Anda di halaman 1dari 11

Hasil FGD

Indonesia Timur
1. Sumber Daya dan Dukungan
Terhadap Masalah IMS
• SDM terlatih berada di wilayah Global Fund
• Petugas IMS mempunyai tugas rangkap
• Petugas kebanyakan tenaga kontrak sehingga
dan dapat putus sewaktu-waktu walaupun
sudah di latih
• Program IMS masih menjadi “anak tiri”
dibandingkan program HIV
• Ketersedian tenaga analis masih terbatas
2. Apakah ada keterlibatan LSM yang
merujuk pasien untuk melakukan
pemeriksaan IMS ?

• Rata2 LSM berada di wilayah dukungan GF


3. Apakah akses layanan IMS Mudah

• Masih banyak wilayah yang sulit untuk di jangkau


terkait dengan geografis dan biaya transportasi
(kalimantan, papua, maluku utara)
• Contoh : papua butuh biaya hampir 20 jt untuk
mengakses layanan di kota
• Karena akses yang sulit, pengembangan
pelayanan hanya fokus di wilayah yang mudah di
akses.
4. Pendekatan dalam diagnosis dan
tatalaksana IMS

• Rata2 di indonesia bagian timur masih


melakukan anamnesis dan tatalaksana IMS
dengan laboratorium sederhana
5. Jumlah kasus IMS terbanyak

• Gonorhea
• Siphilys
• Kondiloma
6. Ketersedian Obat dan Sarana
Prasarana

• Rata2 seluruh provinsi di Indonesia bagian


timur memiliki ketersediaan obat dan sarpras
yang mencukupi
7. Pembiayaan

• Pengguna BPJS tidak menjadi masalah


• Ada peraturan untuk penggunaan KTP gratis
untuk penduduk asli.
8. Sistem Rujukan dan Jejaring

• Jejaring sudah terbentuk dengan RS daerah


masing2 provinsi. Namun masih belum sebaik
TB-HIV
• Belum ada umpan balik dari RS ke Puskesmas
• Mentoring dokter Sesialis Kulit dan Kelamin
hanya dilakukan di Makasar
9. Pencatatan dan Pelaporan
• Sudah terintegrasi dengan SIHA
• Pencatatan dilakukan secara manual dilakukan
dan akhirnya banyak yang terlambat / tidak
dilaporkan
• Mayoritas kendala yang menjadi tantangan
adalah sinyal internet
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai