Anda di halaman 1dari 102

PR PRE-TEST

RADIOLOGI

UNTAR Periode 14 Oktober – 17 November 2019


APENDIKOGRAM
PERSIAPAN, INDIKASI, KONTRAINDIKASI, TEKNIK
Appendikogram :Teknik pemeriksaan radiologi untuk memvisualisasikan appediks dengan
menggunakan kontras media positif barium sulfat.

Hasil dari pemeriksaan ini dapat menggambarkan anatomi fisiologis dari apendiks dan kelainan pada apendiks berupa
sumbatan pada pangkal apendiks. Hasil pemeriksaan apendikogram dibagi menjadi tiga, yakni:
• filling atau positive appendicogram: keseluruhan lumen apendiks terisi penuh oleh barium sulfat. Gambaran ini
menandakan bahwa tidak ada obstruksi pada pangkal apendiks sehingga suspensi barium sulfat yang diminum oleh
pasien dapat mengisi lumen apendiks hingga penuh.
• partial filling: suspensi barium sulfat hanya mengisi sebagian lumen apendiks dan tidak merata.
• non filling atau negative appendicogram: barium sulfat tidak dapat mengisi lumen apendiks. Ada beberapa kemungkinan
penyebab dari gambaran negatif appendicogram yakni adanya obstruksi pada pangkal apendiks (dapat berupa
inflamasi) yang mengindikasikan apendisitis atau suspensi barium sulfat belum mencapai apendiks karena perhitungan
waktu yang tidak tepat (false negative appendicogram).
Persiapan pasien Persiapan pasien
(secara anal) (secara oral)

• 48 jam sebelum pemeriksaan dianjurkan makan • Malam hari jam 20.00 minum
makanan lunak tidak berserat. Misal : bubur kecap media kontras barium, sebelum
minum dianjurkan buang air besar
• 12 jam atau 24 jam sebelum pemeriksaan pasien
terlebih dahulu
diberikan 2/3 Dulcolac untuk diminum
• Setelah minum Barium pasien
• Pagi hari pasien diberi dulkolac supositoria melalui
harus Puasa, sampai saat
anus atau dilavement
pemeriksaan dilakukan dan tidak
• 4 jam sebelem pemeriksaan pasien harus puasa boleh buang air besar.
hingga pemeriksaan berlangsung
• Pagi harinya sekitar jam 08.00
• Pasien dianjurkan menghindari banyak bicara dan dilakukan pemeriksaan.
merokok
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

• Pesawat sinar-X yg dilengkapi fluoroskopi


• alat bantu kompresi yg berfungsi untuk memperluas permukaan organ yg ada didaerah ileosaekal atau kalau tidak
ada alat kompresi dapat dilakukan dengan memodifikasi posisi pasien supine mjd prone
• Kaset + film
• Marker
• Spuit
• Kateter
• Sarung tangan
• Apron
• Baju pasien
• Media kontras
INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI

Indikasi
• Curiga apendisitis

Kontraindikasi
• Perforasi pada apendiks
• Hipersensifitas pada kontras
TEKNIK
FOTO POLOS ABDOMEN

Tujuan pemotretan adalah untuk melihat persiapan dari penderita, apakah usus sudah bebas
dari udara dan feses, dan untuk menentukan faktor eksposi pada pengambilan radiograf
selanjutnya
a. Posisi pasien : Pasien dalam posisi tidur terlentang diatas meja pemeriksaan. Kedua tangan
disamping tubuh.
b. Posisi obyek : Mid Sagital Plane (MSP) tubuh pada tengah meja pemeriksaan. Tidak terjadi
rotasi pada tubuh.
c. Central ray : vertikal tegak lurus kaset
d. Central point : pada MSP setinggi krista illiaka
e. FFD : 100 cm
KRITERIA RADIOGRAF :

Dapat menampakkan organ abdomen secara keseluruhan, Kedua crista iliaca simetris
kanan dan kiri dan Gambaran vertebra tampak di pertengahan radiograf.

Gambaran spesifik secara radiologik pada foto polos abdomen dapat berupa bayangan
apendikolit (radioopak).
Foto polos abdomen tampak
apendikolith (panah).
PROYEKSI AP/PA

a. Posisi pasien :
 Supine atau prone diatas meja pemeriksaan dengan bantal di kepala.
 Mid Sagital Plane (MSP) tubuh pasien berada pada garis tengah meja pemeriksaan.
 Kedua kaki lurus, dibawah lutut diberi pengganjal untuk fiksasi.
 Kedua tangan diletakkan di samping badan
b. Posisi obyek :
• Abdomen true AP atau PA dengan memastikan kedua crista iliaca kanan dan kiri berjarak sama.
• Pastikan tidak ada rotasi.
• Atur luas lapangan kolimasi secukupnya, batas atas kolimasi mencakup processus xipoideus serta batas bawah ialah simpisis
pubis.
c. Faktor eksposi :
 Central Ray(CR) : tegak lurus terhadap kaset
 Central point(CP) : pada pertengahan kaset setinggi krista illiaka
 FFD : 100 cm
 Eksposi : ekspirasi penuh dan tahan nafas
Posisis pasien Posisi pasien
proyeksi AP proyeksi PA
Struktur yang tampak :
• Colon bagian transversum harus diutamakan terisi barium pada posisi PA dan terisi udara pada
posisi AP dengan teknik double contrast
• Seluruh luas usus halus nampak termasuk flexure olic kiri.
• Seluruh kolon mencakup fleksura splenik dan rectum
• Columna Vertebrae berada pada pertengahan shg gambaran mencakup kolon asenden dan
kolon desenden.
PROYEKSI AP OBLIQUE (RPO & LPO)

