Anda di halaman 1dari 21

Dual Tissue

Regeneration: Non-
Ablative Resurfacing of
Soft Tissues with
FOTONASMOOTH®
Mode Er:YAG Laser

Arya nugraha karya


1102014040
ABSTRAK
Laser Er:YAG memiliki penetrasi optikal yang sangat dangkal pada
cairan jaringan sehingga menyebabkan laser tersebut tidak hanya
optimal untuk prosedur ablasif, tetapi juga optimal untuk prosedur
pelapisan ulang (resurfacing) non-ablasif. Mekanisme regenerasi
jaringan-ganda (dual tissue-regeneration mechanism; DTR) tersebut
hanya dapat diakses oleh perangkat remodeling termal.
Terapi laser untuk mengatasi gejala penuaan jaringan melibatkan dua
modalitas dasar peremajaan jaringan: resurfacing laser yang bersifat ablasif
dan non-ablasif pada jaringan lunak.
Penting untuk dicatat jika bukan jenis laser atau panjang gelombang laser
() yang menentukan apakah prosedur resurfacing dilakukan secara non-ablasif atau
ablasif, melainkan durasi pulsasi dan aliran (fluence) F (dalam J/cm2) yakni energi
yang dihantarkan oleh pulsasi laser menuju ke permukaan jaringan di dalam area
sinar laser. laser jenis mid-IR seperti laser Er:YAG ( = 2940 nm) dan laser CO2
(10.640 nm), yang juga disebut dengan “laser ablasif” dikarenakan kedua laser
tersebut memiliki riwayat berhasil digunakan untuk prosedur non-ablasif. Hal
tersebut terutama berlaku pada teknologi laser Er:YAG, yang dapat memberikan
durasi pulsasi dan aliran pada rentang yang lebar
Prosedur resurfacing oleh laser dilakukan dengan laser jenis mid-IR, yang berperan
dalam absorbsi chromophore adalah kadar cairan jaringan. Ablasi terjadi ketika suhu
maksimal pada jaringan (Tmax) selama pulsasi laser mencapai suhu ablasi Tabl
(Tabl=250 c) . Karena panjang gelombang laser Er:YAG memiliki keterbatasan akibat
memiliki penetrasi optik yang sangat dangkal. hasil klinis yang sangat baik yang
didapatkan dengan laser Er:YAG mode FotonaSmooth®, dengan jumlah komplikasi
yang dilaporkan sedikit, menunjukkan kemungkinan dibutuhkan mekanisme
tambahan untuk membuat panjang gelombang Er:YAG menjadi sangat sesuai untuk
melakukan prosedur resurfacing non-ablasif. Kalo mau melakukan prosedur
resurfacing yang non ablasif dipake mode fotonasmooth karena dia mempunyai
penetrasi optic yang lebih dalam dari pada Teknik heat pumping technique.
Er:YAG Laser

panjang gelombang laser Er:YAG secara selektif sangat diserap


oleh cairan jaringan, dengan kedalaman penetrasi energi sekitar
 ≈ 1 m. Sebagai perbandingan, kedalaman penetrasi pada
laser lain dengan tingkat absorbsi yang tinggi, laser CO2 adalah
sekitar 20 m
Er:YAG laser non-ablative resurfacing

