Anda di halaman 1dari 41

Case Report Session

GALIH NADHOVA 121001185


RETNO INGGIT K 12100118612
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. N
Umur : 52 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Petani, sebelumnya bekerja di pabrik
Pendidikan : Sekolah Dasar
Alamat : Banjaran
KELUHAN UTAMA

Mata kanan buram sejak 1 tahun yang lalu


KELUHAN UTAMA

Pasien datang ke poli RSUD Al-Ihsan dengan keluhan mata kanan buram
seperti melihat asap berkabut sejak 1 tahun yang lalu. Keluhan tersebut dirasakan
bertahap dan terus menerus menjadi semakin berkabut.
Keluhan menyebabkan pasien kesulitan melakukan aktivitas membaca.
Pasien menyangkal adanya penggunaan obat tetes mata yang
dipakai terus-menerus seperti cendoxitrol, cendostatrol ataupun polidex,
pasien mengaku menggunakan meminum jamu-jamuan dan obat warung
ketika merasa lelah.
Pasien menyangkal adanya nyeri mata, mata merah, mata berair,
penglihatan silau, bengkak dan menyangkal pernah mengalami adanya
benturan pada matanya. Pasien menyangkal memiliki riwayat kencing
manis,
dan darah tinggi. Pasien mengatakan baru pertama kali datang ke poli mata
, dan belum pernah mengobati keluhan pada matanya.
Pasien mengatakan di neneknya pernah memiliki ada yang keluha
n yang sama dengan dirinya. Pasien memiliki riwayat merokok selama kura
ng lebih 30 tahun.
Riwayat Penyakit Dahulu

• Riwayat trauma: -
• Riwayat Penyakit Sistemik : -
o Riwayat Hipertensi: +
o Riwayat penyakit Diabetes Mellitus: -
o Riwayat kolesterol: -

Riwayat Penyakit Dahulu

• Keluarga yang menderita penyakit seperti pasien: +


• Riwayat keluarga dengan Hipertensi dan Diabetes Mellitus: tidak diketahui
Riwayat Gizi

Kurang, pasien mengaku hanya makan ayam 1-2x seminggu.

Keadaan Sosial Ekonomi

Menengah-kebawah
PEMERIKSAAN FISIK

status generalis
Keadaan Umum : Tampak sakit ringan
Kesadaran : Compos Mentis
Vital Sign :
Tek. Darah : 140/90 mmHg
Nadi : 75 kali/menit
Laju Napas : 20 kali/ menit
Suhu : Afebris
BB/TB : Tidak diukur
Penyakit Sistemik

Trac. Respiratorius : Tidak ada keluhan


Trac. Digestivus : Tidak ada keluhan
Kardiovaskuler : Tidak ada keluhan
Endokrin : Tidak ada keluhan
Neurologi : Tidak ada keluhan
THT : Tidak ada keluhan
OD OS

Status Oftalmologikus Visus Dasar 0,15 PH: 0,3 F2 0,3 PH: 0,6 F2

TIO : Digital - -

Kedudukan bola mata

Ortoforia Ortoforia

Pergerakan bola mata

Duksi : baik

Versi : baik Duksi : baik

Versi : baik

Arkus senilis keruh


Ar.senilis keruh
pterygium sebagian

Silia Trichiasis (-) Trichiasis (-)

Palpebra Superior edema (-) edema (-)

Palpebra Inferior edema (-) edema (-)


Konjungtiva tarsus Papil (-), folikel (-), Papil (-), folikel (-),
hiperemi (-) hiperemi (-)

Konjungtiva Bulbi Injeksi (-), hiperemis (+) Injeksi (-), hiperemis (-)
tampak selaput berbentuk
segitiga dari nasal dan apex
melewati limbus dan ditepi
kornea (pterigium grade I)

Kornea Arcus Senillis + Arcus Senillis +

Bilik Mata Depan Sedang Sedang

Iris Kripta iris normal Kripta iris normal

Pupil Bulat, Isokor Bulat, Isokor

Diameter 3 mm 3mm

Lensa Keruh Keruh

Pemeriksaan Slit Lamp

Silia Trikiasis (-) Trikiasis (-)

Conjungtiva tarsus Papil (-), folikel (-). Papil (-), folikel (-)

Conjungtiva bulbi Injeksi (-), hiperemis (-), Injeksi (-), hiperemis (-)
tampak selaput berbentuk
segitiga dari nasal dan apex
melewati limbus dan ditepi
kornea.

