Anda di halaman 1dari 23

Proses Kehancuran Khilafah

Peluang Dunia yang Hilang


dan Upaya Rekonstruksi

Dr. Fahmi Amhar

Alumnus Vienna University of Technology,


Aktivis Hizbut Tahrir

2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar


1. Sebuah Pukulan Final
Tanggal
. 3 Maret 1924 Majelis Nasional Turki telah menyetujui
penghapusan Khilafah, sebuah struktur dan sistem agung yang
didirikan Rasulullah dan ditandai dengan perisitwa hijrah.

Kaum muslimin mulai terdesak di “pertarungan peradaban” sejak


abad 18 Masehi. Revolusi Industri di Eropa memberikan dampak
yang luar biasa terhadap keseimbangan kekuatan di dunia.
Negara Khilafah mulai merasakan tekanan dari dalam dan dari luar.
Di dalam, ketidakpuasan terhadap situasi berkembang (atau
dieksploitir oleh agen-agen Barat) menjadi isu-isu rasial dan
fanatisme mazhab yang berujung pada separatisme/disintegrasi.
Dari luar negeri terdapat tekanan untuk “mereformasi” Daulah
Utsmaniyah dengan sistem hukum yang “kompatibel” dengan
sistem hukum Eropa.
2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar
Keterlibatan
. Daulah Utsmaniyah dalam Perang Dunia I di pihak
Jerman, yang kekalahannya berakibat wilayah-wilayahnya di Balkan,
Afrika, Asia Tengah dan Timur Tengah diduduki Sekutu.
Tekanan “reformasi” itu makin menjadi.
Tokoh-tokoh sekuler tampil sebagai “pahlawan” untuk “melepas
Turki dari krisis” – krisis yang dikatakan terjadi karena sistem
Khilafah. Karena itulah, Khilafah lalu dihapuskan.

Tanggal 3 Maret 1924 adalah awal kegelapan umat manusia.


Sejak hari itu kaum muslimin tidak lagi memiliki sarana yang bisa
mewujudkan missi dihadirkannya mereka ke tengah manusia,
yaitu menjadi pemakmur di muka bumi (QS 35:39), menyuruh yang
makruf, mencegah yang munkar (QS 2:110), membebaskan kaum
tertindas (QS 4:75) dan menjadi rahmat seluruh alam (QS 21:107).
2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar
Negara Khilafah Universal bubar -
negara-negara nasional bertebar

2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar


2. Refleksi Ummat Tanpa Khilafah

• Derita kaum muslimin dewasa ini tak pernah terjadi selama 13


abad sebelumnya. Meskipun pernah ditimpa perang saudara,
diserbu tentara Salib, dan dibantai oleh bangsa Tartar,
namun mereka waktu itu tak sampai kehilangan kemuliaannya,
kesatuannya, dan spiritnya, sehingga dalam tempo singkat
mampu bangkit kembali, bahkan menaklukkan musuhnya itu.
• Namun kini, di pentas nasional maupun internasional, kaum
muslimin benar-benar tidak punya daya dan arti. Mereka
termarginalisasi, miskin, bodoh, sakit-sakitan, terbelakang, atau
ditindas kekuasaan yang meski muslim, namun korup dan zalim.
• Masihkah kaum muslimin itu khoiru ummat, di saat mereka
sama sekali tidak memiliki sesuatupun yang bisa diandalkan,
baik dari segi politik, ekonomi, budaya, teknologi, hankam
maupun ahlaq? Apakah dengan kondisi semacam ini dakwah
mereka masih didengar orang Barat di negara-negara Barat?

2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar


3. Proses Mundurnya Ummat Islam

• Penghapusan sistem Khilafah pada 3 Maret 1924 berjalan


amat mudah, meski di dunia ada ratusan juta muslim.
• Ini terjadi karena kaum muslimin sudah lama berada
dalam taraf pemikiran yang rendah, sehingga mereka
tidak peduli lagi pada masalah-masalah utama mereka
yaitu masalah-masalah antara hidup dan mati, misalnya
penerapan hukum riddah, kesatuan negara, dan
penerapan Islam dalam negara (Zallum, 2001).

• Bagaimana ini semua bisa terjadi, pada sebuah ummat


yang besar, pada sistem yang sempurna? .

