Anda di halaman 1dari 31

Kejahatan Seksual

Penyusun :
Sidik Rahman Hakim (19360146)
Vanny Oktaviana H (19360155)
Vivi Yolandha (19360157)
Winda Surya Ningsih (19360159)
Wulandari (19360160)

Perseptor :
dr. Jims Ferdinan Possible, M.KedFor, Sp. F
I. Definisi Kejahatan Seksual

Kejahatan Seksual
Kejahatan seksual adalah setiap perbuatan yang
dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain yang
menimbulkan kepuasan seksual bagi dirinya dan menganggu
kehormatan orang lain. (Triwijati, 2007)
II. Klasifikasi Kej. Seksual berdasarkan UU
KUHP Pasal 285, 286,287 dan UU No. 23 th 2002 ttg
1. Pemerkosaan
Perlindungan anak

2. Pencabulan KUHP Pasal 289, 290, 292, 293, 294, 296 dan UU No. 23 th
2002 ttg Perlindungan anak

3. KDRT UU No. 23 th 2004 ttg penghapusan KDRT

4. Perselingkuhan KUHP pasal 284

5. Pornoaksi dan
UU No. 44 th 2008, UU ITE (publikasi)
Pornografi

6. Pernikahan • KUHP pasal 288


anak dibawah • UU No. 23 th 2002 ttg Perlindungan anak
umur • UU No. 1 th 1974
III. Penjelasan Istilah2x dalam UU Perkosaan & Percabulan

1. Bersetubuh (KUHP Pasal 285, 286, 287) [H.S Wajar]


Perpaduan antara dua alat kelamin yang berlainan jenis guna memenuhi kebutuhan
biologis yaitu kebutuhan seksual. (Hudiyanto)
Perpaduan = Kontak/menempel/persentuhan/benturan/tanpa jarak
antara alat kelamin yang berjarak menjadi tidak berjarak

2. Perbuatan Cabul (KUHP Pasal 281, 282, 283, 289, 290, 292, 293, 294, 296, 302)
[H.S Tidak Wajar]
Perbuatan cabul adalah semua perbuatan yang melanggar kesopanan atau kesusilaan.
3. Istilah-istilah lainnya yang terdapat dalam UU Perkosaan dan Percabulan
• Ancaman Kekerasan (KUHP Pasal 285,289) • Tidak berdaya (KUHP Pasal 286)
• Memaksa (KUHP Pasal 285,289) • Dibawah umur (KUHP Pasal 287, 290,
• Dalam keadaan pingsan (KUHP Pasal 286, 292)
290)

4. Istilah-istilah lainnya yang terdapat UU Perkosaan


• Seorang Wanita (KUHP Pasal 285, 286, 287)
• Diluar Perkawinan (KUHP Pasal 285, 286, 287)
• Perkosaan (KUHP Pasal 285)
5. Istilah-istilah lainnya yang terdapat UU Percabulan
• Membiarkan (KUHP Pasal 289) • Mempermudah/menyebabkan
• Sesama kelamin (KUHP Pasal 292) perbuatan cabul (KUHP Pasal 296)
• Memberi / menjanjikan uang (KUHP • Perbuatan kepada seseorang (KUHP
Pasal 293) Pasal 289)
• Thd anaknya (anak tiri/angkat/dibawah
pengawasannya yg belum dewasa (KUHP
Pasal 294)
IV. Definisi Perkosaan dan Percabulan

1. Perkosaan
Tindakan menyetubuhi seseorang wanita yang bukan istrinya dengan kekerasan atau
ancaman kekerasan. (Hudiyanto, 2010)

2. Percabulan
Perbuatan yang dilakukan untuk mendapat kenikmatan seksual sekaligus
mengganggu kehormatan kesusilaan. (Hudiyanto, 2010)
V. Penilaian Dokter thd unsur2x kej. Seksual berdasarkan UU