Kornea Arcus Senillis + Arcus Senillis +

Bilik mata depan Sedang Sedang

Iris Kripta iris normal Kripta iris normal


Conjungtiva tarsus Papil (-), folikel (-). Papil (-), folikel (-)

Conjungtiva bulbi Injeksi (-), hiperemis (-), Injeksi (-), hiperemis (-)
tampak selaput berbentuk
segitiga dari nasal dan apex
melewati limbus dan ditepi
kornea.

Kornea Arcus Senillis + Arcus Senillis +

Bilik mata depan Sedang Sedang

Iris Kripta iris normal Kripta iris normal

Lensa Keruh sebagian di anterior, Keruh, iris shadow test (-)


iris shadow test (+)

TONOMETRI TIDAK DILAKUKAN


DIGITAL

TONOMETRI TIDAK DILAKUKAN


SCHIOTZ

VISUAL FIELD TIDAK DILAKUKAN

FUNDUSKOPI TIDAK DILAKUKAN


RESUME
Tn. N datang dengan keluhan penglihatan buram seperti kabut yang dirasa
kan 1 tahun yang lalu. Keluhan dirasakan bertahap dan terus menerus.
Pemeriksaan visus: VOD: 0,15 PH: 0,3 F2 | VOS: 0,3 PH: 0,6 F2
Pemeriksaan ophtalmologi: VOD: Shadow test +, Pterigium. VOS: Shadow
test -

DIAGNOSIS KERJA
Katarak Sub Kapsularis Posterior OD + Katarak Senilis Insipien OS + HT +
Pterigium grade II OD
PENATALAKSANAAN
• Edukasi dan konseling tentang penyakit yang dialami pasien.
• Post operasi -> setelah pembedahan lensa diganti dengan kacamata atau
lensa tanam okuler.
• Kombinasi antibiotik dan steroid tetes mata 6x/hari hingga 4 minggu pasca
operasi.
• Lantevir 4 x ODS
• Eyefresh 4 x ODS
PROGNOSIS
• Quo ad vitam : Ad Bonam
• Quo ad functionam : Dubia ad Bonam
• Quo ad Sanationam : Ad Bonam
ANATOMI LENSA
•Struktur transparan yang mentransmisikan da
n memfokuskan cahaya yang masuk ke mata.
•Bentuk biconvex, avascular, tranparant, jernih
•Lokasi: posterior iris, anterior vitreous humor
•Ukuran : diameter: 9-10 mm, tebal : 5 mm,
berat 255 mg
•Komposisi: air (65%), protein (35%)
Digantung oleh zanula zinii yang melekat p
ada suspensory ligament
Lapisan:
 Capsul lensa anterior
 Epitel
 Coretx
 Nucleus
 Cortex
 Capsul lensa posterior (karena pad
a lapisan ini tidak terdapat epitel, se
hingga lapisan lebih tipis, sehingga
lapisan lebih cembung)
Nutrisi : aqueous humor dan vitreous humor
Fungsi lensa :
•Meneruskan cahaya/sebagai media refraksi
cahaya ke retina
•Fungsi akomodasi
KATARAK
DEFINISI

Katarak adalah suatu keadaan patologik lensa dimana lensa


menjadi keruh akibat hidrasi cairan lensa atau denaturasi
protein lensa, ataupun terjadi akibat keduanya.
EPIDEMIOLOGI
 Katarak merupakan salah satu penyebab utama kebutaan setel
ah galukoma (WHO). Sebanyak tujuh belas juta populasi dunia
mengidap kebutaan yang disebabkan oleh katarak dan dijangk
a menjelang tahun 2020, angka ini akan meningkat menjadi em
pat puluh juta.
 95% pada uisa diatas 65 tahun mengalami kekeruhan lensa de
ngan berbagai tingkatan.
ETIOLOGI
 Penyakit sistemik seperti peradangan dan metabolik
(DM, dislipidemia)
 Radang mata, Trauma mata
 Riwayat keluarga dengan katarak
 Penyakit infeksi mata
 Pemakaian steroid lama
 Merokok
KLASIFIKASI

Berdasarkan usia:

1. Katarak kongenital, sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun


2. Katarak juvenil, terjadi sesudah usia 1 tahun
3. Katarak senil, terjadi setelah usia 50 tahun
Berdasarkan morfologinya:

1. Subcapsular cataract
- Anterior subscapular cataract: berada dibawah kapsul lensa, diakibatkan oleh
metaplasia fibrosa dari epitel lensa.
- Posterior Subcapsular cataract: dibawah kapsul posterior, tampak seperti plak
bervakuola dan bergranulasi. Keluhan penglihatan seperti melihat cahaya mobil
datang atau sinar matahari yang terang.

2. Nuclear cataract: melibatkan nucleus lensa. Sering berhubungan dengan myopia


karena peningkatan index refraksi.

3. Cortical cataract: melibatkan korteks anterior, posterior, dan ekuator. Kekeruhan ber
bentuk cuneiform atau radial-spoke-like.
Berdasarkan maturitasnya:

1. Katarak Insipien: kekeruhan awal pada lensa dengan visus pasi


en masih mencapai 6/6
2. Katarak imatur: lensa mengalami kekeruhan parsial
3. Katarak matur: lensa mengalami kekeruhan total
4. Katarak hipermatur: katarak menyusut dan kapsul anterior berk
erut karena kebocoran air dari lensa
5. Katarak morgani: liquefaksi korteks lensa katarak hipermatur
berakibatkan nukleus jatuh ke inferior
Insipien Imatur Matur Hipermatur
Kekeruhan Ringan Sebagian Seluruh Masif
Cairan lensa Normal Bertambah ( Normal Berkurang (
air masuk) air +masa le
nsa keluar)
Iris Normal Terdorong Normal Tremulans
Bilik mata d Normal Dangkal Normal Dalam
epan
Sudut bilik Normal Sempit Normal Terbuka
mata
Shadow test (-) (+) (-) Pseudo(+)
visus 0.8-1.0 0.4-0.5 1/50-0.1 Light percep
tion or hand
movement
PATOGENESIS
Faktor resiko untuk katarak adalah usia, diabetes, atopik dermatitis, myotonic dystr
ophy, trauma, dan lain sebagainya.

Penuaan  usia diatas 50 tahun Degenerasi dan opasifikasi lensa sudah terben
tuk
Agregasi protein perubahan komposisi protein yang beragregasi membentuk kek
eruhan.

Gangguan metabolik (DM) peningkatan kadar sorbitol intraaseldalam fiber lensa


degenerasi fiber lensa menjadi lebih cepat.

Pembentukan lensa fiber yang abnormal (fiber ini terbentuk saat germinal epitel le
nsa gagal untuk membentuk fiber normal seperti pada posterior subcapsular catar
act.
Fibrous metaplasia pada fiber lensa dapat terjadi pada complicated cataract
MANIFESTASI KLINIS

Akibat perubahan opasitas lensa, terdapat berbagai gangguan pada pengli


hatan termasuk:
1. Penuruan tajam penglihatan perlahan
2. Penurunan sensitivitas kontras: pasien mengeluhkan sulit melihat be
nda diluar ruangan pada cahaya terang
3. Pergeseran kearah miopia.
4. Diplopia monokular.
5. Sensasi silau (glare). Opasitas lensa mengakibatkan rasa silau kare
na cahaya dibiaskan akibat perubahan indeks refraksi lensa.
6. Distorsi
7. Sensitivitas kontras
DIAGNOSIS
1. Anamnesis
-Riwayat perjalanan penyakit pasien
2. Pemeriksaan fisik
-Tajam Penglihatan : dengan dan tanpa koreksi
3. Pemeriksaan segmen anterior : senter/slitlamp
- Kekeruhan lensa
- Shadow Test
TATALAKSANA

Utamanya adalah pembedahan. Tidak ada manfaat dari suplementasi nutri


s atau terapi farmakologi dalam mencegah atau memperlambat progresivit
as dari katarak.