2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar


3. Proses Mundurnya Ummat Islam

3.1 Kontaminasi Pemikiran


• Kontimasi ini terjadi sejak dini (abad 2H), saat derap
perluasan wilayah Islam serta membesarnya jumlah kaum
muslimin kurang terimbangi dengan kuantitas maupun
kualitas dakwah.
• Bangsa-bangsa yang semula hidup dalam mitos, filsafat
atau mistik Yunani, Mesir, Persia atau India, tak segera
membuang fikrah usang itu, namun mencoba
"mengawinkannya dengan Islam" atau "mengislamkan
mitos" dan "memitoskan Islam".
.
2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar
3. Proses Mundurnya Ummat Islam

3.2 Pengabaian Bahasa Arab


• Hingga berakhirnya masa Khilafah Abbasiyah, islamisasi selalu
bersamaan dengan "arabisasi". Bahasa Arab klasik sebagai
bahasa Qur'an, menjadi bahasa internasional, bahasa
silaturahmi ummat Islam, dan bahasa ilmu pengetahuan.
• Pada masa Khilafah Utsmaniyah, tradisi itu ditinggalkan, konon
agar Islam lebih mudah "diserap" tanpa barier bahasa Arab.
• Akibatnya di negeri-negeri yang belum berbahasa Arab, bahasa
Arab menjadi "hak istimewa" selapis kecil elit terpelajar saja,
sedang bagi ummat, khazanah ilmu dalam bahasa Arab,
menjadi tertutup. Kitab-kitab Arab menjadi “kitab rahasia” yang
sakral dan kalimat-kalimat Arab menjadi mantra-mantra sakti.

2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar


3. Proses Mundurnya Ummat Islam

3.3 Surutnya Ijtihad


• Akibatnya, ketika bahasa Arab terabaikan, ijtihad tidak bisa lagi
dikerjakan dengan cukup, padahal ummat Islam hanya bisa
terus menerus menghadapi zaman, bila mereka terus berijtihad.
• Sedangkan ijtihad hanya bisa dikerjakan dalam bahasa Arab
klasik, agar seorang mujtahid bisa benar-benar memahami
sumber-sumber syar'i.
• Ketika sebagian orang nekad berijtihad tanpa bekal ini,
timbullah "fatwa-fatwa menyimpang", sehingga beberapa
penguasa pada zaman itu merasa perlu "menutup pintu ijtihad".
• Surutnya ijtihad juga membuat sains dan teknologi mengalami
kemandegan, sehingga mereka kemudian dikejutkan oleh
revolusi industri.

2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar


3. Proses Mundurnya Ummat Islam

3.4 Kendurnya Jihad


• Awalnya ummat sadar bahwa hidup mereka untuk Islam serta
dakwahnya, agar tak ada lagi fitnah di muka bumi (QS 2:193).
• Karena dakwah dan jihad perlu persiapan matang, maka kaum
muslimin mempersiapkan tubuhnya, keluarganya, keadilan
negaranya, ekonominya, ipteknya dan ibadahnya.
Ini menjaga agar mereka selalu terbaik di muka bumi, agar
ummat lain yakin, bahwa Islam memang akan membawa
mereka maju, adil, makmur dan diridhoi Allah.
• Namun, bersamaan dengan kekaburan fikrah, orientasi mulai
bergeser. Sebagian ummat lebih "meresapi kehidupan religi"
yang disalahtafsirkan sebagai "Jihad Qubra", seperti dalam
ribuan sekte-sekte "sufi" yang uzlah. Sebagian lain lebih
cenderung "menikmati rejeki Allah" dengan hidup lux.
• Jihad mulai kendur. Dan dakwah mulai dikerjakan "sambil lalu".
2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar
3. Proses Mundurnya Ummat Islam

3.5 Redupnya Daulah Khilafah


• Ketika kualitas ummat semakin turun, semakin kendor pula
kontrol atas kekuasaan ("Pemimpinmu itu sebagaimana kamu").
• Daulah Khilafah mulai terbatas sekedar sebagai simbol yang
didoakan di khutbah Jum’at atau ditulis namanya di mata uang.
• Mulai tampil sultan-sultan, yang meskipun memerintah dengan
Islam, namun tak lagi menyemangatkan "Jama'atul Islamiyah“.
• Potensi ummat Islam tak lagi bersinergi.
"Take care" atas penderitaan ummat di wilayah lain tinggal
sebatas pada doa dan sedekah yang tidak seberapa.
• Khilafah tidak lagi kuat untuk menjalankan fungsi komando
maupun koordinasinya, di samping bahasa Arab sebagai bahasa
pemersatu sudah kurang dipelihara.

