Anda di halaman 1dari 19

TEKNIK EVALUASI

HASIL BELAJAR

KELOMPOK 9 :
 Rizky Khairani (06091281621020)
 Sri Maharani Oktapia (06091181621072)

Kelompok 10 :
 Dewi Indah Sari
 Lani Putri Rahayu
A. Prinsip-prinsip Dasar Evaluasi
Hasil Belajar

1. Prinsip keseluruhan

Prinsip keseluruhan atau prinsip menyeluruh juga


dikenal dengan istilah prinsip komprehensif.
Maksud prinsip komprehensif ini adalah bahwa evaluasi
hasil belajar dapat dikatakan terlaksana dengan baik
apabila evaluasi tersebut dilaksanakan secara bulat,
utuh atau menyeluruh.
2. Prinsip kesinambungan


Dikenal juga dengan istilah prinsip kontuinitas
(continuity).
Maksud prinsip kesinambungan ini ialah bahwa
evaluasi hasil belajar yang baik adalah evaluasi
hasil belajar yang dilaksanakan secara teratur
dan sambung-menyambung dari waktu ke
waktu.
3. Prinsip Objektivitas

Prinsip objektivitas (objectivity) mengandung
makna bahwa evaluasi hasil belajar dapat
dikatakan sebagai evaluasi yang baik apabila
dapat terlepas dari faktor-faktor yang sifatnya
subjektif (pribadi). Seorang elevator harus
berfikir dan bertindak wajar berdasarkan
keadaan yang sebenarnya (fakta).
B. Ciri-ciri Evaluasi Hasil Belajar
1.

Evaluasi hasil belajar dilakukan secara tidak langsung.
Seorang pendidik yang ingin menenentukan kepandaian
peserta didiknya bukan mengukur kepandaiannya melainkan
gejala atau fenomena yang tampak dari kepandaian peserta
didiknya.
2. Evaluasi hasil belajar umumnya menggunakan ukuran-ukuran
yang bersifat kuantitatif atau disimbolkan dengan angka.
3. Evaluasi hasil belajar pada umumnya menggunakan unit-unit
atau satuan yang tetap.
4. Hasil evaluasi pada umumnya tidak selalu menunjukkan
kesamaan. Artinya prestasi belajar yang dicapai peserta didik
dalam waktu kewaktu bersifat relatif.
5. Dalam kegiatan evaluasi belajar, sulit dihindari terjadinya
kekeliruan pengukuruan (error).
• Apakah nilai yang telah diberikan guru atau dosen kepada
peserta didiknya betul-betul telah sama atau dapat dianggap
telah sama dengan nilai sebenarnya?

 Pendidik yang baik akan selalu menyadari tentang
kemungkinan adanya perbedaan antara nilai yang
diberikan berdasarkan pengukuran yang dilakukan
lewat tes atau ujian, dengan nilai yang sebenarnya
yaitu nilai yang sesungguhnya menjadi hak peserta
didik yang bersangkutan.
 Ada dua kemungkinan yang menjadi timbulnya
perbedaan tersebut:
1. Mungkin nilai yang diberikan lebih rendah dari
yang seharusnya diberikan.
2. Mungkin nilai yang diberikan lebih tinggi dari yang
seharusnya diberikan.
Kekeliruan dalam Pengukuran Hasil Belajar (error)


Menurut J.P. Guilford ada 4 hal yang paling erat hubungannya
dengan sumber kekeliruan pengukuran atau error itu ;
1) Kekeliruan sampling, kekeliruan yang dibuat oleh tester
dalam menentukan butir-butir item sebagai sampel atau
wakil dari materi atau bahan pelajaran yang seharusnya
diujikan.
2) Scoring error, kekeliruan dalam melakukan pemberian skor.
3) Ranking error, kekeliruan yang dibuat oleh pemberi skor
dalam menentukan urutan kedudukan skor yang dimiliki
oleh para peserta didik dalam suatu tes atau ujian.
4) Guessing error, kekeliruan yang terjadi sebagai akibat
permainan spekulasi atau tebak terka dalam memberikan
jawaban terhadap butir soal yang diajukan.
Faktor-faktor Penyebab Kekeliruan
dalam Evaluasi Hasil belajar