Posisi Pasien : supine diatas meja pemeriksaan, tubuh dirotasikan ke kanan /kekiri 35-45 derajat terhadap
meja.
RPO : tangan kanan untuk bantal, tangan kiri menyilang didepan tubuh dan kaki
kanan lurus, kaki kiri ditekuk untuk fiksasi
LPO : tangan kiri untuk bantal, tangan kanan menyilang didepan tubuh dan kaki
kiri lurus, kaki kanan ditekuk untuk fiksasi
Posisi Objek : Batas atas : Proc. Xypoideus, Batas Bawah: Simp.pubis
Central point : 1 – 2 inchi ke arah kiri (RPO) kanan (LPO) dari titik tengah kedua Krista iliaka
Central ray : vertical tegak lurus kaset

FFD : 100 cm
Eksposi : ekspirasi dan tahan nafas
POSISI PASIEN POSISI PASIEN
RPOYEKSI RPO RPOYEKSI LPO
KRITERIA RADIOGRAF

• Proyeksi RPO : Colic Flexura lienalis kiri dan desending portions harus tampak terbuka
tanpa superimposisi yang signifikan.
Dengan posisi RPO sangat baik digunakan untuk menunjukkan fleksura colic kiri dan
kolon desenden.
• Proyeksi LPO : Colic Flexura hepatic kanan dan ascending & recto sigmoid portions harus
tampak terbuka tanpa superimposisi yang signifikan.
Dengan posisi LPO sangat baik digunakan untuk menunjukkan fleksura colic kanan,
kolon asenden, dan sigmoid
COLON IN LOOP
PENGERTIAN

• Colon in loop adalah suatu teknik pemeriksaan secara radiologis


dari usus besar dengan menggunakan media kontras secara
retrograde.
Bisa berupa pemeriksaan single contrast bila kontras yang digunakan
hanya barium, bisa juga double contrast bila udara juga dipompakan ke
dalam kolon. Pemeriksaan ini termasuk barium enema dan memerlukan
persiapan pasien.
Tujuan :

Tujuan pemeriksaan colon in loop adalah


untuk mendapatkan gambaran anatomis dari kolon
sehingga dapat membantu menegakkan diagnosa
suatu penyakit atau kelainan-kelainan pada kolon
(Bruce,2016)
INDIKASI DAN KONTRA INDIKASI PATOLOGI
COLON MANUSIA

INDIKASI KONTRA INDIKASI


1. Colitis 1. Perforasi
2. Megakolon congenital atau 2. Obstruksi
Hirschsprung’sDisease
3. DiareAkut
3. Ileus Obstruktif
4. Invaginasi
5. AtresiaAni
TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI COLON
IN LOOP
• Persiapan Pasien
• Persiapan pasien yang perlu dilakukan sebelum pemeriksaan adalah:
a.48 jam sebelum pemeriksaan pasien makan makanan lunak rendah serat.
b.18 jam sebelum pemeriksaan pasien minum tablet pencahar.
c.4 jam sebelum pemeriksaan pasien diberi pencahar capsul per anus selanjutnya dilavement.
d.Kemudian pasien puasa sampai dilakukan pemeriksaan
e.30 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi sulfas atrofin 0,25-1mg/oral untuk mengurangi pembentukan
lender. 15 menit sebelum pemeriksaan pasien diberi suntikan buscopan untuk mengurangi peristaltic usus.
f.Kemudian dilakukan foto pendahuluan (plain foto)
TEKNIK PEMERIKSAAN RADIOGRAFI COLON
IN LOOP
PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN
1. Pesawat X-ray siap pakai 1. Media kontras, yang sering dipakai adalah larutan
2. Kasetdan film sesuai dengan kebutuhan barium dengan konsentrasi antara 70– 80 W/V %.
3. Marker Banyaknyalarutan tergantung pada panjang pendeknya
4. Standar irigator dan irigator set lengkap dengan kanula kolon, kurang lebih 600 – 800 ml.
rectal 2. Air hangat untukmembuat larutan barium
5. Vaselindan jelly
3. Vaselinatau jelly, yang digunakan untuk menghilangi
6. Sarungtangan rasa sakit saat kanula dimasukkan kedalam anus
7. Penjepit atau klem
8. Kainkassa
9. bengkok
METODE PEMERIKSAAN

