2017505007 PULAU PARI Sudah dua tahun lebih berlalu sejak PT Bumi Pari Asri mengklaim kepemilikan atas tanah yang kini ditinggali warga. Sudah dua tahun pula warga Pari diselimuti takut akan kehilangan tempat tinggal, tanah, serta mata pencahariannya sekaligus. Warga bukannya tidak mau mengurus sertifikat. Mereka bercerita pada 1980 sempat ditawari Badan Pertanahan Nasional untuk mengubah girik mereka menjadi sertifikat hak milik (SHM). Warga menyerahkan girik yang dimiliki ke Kelurahan di Pulau Tidung dalam rangka diputihkan. Tetapi proses pemutihan tidak pernah terjadi. Malah, sampai sekarang surat girik warga tak pernah dikembalikan. Strategi yang kini diupayakan KSPP adalah mempertanyakan legalitas proses penerbitan akta dan sertifikat kepemilikan perusahaan ke Kementerian Agraria dan Tata Ruang, Ombudsman, hingga Kantor Staf Presiden. Proses jual beli selama 1990-1991 dipersoalkan antara lain karena hanya melibatkan satu ahli waris. Ombudsman mengamini adanya kejanggalan pada proses peralihan kepemilikan lahan di Pulau Pari. Lembaga pemantau kebijakan publik itu sampai sekarang masih fokus mengumpulkan temuan terkait kasus ini. Ada penyimpangan dan maladministrasi dalam kasus Pulau Pari yakni dalam penerbitan 62 Sertifikat Hak Milik (SHM) dan 14 Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) di Pulau Pari. MASYARAKAT COT RAMBONG dan PT. FAJAR BAIZURY & BROTHERS PT Fajar Baizuri & Brothers merupakan salah satu perusahaan swasta dengan komoditas industry minyak kelapa sawit, dengan lingkup usaha seperti pembangunan perkebunan minyak kelapa sawit, penggilangan minyak kelapa sawit, penyewa jasa peralatan pembangunan, perkapalan dan transportasi laut, dan perdagangan. Perusahaan ini terletak di Desa Cimbereng Kecamatan Kuala Kabupaten Nagan Raya. Penguasaan lahan HGU perkebunan kelapa sawit PT Fajar Baizuri & Brothers di Kab. Nagan Raya berdasarkan izin usaha perkebunan yang ditetapkan dalam surat keputusan Nomor 6 Tahun 1990 seluas 9311,08 Ha, yang terdiri dari: 4.335 Ha terletak di Kec. Kuala, Kuala Pesisir, dan Tadu Raya sedangkan 4.956 Ha terletak di Kec. Tripa Makmur (Luas lahan yang digarap perusahaan sudah lebih dari izin HGU yang dikeluarkan pemerintah). Karena perusahaan telah merampas tanah milik desa melebihi Hak Guna Usaha (HGU) yang telah diizinkan (lahan warga Cot Mee yang diserobot perusahaan mencapai 400 Ha). Berdasarkan bidang tanah yang di keluarkan pada tahun 1989 masih memakai koordinat lokal, sehingga apabila diletakkan di lapangan terdapat perbedaan antara peta dan kenyataan dilapangan. DASAR PEMIKIRAN FILOSOFIS ◈ Eksistensi hukum adat sebagai hukum tidak tertulis diatur dalam konstitusi Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 pada pasal 18 B ayat (2) bahwa : Negara mengakui dan menghormati kesatuan-kesatuan masyarakat hukum adat serta hak-hak tradisionalnya sepanjang masih hidup dan sesuai dengan perkembangan masyarakat dan prinsip-prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia yang diatur dalam undang-undang. ◈ Sebagaimana dinyatakan dalam UUD 1945, pasal 33 ayat (3) yang kemudian dijabarkan dalam UUPA menyatakan bahwa tanah negara adalah tanah yang belum ada “hak penguasaan” di atasnya dan dikuasai serta dikelola langsung oleh Negara, diklasifikasikan tanah Negara. Bidang-bidang tanah diklasifikasikan sebagai tanah Negara