2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar


3. Proses Mundurnya Ummat Islam

3.6 Lepasnya Bumi Islam


• Ketika Khilafah melemah, dan fikrah kabur, maka relatif mudah
bagi Barat untuk dengan menggunakan politik belah bambu
(devide et impera).
• Antar sultan muslim direkayasa, dihasut dan diadu domba. Barat
membantu ke satu pihak, dengan imbalan wilayah.
Para penguasa muslim tak lagi sadar, bahwa haram hukumnya
minta perlindungan pada orang-orang kafir, dan perselisihan
antar kaum muslimin harus dicarikan penengah yakni khalifah.
• Namun apa daya bila Khilafah sendiri mulai lemah?

2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar


3. Proses Mundurnya Ummat Islam

3.7 Studi Islam Makin Terdisintegrasi


• Awalnya, setiap muslim mempelajari Islam secara menyeluruh.
• Fiqh dipelajari praktis, sesuai masalahnya, untuk dijalankan
oleh individu, keluarga, kelompok atau negara.
Masalah yang dibahasnya selalu relevan dengan realita.
• Ketika syari'ah bukan lagi pegangan hukum positif, dan para
ahlinya diturunkan menjadi sekedar penceramah atau
missionaris yang membosankan, maka studi Islam mulai
dianggap "melangit" dan tidak "membumi".
• Maka pemuda-pemuda yang cerdas dari ummat Islam akan
“lari” pada studi yang lebih praktis seperti teknik, kedokteran,
ekonomi atau ilmu hukum, meskipun tidak digali dari Islam.
• Studi Islam tinggal ditekuni mereka yang “second class”.
• Akibatnya, spiral kemunduran makin menjadi.

2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar


3. Proses Mundurnya Ummat Islam

3.8 Ajaran Islam Makin Terdistorsi


• Maka bukannya meluruskan masyarakat namun justru
"Islam disesuaikan dengan masyarakat".
• Karena tidak tahu lagi metode implementasinya, maka Islam
ditafsirkan ulang agar cocok dengan "semangat zaman".
• Timbullah prinsip "Hukum itu menurut tempat dan waktu", atau
"Tradisi itu boleh menjadi sumber hukum", atau "Hukum boleh
dihapus demi kemaslahatan", dsb. Bahkan tidak jarang, mimpi,
gaya hidup maupun pengalaman pribadi dijadikan hujjah.
• Syi'ar Islam bisa "ditinggikan" atau "disempurnakan" dengan
slogan-slogan nasionalisme, demokrasi, hak asasi manusia, dsb.
Mereka berpikir, dengan itu, Islam bisa ditampilkan dengan
wajah yang lebih "ramah" atau lebih "sejuk".
• Ummat sering sudah puas, bahwa kini mereka tidak lagi
diperhamba oleh penjajah kafir, namun oleh "penjajah muslim".
2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar
3. Proses Mundurnya Ummat Islam

3.9 Umat Islam Makin Termarginalisasi


• Serangan telak terakhir: menyudutkan islam dan
memarginalisasi ummatnya, untuk minimal membuat Islam dan
ummatnya tak lagi berbahaya bagi kepentingan mereka.
• Maka ummat Islam dewasa ini umumnya sudah kelimpungan,
ketika dikonfrontasikan dengan ajaran Islam sendiri (tentang
hukum hudud, waris, poligami, jihad …).
• Kesulitan terjadi, karena ummat memisahkan antara fikrah dan
thariqah, karena semua hukum yang dihujjat tadi, memang tak
bisa jalan sendiri-sendiri, melainkan hanya dalam satu sistem.
• Sementara itu para tokoh sibuk mencari justifikasi atas
perilakunya, sehingga banyak rakyat jelata yang bingung
akhirnya melepas kepercayaannya pada ulama.
• Yang tersisa ghirahnya mencoba belajar Islam langsung dari
sumbernya tanpa bekal. Akhirnya mereka terjerumus ke
berbagai sudut extrem dari yang literal sampai yang liberal.
2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar
4. Ummat Islam Kini

• Hanya sensitif bila sisa-sisa rasa agamanya diganggu.


• Menunggu (re-aktif), tidak berani memulai (pro-aktif).
• Di masyarakat di mana muslim mayoritas, hanya sensitif bila
ada serangan atas komunitas muslim, namun "cuek" bila
hukum-hukum kafir diberlakukan di atasnya.
• Marah pada yang berbeda madzhab (harakah),
namun tenang saja, ketika bermuamalah dengan riba,
atau mendidikkan anaknya dengan kurikulum sekuler.
• Ummat Islam jadi tersudut di pojok defensif.
Jarang yang inisiatif untuk menelanjangi berbagai ideologi kufur
yang didasarkan pada mitos, entah mitos demokrasi,
mitos pertumbuhan, maupun mitos HAM.
• Tidak ada lagi dakwah offensif sebagaimana yang dilakukan
Rasulullah dan para salafus shalih.

2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar


5. Kekufuran ingin menghabisi Islam

• Islam adalah lawan abadi kekufuran. Musuhnya adalah


kekuatan yang mendukung implementasi, mempertahankan
atau mempromosikan sistem kufur. Kalau kekufuran ibarat
kemiskinan, Islam tidak memerangi orang-orang miskin an sich,
namun orang-orang yang membuat kemiskinan terus terjadi,
yaitu para tiran, orang-orang yang terus berbuat kerusakan
(fasiq) dan orang-orang yang berlaku tidak adil (dhalim).
• Dan perangilah mereka itu, sehingga tidak ada fitnah lagi dan
(sehingga) agama itu hanya untuk Allah belaka. Jika mereka
berhenti (dari memusuhi kamu), maka tidak ada permusuhan
(lagi), kecuali terhadap orang-orang yang zalim. (Qs. 2:193)
• Mengapa kamu tidak mau berperang di jalan Allah untuk
(membela) orang-orang yang lemah baik laki-laki, wanita
maupun anak-anak yang berdo'a: "Ya Rabb kami, keluarkanlah
kami dari negeri ini yang zalim penduduknya dan berilah kami
pelindung dan penolong dari sisi Engkau". (Qs. 4:75)
2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar
6. Khilafah Peluang Dunia

• Kebobrokan sistem kapitalisme telah nyata, baik berupa


kerusakan lingkungan, pemiskinan di dunia ketiga maupun
disorientasi kehidupan pada masyarakat Barat sendiri.
• Orang jelata di Barat pun akhirnya merasakan sesuatu yang
tidak benar pada sistem yang diterapkan atas mereka.
• Tidak ada lagi di dunia ini yang bisa membendung laju
kapitalisme sampai akhirnya, di dunia Islam muncul gerakan-
gerakan Islam yang melawan kekufuran kapitalisme itu, baik
karena dorongan aqidah, maupun karena kesumpekan hidup
akibat praktek kapitalisme di negeri-negeri Islam.
• Karena itu, yang dicemaskan para kapitalis Barat, tak lain
adalah geliat gerakan-gerakan Islam. Meski puluhan tahun
sudah khilafah bubar dan kapitalisme diterapkan, selama ummat
ini ada, dan selama akses kepada Islam masih dibuka, selama
itu pula muncul pejuang yang bangkit melawan kekufuran.

2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar


Krisis Disorientasi Kehidupan di Barat
Aids
Sekte
Suicide
Narkoba
Disfamily
Dehumanisasi

2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar


7. Upaya Rekonstruksi Khilafah

• Sesuai sunnah Rasulullah, rekonstruksi ini sangat mirip dengan


upaya konstruksinya yang pertama, dimulai dengan dakwah,
tatsqif individu, yang kelak juga menjadi pengemban dakwah,
maupun perang pemikiran untuk mengislamkan opini umum.
• Islam akan bisa diimplementasi kembali bila opini Islam telah
mendominasi, dan ada kekuatan politik riel yang melindunginya,
baik terhadap gangguan dari dalam maupun dari luar.
• Tugas ini tidak ringan, tapi ini adalah soal hidup dan mati.
• Allah tidak merubah keadaan suatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan pada diri mereka sendiri. (Qs. 13:11)
• Kesadaran ini adalah bagian dari hal-hal yang harus kita rubah
sendiri, sebelum Allah menjalankan skenario-Nya.
• Dan merekapun merencanakan (skenario) makar dengan
sungguh-sungguh dan Kami merencanakan (skenario) makar
(pula), sedang mereka tak menyadari. (Qs. 27:50)
2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar
7. Upaya Rekonstruksi Khilafah

• Melihat konstelasi dunia saat ini, sulit membayangkan kaum


muslimin bisa bangkit, apalagi kemudian lalu mengungguli kaum
kafirin, namun di sejarah dunia semacam itu sering terjadi.
Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di
antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya
Allah membedakan orang-orang yang beriman dan supaya
sebagian kamu dijadikan-Nya syuhada .… (Qs. 3:140)
• Khilafah yang ingin kita rekonstruksi adalah negara dengan
sistem seperti di masa Rasulullah atau Khulafaur Rasyidin,
namun dengan teknologi dan sistem administrasi ala abad-21.
Negara ini bukanlah negara theokrasi, bukan pula negara
bangsa, mazhab atau jama’ah (sekte) tertentu, bahkan tak
cuma untuk kaum muslimin saja. Dia juga bukan negara para
malaikat yang tidak pernah berdosa, tapi adalah negara
manusia yang bisa saja berdosa dan menghadapi masalah –
sebagai ujian dari Rabb-nya, namun masalah-masalah itu akan
teratasi dengan pedoman yang benar, yaitu Islam.
2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar
7. Upaya Rekonstruksi Khilafah

• Khilafah semacam itu tentu harus dipersiapkan dengan matang.


Harus cukup orang yang siap membelanya begitu ia diserukan
dan menghadapi ancaman dari musuh-musuhnya, sebagaimana
Rasul diancam dengan perang Badar, Uhud, Ahzab dsb.
• Begitu khilafah diserukan oleh para pemegang kekuatan yang
setuju dengan ide ini, maka mulailah suatu era baru di wilayah
yang dikuasainya. Seluruh aturan akan diganti dengan aturan
Islam, terutama aturanpemerintahan, ekonomi, pendidikan,
sosial, peradilan, pertahanan dan hubungan luar negeri.
Seluruh perjanjian dengan negara lain akan ditinjau ulang.
• Rakyat yang teropini dengan Islam akan bersemangat
mendukungnya baik dengan hartanya maupun jiwanya.
• Muslimin yang berada di negara maju dan juga menerima ide
khilafah akan menyumbangkan keahlian yang mereka amalkan
selama ini di negara maju.

2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar


7. Upaya Rekonstruksi Khilafah

• Negara ini akan memulai eksistensinya dari suatu wilayah merdeka,


yang kemudian mengajak negeri-negeri muslim lainnya untuk
bergabung, sebagaimana RI dulu mengajak propinsi-propinsi ke
dalam Republik, atau Eropa membentuk Uni Eropa.
• Maka negara khilafah bukanlah utopia.
Dia adalah keniscayaan yang telah dinubuwatkan Rasulullah.
Rasul meramalkan bahwa Konstantinopel dan Roma akan dibuka
oleh kaum muslimin, dan sebaik-baik pasukan adalah mereka yang
memasuki kota itu, dan sebaik-baik panglima adalah pemimpinnya.
Kaum muslimin tidak sedikitpun meragukan nubuwat nabi ini,
mereka berjuang agar kemulian jatuh pada mereka, sekalipun
sejarah membuktikan bahwa Konstantinopel futuh tahun 1453.
Roma entah kapan. Atau itu memang untuk generasi kita?
• Akankah kita berberkontribusi dalam proses ini, sehingga kita
meraih kemuliaan, atau punya alibi di hadapan Allah, bahwa kita
telah berbuat sesuatu untuk ummat ini? ataukah kita justru
perintang proses ini, dari kebodohan kita? Nauzubillahi min dzalik.
2003-03-09 Dr. Fahmi Amhar

Anda mungkin juga menyukai