Kejadian patent ductus arteriosus (PDA) diperkirakan pada anak-anak lahir di Amerika adalah antara 0,02% dan 0,006% dari kelahiran hidup. Insiden ini meningkat pada anak yang lahir prematur (20% pada bayi prematur usia kehamilan hingga 60% pada mereka <28 minggu> 32 minggu kehamilan), anak-anak dengan riwayat asfiksia perinatal, dan, mungkin, anak yang lahir pada tinggi ketinggian (Sukman, 2012). Satu dari 100 bayi yang lahir menderita PJB, mulai dari jenis yang ringan sampai yang berat atau kompleks. Dengan jumlah kelahiran bayi sekitar 4,5 juta/thn saat ini, maka di Indonesia diperkirakan tidak kurang dari 45.000 bayi baru lahir akan menyandang penyakit jantung bawaan.PJB memberikan kontribusi yang penting terhadap tingginya angka kematian bayi di suatu negara, termasuk negara- negara berkembang seperti Indonesia Duktus Arteriosus adalah saluran yang berasal dari arkus aorta ke VI pada janin yang menghubungkan arteri pulmonalis dengan aorta desendens. Pada bayi normal duktus tersebut menutup secara fungsional 10 – 15 jam setelah lahir dan secara anatomis menjadi ligamentum arteriosum pada usia 2 – 3 minggu. (Buku ajar kardiologi FKUI, 2001 ; 227). • Kadang-kadang terdapat tanda-tanda gagal jantung • Machinery mur-mur persisten (sistolik, kemudian menetap, paling nyata terdengar di tepi sternum kiri atas) • Tekanan nadi besar (water hammer pulses) / Nadi menonjol dan meloncat-loncat, Tekanan nadi yang lebar (lebih dari 25 mmHg) • Takhikardia (denyut apeks lebih dari 170), ujung jari hiperemik • Resiko endokarditis dan obstruksi pembuluh darah pulmonal. • Infeksi saluran nafas berulang, mudah lelah • Apnea • Tachypnea • Nasal flaring • Retraksi dada • Hipoksemia • Peningkatan kebutuhan ventilator (sehubungan dengan masalah paru) Jika PDA memiliki lubang yang besar, maka darah dalam jumlah yang besar akan membanjiri paru-paru. Anak tampak sakit, dengan gejala berupa tidak mau menyusu, berat badannya tidak bertambah, berkeringat, kesulitan dalam bernafas, denyut jantung yang cepat. Timbulnya gejala tersebut menunjukkan telah terjadinya gagal jantung kongestif, yang seringkali terjadi pada bayi prematur. (Suriadi, Rita Yuliani, 2001 ; 236, Betz & Sowden, 2002; 376). Analisisgas darah arteri Foto thorak Ekhokardiografi Pemeriksaan dengan Doppler berwarna, untuk mengevaluasi aliran darah dan arahnya. EKG Kateterisasi jantung, Tekanan darah tinggi di paru-paru (hipertensi pulmonal). Gagal jantung. Infeksi jantung (endokarditis) Detak jantung tidak teratur (aritmia). Gagal ginjal Obstruksi pembuluh darah pulmonal Hepatomegali (jarang terjadi pada bayi prematur) Enterokolitis nekrosis Gangguan paru yang terjadi bersamaan (misalnya sindrom gawat nafas atau displasia bronkkopulmoner) Perdarahan gastrointestinal (GI), penurunan jumlah trombosit Hiperkalemia (penurunan keluaran urin) Gagal tumbuh Medikamentosa Invasif, Penutupan PDA melalui kateterisasi dapat dipertimbangkan. Penggunaan stainless coil untuk menutup PDA diindikasikan untuk diameter < 2,5 mm dengan residual shunt rate 5 – 10%. Komplikasi tindakan ini adalah leakage, emboli coil ke perifer, hemolisis, stenosis LPA, oklusi femoralis. Bedah Identitas pasien Keluhan utama,Keluhan yang paling sering menjadi alasan klien untuk meminta pertolongan kesehatan meliputi dispnea (sesak napas) Riwayat Kesehatan Saat Ini Riwayat Kehamilan dan kelahiran Riwayat penyakit dahulu Riwayat keluarga Psikososial Riwayat Sosial Kebutuhan Dasar Pemeriksaan Tingkat perkembangan Pemeriksaan fisik Pernafasan B1 (Breath) Nafas cepat, sesak nafas ,bunyi tambahan ( marchinery murmur ),adanyan otot bantu nafas saat inspirasi, retraksi. Kardiovaskuler B2 ( Blood) Jantung membesar, hipertropi ventrikel kiri, peningkatan tekanan darah sistolik, edema tungkai, clubbing finger, sianosis. Persyarafan B3 ( Brain) Otot muka tegang, gelisah, menangis, penurunan kesadaran. Perkemihan B4 (Bladder) Produksi urin menurun (oliguria). Pencernaan B5 (Bowel) Nafsu makan menurun (anoreksia), porsi makan tidak habis. Muskuloskeletal/integument B6 (Bone) DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagnosa keperawatan patent ductus arteriosus
