Anda di halaman 1dari 37

KONSEP DASAR PKN

SD
SUTARNO
John C. Cogan
• civic education sebagai “…the foundational course work in school designed
to young citizens for an active role in their communities in their adult lives”
(Cogan, 1999: 4), mata pelajaran dasar di sekolah yang didesain untuk
mempersiapkan warga negara muda untuk berperan aktif dalam
masyarakatnya saat dewasanya.
• citizenship education memiliki pengertian yang lebih luas “…both these in
school experiences as well as out school or non formal/informal learning
which takes place in the family, the religious organization, community
organizations, the media, etc. which help to shape the totalilty of the citizen”
(Cogan, 1999: 4)….pengalaman belajar di sekolah dan non formal/informal,
yang terjadi di keluarga, organisasi keagamaan, organisasi kemasyarakatan,
media dan lainnya yang membantu membentuk totalitas warga negara.
• civic education adalah citizenship education yang dilakukan melalui
persekolahan.
Tiga domain paradigmatik PKn
• (1) domain akademik; (2) domain kurikuler, dan (3) aktivitas social-kultural
(Winataputra, 2012).
• Domain akademik  pemikiran di lingkungan komunitas keilmuan.
• Domain kurikuler  konsep dan praksis pendidikan formal dan non formal.
Domain sosial kultural  konsep dan praksis di lingkungan masyarakat
(Wahab dan Sapriya, 2011).
• Upaya  warga negara baik dan cerdas (good and smart citizens),
• Memiliki civic knowledge, civic dispositions, civic skills.
Status PKn PKn dalam praksis pendidikan
sebagai
• mata pelajaran di sekolah PPKn di SD
• mata kuliah di perguruan tinggi MKDU
• cabang pendidikan disiplin ilmu  jurusan PKn.
• program pendidikan politik  dalam bentuk Penataran P4 atau sejenisnya
yang pernah dikelola pemerintah sebagai crash program.
• konsep pemikiran pakar  landasan dan kerangka pikir PKn dalam status
pertama, kedua, ketiga dan keempat. (Winataputra dan Budimansyah (2007)
Kerangka sistematik PKn dibangun atas
dasar paradigm sebagai berikut:
• PKn secara kurikuler  mengembangkan potensi individu menjadi warga
negara Indonesia yang berakhlak mulia, cerdas, berpartisipasi, dan
bertanggung jawab.
• Pkn secara teoritik memuat dimensi kognitif, afektif, dan psikomotor yang
bersifat konfluen atau saling berpenetrasi dan terintegrasi dalam konteks
substansi ide, nilai, konsep, dan moral Pancasila, kewarganegaraan yang
demokratis dan bela negara.
• PKn secara programatik yang menekankan pada isi yang mengusung nilai-
nilai (content embedding values) dan pengalaman pembelajaran (learning
experiences) dalam bentuk perilaku sehari-hari dan tuntutan hidup bagi waga
negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
(Winataputra dan Budimansyah (2007: 86)
Filsafat
• Ontologi  filsafat yang menelaah hakikat disiplin ilmu  obyek kajian ilmu.
• Dua dimensi ontologi PKn, yaitu obyek telaahan dan obyek
pengembangan.
• Obyek telaahan  keseluruhan aspek (1) idiil, (2) instrumental (kurikulum,
materi, mediam sumber belajar, metode, evaluasi, guru, lingkungan belajar)
dan (3) praksis PKn yang secara internal dan eksternal mendukung sistem
kurikulum dan pembelajaran pendidikan kewarganegaraan di sekolah dan di
luar sekolah, serta gerakan sosio-kultural kewarganegaraan masyarakat”.
• Obyek pengembangan atau sasaran pembentukan adalah “keseluruhan
ranah sosio-psikologis siswa”, yakni ranah kognitif, afektif, konatif dan
psikomotorik yang menyangkut status, hak dan kewajiban sebagai warga
negara yang ‘cerdas dan baik’, dalam arti demokrasi, religius, dan
berkeadaban dalam konteks kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara”. (Winataputra, 2012)
• Aspek instrumental adalah kurikulum, bahan ajar, guru, media dan sumber
belajar, metode, alat penilaian belajar, ruang belajar, dan lingkungan.
• Praksis PKn adalah interaksi belajar di kelas dan/atau di luar kelas,
pergaulan sosial-budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara yang memberi dampak edukatif kewarganegaraan.