1. Metode kontrastunggal
2. Metode kontras ganda
METODE KONTRAS TUNGGAL

• Barium dimasukkan lewat anus sampai mengisi daerah sekum. Untuk keperluan
informasi yanglebih jelas pasien dirotasikan ke kanan dan ke kiri serta dibuat
radiograf full filling. Pasien diminta untuk buang air besar, kemudian dibuat
radiograf post evakuasiposisi antero posterior.
METODE KONTRAS GANDA

• Kontras ganda satu tingkat


Pemeriksaan colon in loop dengan menggunakan media kontras berupa
campuran antara BaSO4dan udara.
Kolon diisi BaSO4 sebagian selanjutnya ditiupkan udara untuk
mendorong barium melapisi kolon.
 Selanjutnya dibuat foto full filling.
METODE KONTRAS GANDA

• Kontras ganda dua tingkat


 TahapPengisian
• Padatahap ini dilakukan pengisian larutan BaSO4ke dalam lumen kolon, sampai
mencapai pertengahan kolon transversum. Bagianyang belum terisi dapat diisi
dengan mengubah posisipenderita.
 TahapPelapisan
• Dengan menunggu kurang lebih 1-2 menit agar larutan BaSo4mengisi
mukosa kolon.
 TahapPengosongan
• Setelah diyakini mukosa terlapisi maka larutan perlu dibuang sebanyakyang dapat
dikeluarkan kembali.
METODE KONTRAS GANDA

• Kontras ganda dua tingkat


 TahapPengembangan
• Padatahap ini dilakukan pemompaan udara ke lumen kolon. Pemompaan udara
tidak boleh berlebihan (1800- 2000 ml) karena dapat menimbulkan kompikasi
lain, misalnya refleks vagal yang ditandai dengan wajah pucat, pandangan gelap,
bradikardi, keringat dingin danpusing.
 TahapPemotretan
• Pemotretan dilakukan bila seluruh kolon telah mengembang
sempurna.
PEMERIKSAANRADIOGRAFI
Proyeksi AP

1. Posisi Pasien
Pasien berbaring di atas meja pemeriksaan bahu diatur
sejajar dengan jarak yang sama pada permukaan meja
pemeriksaan. Kedua tungkai lurus.
2. Posisi Objek
MSP di pertengahan meja, SIAS berjarak sama dengan
permukaan meja. Kaset dengan ukuran yang sesuai
diletakkan di bawah grid. Batas bawah simpisis pubis.
3. Pengaturan sinar dan eksposi
CR : vertical tegaklurus
CP : pada MSPtubuh setinggi iliac
crests
FFD : 100 cm
Eksposi: ekspirasi tahan nafas
Tujuan : Untukmemperlihatkanfleksuralinealisdanfleksura hepatika
Kriteria Radiograf : Seluruhkolonnampak, termasukflexure danrectum

Single contras Double contas


Proyeksi PA
1. Posisi Pasien
Pasien prone di atas meja
pemeriksaan.
2. Posisi Objek
MSP di pertengahan meja, SIAS berjarak
sama dengan permukaan meja. Kaset dengan
ukuran yang sesuai diletakkan di bawah
grid. Batas bawah simpisis pubis.
3. Pengaturan sinar dan eksposi
CR : vertical tegaklurus
CP : pada MSP tubuh setinggi iliac
creasts
FFD : 100cm
Eksposi : ekspirasi tahan nafas
Tujuan : Untuk memperlihatkanfleksuralinealisdan fleksura hepatika
Kriteriaradiograf : Menampakan flexures, colonascending, colon descending, dan rectum

Single contras Double contras


Proyeksi PAAxial
1. Posisi Pasien
Pasien prone di atas meja
pemeriksaan.
2. Posisi Objek
MSPdi pertengahan meja, SIAS berjarak
sama dengan permukaan meja. Kaset
dengan ukuran yang sesuai diletakkan di
bawah grid. Batas bawah simpisis pubis.
3. Pengaturan sinar dan eksposi
CR : 30 – 40 derajat caudad
CP: pada MSPtubuh setinggi iliac creasts
FFD : 100cm
Eksposi: ekspirasi tahan nafas
Tujuan : Untuk melihatrectum
Kriteria Radiograf : Rectosigmoid tidak superposisidibandingkan dengan gambaran
radiograf
Proyeksi RAO
1. Posisi Pasien
Pasien prone di atas meja
pemeriksaan. Tubuh dirotasikan 35 –
45 derajat terhadap meja.
2. Posisi Objek
batas atas : proc. Xypoideus, batas
bawah : simp. pubis.
3. Pengaturan sinar dan eksposi
CR : vertical tegak lurus
CP : 1 – 2 inch ke kiri dari
titik tengah kedua kristailiaka FFD
: 100cm
Eksposi: ekspirasi tahan nafas
Tujuan : Untuk memperlihatkanileosaekal
Kriteria Radiograf : Seluruh kolon, fleksura hepatica sedikit superposisi dibandingpa,
colon ascending, sigmoid dan sekum
PROYEKSI RPO
1. Posisi Pasien
pasien tidur diatasmeja
pemeriksaan
2. Posisi Objek
Pasien dirotasikan 35 – 45 derajat menuju
right danleft posterion oblique
3. Pengaturan sinar dan eksposi
CR : vertical tegak lurus
CP : setinggi iliac crestdan
sekitar 2,5 cmlateral menuju garis
MSP
FFD: 100cm
Eksposi: ekspirasi tahan nafas
TUJUAN :UNTUK MEMPERLIHATKAN FLEKSURA LINEALIS
KRITERIA RADIOGRAF :MENAMPAKAN KESELURUHAN COLON,
LEFT COLIC FLEXURE DAN COLON DESENDING

