Anda di halaman 1dari 51

FRAKTUR

(PATAH TULANG)
MK FT Muskuloskeletal (B) II
UPN Veteran Jakarta
 Pengertian fraktur ialah suatu
diskontinuitas susunan/jaringan tulang
disebabkan oleh trauma dan keadaan
patologis.

 Definisi fraktur adalah diskontinuitas


dari jaringan tulang (patah tulang) yang
biasanya disebabkan oleh adanya
kekerasan yang timbul secara mendadak.
(Prof.Dr.dr.H.Soelarto Reksoprodjo,FICS)
Klasifikasi
1. Fraktur Tertutup (kulit utuh) = fraktur
simplex
 disini patahan tulang tidak mempunyai
hubungan dengan udara terbuka.

2.Fraktur Terbuka atau


Compound Fracture (kulit terbuka)
 kulit terobek dari dalam karena
fragmen tulang yang menembus kulit
karena kekerasan yang langsung dari
luar.
Klasifikasi :
3. Fraktur Patologis
 karena adanya penyakit lokal pada
tulang, maka kekerasan yang
ringan saja pada bagian tsb sudah
dapat menyebabkan fraktur.
Penyebab Fraktur :
Penyebab utama fraktur adalah trauma dan
patologis.
A.Trauma / pukulan :
1. Trauma langsung (direct violent) Jaringan
lunak rusak, contoh: benturan pada tulang
tibia & tibia mengalami fraktur.

2. Trauma tidak langsung (indirect violent) 


rotasi, kompresi. Contoh terjatuh dgn
telapak kaki membentur lantai, terjadi
fraktur pada collum femoris.
3. Over kontraksi otot, contoh : over kontraksi
otot quadriceps, terjadi avulsi fraktur pada
tuberositas tibia terlepas dari perlekatannya
dan masih menempel pada tendo quadriceps.

B.Patologis
Disebut juga spontaneus, karena tanpa adanya
trauma atau hanya trauma kecil sudah dapat
menyebabkan terjadinya fraktur. Contoh:
fraktur yang diakibatkan oleh adanya
osteoporosis,osteomalasia (metabolik),
osteomielitis piogenik (infektif),
osteopectrosis, osteogenesis imperfekta
(kongenital) & fraktur yang disebabkan oleh
tumor sekunder dan primer.
Displacement ( Perpindahan) :
Fraktur tulang kemungkinan ujung-
ujung/fragment tulang akan berubah
posisi, hal tsb dapat dibedakan yi :

1. Lateral Displacement
Ujung fragment tulang yg distal
pindah ke lateral dari fragment yang
proksimal & masih ada kontak di
antara ke dua ujung tulang/ fragment
tulang.
Displacement ( Perpindahan) :
2.Angulation Displacement.
Bentuk fraktur berupa punyudutan
antara ujung tulang yang satu dengan
yang lain.

3.Over Lapping Displacement.


Bila ujung fragment yg distal ada
perpindahan menuju arah proksimal shg
tulang tsb menjadi lebih pendek.
Displacement (Perpindahan Letak) :
4.Rotation Displacement.
Fraktur tersebut
perputaran di antara
ujung-ujung fragment,
dimana ujung fragment
distal berputar ke
proksimal.

5.Distraksi
Tanda-tanda dan gejala fraktur :

 Umum  syok, cidera jaringan lain dan


tanda-tanda untuk fraktur patologis.

 Lokal  nyeri, hilang fungsi, bengkak


dan perdarahan, deformitas, nyeri tekan
dan terdapat gerakan-gerakan yang
tidak normal ( un netral movement).

 Untuk memastikan adanya fraktur


dilakukan pemeriksaan foto rotgen.
Bentuk (Pola) Fraktur :
1. Greenstik (retak)
2.Transvers
3.Miring (oblique)
4.Berputar (rotasi/spiral)
5.Angulasi (menyudut)
6.Double fraktur
7.Comminuted
8.Kompressi (crush)
9.Impacted (mampat)
10.Involving Joint
11.Avulsion
12.Fraktur & dislokasi
Penyembuhan Fraktur :