• Obyek pengembangan PKn meliputi pengembangan pengetahuan
kewarganegaraan, keterampilan berpikir kritis, reflektif, keterampilan
memecahkan masalah, keterampilan membuat keputusan bernalar, dan
keterampilan social (Budimansyah dan Suryadi, 2007).
PKn SD
• Status pendidikan kewarganegaraan termasuk …..?
• Secara paradigmatik berada dalam domain ….?
Pendidikan Pancasila dan Pendidikan
Kewarganegaraan SD
• Pendidikan Pancasila  Pendidikan Moral  Moral Being Orang Baik
• Pendidikan Kewarganegaraan  Pendidikan Politik  Zoon Politicon  WN
yang baik
Teori Kewarganegaraan
• Liberal
• Komunitarian
• Republikan
• Pluralisme Post-modern Moderat
Komponen Teori Dasar Kewarganegaraan
• Individu dan konsensus
• Kelompok
• Hak dan kewajiban
• Institusi Politik
• Ideational Impetus/dorongan
Teori Liberal
• Memaksimalkan kebebasan individu
• Menurut Isaiah Berlin (Peter G. Schuck dalam Isin dan Turner, 2002: 132)
Istilah liberalisme terentang dari ide “negative liberty” hingga “positive liberty”.
• “Negative liberty” menekankan hak individu untuk membiarkan dan mencapai
kebutuhannya sendiri bebas dari tekanan negara dalam segala hal.
• Istilah “positive liberty”  negara harus bertindak secara jelas untuk
menjamin kewenangan pokok (misal: pendapatan, perawatan kesehatan, dan
pendidikan) untuk memenuhi kebutuhan esensi kehidupan individu.
• Menekankan individu, dan kapasitas individu lebih penting dari identitas
kelompok, memutus ikatan identitas terbatas (lingkungan sosial, hierarki,
peranan tradisi, dll.), menentukan kembali tujuannya sendiri.
Teori Liberal
• Versi yang berbeda tentang teori liberal kontemporer ditentukan dari
pemakaian metodologi yang berbeda dari tindakan negara dan warga
negara. Metodologi ini adalah Neo-contractarian (Nozick, 1977). Versi lain
adalah discursive atau dialogic yang memberi proposisi dalam
mendefinisikan bentuk batas argumen dan kekhususan yang memungkinkan
menjadi mampu menentukan kekuatan yang melampaui kebebasan individu.
Yang lain lagi adalah teori hybrid yang menggunakan campuran pendekatan.
Nilai-nilai Liberal Tradisional
• Kebebasan individu,
• Otonomi,
• Persetujuan/kesepakatan,
• Kekuasaan negara yang terbatas
• Nilai-nilai liberal di atas berlaku universal dan yang membedakan hanya
perbedaannya dalam cara mencapainya.
• Namun, perdebatan ide komunitarianisme dan perluasan negara terhadap
social justice diusulkan oleh visi neo-liberalis  pendefinisian kembali untuk
menyesuaikan dengan wacana liberal.
Konsep kewarganegaraan liberal
• Teori liberal apapun dimulai dengan individu. Pandangan liberal tentang
indvidu membentuk pandangannya tentang semua agregasi sosial lain
termasuk negara.
• Namun pemahaman tentang sifat individu tidak lengkap dan dinamis. Secara
khusus, kemajuan baru dalam bidang psikologi, biologi evolusioner, genetic
manusia dan ilmu sosial secara konstan berubah-ubah dalam tentang
bagaimana individu memahami dunia, tentang motivasinya, rasionalitas,
spiritualitas, dan perilaku serta tentang hubungan sebab akibat yang
menentukan bagaimana faktor ini berlaku dan dengan apa pengaruhnya
dalam dunia nyata.

Liberal Theory
• Individu dan Konsensus  Warga negara adalah kepentingan diri, namun
baik. Konsensus tidak mungkin, namun juga tidak dikesampingkan
• Kelompok  Individu adalah tertinggi dan partisipasi sukarelanya dalam
kelompok pluralistik melalui perwakilan
• Hak dan Kewajiban  Hak individu universalistik lebih tinggi di atas negara
dan kewajiban. Kelompok memiliki hak-hak kedua kedua bagi individu
• Institusi Politik  partai politik sebanyak kepentingan kategori yang
diekspresikan oleh kelompok kepentingan.Tindakan paling banyak
mengambil tempat pada lembaga perwakilan (pembuat undang-undang)
• Dorongan Ideasional  Warga negara mengikuti kepentingan diri dan
peraturan dalam mengejar kebahagiaan disamping harus tetap toleran.