pertama-tama mempunyai fungsi utama yaitu untuk kepentingan publik meliputi kepentingan bersama, perlindungan maupun konservasi, baik di daerah perkotaan maupun perdesaan tugas dan fungsi mengelola tanah Negara pada hakekatnya sebagai pelaksanaan kewenangan Negara, sebagaimana diamanatkan pada pasal 2 ayat (2) UUPA. PRINCIPIUM IDENTITATIS ◈ Yang terjadi pada kasus pulau pari adalah warga yang bertempat tinggal disana sudah menempati lahan tanah tersebut sejak lama dan membayar pajak tanah. Dan pada kasus sengketa tanah masyarakat cot rambong dengan PT. Fajar Baizury & Brothers juga masyarakat cot rambong tersebut sudah menempati sejak lama dan membayar pajak tanah. ◈ Pada kasus yang pertama dan kedua adanya intimidasi dari salah satu pihak yang mengklaim bahwa tanah tersebut adalah miliknya. ◈ UUD 1945, mengamanatkan rakyat berhak atas tempat tinggal dan penghidupan layak. Itu “hak konstitusi” warga Negara Republik Indonesia. ◈ Jika berkaca pada UUPA No 5 Tahun 1960, tanah digunakan untuk kesejahteraan rakyat dan berhak menempati ketika dimanfaatkan. PRINCIPIUM CONTRADICTIONIS ◈ Pada kasus yang pertama ada penyimpangan dan maladministrasi dalam kasus Pulau Pari yakni dalam penerbitan 62 Sertifikat Hak Milik (SHM) dan 14 Sertifikat Hak Guna Bangunan (SHGB) di Pulau Pari. Pada penyimpangan SHM, penerbitan 62 SHM tidak mengikuti prosedur yang diatur dalam ketentuan Pasal 18 Ayat 1, 2, 3, dan 4 serta Pasal 26 Ayat 1, 2, dan 3 PP Nomor 24 Tahun 1997 tentang Pendaftaran Tanah. ◈ Pada kasus yang kedua, penguasaan lahan HGU perkebunan kelapa sawit PT Fajar Baizuri & Brothers di Kab. Nagan Raya berdasarkan izin usaha perkebunan yang ditetapkan dalam surat keputusan Nomor 6 Tahun 1990 seluas 9311,08 Ha, yang terdiri dari: 4.335 Ha terletak di Kec. Kuala, Kuala Pesisir, dan Tadu Raya sedangkan 4.956 Ha terletak di Kec. Tripa Makmur (Luas lahan yang digarap perusahaan sudah lebih dari izin HGU yang dikeluarkan pemerintah). PRINCIPIUM EXCLUSI TERTII ◈ Kasus pulau pari penerbitan SHM atas nama perorangan dan SHGB di Pulau Pari atas nama PT Bumi Asri Pari dan PT Bumi Griyanusa. Kepemilikan SHGB itu semakin diperjelas dengan penerbitan masterplan pembangunan hotel dan vila pada sebagian besar pulau sehingga mengancam menggusur seluruh permukiman warga. Tetapi dalam kasus ini adanya temuan maladministrasi dari pihak swasta. ◈ Kasus sengketa tanah masyarakat cot rambong dengan PT. Fajar Baizury & Brothers adanya HGU perkebunan kelapa sawit PT Fajar Baizuri & Brothers di Kab. Nagan Raya berdasarkan izin usaha perkebunan yang ditetapkan dalam surat keputusan Nomor 6 Tahun 1990 seluas 9311,08 Ha. PRINCIPIUM SUFFICIENT REASON ◈ Alasan yang kuat dari warga pulau pari adalah karena mereka sudah bertempat tinggal disana sejak dulu lama karena turun temurun. Dan tanah tersebut sejak lama sudah dikelola oleh masyarakat disana. Sedangkan PT Bumi Asri Pari beralasan bahwa mereka mempunyai SHGB yang sah dan resmi. ◈ Kasus sengketa tanah masyarakat cot rambong dengan PT. Fajar Baizury & Brothers adalah pihak perusahaan melibihi batas yang telah ditentukan dan tetap memaksakan untuk tetap ingin menggunakan lahan tersebut yang disana ada 4 desa. Alasan yang kuatnya juga masih memakai koordinat lokal, sehingga apabila diletakkan di lapangan terdapat perbedaan antara peta dan kenyataan dilapangan. TERIMAKASIH