 Penyembuhan
fraktur secara umum
terjadi melalui suatu
proses perdarahan
(haematom) sampai
terbentuknya callus
atau jaringan tulang
yang kuat.
Proses Penyembuhan Fraktur :
 Haematoma (penetrasi o/ pemb.darah)
 Proliferasi sel subperiosteal, endosteal dan sel-
sel osteogenik dari permukaan fraktur
 Pengaruh sel osteoblast dan pembentukan
callus (tulang tersusun lunak)
 Pembentukan matriks interseluler dan
konsolidasi tulang yang tersusun lunak menjadi
tulang yang kuat
 Membentuk kembali menjadi bentuk normal
(Remodeling)
Masa konsolidasi
Macam Upper Upper Lower Lower
Fraktur Union Konsolidasi Union Konsolidasi
Greenstick 3 Mg 6 Mg 6 Mg 12 Mg

Spiral 5 Mg 9 Mg 9 Mg 18 Mg

Transversal 6 Mg 12 Mg 12 Mg 24 MG

Prof. Dr.Perkin
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyembuhan fraktur :

 Lokal :
- Pemasukan vaskularisasi dan nutrisi
yang kurang baik.
– Mobilisasi yang tidak adekuat dan
berlebihan.
– Infeksi lokal.
– Interposisi jaringan lunak.
– Distraksi/overlapping yang berlebihan.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyembuhan fraktur :

 Umum
– Osteoporosis
- Osteomalasia
- Senilis (penuaan)
- Kondisi umum
Komplikasi Fraktur :
Komplikasi Lokal :
1. Pada Tulang
Non union (penyembuhan yg tdk
sambung),delayed union (penyembuhan
yang tertunda/lambat), dan mal union
(penyembuhan yang salah/tidak
proporsional).
2.Pada Sendi
– Perlengketan
– Terbatasnya ROM
– Suddeck atrofi
– Arthritis traumatik lambat
3. Pada otot dan tendon
– Sobeknya serabut otot & tendo
– Avulsi otot & tendo dari perlekatannya
– Tendinitis paska trauma
– Atrofi otot
– Miositis osifikans
4. Pada Saraf
– Neuropraksia
– Aksonotmesis (bila terjadi penarikan)
– Neuronotmesis (jarang pd fraktur
tertutup)
7. Pada organ viscera
– Otak & sumsum tulang
– Organ-organ dalam perut
– Viscera dalam rongga thorak

8. Komplikasi Umum
– Thrombosis vena & emboli paru
– Emboli lemak
– Crush syndrome
Prinsip Pengobatan Fraktur :

 Mengembalikan atau memulihkan baik


anatomis maupun fungsional pada bagian
yang mengalami fraktur.
 Penatalaksanaan terapi kondisi fraktur
antara lain :
1. Reduksi/reposisi
2. Immobilisasi
3. Pemulihan fungsi/mempertahankan
fungsi
Reduksi :
 Reduksi/reposisi  merupakan suatu
tehnik atau dalam upaya mengembalikan
struktur tulang yang fraktur pada
keadaan semula (anatomis).
 Reduksi/reposisi dapat dilakukan secara;
1. Tertutup (Closed reduction)  manual
atau menggunakan skin/skeletal
traksi.
2. Terbuka (Open reduction)  Operatif
& internal fiksasi.
Reduksi :

 Open Reduction dilakukan apabila :


 Tindakan terapi & closed reduction
gagal

 Diperlukan tindakan reduksi/reposisi


yang lebih teliti

 Terdapat cidera yang multiple


Immobilisasi

Immobilisasi dilakukan untuk :