Prinsip dasar teori liberal klasik
• Kelebihan kebebasan individu dipahami sebagai bebas dari campur tangan
negara dalam pengembangan dan kebutuhan pribadi, perlindungan yang
luas dalam kebebasan meneliti, berbicara dan beribadah, mencurigai
kekuasaan negara di atas individu, pembatasan paksaan negara terhadap
bidang aktivitas dimana perilaku individu mempengaruhi orang lain,
Tokoh Liberal dan Alirannya
• John Locke, Adam Smith, T.H. Marshall, awalnya R. Dahl, J. Rawls
• Aliran :
• Traditional liberalism
• Modern Liberalism/pluralism
Consensual Order
• Individu dan Konsensus  Diutamakan konsensus. Warga negara
dibentuk menjadi warga negara yang baik atau berbudi luhur..
• Kelompok ”general will” dalam masyarakat sebagai satu keseluruhan dan
kepentingan kelompok lebih penting daripada kepentingan diri.
• Hak dan Kewajiban  kewajiban yang menggambarkkan “kemauan umum”
lebih penting daripada hak individu. Kewajiban membantu menjalankan dan
menunjang hak-hak universal
• Institusi Politik  negara sebagai a moral entity memiliki tugas untuk
menjalankan kewajiban rakyat. Dalam beberapa tingkat civil society juga
menjalankan kewajiban.
• Dorongan Ideasional  Warga negara mematuhi tugas dan bekerja sama
untuk saling berbagi dalam masyarakat yang baik.
Tokoh dan Aliran
• A. Etzioni, W. Galston, A. Oldfield, P. Pettit
• Menekankan kelompok budaya atau etnis, solidaritas karena kesamaan
sejarah atau tradisi, kemampuan kelompok memberi identitas dan sebaliknya
meninggalkan “atomized” dengan menghilangkan kecenderungan
masyarakat liberal
• Aliran :
• Communitarianism
• Civic Republicanism
Participatory Republicanism
• Individu dan Konsensus Sifat kewarganegaraan manusia adalah
kompleks, namun ini bukan halangan dalam berpartisipasi.
• Kelompok  Individu kurang terwakili. Partisipasinya dalam kelompok
didorong mengikuti prosedur komunikasi tertentu. Kelompok harus
menghormati hak individu.
• Hak dan Kewajiban Hak dan kewajiban universalistic berada dalam suatu
keseimbangan kompleks. Seseorang harus hati-hati menjalankan kewajiban
negara atau kelompok namun kewajiban tetap diperlukan.
• Institusi Politik  Negara dan masyarakat sipil secara formal bersama-
sama menciptakan institusi Bersama.
• Dorongan Ideasional warga negara berpartisipasi dalam suatu cara yang
adil dan teleran dalam upaya menentukan masyarakat yang adil
Tokoh Participatory-republicanism
• J. Habermas
• J. Bohman, G. van Gunsteren, Benjamin Barber, M. Warren
Aliran:
• a. Neo-republicanism
• b. Expansive democracy
Moderate-Post-modern Pluralism
• Individu dan Konsensus  identitas warganegara adalah kompleks. Ini
secara fundamental menentukan substansi consensus.
• Kelompok  Kelompok masyarakat berskala besar tidak sehat bagi
kepentingan sebagian besar individu post modern, yang cenderung
menemukan ekspresinya dalam pergerakan sosial
• Hak dan Kewajiban  Kelompok budaya memiliki hak-hak budaya dan
prosedural. Hak-hak universal tidak ada (atau ada dalam tingkat terbatas).
Yang penting hak-hak kelompok terutama kelompok budaya
• Institusi Politik gerakan sosial dan media merupakan pertimbangan yang
menekan perubahan lembaga. Kelompok elite berbagai kelompok memiliki
hak-hak tertentu di samping kewajiban
• Dorongan Ideasional  Warga negara memperoleh identitas kelompok
melalui kelompok atau hak-hak budaya, atau menentang dan meraih hak-hak
tertentu dalam gerakan sosial.
