Anda di halaman 1dari 11

Disusun oleh:

kelopok 3
 EKA HADI PRATAMA (18631272)
 IMANIAR DWI ALDA (18631716)
 ALDI ICHAN PRATAMA (18631714)
 RIZKA SAFITRI (18631712)
 VISEIS NANDI SUTOMO (18631708)
 LINA DESI UTAMI (18631699)
 FAY HURIN ’IN ZAKIYA (18631641)
Pemasangan infus

Pemasangan Infus adalah pemberian sejumlah cairan


kedalam tubuh, melalui sebuah jarum kedalam sebuah pembuluh
vena (pembuluh balik) untuk menggantikan kehilangan cairan
atau zat-zat makanan dari tubuh.
Pemberian infus merupakan tindakan yang paling sering
dilakukan pada pasien yang menjalani rawat inap sebagai jalur
terapi intravena (IV), pemberian obat, cairan, dan pemberian
produk darah, atau sampling darah (Alexander, Corigan, Gorski,
Hankins, & Perucca, 2010).
a. Sterilitas
b. Fiksasi
c. Pemilihan cairan infus
d. Kecepatan tetesan cairan
e. Selang infus dipasang dengan benar, lurus, tidak
melengkung, tidak terlipat atau terlepas sambungannya.
f. Jangan memasang infus dekat persendian atau pada vena
yang berkelok
 Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang
mengandung air, elektrolit, vitamin, protein, lemak, dan kalori
yang tidak dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral.
 Memperbaiki keseimbangan asam-basa.
 Memperbaiki volume komponen darah.
 Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan ke
dalam tubuh.
 Memberikan nutrisi pada saat sistem pencernaan mengalami
gangguan (Hidayat, 2008).
 Peran perawat dalam terapi infus terutama melakukan tugas delegasi.
Menurut Perry danPotter (2001) dalam Gayatri dan Handiyani (2008)
mengatakan bahwa pemberian terapi infus diinstruksikan oleh dokter tetapi
perawat yang bertanggung jawab pada pemberian serta mempertahankan
terapi tersebut pada pasien.
 Tanggung jawab perawat dalam pemberian infus sendiri adalah
melaksanakan pemasangan dan pemberian infus, memastikan kebersihan
dan ketajaman jarum, membersihkan set pemasangan infus, serta mencegah
terjadinya sumbatan dalam aliran infus (Hankins et al, 2001)
PROSES PENALARAN ETIK

1. Identifikasi Fakta dari Kasus


a). Anamnesa :
Nama klien : Januario Jaeng
Umur : 2,3 bulan
Keluhan utama : klien mengalami sesak nafas 1 hari sebelum masuk rumah sakit, batuk,
panas tinggi, dan
b). Alternatif tindakan diagnostik atau terapeutik :
 Klien dianjurkan puasa karena klien sesak nafas dimana resiko tersedak
apabila minum atau makan dalam kondisi sesak nafas.
 Dilakukan pengasapan untuk mengencerkan lendir dan mengurangi sesak
nafas.
 Infus klien dilepas karena klien sering bergerak dan jarum infus yang masuk
dalam pembuluh darah terlipat.
2. Rumusan tanggung jawab petugas terhadap klien

 Perawat yang bertugas melepas jarum infus klien


yang sebelumnya menancap ditangan kanan klien
karena klien sering bergerak dan terlipatnya jarum
infus yang berdampak lebih lanjut pada rusaknya
(pecahnya) pembuluh darah atau tersumbatnya
pembuluh darah bahkan lebih lanjut dapat
mengakibatkan infeksi. Dalam pernyataan tersebut
bahwa perawat menerapkan prinsip manfaat.
3. Rumusan tanggung jawab pihak ketiga
 Maria (ibu klien) sudah meminta hingga 3 kali agar infusnya
dipasang kembali. Dalam pernyataan tersebut prinsip otonomi
diterapkan oleh ibu klien.
4. Analisis tentang apakah terdapat konvergensi atau divergensi
dari kedua tanggung jawab no. 2 dan 3
 Dari no. 2 dan 3 terdapat divergensi karena masalah tersebut
tidak meluas sampai ke pengadilan, hanya keluarga dan pihak
rumah sakit.
5. Adakah keberatan dalam argumentasi no 4
 Tidak ada keberatan dalam argumentasi no 4, karena masalah
mereda dengan dengan sendirinya.
6. Mengambil tindakan bagaimana konflik dapat
dihindarkan

◦ Untuk menghindari konflik tersebut perlu dibutuhkan komunikasi yang


lebih jelas sehingga keluarga klien dapat memahami kondisi klien.
Karena dalam kasus ini ibu klien belum tahu pasti perawat melepas
infus. Ibu klien meminta agar infusnya dipasang kembali sebab anaknya
puasa makan, namun perawat beralasan jarum di rumah sakit sedang
tidak ada. Sementara itu Direktur rumah sakit mengatakan bahwa
pemasangan infus diulangi kembali sebanyak 4 kali namun gagal karena
kondisi pembuluh darah yang sudah mulai rapuh akibat pemburukan
kondisi klien akibat penyakitnya sehingga infus tidak bisa terpasang
kembali.
TIPE PENYELESAIAN KASUS
 Dalam kasus ini diselesaikan berdasarkan tipe alamiah,
yaitu penyelesaian terjadi dengan sendirinya, karena
salah satu pihak sudah mereda atau hilang minatnya.

Anda mungkin juga menyukai