1. Mencegah terjadinya penyambungan
tulang yang tidak benar.
2.Mengurangi resiko terjadinya
penyambungan yang tidak benar (mal
union).
3.Mengurangi nyeri dan keluhan lainnya shg
penderita dapat lebih cepat berkatifitas.
Dalam memberikan immobilisasi kita harus
memperhatikan keadaan jaringan lunak
disekitar lokasi fraktur & diupayakan
immobilisasi diberikan/dirancang dalam
posisi fungsional.
Metode Immobilisasi :
1. Gips/pembelatan fungsional
2. Traksi (skin & skeletal)
3. Fiksasi internal (pen intrameduler, plat &
scrup, scrup dinamis & pemasangan tangkai
pada columna vertebralis)
4. Fiksasi eksternal (Halo-pelvic distraction
devices & jepitan skeletal dgn barier diluar)
Fisioterapi :
 Prinsip tindakan fisioterapi pada
kondisi fraktur al untuk :
 Mempertahankan gerakan
normal dan fungsi dari struktur
jaringan disekitar lokasi
cidera/fraktur.
 Secepat mungkin memulihkan
gerakan dan fungsi normal pada
daerah sekitar fraktur.
Evaluasi :
 Evaluasi  dilakukan periodik baik
sebelum, pada saat dan setelah intervensi
terapi.
 Hal-hal yang perlu dicatat dalam evaluasi :
1. Kausa fraktur
2. Cidera atau penyakit lainnya
3. Komplikasi yang ada
4. Pekerjaan dan aktifitas penderita
5. Keadaan & arsiktektur rumah penderita
Tehnik Pemeriksaan yang dilakukan
mencakup hal-hal sbb:
 Anamnesa  menyangkut hal-hal yang
berhubungan dengan rasa nyeri,
kekakuan, fungsi dan sensasi.
 Observasi  perubahan-perubahan
warna, kulit, oedema, efusi, dan atrofi
otot.
 Palpasi  nyeri tekan, suhu.
 Pengujian (assesmen) meliputi aksi otot,
ruang lingkup persendian (ROM), sensasi,
fungsi pernapasan dan aktifitas
fungsional.
Penatalaksanaan Fisioterapi
 Sebelum tindakan terapi perlu memberi
penjelasan pada penderita/klien tentang hal-
hal yang berhubungan dengan tindakan
fisioterapi al:
1. Jelaskan tujuan terapi tentang; LGS,
kekuatan otot  yang harus dicapai
kembali dan fungsi yang harus
dipulihkan.

2. Jelaskan/ajarkan terlebih dahulu


bentuk latihan yang akan diberikan bila
perlu peragaan/contoh lebih dahulu.
Pada kondisi fraktur tindakan teurapetik
yang dilakukan fisioterapis al :

1. Kurangi oedema dan cegah komplikasi.


– Latihan-latihan dengan elevasi
– Kompres es
– Latihan-latihan pernafasan (BE) untuk
pengembangan vena
– Penyangga untuk tungkai atau bagian
yang cidera/fraktur.
Pada kondisi fraktur tindakan teurapetik
yang dilakukan fisioterapis al :

2. Pertahankan fungsi pernafasan.


- Deep breathing exercises
- General/Bed exercises
- Latihan-latihan aktif sesuai
kemampuan pasien
- Hindari posisi bed rest lama dalam
satu posisi tertentu yang menetap
Pada kondisi fraktur tindakan teurapetik
yang dilakukan fisioterapis al :

3. Kurangi nyeri dan cidera jaringan lunak


- Kompres es
- Ultra sonik
- Heating ( Deep dan superfisial )
- TENS/TNS atau IFC
- Terapi latihan
4. Memulihkan kemampuan fungsional
Intervensi Fisioterapi pada masa
immobilisasi :
Pertahankan gerakan/mobilitas dari
persendian yang tidak di immobilisasi
Terapi latihan dengan isometrik pada
semua kelompok otot yang terimmobilisasi
Mempertahankan aktifitas independen
pasien/klien agar tidak mengalami
ketergantungan fungsional.
Intervensi Fisioterapi pada masa paska
immobilisasi :
Mobilisasi seluruh persendian paska
immobilisasi yang selama immobilisasi tidak
bergerak
Latihan penguatan otot
Memulihkan keseimbangan (balance)
Melatih kembali aktifitas fungsional untuk
menghilangkan ketergantungan aktifitas
Mengurangi & menghilangkan keluhan lain
akibat immobilisasi & komplikasi lainnya dgn
menggunakan berbagai tehnik dan metode
intervensi terapi.
Beberapa tehnik & metode intervensi terapi
pada kondisi fraktur antara lain :

Mobilisasi Sendi:  Penguatan otot:


- Free active exc - PNF dgn tahanan
- Mobilisasi pasif langsung
(Gentle & forced) - Repeated kontraksi
- PNF - Katrol dan beban
- Continous passive mov - Tahanan dengan per
-Terapi suspensi atau atau pegas
pendular - Penggunaan berat
-Metode hidro terapi badan atau komponen
badan yang lainnya.

Anda mungkin juga menyukai