompabilitas jalan nafas faring
 Termasuk endoskopi tidur yang diinduksi obat diperlukan untuk menyelidiki
kompabilitas jalan napas atas pada pasien OSA.
 Dengan memasukkan penilaian fungsional, informasi lebih lanjut dapat
dikumpulkan untuk penilaian pasien yang lebih baik, mendukung penyediaan
terapi yang lebih tepat
Kesimpulan
 Meningkatkan patensi hidung dengan pemberian dekongestan topikal
dapat meningkatkan kualitas tidur, AHI, dan tingkat saturasi oksigen
selama tidur.
 Ada peningkatan yang signifikan dalam kejadian apnea, tetapi tidak ada
perubahan signifikan dalam HI.
 Khususnya, AHI dalam posisi terlentang berkurang secara signifikan
setelah dekongesti hidung.
Thank You

Anda mungkin juga menyukai