Anda di halaman 1dari 9

Mineral - mineral

metamorfik
Mineral metamorfik adalah mineral yang terbentuk
hanya pada suhu dan tekanan tinggi terkait dengan
proses metamorfosis. Mineral ini, yang dikenal
sebagai mineral - mineral indeks, termasuk silimanit,
kyanit, staurolit, andalusit, dan beberapa garnet.
• Mineral lainnya, seperti olivin, piroksen, ampibol,
mika, feldspar, dan kuarsa dapat ditemukan dalam
batuan metamorf, tetapi belum tentu merupakan
hasil dari proses metamorfisme. Mineral ini
terbentuk selama kristalisasi batuan beku. Mereka
stabil pada suhu dan tekanan tinggi yang secara
kimia tidak berubah ketika selama terjadinya proses
metamorfisme. Namun, semua mineral stabil hanya
dalam batas-batas tertentu, dan adanya beberapa
mineral dalam batuan metamorf menunjukkan
perkiraan suhu dan tekanan di mana mereka
terbentuk.
• Perubahan ukuran partikel batuan selama proses
metamorfisme disebut rekristalisasi. Misalnya, kristal
kalsit kecil pada batugamping berubah menjadi kristal
yang lebih besar di marmer pada batuan metamorf,
atau dalam batupasir yang termetamorfosis,
rekristalisasi dari kuarsa asal butir-butir pasir
menghasilkan kuarsit yang sangat kompak, atau biasa
disebut dengan metakuarsit, di mana kristal kuarsa
yang lebih besar biasanya saling bertautan. Baik suhu
maupun tekanan yang tinggi berkontribusi terhadap
rekristalisasi. Temperatur yang tinggi memungkinkan
atom dan ion dalam kristal padat untuk bermigrasi,
sehingga membentuk suatu susunan pada kristal,
sementara tekanan tinggi menyebabkan pelarutan
kristal dalam batuan di titik kontak mereka.
Foliasi
• Batuan metamorf ber-foliasi di Norwegia.
• Perlapisan dalam batuan metamorf disebut foliasi (berasal
dari kata Latin folia, yang berarti "daun"). Foliasi terbentuk
ketika batuan memendek di salah satu sumbu pada
rekristalisasi. Hal ini menyebabkan platy atau kristal yang
memanjang dari mineral, seperti mika dan klorit, memutar
agar sumbu panjang mereka tegak lurus terhadap orientasi
sumbu yang memendek. Hal ini menghasilkan batuan yang
berpita-pita, atau berfoliasi, dengan pita-pita yang
menunjukkan warna mineral yang membentuk mereka.
• Tekstur dipisahkan ke dalam kategori foliasi dan non foliasi.
batuan ber-foliasi adalah produk stress diferential yang
men-deformasi batuan dalam satu bidang, kadang-kadang
menciptakan sebuah bidang belahan. Misalnya, batusabak
adalah batuan metamorf ber-foliasi, yang berasal dari
serpih. Batuan non-foliasi tidak memiliki pola strain planar .
• Batuan yang mengalami tekanan seragam dari semua sisi, atau
mereka yang kekurangan mineral dengan kebiasaan
pertumbuhan yang khas, tidak akan ber-foliasi. Di mana
batuan telah dikenakan diferensial stress, jenis foliasi yang
berkembang tergantung pada tingkatan metamorfisme
(grade). Misalnya, dimulai dengan sebuah batulumpur, urutan
berikut berkembang dengan meningkatnya suhu: batusabak
adalah batuan metamorf yang sangat halus dan berfoliasi,
yang merupakan karakteristik tingkat metamorfisme yang
sangat rendah, sementara filit berbutir halus dan berada pada
tingkatan metamorfisme rendah , sekis berbutir sedang hingga
kasar dan ditemukan di daerah dengan tingkat metamorfisme
sedang dan terakhir gneis berbutir kasar hingga sangat kasar,
ditemukan di daerah dengan tingkat metamorfisme yang
tinggi.[3] Marmer umumnya tidak berfoliasi,, yang
memungkinkan penggunaannya sebagai bahan untuk patung
dan arsitektur.
• Mekanisme lain yang penting dari metamorfisme
adalah bahwa reaksi kimia yang terjadi antara
mineral terjadi tanpa mencairnya mereka. Dalam
proses ini, atom dipertukarkan antara mineral, dan
dengan demikian mineral baru terbentuk. Banyak
reaksi suhu tinggi kompleks mungkin terjadi, dan
masing-masing kumpulan mineral yang diproduksi
memberikan kita petunjuk mengenai suhu dan
tekanan pada saat terjadinya metamorfisme.
• Metasomatisme adalah perubahan drastis
komposisi kimia batuan yang sering terjadi selama
proses metamorfisme. Hal ini terjadi karena
pengenalan bahan kimia pada batuan dari batuan
sekitarnya. Air dapat mengangkut bahan kimia ini
dengan cepat melalui jarak yang jauh. Karena peran
yang dimainkan oleh air, batuan metamorf
umumnya mengandung banyak unsur yang awalnya
tidak ada pada batuan asal, dan kekurangan
beberapa unsur yang awalnya hadir. Namun,
pengenalan bahan kimia baru tidak diperlukan
pada rekristalisasi
Sementara itu, untuk tekstur mineral pada batuan metamorfosa dapat
diklasifikasikan sebagai berikut:
• Lepidoblastik
terdiri dari mineral mineral tabular/pipih, misalnya mineral mika
(muskosit, biotit)"
• Nematoblastik
terdiri dari mineral mineral prismatic, misalnya mineral plagioklas,
k-feldspar, piroksen"
• Ranoblastik
terdiri dari mineral mineral granular (equidimensional) dengan
batas batas sutura (tidak teratur) dengan bentuk mineral anhedral,
misalnya kuarsa."
• Tekstur Homeoblastik
bila terdiri dari satu tekstur saja, misalnya lepidoblastik saja."
• Tekstur Hetereoblastik
bila terdiri lebih dari satu tekstur, misalnya lepidoblastik dan
granoblastik

Anda mungkin juga menyukai