Tokoh Moderate-Post-modern Pluralism
• E. Laclau, C. Mouffe, E. Isin, J. Torfing, W. Kymlicks.
• Aliran :
• a. Radical pluralism
• b. Multiculturalism
Rentang teoritis tentang hak
kewarganegaraan
Legal Rights Political Rights Social Rights Participation Rights
1. Keamanan 1. Politik Personal 1. Hak pemenuhan 1. Hak pasar kerja
pribadi
2. Proses dan Akses 2. Organisasi 2. Hak kesempatan 2. Hak bantuan
Keadilan kepenasihatan
3. Kesadaran dan 3. Hak 3. Hak disribusi dan . Hak kontrol modal
Pilihan keanggotaan kompensasi
Sejarah Perkembangan Kewarganegaraan
• Perkembangan masalah kewarganegaraan tidak lepas dari perkembangan
nasionalisme
• Peraturan mengenai kewarganegaraan merupakan suatu konsekuensi
langsung dari perkembangan nasionalisme
• Nasionalisme merupakan suatu konsep yang meletakkan kesetiaan tertinggi
seseorang kepada suatu negara (modern tertentu)
• Konsep ini berperan mengatur penyelenggaraan kehidupan pribadi dan
publik
• Masyarakat yang terikat secara yuridis dan politis membentuk ikatan yang
disebut bangsa modern atau nation
Negara Yunani Kuno (Abad 4 sebelum
masehi)
• Konsep nasionalisme berakar dari peradaban yang dikembangkan bangsa
Yunani Kuno dan Ibrani Kuno (Hans Kohn, 1984) yang tidak terkait dengan
figur raja atau kerajaan melainkan ikatan rakyat itu sendiri.
• Rakyat itu secara keseluruhan menjalin sejarah mereka.
• Bangsa Ibrani Kuno terbentuk oleh kenangan akan masa lampaunya serta
harapan di masa mendatang yang sama.
• Bangsa Yunani Kuno meletakkan kesetiaan yang tertinggi pada suatu ikatan
politis yang dikenal dengan polis (negara kota).
• Pada masa Yunani Kuno negara diartikan sebagai persekutuan hidup politis
(he koinonia politike)  persekutuan hidup yang berbentuk polis
Karakteristik persekutuan hidup negara kota
• Adanya hubungan keterhubungan yang bersifat organis antar warga negara
• Adanya hubungan antar warga negara yang khusus, akrab, dan lestari
• Negara tidak terlalu besar atau kecil.
• Kedudukan negara sebagai prioritas tertinggi. Warga negara harus
menundukkan diri kepada negara, dan negara wajib menata seluruh segi
kehidupan dalam negara.
• Cara hidup ini menuntut warga negara untuk mempertahankan hidup dan
memecahkan masalah secara Bersama.
• Mereka menilai tinggi pembahasan (argumentasi) dan “leisure” (keluangan
waktu)
• Kebebasan dari tekanan dan paksaan hidup sejak lahir
Karakteristik persekutuan hidup negara kota
• Posisi warga negara tidak sama.
• Tidak semua semua orang yang tinggal dalam negara polis adalah warga
negara. Warga negara adalah orang yang secara aktif mengambil bagian
dalam hidup bernegara.
• Mereka dapat berperan sebagai orang yang memerintah dan berperan
sebagai prang yang diperintah yang sewaktu-waktu dapat bertukar peran.
• Budak dan perantau tidak menjadi watga negara. Anak, orang tua dan wanita
sebagai warga negara dalam arti hipotesis (bikan warga negara penuh).
• Warga negara yang bertanggung jawab adalah wara negra yang meiliki
keutamaan (excellence) dan kebaikan (virtue)  mampu menguasai dan
dikuasi dengan baik
Iskandar Zulkarnain (Akhir abad 4 SM)
• Konsep kosmopolitanisme
• Konsep kosmopolitanisme mengajarkan bahwa tanah air umat manusia
adalah seluruh muka bumi ini (kosmos).
• Setiap manusia adalah warga dunia
• Kosmopolitanisme mencapai puncak kejayaannya dengan berkembangnya
kekaisaran Romawi. Konsep negara kota model Yuanani menjadi imperium
yang meliputi seluruh dunia.
• Mereka mengorganisasi dunia berdasarakan hukum dan peradaban yang
sama.
• Ketika kekaisaran Romawi mundur, posisinya digantikan gereja Katolik
sebagai pendukung kosmopolitanisme dan pewaris kekaisaran Roma.