Single contras Double contras


PROYEKSI LPO
1. Posisi Pasien
pasien tidur diatasmeja Posisi Objek
Pasien dirotasikan 35 – 45 derajat menuju left
danright posterion oblique
3. Pengaturan sinar dan eksposi
CR : vertical tegaklurus
CP : setinggi iliac crestdan sekitar 2,5 cm
lateral menuju garisMSP
FFD : 100cm
Eksposi : ekspirasi tahan nafaspemeriksaan
Tujuan : untuk memperlihatkan fleksurahepatica.
Kriteria Radiograf :
menampakan keseluruha colon, colon ascending, sekum, colon sigmoid, dan right colic flexur
lesssuperimposed.

Single contras Double contras


PROYEKSI LAO
1. Posisi Pasien
tidur tengkurap diatas meja pemeriksaan, tubuh
dirotasikan ke kiri 35 – 45 derajat terhadap meja,
tangan kiri lurus disamping tubuh, tangan kanan
didepan kepala dan kaki kiri lurus, kaki kanan
ditekuk
2. Posisi Objek
obyek diatur diatas meja, Batas atas : Proc.
Xypoideus, Batas bawah: Simp.pubis
3. Pengaturan sinar daneksposi
CR : vertical tegaklurus
CP: 1 – 2 inchi ke kanan dari titik tengah kedua
Krista iliaka
FFD: 100cm
Eksposi: ekspirasi tahan nafas
Tujuan : Untuk memperlihatkanileosaekal
Kriteria Radiograf : Seluruh kolon, fleksura lienalis sedikit superposisi
di banding PA,colonascenden
Proyeksi Lateral

1. Posisi Pasien
Pasien berbaring miring
keseblah kanan atau kiri.
2. Posisi Objek
Fleksikan kaki pasien agar nyaman, dan tubuh 5
cm kedepan dari pertengahan kaset sehingga
MSPberada di pertengahan kaset
3. Pengaturan sinar dan eksposi
CR : vertical tegaklurus
CP : 5-7 cm kearahsuperior dari batas atas
Krista iliaka
FFD: 100cm
Eksposi: ekspirasi tahan nafas
TUJUAN : UNTUK MEMPERLIHATKANRECTUM
KRITERIA RADIOGRAF : MENAMPAKANRECTOSIGMOID

Double contras
TUJUAN PEMERIKSAAN
• Posisi AP untuk melihat fleksura lienalis dan hepatica
• Posisi lateral untuk melihat rectum
• Posisi AP dg penyudutan 15 – 25 derajat chepalad untuk melihat rectum
• RPO dg penyudutan 15 – 25 untuk melihat fleksuralienalis
• Right Lateral untuk melihat rectum
• Prone untuk melihat fleksura lienalis dan fleksurahepatica
• PAdengan penyudutan 15 – 25 derajat untuk melihat rectum
• LPO dengan sudut 15 – 25 derajat untuk melihat fleksurahepatica
• AP dengan oblique 2 – 3 derajat untuk melihat daerahileosaekal
• AP dg sinar horizontal untuk melihat fleksura lienalis dan hepatica.
OESOPHAGUS, MAAG,
DUODENUM (OMD)
DEFINISI

• Oesophagus, Maag, dan Duodenum adalah suatu pemeriksaan


radiografi pada bagian oesophagus, gaster (lambung), dan
duodenum dengan menggunakan sinar-x dan dengan bantuan
media kontras positif untuk menegakkan diagnosa.
INDIKASI PEMERIKSAAN OMD

• Gastritis • Dispepsia
• Divertikula • Hernia esofagus
• Hematemesis
• Neoplasma
• Perforasi
• Ulkus/tukak lambung
KONTRAINDIKASI PEMERIKSAAN
OMD
 Obstruksi akut
 Susp. Perforasi tidak boleh menggunakan BaSO4 melainkan menggunakan water
soluble contras
 Kehamilan
 Alergi terhadap zat kontras
PROSEDUR PEMERIKSAAN