1. Faktor alat pengukur, alat pengukur yang
dipergunakan tidak dapat mengukur secara
tepat apa yang seharusnya diukur.
2. Faktor evaluator, yang telah memberikan
kekeliruan dalam pemberian skor.
3. Faktor peserta didik, yang melakukan
spekulasi sehingga menyebabkan kekeliruan
dalam pengukuran hasil belajar.
4. Faktor situasi, yaitu situasi pada saat
pengukuran hasil belajar itu.
Dalam hal kekeliruan pengukuran yang terjadi karena
faktor evaluator atau tester sendiri, kekeliruan dapat
terjadi karena empat hal ;
a) Karena suasana batin yang sedang menyelimuti diri
evaluator pada saat pengukuran hasil belajar
dilaksanakan sehingga mempengaruhi pemberian skor.
b) Karena sifat pemurah atau pelit yang melekat pada diri
evaluator.
c) Karena terjadinya hallo effect dimana guru/dosen selaku
evaluator terpengaruh oleh berita, informasi dan lain-
lain yang datang dari teman sejawatnya, sehingga
dalam pemberian hasil belajar, hal tersebut
mempengaruhi evaluator.
d) Karena evaluator terpengaruh oleh “kesan masa lalu”
mengenai hasil-hasil belajar yang telah dicapai oleh
peserta didiknya.
Faktor-faktor yang Menjadi Penyebab Munculnya
Kekeliruan Hasil Pengukuran yang Bersumber
dari Peserta Didik

 Faktor psikis, faktor kejiwaan atau suasana batin yang
menyelimuti diri peserta didik pada saat
dilaksanakannya evaluasi hasil belajar.
 Faktor fisik, karena kesehatan peserta didik yang
sedang terganggu (sakit,letih,kecapaian).
 Faktor Nasib, faktor nasib juga berpengaruh terhadap
kekeliruan hasil belajar peserta didik.
Selain dari evaluator dan peserta didik ada juga hal-hal
yang menyebabkan error dalam evaluasi hasil belajar
seperti :

 Suasana yang kurang menguntungkan (suasana


gaduh) yang dapat mengurangi konsentrasi
 Pengawas ujian
• Pengawas ujian yang terlalu ketat akan memberikan
suasana mencekam yang dapat mempengaruhi
testee saat ujian
• Pengawas ujian yang terlalu longgar sehingga
memberikan kesempatan untuk peserta didik berbuat
curang
C. Ranah Kognitif, Ranah Afektif dan Ranah
Psikomotor sebagai Objek Evaluasi Hasil Belajar

1. Knowledge, kemampuan
a. Ranah Kognitif seseorang untuk mengingat
kembali (recall).

Ranah yang 2. Comprehension, kemampuan


mencakup kegiatan seseorang untuk memahami atau
mental (otak). mengerti sesuatu setelah hal itu
Menurut Bloom, diketahui atau diingat.
segala upaya yang
menyangkut
aktivitas otak adalah 3. Application, kesanggupan
termasuk dalam seseorang untuk menerapkan
ranah kognitif. atau menggunakan ide-ide
umum, cara, metode, prinsip,
rumus, teori dalam situasi yang
baru dan konkret
4. Analysis, kemampuan
seseorang untuk merinci atau
menguraikan suatu bahan atau
keadaan menurut bagian-bagian
yang lebih kecil dan mampu
a. Ranah Kognitif memahami hubungan antara
faktor satu dan faktor lainnya.