Aliran laser Er:YAG untuk resurfacing jaringan lunak dan terapi penyakit ginekologi
dan genitourinari. Kisaran fluence pada dua kategori yakni ablasif dan non-ablasif
memiliki ambang batas Fabl ≈ 1.5 J/cm2 memisahkan kedua kategori tersebut.
Efek regenerasi yang secara klinis diamati pada prosedur resurfacing laser
Er:YAG dengan mode FotonaSmooth® dapat dijelaskan sebagai pengaruh dari
campuran dua mekanisme yang sama-sama melibatkan proses biokimiawi,
yakni proses 1 dengan paparan yang panjang (long exposure process 1) dan
proses 2 dengan paparan yang pendek (short exposure process 2). Dua
mekanisme yang terlibat di dalam Dual tissue-Remodelling Mechanisme (DTR)
adalah:
1. Cedera thermal yang relatif berlangsung lambat terhadap jaringan ikat
melibatkan proses biokimiawi-1 dengan paparan panjang (long exposure
process 1);
2. Cedera thermal yang berlangsung cepat terhadap jaringan epitel melibatkan
proses biokimiawi 2 dengan paparan pendek (short exposure process 1),
dan selanjutnya memicu regenerasi dari jaringan yang terletak lebih dalam
Dual tissue-Remodelling Mechanisme (DTR) terlibat di dalam resurfacing non-
ablasif laser Er:YAG dengan mode FotonaSmooth®. Peningkatan suhu yang
berlangsung sangat cepat sebagaimana yang dihasilkan pada permukaan jaringan
epitel oleh laser Er:YAG dirubah melalui difusi panas menjadi peningkatan suhu
yang berlangsung lebih lama di jaringan ikat yang lebih dalam. Sebagai akibatnya,
terdapat dua proses regeneratif tambahan yang dipicu selama proses resurfacing
jaringan: i) pengaruh yang dipicu secara tidak langsung oleh peningkatan suhu yang
berlangsung cepat pada jaringan epitel (kiri); dan ii) cedera termal yang
berlangsung lambat pada jaringan ikat (kanan).
mode FotonaSmooth® Er: YAG, jaringan dipanaskan hingga kedalaman SMOOTH =
100-600 µm. Ini bukan kedalaman penetrasi optik Er tetapi kedalaman penetrasi
panas SMOOTH yang menentukan kedalaman jaringan yang dimodelkan secara
termal. Jaringan mukosa digambarkan; namun angka tersebut juga berlaku untuk
kulit
Keuntungan dari kedalaman penetrasi pendek laser Er: YAG
menjadi paling jelas. Yaitu, agar fase pendinginan dari tekanan kejut
suhu panas menjadi singkat, harus ada gradien suhu yang besar di
dalam epitel untuk menghasilkan pendinginan konduksi yang cepat.
Oleh karena itu, semakin pendek kedalaman penetrasi, semakin
cepat konduksi panas dan semakin pendek fase pendinginan ramp-
down. Akibatnya, laser dengan penyerapan air yang tinggi dan
dengan kedalaman penetrasi yang rendah (), menguntungkan
karena ini mampu menghasilkan paparan dengan durasi pendek.
Seperti yang dapat dilihat dari contoh klinis ini, waktu pemaparan yang
lebih lama dihasilkan oleh kedalaman penetrasi yang lebih lama Nd: YAP laser
menghasilkan kerusakan yang jauh lebih tinggi pada jaringan, meskipun suhu
permukaan kulit maksimalnya sama.
Denyut thermal yang sangat pendek yang dapat
secara aman dialirkan ke epitelium menggunakan
radiasi laser Er:YAG merepresentasikan sebuah
tambahan mekanisme aksi tidak langsung untuk
regenerasi epitel dan jaringan ikat yang berada lebih
dalam, yang mana penting dalam stimulasi
konvensional lambat dari fibroblast.
Ketika mempertimbangkan laser dengan tingkat absorbsi tertinggi
selanjutnya, misalnya laser CO2, dapat disimpulkan bahwa suhu kritis untuk
laser jenis ini adalah sekitar 1300C, yang mana jauh lebih rendah
dibandingkan suhu ablasi yaitu Tabl ≈ 2500C. Oleh karena itu, jendela
keamanan panjang gelombang laser CO2 jauh lebih sempit dibandingkan
dengan Er:YAG, membuat prosedur penapisan ablatif atau non-ablatif
dengan CO2 yang bebas komplikasi lebih sulit untuk dilakukan. Hal ini
mungkin menjelaskan kenapa waktu pemulihan yang lebih panjang dan
komplikasi yang lebih sering terjadi telah dilaporkan pada penapisan
dengan laser CO2 jika dibandingkan dengan Er:YAG.
• Telah ditunjukkan bahwa kedalaman penetrasi optik yang unik, dan
sangat pendek dari panjang gelombang Er:YAG membuat laser ini
tidak hanya optimal untuk prosedur penapisan ablatif namun juga
non-ablatif.
• Karakteristik DTR yang luar biasa dari laser Er:YAG
FotonaSmooth® ini mungkin menjelaskan keamanan dan efikasi
yang dilaporkan untuk laser Er:YAG FotonaSmooth® ketika
digunakan untuk pengencangan kulit non-ablatif

Anda mungkin juga menyukai