• Persiapan Pasien 5. Dua hari sebelum pemeriksaan, pasien


1. Tanyakan riwayat alergi terhadap makan makanan yang lunak/rendah
iodium atau barium serat
6. 12 jam sebelum pemeriksaan pasien
2. Tanyakan apakah pasien mengkonsumsi
minum obat pencahar
obat-obatan saat ini
3. Apabila pasien dalam usia produktif, 7. Pasien puasa 8-9 jam
tanyakan sedang hamil atau tidak 8. Selanjutnya pasien puasa sehingga
4. Pasien di jelaskan tentang pemeriksaan pemeriksaan selesai dilakukan
yang akan dilakukan
9. Pasien tidak diperbolehkan mengkonsumsi obat-obatan yang mengandung substansi
radioopaque sperti steroid, pil kontrasepsi, dll
10. Selama puasa pasien di anjurkan tidak merokok dan banyak biacara
11. Melepaskan benda-benda logam
12. Penandatanganan informed consent
TEKNIK PEMBUATAN RADIOGRAFI

SINGLE CONTRAST • Jika memungkinkan pasien dengan posisi berdiri,


• Penjelasan pada pasien foto polos jika pasien recumbent pasien minum dengan
abdomen sedotan
• Pasien diinstrusikan minum 2-3 kali teguk
• Dilakukan persiapan pemeriksaan
• Setelah melihat rugae pasien minum sisa barium
• Dibuat foto polos abdomen/dilakukan untuk melihat pengisian penuh doudenum
fluoroskopi hepar, dada, dan abdomen
• Dgn teknik fluroskopi pasien di rotasi dan meja
• Pasien di beri media kontras dapat disudutkan sehingga seluruh aspek
oesophagus, gaster dan doudenum terlihat
DOUBLE CONTRAST

• Setelah minum media kontras positif, pasien diberi pil, bubuk carbonat dan
sebagainya Pasien diposisikan recumbent dan diinstrusikan berguling-
guling 4-5 putaran. Dapat di berikan glucagon atau obat lain. Dilakukan
pengambilan foto sesuai yang diinginkan. Bila menggunakan fluoroskopi
di ambil spot foto-foto yang diinginkan
JENIS POSISI FOTO YANG DIAMBIL

• Posisi RAO : melihat kelainan pada pilorus, bulbus duodenum, dan c-loop dari duodenum
• Posisi PA : melihat kelainan korpus dan pilorus
• Posisi lateral kanan : melihat kelainan di bagian anterior dan posterior dari lambung,
pilorus, dan bulbus duodenum
• Posisi LPO : melihat kelainan fundus, pilorus, bulbus duodenum
• Posisi AP : melihat kelainan pada fundus
RAO DAN LPO

RAO
AP
LATERAL
ANTEGRADE
PYELOGRAM
DEFINISI

• Antegrade Pyelogram (APG)  prosedur imaging menggunakan x-ray yang dilakukan


untuk mengetahui apakah ada sumbatan pada traktus urinarius atas
• Pemeriksaan dilakukan dengan memasukkan kontras ke ginjal yang kemudian di foto serial
dengan x-ray atau fluoroscopy
INDIKASI

• Pemeriksaan pre atau post operasi


• Mengetahui sumbatan di traktus urinarius atas (batu, tumor, striktur, trombosis)
• Pemasangan kateter nefrostomi
• Pemeriksaan lanjut jika diagnosis dengan IVP atau RPG masih belum jelas
KONTRAINDIKASI

• Wanita hamil
• Pasien dengan gangguan fungsi ginjal atau gagal ginjal
• Pasien dengan gangguan pembekuan darah
• Alergi terhadap bahan kontras
PERSIAPAN

• Puasa 8 jam sebelum pemeriksaan


• Minum air putih diperbolehkan hingga 3 jam sebelum pemeriksaan
TATACARA

• Pasien diminta melepas seluruh perhiasan dan memakai baju operasi


• Pasang IV line
• Pasien berbaring dengan posisi pronasi pada meja x-ray, lakukan tindakan asepsis antisepsis pada bagian punggung bawah pasien
dan pasang doek steril
• Suntikkan anestesi lokal
• Dengan bantuan USG atau fluoroscopy, masukkan jarum kedalam PCS dan injeksikan kontras
• Gambar serial akan diambil dengan x-ray atau diikuti dengan fluoroscopy hingga kontras sampai di ureter
• Setelah jarum dimasukkan, kawat tipis akan dimasukkan kedalam jarum untuk membantu pemasangan nephrostomy tube
• Jika tidak dilakukan pemasangan nephrostomy tube, makan jarum akan dikeluarkan
• Tutup lokasi bekas suntikan dengan kasa steril
RPG (RETROGRADE PYELOGRAPHY)
PENDAHULUAN

• Pemeriksaan ini dilakukan apabila sistem urinary sudah tidak berfungsi.