Ranah yang
5. Shyntesis, kemampuan
mencakup kegiatan
memadukan bagian unsur secara
mental (otak).
logis sehingga menjadi suatu pola
Menurut Bloom,
yang terstruktur.
segala upaya yang
menyangkut aktivitas
otak adalah termasuk 6. Evaluation, kemampuan
dalam ranah kognitif. seseorang untuk membuat
pertimbangan terhadap suatu
situasi, nilai atau ide. Misalnya
seseorang dihadapkan pada
beberapa pilihan, maka ia
mampu memilih satu pilihan
terbaik dengan kriteria yang ada
1. Receiving, kepekaan
seseorang dalam menerima
rangsangan (stimulus) yang
datang pada dirinya dalam
bentuk masalah situasi, gejala
dll.
b. Ranah Afektif, mula-mula
dikembangkan oleh David 2. Responding, kemampuan
R. Krathwol dkk. Ranah menanggapi yang dimiliki
afektif adalah ranah yang seseorang untuk
berkaitan dengan sikap dan mengikutsertakan dirinya
nilai. Beberapa pakar secara aktif dalam fenomena
mengatakan bahwa sikap tertentu dan membuat reaksi
seseorang dapat diramalkan terhadapnya dengan salah
perubahannya apabila telah satu cara.
memiliki penguasaan
kognitif tingkat tinggi.
3. Valuing, memberikan nilai
atau penghargaan terhadap
suatu kegiatan atau objek,
sehingga apabila kegiatan itu
tidak dikerjakan, dirasakan
akan membawa penyesalan.
4. Organization,
mempertemukan perbedaan
nilai sehingga terbentuk nilai
baru yang lebih universal ,
b. Ranah Afektif, mula-mula yang membawa kepada
dikembangkan oleh David perbaikan umum.
R. Krathwol dkk. Ranah
afektif adalah ranah yang
berkaitan dengan sikap dan
nilai. Beberapa pakar
mengatakan bahwa sikap
seseorang dapat diramalkan 5. Characterization by a value or
perubahannya apabila telah value complex , keterpaduan
memiliki penguasaan semua sitem nilai yang telah
kognitif tingkat tinggi. dimiliki seseorang yang
mempengaruhi pola
kepribadian dan tingkah
lakunya.
C. Ranah Psikomotor, adalah ranah yang
berkaitan dengan keterampilan (skill) atau
kemampuan bertindak setelah seseorang
menerima pengalaman belajar tertentu.
Hasil belajar psikomotor dikemukakan oleh
Simpson (1956) yang menyatakan bahwa hasil
belajar psikomotor tampak dalam bentuk
keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak
individu. Hasil belajar psikomotor adalah
kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif.
D. Langkah-langkah Pokok Dalam Evaluasi Hasil Belajar


1. Menyusun rencana evaluasi hasil belajar

1. Merumuskan tujuan dilaksanakannya evaluasi.


2. Menetapkan aspek-aspek yang akan di evaluasi, misal aspek
kognitif, afektif, dll.
3. Memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan didalam
pelaksanaan evaluasi. Misal dengan teknik tes atau nontes.
3. Menyusun alat-alat pengukur dalam pengukuran dan penilaian
hasil belajar seperti butir-butir soal tes (teknik tes). Angket, panduan
wawancara (teknik nontes).
4. Menentukan tolak ukur, norma atau kriteria yang akan dijadikan
pegangan atau patokan dalam memberikan interpretasi terhadap
data hasil evaluasi. Misal, Penilaian Beracuan Patokan (PAP)
5. Menetukan frekuensi dari kegiatan evaluasi hasil belajar itu sendiri
(kapan dan berapa kali evaluasi hasil belajar dilaksanakan).
2. Menghimpun Data

3. Melakukan verifikasi
data

proses penyaringan dikenal dengan
istilah penelitian data atau verifikasi
data.

4. Mengolah dan untuk memberikan makna terhadap


data yang telah berhasil dihimpun
menganalisis data dalam kegiatan evaluasi.

5. Memberikan interpretasi kesimpulan hasil evaluasi harus


mengacu pada tujuan dilakukannya
dan menarik kesimpulan evaluasi.

6. Tindak lanjut hasil


evaluasi.
E. Teknik-teknik Evaluasi Hasil
Belajar di Sekolah

Istilah teknik dapat diartikan sebagai alat.
Teknik evaluasi hasil belajar disini yaitu alat-alat
yang digunakan dalam melakukan evaluasi hasil
belajar.
Dalam mengevaluasi hasil proses pembelajaran
disekolah ada 2 macam teknik, yaitu:
1. Teknik tes (dengan menguji peserta didik)
2. Teknik nontes (tanpa menguji peserta didik)

Anda mungkin juga menyukai