Anda di halaman 1dari 26

Asuhan

Keperawatan
Pada Pasien
Kelompok 5
Gangguan Katarak
Pre-Post Operasi 1. M. Azzam A
2. Fuji Safitri
3. Linda Fajriyanti
4. Yustiti Adiyanti
TINGKAT 2A DIII KEPERAWATAN
TA. 2018/2019
PENGERTIAN

 Katarak berasal dari bahasa Yunani “kataarrhakies” yang


berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia katarak disebut
bular, yaitu penglihatan seperti tertutup air terjun akibat
lensa yang keruh.
 Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa
yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan cairan)
lensa, denaturasi protein lensa atau akibat keduanya
(Ilyas,1999:207).
ANATOMI MATA
ANATOMI FISIOLOGI

Lensa merupakan badan bikonveks sirkular yang


sangat elastis, yang berada dibelakang iris. Lensa merupakan
struktur yang transparan berbentuk cakram bikonveks yang
dapat menebal dan menipis pada saat akomodasi. Lensa
terdiri atas serat yang dibungkus didalam kapsul dan melekat
pada badan siliaris oleh ligamen suspensori.
Lensa membiaskan sinar cahaya yang direfleksikan
oleh objek didepan mata. Sinar cahaya yang masuk ke mata
harus dibiaskan untuk memfokuskan cahaya pada retina.
Untuk meningkatkan daya bias, badan siliaris berkontraksi,
melepaskan tarikannya pada ligamen supensorik, dan
permukaan anterior lensa menonjol kedepan, meningkatkan
kecembungannya. Hal ini menyebabkan cahaya dari objek
yang dekat dapat difokuskan pada retina. Saat otot siliaris
berelaksasi kebelakang, tarikannya pada ligamen supensori
semakin meningkat, membuat lensa semakin tipis dan
cahaya dari objek yang jauh dapat difokuskan pada retina.
KLASIFIKASI

Berdasarkan pada usia katarak dapat


diklasifikasikan:
1. Katarak Kongenital, katarak yang sudah
terlihat pada usia < 1 tahun.
2. Katarak Juvenil, katarak yang terjadi
sesudah usia 1 tahun.
3. Katarak Senil, katarak setelah usia 50
tahun. (Ilyas,1999:208).
KLASIFIKASI

Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat


dibedakan menjadi:

. 1. Katarak Traumatik, katarak terjadi akibat


rudapaksa atau trauma baik karena trauma
tumpul maupun tajam.
2. Katarak Toksika, merupakan katarak yang
terjadi akibat adanya pajanan dengan
bahan kimia tertentu.
3. Katarak Komplikata, katarak terjadi akibat
gangguan sistemik seperti diabetes militus,
hipoparatiroidisme atau akibat kelainan lokal
seperti uveitis, glaukoma, dan miopia.
KLASIFIKASI

Berdasarkan stadium, Katarak Senil dapat


dibedakan menjadi 4:
MANIFESTASI KLINIS

 Penglihatan buram  Pada pupil terdapat


seperti berasap. bercak putih.
 Penglihatan ganda.  Bertambah tebal
 Ketajaman nukleus dengan
penglihatan yang perkembangan
kurang. lapisan korteks lensa.
 Sensifitas kontras  Rasa nyeri pada
juga hilang. mata.
 Silau karena cahaya  Penglihatan semakin
dan sulit melihat di blur, walaupun
malam hari. sudah berganti-ganti
ukuran kacamata.
ETIOLOGI

Katarak disebabkan oleh berbagai faktor


seperti:
1. Fisik
2. Kimia
3. Penyakit predisposisi
4. Genetik dan gangguan perkembangan
5. Infeksi virus di masa pertumbuhan janin
6. Usia
PATOFISIOLOGI
Secara kimiawi, pembentukan katarak ditandai oleh
berkurang ambilan oksigen dan bertambahnya kandungan air
yang kemudian diikuti dengan dehidrasi. Kandungan natrium
dan kalsium bertambah, sedangkan kandungan kalium, asam
askorbat, dan protein berkurang.
Lensa yang mengalami katarak tidak mengandung
glutation. Usaha mempercepat atau memperlambat
perubahan kimiawi ini dengan cara pengobatan belum
berhasil, dan penyebab maupun implikasinya tidak diketahui.
Akhir-akhir ini, peran radiasi sinyal ultraviolet sebagai salah satu
faktor dalam pembentukan katarak senil, tampak lebih nyata.
Penyelidikan epidemiologi menunjukan bahwa di daerah-
daerah yang sepanjang tahun selalu ada sinar matahari yang
kuat, insiden kataraknya meningkat pada usia 65 tahun atau
lebih. Pada penelitian lebih lanjut, ternyata sinar ultraviolet
memang mempunyai efek terhadap lensa. Pengobatan
katarak adalah dengan tindakan pembedahan. Setelah
pembedahan, lensa diganti dengan kacamata afakia, lensa
kontak atau lensa tanam intraokular.
INDIKASI OPERASI
1. Indikasi Optik merupakan indikasi terbanyak dari pembedahan
katarak. Jika penurunan dari tajam penglihatan pasien telah
menurun hingga mengganggu kegiatan sehari-hari.
2. Indikasi Medis pada beberapa keadaan dibawah ini, katarak
perlu di operasi segera, bahkan jika prognosis kembalinya
penglihatan kurang baik:
- Katarak hipermatur
- Glaukoma sekunder
- Uveitis sekunder
- Dislokasi/subluksasio lensa
- Benda asing intra-lentikuler
- Retinopati diabetika
- Ablasio retina
3. Indikasi Kosmetik, jika penglihatan hilang sama sekali akibat
kelainan retina atau nervus optikus, namun kekeruhan katarak
secara kosmetik tidak dapat diterima. Misalnya pada pasien
muda, maka operasi katarak dapat dilakukan hanya untuk
membuat pupil tampak hitam meskipun penglihatan tidak akan
kembali.
PEMERIKSAAN
PENUNJANG