Indikasi bedah:
1. Penurunan fungsi penglihatan yang tidak dapat lagi ditoleransi pasien
karena mengganggu aktivitas sehari-hari.
2. Adanya anisometropia yang bermakna secara klinis.
3. Kekeruhan lensa menyulitkan pemeriksan segmen posterior.
4. Terjadi komplikasi terkait lensa seperti peradanagan atau glaukoma s
ekunder.
Kontraindikasi bedah:

1. Penurunan penglihatan yang masih dapat ditoleransi oleh


pasien.
2. Tindakan bedah diperkirakan tidak akan memperbaiki taja
m penglihatan dan tidak ada indikasi bedah lainnya.
3. Pasien tidak dapat menjalani bedah dengan aman karena
keadaan medis atau kelainan okular lainnya yang ada pad
a pasien.
4. Perawatan pasca bedah yang sesuai tidak bisa didapatka
n oleh pasien.
EKSTRAKSI KATARAK EKSTRAKSI KATARAK
EKSTRA KAPSULAR INTRA KAPSULAR

Ekstraksi lensa utuh dengan menin  mengeuarkan seluruh isi lensa bersama ka
ggalkan bagian posterior kapsul len psul.
sa  Dapat dilakukan pada zonula zinn yang tela
Dilakukan pada pasien : h rapuh
 Imatur  kontraindikasi pada usia <40 tahun yang m
 kelainan endotel, keratoplasti asih mempunyai ligament hialoidea kapsua
 implantasi IOL posterior r.
 implantasi sekunder IOL  Penyulit : astigmata, glaucoma, uveitis, end
 bedah glaucoma oftalmitis dan pendarahan.
Teknik operasi yang digunakan:

1. Fakoemulsifikasi: teknik operasi yang memungkinkan lensa dihancurkan


dan diemulsifikasi kemudian dikeluarkan dengan bantuan probe dan eks
trasi dikerjakan ekstrakapsular
2. Teknik ekstraksi katarak manual.
-ICCE (Intracapsular cataract extraction): ekstraksi lensa utuh serta seluruh k
apsul lensa
-ECCE (Extracapsular cataract extraction): ekstraksi lensa utuh dengan meni
nggalkan bagian posterior dari kapsul lensa
-Small incision cataract surgery (SICS): ekstraksi lensa dengan insisi yang ke
cil
FAKOEMULSIFIKASI
Teknik operasi yang memungkinkan lensa di han
curkan dan di emulsifikasi kemudian dikeluarkan
dengan bantuan probe dan ekstraksi dikerjakan
ekstrakapsular untuk menghancurkan nucleus di
masukkan lensa IOL yang dapat dilipat.
Keuntungan : pemulihan visus lebih cepat, induk
si astigmatis akibat operasi minimal, komplikasi
dan inflamasi pasca bedah minimal.
Teknik ekstraksi katarak manual:

-ICCE (Intracapsular cataract extraction): ekstraksi lensa utuh serta se


luruh kapsul lensa
-ECCE (Extracapsular cataract extraction): ekstraksi lensa utuh denga
n meninggalkan bagian posterior dari kapsul lensa
-Small incision cataract surgery (SICS): ekstraksi lensa dengan insisi
yang kecil

Terapi pasca operasi yang diberikan biasanya kombinasi antibiotik dan


steroid tetes mata 6 kali sehari hingga 4 minggu pasca operasi
EVALUASI PASCA BEDAH

1. Anamnesis
-Keluhan berdenyut sampai muntah : curiga glaukoma
-Seperti ada yang mengganjal : normal (post hecting)
-Apakah ada sekret : radang

2. Status Mata
-Visus : perbaikan/tidak
-Coa : kedalaman
-Pupil
-Iris ada prolaps/tidak
Komplikasi operasi katarak:
1. Intraoperatif
-Ruptur kapsul posterior atau zonula 2. Pasca-operasi
-Trauma pada corpus siliaris atau iris -Kekeruhan kapsul posterior
-Masuknya materi nukleus lensa ke -Cystoid macular edema
vitreus -Edema kornea
-Dislokasi lensa intraokular posterior -Ruptur atau kebocoran luka
-Perdarahan suprakoroid -Ablasio retina
-Endoftalmitis, dapat terjadi dini atau
terlambat (4 minggu bahkan 9 bulan)
-Iritis persisten
FOLLOW UP

Follow up pasca operasi dikerjakan dalam 24 jam setelah operasi


(untuk menemukan dan mengatasi komplikasi dini seperti kebocor
an luka, hipotonus, peningkatan TIO, edema kornea dan tanda per
adangan)

Kunjungan kedua, 4-7 hari pasca-operasi untuk menemukan dan


mengatasi komplikasi endoftalmitis.

Kunjungan selanjutnya bergantung pada kondisi refraksi, fungsi vi


sual dan medis.

Anda mungkin juga menyukai