1. Penilaian Jenis Kelamin


2. Penilaian tanda persetubuhan
3. Penilaian Ancaman Kekerasan/Kekerasan
4. Penilaian Batasan Usia
5. Penilaian Kesadaran
6. Penilaian Keberdayaan
7. Penilaian kepantasan untuk dikawini/dibuahi
8. Penilaian unsur Kejiwaan
1. Penilaian Jenis Kelamin

a. Alat kelamin Primer

b. Alat kelamin sekunder

c. Px Lab. (kromosom XY, gambaran


sitoplasma dari sel darah putih)
2. Penilaian tanda2x persetubuhan

a. Tanda kekerasan di alat kelamin

b. Robekan selaput dara

c. Pertukaran unsur2x persetubuhan

d. Kehamilan
3. Penilaian Kekerasan dan Ancaman Kekerasan

a. Luka b. Perdarahan c. Patah tulang/ deformitas

d. Perilaku/emosi/raut wajah
4. Penilaian Batasan Usia

c. Gigi geligi
b. Bentuk tubuh d. Menstruasi

a. Rambut

f. Suara
e. Pakaian
5. Penilaian Kesadaran
Definisi Kesadaran : berhubungan dg memori pada peristiwa tsb

a. Ada tidaknya unsur kekerasan b. Penyakit/Faktor kesehatan

c. Berhubungan racun/zat kimia


6. Penilaian Keberdayaan
Definisi Keberdayaan : sikap/upaya/tenaga tubuh didalam melawan intervensi dari luar

a. Tanda kekerasan (luka lecet, dll)

b. Penyakit tertentu

c. Racun
7. Penilaian kepantasan untuk dikawini/dibuahi

a. Siklus Menstruasi
(sedang, belum,
tidak pernah lagi)
b. Penyakit
seksual/alat
reproduksi
c. Usia

e. Kehamilan d. Penyakit Umum


8. Penilaian unsur Kejiwaan (Penyimpangan Seksual)

a. Klasifikasi penyimpangan seksual berdasarkan manifestasi perubahan seksual

Tujuan seksual
(Normalnya kontak kelamin)

Objek seksual
(Normalnya dalam berkontak kelamin dilakukan pada makhluk hidup, manusia, lawan
jenis, bukan keluarga, sepadan)

Prilaku seksual
(Normalnya dalam berhubungan seksual Lelaki berperan sebagai lelaki, wanita
berperan sebagai wanita.
b. Contoh Penyimpangan Seksual Berdasarkan Tujuan Seksual

1) Ekshibisionisme : Memperlihatkan alat kelamin pada org yg tdk


dikenal.
2) Veyeurisme : Mengintip
3) Masokisme Seksual : Senang direndahkan dan diintimidasi
4) Sadisme Seksual : Mengintimidasi
5) Coprolagnia : Menikmati kotoran
6) Urolagnia : Menikmati urin
7) Froteurisme : Menggesekkan alat kelamin terhadap lawan
jenis
8) Nimfomania : Hiperseksual pada wanita
9) Satyrisme : Hipersekssual pada laki-laki
10) Algolagnia : Memperoleh kenikmatan seksual dan stimulasi
dari nyeri fisik
Ekshibisionisme Veyeurisme Masokisme Coprolagnia

Nimfomania Satyrisme Sadisme


Froteurisme

Urolagnia Algolagnisa
c. Contoh Penyimpangan Seksual Berdasarkan Objek Seksual

1) Zoofilia : menyetubuhi binatang


2) Fetisyisme : tertarik pada benda mati
3) Pedofilia : tertarik pada anak-anak
4) Nekrofilia : tertarik pada jenazah
5) Homoseksual : tertarik pada sesama jenis
Zoofilia Pedofilia
Fetisyisme