1. Scan Ultrasound
2. Kartu mata snellen chart (tes ketajaman
penglihatan dan sentral penglihatan)
3. Lapang penglihatan: penurunan mungkin di
sebabkan oleh glukoma
4. Pengukira tonograpi (mengkaji TIO, N 10-21
mmHg)
5. Pengukuran gonoskopi: membantu membedakan
sudut terbuka dari sudut tertutup glukoma
6. Pemeriksaan oftalmologis: mengkaji struktur
internal okuler, pupil oedema, perdarahan retina,
dilatasi & pemeriksaan. Belahan lampu
memastikan Dx Katarak
Kriteria Pasien Pra-operasi
 Tekanan darah normal <190 mmhg.
 Glukosa sewaktu <140.
 Usia <65 tahun.
 Tidak memiliki riwayat penyakit sistemik.
 Tidak ada iritasi pada mata.
 Tidak ada batuk kronik.
 Seminggu atau jauh sebelum operasi, dokter akan
melakukan tes USG untuk mengukur ukuran dan
bentuk mata. Hal ini dilakukan untuk menentukan
jenis lensa implan yang tepat untuk mata.
 Diminta untuk berhenti mengonsumsi beberapa
pengobatan yang dapat meningkatkan risiko
pendarahan selama prosedur operasi.
 Gunakan obat tetes mata untuk mengurangi risiko
terhadap infeksi. Dokter juga akan meresepkan obat
tetes mata antibiotik untuk digunakan selama 1 – 2 hari
sebelum operasi.
 Sama seperti beberapa operasi tertentu, akan diminta
untuk berpuasa sebelum operasi. Intruksi yang diberikan
biasanya tidak boleh makan/minum selama 12 jam
sebelum operasi.
 Jangan lupa memakai pakaian yang nyaman dan
membawa kacamata hitam ketika pergi kerumah sakit
untuk menjalani operasi. Jangan menggunakan
parfum atau pewangi lainnya dan hindari make up.
Kriteria Pasien Post-operasi
yang tidak boleh dilakukan
1. Menggosok mata.
2. Berendam air panas atau berenang.
3. Menyetir.
4. Make up mata.
5. Mengedan.
6. Membungkuk.
7. Mengangkat beban berat.
RESIKO KOMPLIKASI

1. Peningkatan tekanan intraokuler, untuk mengembalikan


beberapa aktivitas selama periode pasca bedah, hal ini
harus diterangkan kepada pasien & keluarga.
Seperti : batuk-batuk, bengkokan pada pinggang,
bersih dan kemerahan pada mata, mual, cemas,
konstipasi, dan pusing.
2. Infeksi, adanya tanda kemerahan, pengeluaran air
mata berlebih, keluar cairan berbentuk krim berwarna
putih, kering, dan pekat.
3. Ablasia retina, meningkatnya EKEK (kembalinya bagian
belakang kapula) yang mengakibatkan perubahan
struktur. Gejalanya terdapat bintik/tempat yang gelap.
4. Perdarahan, darah dapat datang akibat insisi, dari iris
atau dari tubuh yang bersilia. Hal ini disebabkan tidak
sempurnanya pengobatan hingga melukai jaringan
tersebut, ketidakadekuatan jahitan luka, adanya
trauma, dan meningkatnya tekanan intraokular.
Pencegahan Pada Katarak
1. Pakai kacamata hitam saat cuaca terik
2. Batasi asupan karbohidrat
3. Minum teh
4. Perbanyak asupan vitamin C
DIAGNOSA KEPERAWATAN
 Diagnosa Keperawatan Pre-Operasi Katarak
1. Penurunan persepsi sensori penglihatan b.d
penurunan tajam penglihatan dan kejelasan
penglihatan.
2. Ansietas b.d kurang pengetahuan tentang
kejadian operasi.

 Diagnosa Keperawatan Post-Operasi Katarak


1. Risiko cedera b.d peningkatan tekanan
intraokular (TIO), pendarahan, kehilangan
vitreus.
2. Nyeri b.d agen pencedera fisik prosedur
operasi.
INTERVENSI KEPERAWATAN
REFERENSI
1. Tamsuri Anas. 2011. Klien Gangguan Mata &
Penglihatan Keperawatan Medikal Bedah.
Jakarta : EGC
2. Grant Allison & Waugh Anne. 2017. Dasar-dasar
Anatomi Fisiologi. Indonesia : Elsevier
3. Ilyas, S & Yulianti, Rahayu Sri. 2013. Ilmu Penyakit Mata.
Jakarta : FKUI
4. Wilkinson, M Judith. 2016. Diagnosa Keperawatan.
Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai