Anda di halaman 1dari 46

Pengelolaan Pasien Ibu Hamil

Gravida Aterm Dengan


Preeklamsia Berat

Pembimbing: Dr. Nandi Nurhandi , Sp.OG


Disusun Oleh: Zahra Faras Sukma
1102014291
TOPIK :
01 PENDAHULUAN

02 TINJAUAN PUSTAKA

03 LAPORAN KASUS

04 ANALISA KASUS

05 KESIMPULAN DAN
SARAN
PENDAHULUAN

Preeklamsia adalah kenaikan


tekanan darah ≥160 / ≥110 mmHg yang
disertai dengan proteinuria pada usia
kehamilan diatas 20 minggu. Presentasi
kasus ini akan membahas mengenai
preeklamsia berat pada ibu hamil
gravida aterm yang datang ke IGD
Kebidanan RSUD Kab. Bekasi dengan
mules-mules sejak jam 12:00.
TINJAUAN PUSTAKA
P R E E K L A M S I A B E R AT
DEFINISI

Hipertensi (kenaikan tekanan darah ≥140 / ≥90 mmHg yang


diukur ketika pasien dalam posisi miring ke kiri pada perempuan
hamil yang dahulunya normotensif) yang disertai proteinuria dan
edema akibat kehamilan setelah usia kehamilan 20 minggu.
PER : PEB :
- protein ≥ 300 mg dalam 24 - protein ≥ 2 gram dalam 24
jam atau 30 mg/dL ≥dapat jam atau ≥ +2 uji dipstick
dinyatakan preeklamsia ringan
- Kreatinin ≥1,2 mg/dL
- Kreatinin ≥1,2 mg/dL
IMPENDING
ECLAMPSI :
Muntah, Sakit kepala, Nyeri
epigastrium
P R E E K L A M S I A B E R AT
EPIDEMIOLOGI

Menurut hasil penelitian epidemiologi angka kejadian preeklamsia – eklamsia


berkisar antara 2% dan 10% dari kehamilan di seluruh dunia dan insidensinya di
Indonesia sekitar 7-10%.

FAKTOR RESIKO
Usia, paritas, ras, gizi, genetik, iklim, sosioekonomi, DM, hiperplasentosis,
hidrop fetalis, molahidatidosa, riwayat pre-eclampsia, kehamilan pertama, usia lebih
dari 40 tahun dan remaja, obesitas, kehamilan multipler, diabetes gestasional, riwayat
diabetes, penyakit ginjal, lupus, atau rheumatoid arthritis.
ETIOLOGI

Memiliki penyakit ginjal atau


kardiovaskular

Mempunyai riwayat preeklamsia atau


eklamsia dalam keluarga

Terpajan vili korialis secara berlebihan


(hiperplasentosis). Hal ini ditemukan
pada kehamilan kembar atau mola
hidatidosa

Terpajan vili korialis pertama kali


(primigravida/primipaternitas)
PATOFISIOLOGI
DIAGNOSIS

Dikatakan preeklamsia ringan bila :

a) Tekanan darah sistolik antara 140-160 mmHg dan tekanan darah diastolik 90-110
mmHg
b) Proteinuria minimal (< 2g/L/24 jam)
c) Tidak disertai gangguan fungsi organ

Dikatakan preeklamsia berat bila6 :


a) Tekanan darah sistolik > 160 mmHg atau tekanan darah diastolik > 110 mmHg
b) Proteinuria (> 5 g/L/24 jam) atau positif 3 atau 4 pada pemeriksaan kuantitatif.
Bisa disertai dengan :
a) Oliguria (urine ≤ 500 mL/24jam)
b) Keluhan serebral, gangguan penglihatan
c) Nyeri abdomen pada kuadran kanan atas atau daerah epigastrium
d) Gangguan fungsi hati dengan hiperbilirubinemia
e) Edema pulmonum, sianosis
f) Gangguan perkembangan intrauterine
g) Microangiopathic hemolytic anemia, trombositopenia
PEMERIKSAAN FISIK
- Tekanan darah harus diukur dalam setiap ANC
- Tinggi fundus harus diukur dalam setiap ANC untuk
mengetahui adanya retardasi pertumbuhan intrauterin atau
oligohidramnion
- Edema pada pretibia, dinding perut, lumbosakral, wajah
dan tangan yang memberat
- Peningkatan berat badan lebih dari 500 gr per minggu atau
peningkatan berat badan secara tiba-tiba dalam 1-2 hari.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium dasar harus dilakukan
di awal kehamilan pada wanita dengan faktor resiko
menderita preeklamsia, yang terdiri dari pemeriksaan
kadar enzim hati, hitung trombosit, kadar kreatinin
serum, protein total, reduksi bilirubin, sedimen pada urin
24 jam.

Pada wanita yang telah didiagnosis preeklamsia,


harus dilakukan juga pemeriksaan kadar albumin serum,
LDH, apus darah tepi, serta waktu perdarahan dan
pembekuan serta untuk mengetahui keadaan janin perlu
dilakukan pemeriksaan USG.
DIAGNOSIS BANDING
Kehamilan dengan sindrom nefrotik, Kehamilan dengan payah
jantung, Hipertensi Kronis, Penyakit Ginjal, Edema Kehamilan, Proteinuria
Kehamilan

TATALAKSANA

Perawatan preeklamsia berat dibagi menjadi dua unsur:


1. Pertama adalah rencana terapi pada penyulitnya

2. Kedua baru menentukan rencana sikap terhadap kehamilannya


- Ekspektatif; Konservatif
- Aktif, agresif: bila umur kehamilan > 37 minggu, artinya kehamilan
diakhiri setelah mendapat terapi medikamentosa untuk stabilisasi.
1. PENCEGAH KEJANG
Loading dose Maintenance dose
- Tirah baring, tidur miring kiri
SM 20 % 4 g iv - SM 40 % 10 g im, terbagi pada
- Infus RL
pelan-pelan selama glutea kiri dan kanan
- Pemberian anti kejang MgSO4
5 menit - SM 40 % 5 g per 500 cc RD5 30
- Pasang Foley catheter untuk
tts/menit
monitor produksi urin
1. SM rumatan diberikan sampai
24 jam pada perawatan
konservatif dan 24 jam setelah
Syarat pemberian SM :
persalinan pada perawatan aktif
- Reflex patella harus positif
- Respiration rate > 16 /m
- Produksi urine dalam 4 jam 100cc
- Tersedia calcium glukonas 10 %
2. ANTI HIPERTENSI

• Hanya diberikan bila tensi ≥ 180/110 mmHg atau MAP ≥ 126


• Bisa diberikan nifedipin 10 – 20 mg peroral, diulang setelah 30 menit, maksimum 120 mg dalam 24 jam
• Penurunan darah dilakukan secara bertahap :
- Penurunan awal 25 % dari tekanan sistolik
- Target selanjutnya adalah menurunkan tekanan darah
< 160/105 mmHg atau MAP < 125

3. DIURETIK

Indikasi pemberian diuretikum :Edema paru, payah jantung kongestif, edema anasarka
KONSERVATIF

- Indikasi : Kehamilan < 37 minggu tanpa disertai tanda dan gejala impending eclampsia
- Berikan : 1. Pemberian anti kejang
2. Antihipertensi
3. Induksi Maturasi Paru : deksametason 2 x 16 mg iv/24 jam selama 48 jam
4. Terminasi kehamilan : Bila pasien tidak inpartukehamilan dipertahankan, bila penderita
inpartu, persalinan dilakukan sesuai dengan indikasi

• Mengukur protein urin


• Mengukur tekanan darah tiap 4 jam kecuali waktu tidur
• Pemeriksaan Lab : DL, LFT, RFT, lactic acid dehydrogenase, Albumin
serum dan faktor koagulasi
• Menimbang berat badan tiap hari
AKTIF : TUJUAN TERMINASI

(i). Indikasi Ibu :


• Kegagalan terapi medikamentosa :
- Setelah 6 jam dimulainya terapi medikamaentosa terjadi kenaikan tekanan darah
persisten
- Setelah 34 jam dimulainya terapi medikamentosa terjadi kenaikan tekanan darah
yang progresif
• Didapatkan tanda dan gejala impending preeclampsia
• Didapatkan gangguan fungsi hepar dan ginjal
• Terjadi solusio plasenta
• Timbul onset persalinan atau ketuban pecah
(ii). Indikasi Janin
• Usia kehamilan ≥ 37 minggu
• PJT berdasarkan pemeriksaan USG serial
• NST patologis dan Skor Biofisikal Profil < 8
• Terjadi oligohidramnion

(iii). Indikasi Laboratorium


• Timbulnya HELLP syndrome

Berikan : - Pemberian antikejang

Lakukan : - Terminasi
TERMINASI

Pasien belum inpartu Indikasi operasi sesar :


• Dilakukan induksi persalinan bila skor - Indikasi obstetrik untuk
pelvik ≥ 8. Bila skor pelvik < 8 bisa operasi sesar
dilakukan ripening dengan - Induksi persalinan gagal
menggunakan misoprostol 25 μg - Terjadi maternal distress
intravaginal tiap 6 jam. Induksi - Terjadi fetal compromised
persalinan harus sudah mencapai kala - Usia kehamilan < 33 minggu
II sejak dimulainya induksi, bila tidak
maka dianggap induksi persalinan
gagal dan terminasi kehamilan
dilakukan dengan operasi sesar.
TERMINASI

Pasien sudah inpartu


• Perjalanan persalinan dilakukan dengan mengikuti partograf
• Kala II diperingan
• Bila terjadi maternal distress maupun fetal compromised,
persalinan dilakukan dengan operasi sesar
• Pada primigravida direkomendasikan terminasi dengan operasi
sesar
PROGNOSIS
Prognosisnya bergantung pada ada atau tidaknya eklamsia, pada
negara maju kematian akibat preeklamsia berkisar 0,5%.

KOMPLIKASI

Solusio plasenta, Hipofibrinogenemia, Hemolisis, Perdarahan otak,


Kelainan mata, Edema paru, Nekrosis hati, Sindrom HELLP (hemolisis,
elevated liver enzymes, dan low platelet), Prematuritas, Kelainan ginjal,
DIC.
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN ANAMNESIS

Dilakukan autoanamnesis
pada pasien tanggal 30
September 2019 jam 19:00 WIB.

Keluhan Utama : Mules-mules.

Keluhan Tambahan : -
RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG :

Pasien G1P0A0 jam 01:30 tangga 29 September 2019 datang ke IGD


Kebidanan RSUD Kab. Bekasi diantar oleh keluarganya dengan keluhan
mulas-mulas sejak jam 12:00 yang dirasa pasien semakin meningkat
intensitasnya seiring dengan waktu. Tidak ditemukan adanya lendir maupun
darah yang keluar pervaginam saat pasien datang. Mual dan muntah
disangkal oleh pasien. Pasien mengeluhkan pusing berputar yang disertai
pandangan kabur. Menurut suami pasien kaki pasien tampak membengkak.
Saat ini adalah kehamilan pertama bagi pasien dan saat ini usia
kandungannya 38 minggu. Pasien mengaku tidak rutin memeriksakan
kandungannya. Riwayat hipertensi disangkal oleh pasien.
RIWAYAT Hipertensi, diabetes mellitus, penyakit
01 PENYAKIT jantung/paru/imun, dan alergi disangkal oleh
DAHULU pasien.

RIWAYAT
02 PENYAKIT Ayah pasien memiliki penyakit hipertensi
KELUARGA

RIWAYAT Haid Pertama saat usia 14 tahun dengan


03 MENSTRUASI lama haid selama 5 hari dan siklus haid teratur
RIWAYAT Saat ini merupakan pernikahan pertama
04 PERNIKAHAN pasien, pasien pertama kali kawin diusia 20 tahun

05 RIWAYAT KB
Pasien belum pernah menggunakan KB.

Paritas : G1P0A0 HPL : 17 Oktober 2019


06 RIWAYAT OBSETRI
HPHT : 10/01/2019 Usia Kehamilan : 38 Minggu
RIWAYAT PERSALINAN Anc tidak teratur dilakukan.

No Jenis Umur Jenis Penolong Umur BB Lahir


Kelamin Kehamilan Kehamilan Anak
Hamil Saat Ini

STATUS GENERALIS

KU / KES : Baik, CM Suhu : 36,5°C Pernafasan : 20


Nadi : 110 Tekanan Darah : 180/100 mmHg

: vesikuler +/+, Rhonki -/-, Wheezing -/-


: BJ I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
: Pembesaran perut simetris, striae gravidarum (+)
: Edem tungkai (+)
STATUS OBSETRI

PEMERIKSAAN LUAR PEMERIKSAAN DALAM


PEMERIKSAAN LABORATORIUM
30 September 2019
29 September 2019
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hematologi
Hematologi
Darah Rutin
Darah Rutin Hemoglobin 11,6 12 – 16 g/dL
Hemoglobin 11,3 12 – 16 g/dL Hematokrit 34 38 – 47%
Eritrosit 3,81 4,2 – 5,4 106/µL
Hematokrit 34,9 38 – 47%
Eritrosit 4,9 4,2 – 5,4 106/µL Leukosit 13000 5 – 10 103/µL
Leukosit 12300 5 – 10 103/µL Trombosit 256000 150 – 450
103/µL
Trombosit 235000 150 – 450 103/µL
Proteinuri +2 Negatif
Proteinuri +3 Negatif

1 Oktober 2019

Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan


Proteinuri - Negatif
CTG : dengan hasil DJJ 136x/menit, Basal Rate 150 dpm, HIS 20-30 mmHg

PEMERIKSAAN
PENUNJANG

Ibu : G1P0A0 Partulient Aterm Kala I Fase Laten dengan Preeklamsia


Berat + Gagal Drip Induksi
DIAGNOSIS
Janin : tunggal hidup, presentasi kepala, DLL 136x/menit, reguler
KERJA

P1A0 Partus Maturus Dengan Sc A.I Preeklamsia Berat dan


Drip Induksi Gagal.
RENCANA TATALAKSANA PROGNOSIS
IVFD RL 16 tpm/menit Ibu : dubia ad bonam
MgSO4 20% 4 gr IV Janin : dubia ad bonam
MgSO4 40% 8 gr drip
Drip RL + Oxitoxin 20 tetes permenit
Nifedipine 10 mg PO Sublingual
Ceftriaxone 2 x 1 gr IV
Pro Sectio Caesar
CATATAN KEMAJUAN
29 September 2019
29 September 2019
30 September 2019
01 Oktober 2019
02 Oktober 2019
ANALISA KASUS
Penatalaksanaan
PEB
Pasien Ini DISKUSI
- Pasang O2 3-4 L Menurut buku William Obstetrics Edisi 24
- Pemasangan DC untuk memantau
menejemen pemberian MgSO4 dapat diberikan bila
diuresis pasien
syarat-syarat terpenuhi. Diberikan loading dose 4 gr
- IVFD RL + Drip MgSO4 40% 8 gr 20 tpm
- Bolus MgSO4 20% 4gr 20% IV selama 10 menit secara pelan-pelan.
- Nifedipine 10 mg Pada literatur William Obstetrics Edisi 24 dan
Obsetri Patologi : Ilmu Kesehatan Reproduksi edisi 3
tahun 2018 antihipertensi diberikan bila TD ≥ 160
dan diastol ≥ 110. Nifedipin diberikan secara peroral
dikarenakan pemberian secara sublingual
memberikan efek vasodilatasi yang sangat cepat
dikarenakan bekerja langsung pada otak.
INDIKASI TERMINASI
terdapat tanda impending eclamsia

perburukan ditemui saat terapi konservatif

tanda-tanda inpartu sudah ada

fetal distress/IUGR

HELLP Syndrome

oligohidramnion
. Belum dalam persalinan
CARA - Induksi sesuai protokol setelah 30 menit terapi
MELAKUKAN medisinal
Syarat induksi : BISHOP SCORE >5 Pada
TERMINASI Pasien : BISHOP SCORE < 5

- Sectio caesar bila terdapat kontraindikasi


dengan oksitosin, 1 jam dalam induksi tidak
masuk fase aktif, primigravida.
Pada pasien terdapat tanda inpartu namun sudah
AWESOME
diberikan drip oxitoxin mengalami kegagalan,
perburukan dan resiko perdarahan sehingga

SLIDE
persalinan dilakukan secara sectio caesar.
. Sudah dalam persalinan
CARA
- Kala I fase aktif dilakukan amniotomi, bila 6 jam
MELAKUKAN
setelahnya tidak terjadi pembukaan lengkap maka dilakukan
TERMINASI
sectio caesar.
- Kala II dilakukan ekstraksi vakum atau dengan forceps
Pada pasien ini setelah dilakukan terapi konservatif (seperti
MgSO4, antihipertensi, dll) tidak mengalami perbaikan dan pasien
merupakan primigravida maka dari itu diperlukan persalinan dengan
metode sectio caesar yang bertujuan untuk mencegah perdarahan.

AWESOME
SLIDE
CARA PENCEGAHAN PEB

- Perbaikan nutrisi dengan diet rendah garam dan tinggi protein, suplementasi kalsium, magnesium, seng dan
asam linoleat.
- Intervensi farmakologi dengan anti hipertensi, diuretik, teofilin, dipiridamol, asam asetil salisilat, heparin,
antioksisan, ketanserin, dll.
- Pemberian kalsium 1,5-2,0 gram/hari di dalam diet selama kehamilan, terutama di daerah kurang asupan
kalsium dan aspirin dosis rendah sebesar 75 mg/hari dimulai sejak sebelum usia kehamilan 20 minggu
- Pemberian MgSO4 IV maupun IM untuk mencegah kejang pada eklamsia
- Ibu penderita PEB dan eklamsia harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih tinggi sesudag mendapat
loading dose MgSO4.
KEMUNGKINAN PEB TERULANG
pasien ini memiliki kemungkinan terjadinya PEB di kehamilan.

1. Pasien pada kasus ini sesuai dengan kriteria diagnosis PEB.

2. PEB merupakan penyakit yang belum diketahui etiologinya, saat ini


etiologi dari PEB merupakan teori-teori para pakar.

3. Penanganan PEB pada kasus ini sudah tepat dan cepat sesuai dengan
tatalaksana PEB.
SARAN

- Memberi pemahaman pada Ibu pentingnya melakukan


ANC untuk kehamilan selanjutnya
- Memberikan anjuran pada Ibu bila menginginkan
kehamilan untuk melakukan perubahan pola hidup
menjadi lebih
- Menganjurkan pasien untuk menggunakan KB IUD karena
IUD adalah KB yang tidak menyebabkan hipertensi
sehingga resiko untuk hipertensi pada kehamilan
selanjutnya dapat di minimalisir.
DAFTAR PUSTAKA
1. Ankumah NA, Cantu J, Jauk V et al. Risk of adverse pregnancy outcome in women with
mild chronic hypertension before 20 weeks of gestation. Obstet Gynecol. 2014;123(5)966-972
2. Cunningham FG et al. William Obstetrics. 24th Edition. New York: Mac Graw Hill. 2014
3. Kenny LC, Black MA, Poston L. Early pregnancy prediction of pre-eclampsia in
nulliparous womwn, combining clinical risk and biomarkers: the screening for Pregnancy
Endpoints (SCOPE) international cohort study. Hypertension. 2014;64(3):644-652
4. Lawrence Leeman, Lee T Dresang, Patricia Fontaine. Hypertensive Disorders of Pregnancy.
American Family Physichian. 2016;93 (2): 121-127
5. Leeman L, Dresang L, Fontaine P. Chapter B: Medical complications of pregnancy. ALSO
provider Syllabus. February 2015:1-38
6. Martaadisoebrata, D et al. 2018. Obsetri Patologi : Ilmu Kesehatan Reproduksi edisi 3.
Jakarta: EGC. H.94-111.
7. POGI. Standar Pelayanan Medik Obstetri dan Ginekologi. Jakarta:POGI. 2018
TERIMAKASIH 

Anda mungkin juga menyukai