Homoseksual Gay Homoseksual Lesbi


Nekrofilia
d. Contoh Penyimpangan Seksual Berdasarkan Perilaku Seksual

1) Transvestisme : Memakai pakaian lawan jenis untuk merangsang libido


2) Transeksualisme : Keinginan berganti jenis kelamin

Transeksualisme
Transvetisme
VI. Tahapan Pemeriksaan pada Kejahatan Seksual

Sebelum Pemeriksaan
1. Harus ada surat permintaan visum dari penyidik
2. Visum et repertum harus dibuat berdasarkan keadaan pada tubuh korban pada waktu
surat permintaan visum di terima oleh dokter
3. Korban harus di antar polisi wanita
4. Izin tertulis untuk pemeriksaan di peroleh dari korban atau wali (jika korban adalah anak).
5. Dokter harus didampingi perawat wanita atau bidan saat mealukan pemeriksaan
6. Pemeriksaan dan pembuatan Visum et repertum di selesaikan secepat mungkin, agar
perkara dapat segera selesai.
7. Tempat kondusif, tertutup dengan pencahayaan baik
Pemeriksaan

Anamnesa

1. Mencari keterangan tentang diri korban, meliputi:


• Identitas korban
• Riwayat persetubuhan
• Tanggal terakhir menstruasi
• Riwayat GAP, penyakit, operasi, konsumsi alkohol dan obat-obatan.
• Hal2x yang berkaitan dengan kesadaraan
• Kronologis kejadian
• Keterangan membersihkan diri dan berganti pakaian
• Adakah kekerasan/bagian yang sakit
Pemeriksaan Fisik

1. Px baju korban
2. Px tubuh korban :
a. TTV
b. M’cari tanda2x kekerasan pd seluruh tbh (umum dan khusus)
c. M’cari tanda2x kekerasan di regio khusus (genital, dubur &
mulut) :
- adanya perdarahan, benda asing, luka, robekan,
pembengkakan.
- pd himen : btk dan sifat himen, bsrnya lubang himen, adanya
robekan himen , sifat dan lokasi robekan.
d. Mencari tanda2x persetubuhan
e. Pemeriksaan lainnya (tnd kehamilan, tnd menstruasi, dll.)
Macam-macam bentuk Hymen
Robek

Normal
Posisi Pemeriksaan Dewasa

Cara Membuka

Posisi Pemeriksaan Anak-anak


Pemeriksaan Lab. Pada Korban
NO Laboratorium Sampel Indikasi Test pemeriksaan
1. Patklin Sekret dari fornik Melihat ada atau tidaknya Mikroskopis
posterior luka dan spermatozoa tanpa/dengan
pewarnaan
2. Parasitologi Rambut kemaluan Melihat ada atau tidaknya mikroskopik
kutu pubis
3. Radiologi Tubuh Ada kerusakan tubuh AP, Lateral
misalnya: patah tulang
4. Toksikologi Urin dan Darah Melihat ada atau tidaknya Mikrodifussi
racun
5. Mikrobiologi Sekret uretrae dan Melihat ada atau tidaknya Sediaan langsung
sekret cervix uteri kuman N.gonorrheae dengan pewarnaan
gram
Pemeriksaan Lab. Pada Pelaku
NO Laboratorium Sampel Indikasi Test pemeriksaan
1. Histologi Cairan yang masih Melihat adanya sel epitel Mikroskopis
melekat di sekitar vagina pada penis tanpa/dengan
colorana glandis pewarnaan
2. Mikrobiologi Sekret Uretrae Melihat adanya kuman Sediaan langsung
N.gonorrheae dengan
perwarnaan Gram
Kesimpulan

Kejahatan seksual merupakan kegiatan pemuasan kebutuhan


seksual yang melanggar norma dan undang-undang baik
dilakukan secara wajar atau tidak wajar
Rujukan

– Budiyanto A. (1997). Ilmu kedokteran Forensik. Jakarta: FK UI


– Aflanie I. (2016). Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal.
Jakarta: PT Grafindo Persada.
– Idries D. (1997). Pedoman ilmu kedokteran forensik. Binarupa
aksara.
– Soetjiningsih, dkk. (2004). Buku Ajar Tumbuh Kembang Remaja
dan Permasalahannya. Jakarta: Sagung Seto.
- Samatha, dkk. (2018). Aspek Medis ada Kasus Kejahatan Seksual.
Semarang : FK Undip.

Anda mungkin juga menyukai