Renaissance (Akhir abad 14)
• Renaissance membawa pencerahan dimana karya Yunani Kuno dan Ibrani
Kuno dipelajari kembali dalam semangat baru.
• Awal nasionalisme dimulai kembali.
• N. Machiavelli dalam Il Principe(1446-1527) menyatakan ketidak setujuannya
dengan konsep kosmopolitanisme. Perlu ada seorang yang kuat untuk
membebaskan Italia dari bangsa barbar (non Italia) dan mendambakan Italia
yang bebas dari kekuasaan agama dan menempatkan kekuasaan negara di
tempat yang tertinggi  semangat nasionalisme berkembang kembali
• Konsep nasionalisme ini diperkuat oleh konsep dagang (merkantilisme) yang
menyatakan bahwa setiap penguasaan (landlord) di Eropa harus menimbun
kekayaan sebanyak-banyaknya guna membiaya pasukan yang kuat.
• Usahanya mengirim armada dagang ke seluruh penjuru dunia. Di rantau
inilah awak kapal dan pedagang merasa setanah air dan bertemu dengan
orang yang tidak sebangsa dengan mereka.
Negara Modern/Negara Kebangsaan (Abad
17)
• Negara kebangsaan modern pertama muncul di Amerika Utara dalam bentuk
kebangsaan Amerika Serikat.
• Kaum koloni ini memberontak dari penjajah Inggris dan mengikatkan diri
berdasarkan konsep Yunani Kuno dan Ibrani Kuno:
• A. Sejarah dan perjuangan bersama (common destiny)
• B. Membina dan mengembangkan peradaban Bersama (culture
homogeneity)
• C. Di atas tanah air yang sama (a given territory)
lanjutan
• Konsep nasionalisme AS ini menjalar ke Atlantik  Revolusi Perancis yang
melahirkan :Declaration des droit del’homme et du citoyen” (pernyataan hak
hak asasi manusia dan warga negara) 21 Juli 1789.
• Akhirnya menjalarlah konsep nasionalisme ke suluruh Eropa dan Amerika
Latin, Asia dan Afrika.
Kewarganegaraan, perbedaan dan sikap
yang tidak bersahabat (resentmen)
• Dalam kehidupan bernegara terjadi perbedaan kelas di antara warga negara
• Kelas itu sendiri diciptakan oleh warga negara itu sendiri dalam kehidupan
sosial sehingga disebut dengan kelas sosial.
• Perbedaan kelas sosial ini jika tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan
konflik yang mengancam integritas bangsa.
• Kelas sosial merupakan lapisan atau strata orang yang berkedudukan sama
dalam kontinum (Horton dan Hunt, 1984).
• Karl Marx membagi ke dalam (1) proletariat, (2) borjuis (3) borjuis rendah
• Adam Smith membagi ke dalam (1) hidup dari penyewaan tanah (2) hidup
dari upah (3) hidup dari keuntungan dagang.
Hakikat konflik
• The Parties (pihak-pihak yang sedang berada dalam konflik)
• The field of conflict (medan laga dari konflik)
• The dynamics of the situation (situasi dalam hal mana masing-masing pihak
berusaha melakukan pendekatan pendekatan terhadap pihak ketiga)
• The management. Control, or resolution conflict (mengelola, mengontrol dan
menyelesaikan konflik)
Penyelesaian konflik dilakukan melalui
pendekatan
• Penarikan diri (withdrawal) menarik diri dari interaksi dengan lawan konflik
• Pengabaian dan rujuk (Smoothing and Conciliation)  mengabaikan konflik
dan melakukan rujuk dengan menunjukkan hasrat kerjasama, menghindari
penuduh atau mengancam, menonjolkan kepentingan Bersama, mencari
persetujuan untuk tidak mempermasalahkan perbedaan
• Persuasi (persuation) meyakinkan lawan agar bersedia mengubah sikap dan
posisi
• Pemaksaan dan penekanan (forcing and pressure) memaksa dan menekan
pihak lawan konflik agar menyerah, misalnya dengan ancaman hukuman
• Tawar menawar (bargaining) proses penukaran konsesi untuk kompromi
• Pemecahan masalah terpadu (interactive problem solving)  memadukan
kebutuhan pihak yang konflik dan mengubah sudut pandang.

Anda mungkin juga menyukai