• Media kontras dimasukkan berbalik atau melawan jalannya alur sistem urinaria melalui
sistem pelviocaliceal dengan memasang kateter.
• Pemasangan kateter adalah dengan melakukan bedah minor oleh dokter urology di ruang
bedah.
• Umumnya dilakukan untuk menunjukkan letak urinary calculi atau jenis kerusakan
lain.
PENGERTIAN

• Teknik atau prosedur pemeriksaan sistem urinaria dengan menggunakan sinar-X, &
memasukan media kontras secara retrograde untuk menegakan diagnosa. Melalui sistem
pelviocaliceal dengan memasang kateter

• Retrograde pyelography adalah metode pertama yang dirancang untuk pencitraan urinary
collecting system, dan sampai pengembangan IVU awal pada 1930-an, itu adalah satu-
satunya cara pencitraan dengan collecting system.
INDIKASI

• nonvisualisasi segmen ureter pada IVU dan Atau pada keadaan :


CTU
• Stricture uretra
• karakterisasi yang lebih baik dari kelainan
• Batu utretra
ureter atau pelvicalyceal yang terlihat pada IVU
atau CTU • Uretis injuri

• akses untuk brush biopsies dari daerah • Renal pelvic neoplasma


urothelium yang mencurigakan • Renal calculi
• Uretic fistule
KONTRA INDIKASI

• Urethritis : Merupakan kontra indikasi absolute karena dapat menyebarkan infeksi


pada tractus urinari distal dan proximal
• Stricture uretra : Bukan kontra indikasi absolute, namun pemasukan kateter dapat
memperparah keadaan.
KOMPLIKASI

• Injuri Uretra : Jika pada cystoscopy denga ukuran yg besar tidak digunakan lubricant
memungkinkan terjadi injury.
• Bladder Injury : Sangat jarang terjadi, jika diberi tekanan keras dengan paksaan
• Paraphimosis : Terjadi pada pasien yang tidak disirkumsisi
• Stricture Uretra : Karena tidak menggunalan lubricant jelly sehingga menyebabkan luka
• Cystitis : Jika tidak di beri aseptic maka terjadi peradangan
PERSIAPAN PASIEN

• Hasil ureum dan creatinin normal


• Satu hari sebelum pemeriksaan, pasien makan makanan yang lunak/rendah serat, misalnya bubur kecap.
• 12 jam sebelum pemeriksaan pasien minum obat pencahar.
• Selanjutnya pasien puasa sehingga pemeriksaan selesai dilakukan
• Selama puasa pasien dinjurkan untuk tidak merokok, dan banyak bicara untuk meminimalisasi udara dalam usus
• Sebelum pemeriksaan dimulai pasien buang air kecil untuk mengosongkan blass
• Akibat rasa takut pada jarum suntik, perlu diperhatikan :
• Penjelasan pada pasien
• Dorongan mental dan emosional

• Penandatanganan Informed consent.


PERSIAPAN ALAT DAN BAHAN

• Pesawat sinar-X
• Media kontras iodium 20 cc
• Spuit 20 cc
• Needle 19 G
• Film dan kaset 24 x 30 dan 30 x 40
• Grid atau bucky
• Marker R/L
• Kateter (dipasang dgn bantuan cystoscopy)
• Desinfektan
PROSEDUR PEMERIKSAAN

Pemasangan kateter dilakukan oleh dokter urology dengan menggunakan


bantuan cystoscopy, secara retrograde melalui uretra

SEBELUM PEMERIKSAAN DILAKUKAN DI LAKUKAN PERSIAPAN

B. Injeksi 3-5 cc media kontras melalui kateter, menuju renal


A. Lakukan plain foto abdomen pelvis pada ginjal yg akan diperiksa diambil dengan film
polos, berfx untuk memastikan ukuran 24x30cm
letak kateter (dr.urology), dan
Kontras media dimasukan lagi 5 cc, sembari kateter ditarikm
mengetahui ketepatan teknik dan
perlahan, lalu foto menggunaan film 30x40 cm utk melihat
positioning (radiographer)
ureter.

B. Kontras media dimasukan sampai habis, dan kembali foto


diambil dengan film 30x40cm
PROYEKSI RPG

• Posisi AP (pasien: Supine di atas meja pemeriksaan),


• Posisi Objek MSP sejajar dengam pertengahan bucky
• Ke-2 tangan disamping tubuh central ray : tegak lurus pd bidang kaset (vertikal)
• Central point :MSP setinggi crista illiaca FFD 100cm

• Posisi AP (pasien: Semisupine, Oblique)


• Posisi Obyek, atur tubuh pasien sehingga membentuk sudut 45° terhadap meja pemeriksaan
• Tekuk lutut yang jauh dari meja pemeriksaan, luruskan kaki yang dekat dengan meja pemeriksaan,
tangan yang dekat dengan meja pemeriksaan gunakan sebagai ganjalan kepala, yang jauh dari meja
pemeriksaan diletakkan di depan tubuh
• Central Ray: Tegak lurus kaset zCentral Point: 2 inci (5 cm) medial dari SIAS dan 1½ inci (3,8 cm) di
atas crista illiaca FFD: 100 cm
KESIMPULAN

• Retrograde pyelografi merupakan pemeriksaan radiologi untuk menilai traktus urinarius.