menurut Riski (2012) yaitu : 1. Penurunan curah jantung berhubungan dengan malforasi jantung 2. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan kongesti pulmonal 3. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan berhubungandengan tidak adekuatnya suplay oksigen dan zat nutrisi ke jaringan 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori 5. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel. RENCANA KEPERAWATAN PELAKSANAAN Dalam pelaksanaan rencana tindakan terdapat dua jenis tindakan yaitu, tindakan jenis mandiri dan tindakan kolaborasi. Sebagai profesi, perawat mempunyai kewenangan dan tanggung jawab dalam menentukan asuhan keperawatan (Hidayat, 2004;123). Evaluasi Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak (Hidayat, 2004;124). Anak K usia 4 tahun, alamat tinggal jalan setia budi No.46 Thehok jambi, dibawa ke poli Rs Raden Mattaher Jambi pada tanggal 26 april 2015 dengan alasan demam disertai batuk filek dan penurunan nafsu makan sejak 4 hari yang lalu. Saat pengkajian An. K tampak sering menangis dan ibu klien mengatakan bahwa satu bulan yang lalu anaknya pernah menderita demam tinggi, batuk filek dan keluar ruam merah (campak) dan sering sesak napas saat beraktifitas. Setelah dilakukan pemeriksaan didapatkan frekuensi pernapasan 55 kali per menit, Nadi 130 kali per menit, suhu tubuh 38 C, BB : 10 Kg, Tb : 94 Cm. Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan Hb 11,6 gr/dl, leukosit 13.500 mm, Trombosit 505.000 mm. Dari pemeriksaan khusus didapatkan pada jantung yaitu Thrill +, pada palpasi jantung ditemukan iktus kordis di ICS IV-V mid clavicula sinistra. Adanya bunyi jantung tambahan (murmur), terdapat otot bantu nafas, sianosis, rewel atau gelisah, AGD dengan PH 7,30, PaO2 76, PCO2 49, akral dingin, pucat, batuk produktif, konjungtiva anemis, CRT >3 detik, Pemeriksaan EKG didapatkan hipertrofi ventrikel kiri. Pengkajian Dari data diatas baik data secara teoritis maupun data yang didapat pada saat pengkajian, penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa hampir semua data pada pengkajian klien An. K, didapatkan tanda dan gejala hampir sama dengan data teoritis namun ada juga beberapa data yang tidak ditemukan seperti apnea dan tekanan nadi meningkat. Diagnosa Keperawatan Dari ke lima diagnosa secara teoritis diatas ada beberapa diagnosa yang tidak ditegakkan oleh penulis karena penulis tidak menemukan data penunjang dari klien An. K. adapun diagnosa yang penulis tidak tegakkan pada klien An. K yang terdapat pada konsep teoritis adalah : 1. Intoleransi aktivitas b.d ketidakseimbangan antara pemakaian oksigen oleh tubuh dan suplai oksigen ke sel. 2. Perubahan pertumbuhan dan perkembangan b.d tidak adekuatnya suplai oksigen dan zat nutrisi ke jaringan Rencana Tindakan Keperawatan Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan keperawatan pada klien An. k dengan PDA pada tanggal 26-28 April 2015 penulis melaksanakan berdasarkan prioritas masalah yang telah ditetapkan sesuai dengan rencana, kemudian dengan rencana tindakan tersebut didokumentasikan dalam catatan keperawatan. Evaluasi Setelah dilakukan tindakan selama 3 hari pada tanggal 26-28 April 2015, masalah pada kasus An. K dengan PDA di Ruang anak Rumah sakit Sei. Kambang Jambi. Adapun hasil evaluasi keperawatan dalam melaksanakan tindakan keperawatan sesuai rencana keperawatan dengan diagnose keperawatan masalah yang teratasi sebagian yaitu : 1. Penurunan Curah jantung b.d malformasi jantung. 2. Gangguan pertukaran gas b.d kongesti pulmonal. 3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d kelelahan pada saat makan dan meningkatnya kebutuhan kalori. Kesimpulan Pengkajian Diagnosa keperawatan Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Saran
Untuk Iilmu keperawatan
Untuk Rumah Sakit Untuk Institusi Pendidikan Untuk penulis