Pemeriksaan ini dilakukan jika pemeriksaan sebelumnya mengalami kegagalan atau
informasi yang didapat kurang memadai untuk diagnosis. Persiapan yang dilakukan untuk
pemeriksaan ini mirip seperti pemeriksaan BNO IVP, namun pada tekniknya kontras media
dimasukkan melalui kateter yang dipasang di penis. Biasanya pemeriksaan ini dilakukan
dibawah kontrol fluoroskopi, namun apabila pesawat tidak memungkinkan, maka
pemeriksaan dapat dilakukan dengan ekspos film yang cukup banyak untuk melihat
perjalanan kontras media.
FOLLOW THROUGH
• Follow Through
(Pemeriksaan secara radiografi dari usus halus)
• Tujuan : Untuk mendapatkan gambaran radiografi dari usus halus yang terisi kontras media positif
• Kontras media dan cara pemasukannya
• n Per oral : Melalui mulut
• n Per anal : Complete Reflux Filling
• [small intestinal enema]
• n Enteroclysis : Pemasukan langsung ke dalam usus halus dengan menggunakan Intestinal Tube yang dimasukkan melalui mulut
• n Intubasi : Pemasukan langsung ke dalam usus halus dengan menggunakan Intestinal Tube yang dimasukkan melalui hidung
• Persiapan pasien
• n Sama dengan persiapan untuk pemeriksaan radiografi Abdomen dengan persiapan
• n Untuk metoda per anal sebaiknya diklisma
• n Premedikasi :
•  Untuk metoda per oral diberikan Maxalon untuk mempercepat gerak peristaltik
•  Untuk metoda Enteroclycis : glucagon/ buscopan / diazepam
•  Untuk metoda per anal diberikan : glucagon
• Prosedur pemeriksaan
• Metoda Oral :

• 4 Dibuat foto pendahuluan : Abdomen posisi AP


• 8 Pasien minum barium sulfat kira2 400ml
PERSIAPAN

• n Sama dengan persiapan untuk pemeriksaan radiografi Abdomen dengan persiapan


• n Untuk metoda per anal sebaiknya diklisma
• n Premedikasi :
• Untuk metoda per oral diberikan Maxalon untuk mempercepat gerak peristaltik
• Untuk metoda Enteroclycis : glucagon/ buscopan / diazepam
• Untuk metoda per anal diberikan : glucagon
• Prosedur pemeriksaan
• Metoda Oral :
• Dibuat foto pendahuluan : Abdomen posisi AP
• Pasien minum barium sulfat kira2 400ml
• Pasien diposisikan supine, foto2 radiografi dibuat di interval waktu:15 menit dengan dikontrol fluoroscopy sebelum
pembuatan foto
• Interval waktu radiografi
• n Foto pertama :15 menit setelah minum kontras media
• n Foto kedua :30 menit setelah minum kontras media
• n Selanjutnya setiap 15 menit berikutnya
• n Foto terakhir, biasanya pada menit ke 60 setelah minum kontras media atau bila kontras media sudah mencapai Ileo
caecal
• Terlambatnya aliran bahan kontras dan cara mengatasinya
• n Pada pasien Hypomotility [ gerak peristaltik yang lambat] :
• aDiberikan air es untuk mempercepat gerak peristaltik
• bDiberikan teh atau kopi untuk menstimulir gerak peristaltik
• METODA COMPLETE REFLUX FILLING
• n Masukkan kontras media sebanyak 4500 ml melalui anal dan menggunakan irigator setelah enema, serta dikontrol fluoroscopy
• n Bila kontras media telah mencapai Bulbus duodenium, tabung irrigator atau enema bagian direndahkan untuk mengosongkan Col
• n Dibuat foto usus halus sesuai keperluan diagnosa, biasanya di posisi pasien supine
• METODA ENTEROCLYSIS
[PEM. RAD.USUS HALUS DAN PEMASUKAN BARIUM SULFAT KE DALAM DUODENUM MELALUI BILBAO ATAU
SELLING TUBE]
• n Persiapan pasien : seperti untuk metoda complete reflux filling
• n Masukkan Bilbao/Selling Tube dengan guide wire melalui mulut sampai mencapai duodenum
• n Suntikkan kontras media melalui tabung tersebut. dan kecepatan 100 ml/ menit
• n Dibuat spot foto [foto seri untuk bagian2 penting yang dicurigai ada kelainan
• Dapat juga disuntikkan udara setelah kontras media mencapai Caecum
• Metode intubasi
• n Metoda pemasukan bahan kontras secara langsung kedalam usus halus d/ menggunakan Miller -Abbot Tube, yang dimasukkan
melalui hidung
• n Prosedur pemasukan bahan kontras dan pengambilan foto sama dengan metoda enteroclysis
TEKNIK RADIOGRAFI PADA PEMERIKSAAN USUS
HALUS (FOLLOW THROUGH)
• Persiapan Alat dan Bahan

 Pesawat X-Ray + Fluoroscopy

 Baju Pasien

 Gonad Shield

 Kaset + film ukuran 30 x 40 cm

 Grid

 X-Ray marker

 Tissue / Kertas pembersih

 Bahan kontras Barium Sulfat

 Air Masak

 Sendok / Straw ( pipet )


PROYEKSI AP/PA

Persiapan Pasien
• Mengubah pola makan penderita. Pasien hendaknya makan makanan yang rendah serat
serat dan rendah lemak.
• Pasien diwajibkan puasa 2 hari sebelum pemeriksaan.
• Minum sebanyak-banyaknya.
• Pemberian Pencahar,berikan Pasien garam inggris. Ini bertujuan untuk membersihkan usus
sehingga usus kosong.
• Beritahu juga pasien untuk tidak merokok dan banyak bicara
POSISI PASIEN

• Supine atau Prone


POSISI OBYEK

• Atur pasien agar MSP berada di pertengahan grid.


• Tidak ada rotasi pada pelvis.
• Tangan letakkan di samping tubuh.

• Central Point : Lumbal ke-2 untuk pengambilan menit ke 30 Krista Illiaka untuk pengambilan foto terakhir
• Central Ray :Vertikal/Tegak lurus terhadap kaset
• FFD : 40 inchi/ 100 cm
• Kaset : 30 X 40 (Dengan Grid)
• Eksposi dilakukan pada saat pasien ekspirasi
PADA SAAT PENGAMBILAN FOTO DILAKUKAN 3
KALI PENGAMBILAN YAITU :
• Pada menit ke-15 setelah minum Barium
• Pada menit ke-30 setelah minum Barium
• Pada menit ke-60 setelah minum Barium
STRUKTUR YANG DITAMPAKKAN

• Pada proyeksi PA atau PA menunjukkan usus halus makin terisi Barium hingga klep
Illiocecal. Ketika Barium sudah mencapai daerah illiocecal, Fluoroskopi boleh dilakukan
dan dipersingkat untuk mendapatka gambar. Pemeriksaan biasanya selesai ketika Barium
tampak pada daerah cecum, diperkirakan dalam waktu 2 jam untuk pasien dengan kondisi
usus normal
KRITERIA GAMBAR

• Seluruh Usus halus tampak pada gambar


• Gambar pertama menampakkan stomach
• Tampak marker waktu
• Tulang belakang terlihat pada gambar
• Tidak ada rotasi pada pasien
• Teknik eksposi dapat menunjukkan anatomi
• Pemeriksaan selesai ketika Barium memasuki daerah Caecum
MCU (MICTURATING CYSTO-
URETHROGRAM )
PENDAHULUAN

• MCU (Micturating Cysto-Urethrogram) atau yang biasa dikenal sebagai


Voiding Cysto-Urethrogram (VCUG) adalah pemeriksaan radiografi
menggunakan sinar X
• Tujuan : untuk menilai traktus urinarius bagian bawah terutama vesika
urinaria dan uretra pada saat miksi.
• Pemeriksaan ini menggunakan kontras yang dimasukan melalui kateter.
• Biasanya dipakai sebagai pencitraan pada kelainan vesico-ureteric reflux
pada anak dan bayi, menilai anatomi post-operasi dan menilai abnormalitas
dari VU dan uretra.
INDIKASI MCU

Berdasarkan guideline dari American College of Radiology (ACR) and Society for Pediatric Radiology (SPR) indikasi MCU antara lain :
• Infeksi Traktus Urinarius
• Dysuria
• Hidronefrosis/hidroureter
• Hematuria
• Trauma
• Inkontinensia urin
• Disfungsi neurogenik dari VU (spinal dysraphism)
• Anomali kongenital dari traktus genitourinarius
• Evaluasi post operasi traktus urinarius
PERSIAPAN

• Pastikan pasien tidak alergi terhadap kontras


• Tidak ada persiapan khusus yang signifikan untuk pasien pre-pemeriksaan, hanya pakaian
yang mudah dilepaskan dari pinggang ke bawah.
CARA PEMERIKSAAN

• Membersihkan daerah sekitar uretra dan perineum dengan antiseptis


• Memasukan kateter yang telah diberi lubrikan ke vesika urinaria lewat ostium uretra
eksternum (diberikan sedasi bila perlu pada pasien yang tidak kooperatif)
• Memasukan iodine sebagai kontras secara drip melalui kateter yang telah terpasang
• Menginstruksikan pasien untuk miksi dan pada saat bersamaan mengambil gambar
Ureterocele. Cystourethrography
(VCUG) anteroposterior awal
berkemih menunjukkan ureterokel
kecil (kiri). Ureterocele telah
terlihat di ultrasonografi kandung
kemih sebelumnya. Pada VCUG yang
diperoleh setelah pengisian kandung
kemih (kanan), ureterocele
dikaburkan oleh bahan kontras.

Cystourethrography (VCUG) pada pasien dengan striktur


bulbourethral

Anda mungkin juga menyukai