terhadap orang atau badan penyelenggara suatu hiburan yang dipungut bayaran. Adapun jenis hiburan yang dikenai pajak seperti pertunjukan atau keramaian, pegelaran musik dan tari, bioskop, pertunjukan kesenian, permaianan ketangkasan, spa, pertandingan olahraga, tempat wisata/tempat rekreasi dan lain sebagainya. Pajak hiburan ini dihitung dengan cara mengalikan tarif pajak dengan dasar pengenaan pajak (DPP). • Untuk mengoptimalkan penerimaan pajak hiburan, pemerintah daerah perlu menciptakan fasilitas-fasilitas hiburan yang memadai. • Manajemen Pajak Reklame Pajak reklame merupakan pajak yang cukup potensial. Pajak reklame sebagai pajak daerah juga memiliki beberapa keunggulan, antara lain lokasi objek pajak jelas dan mudah diidentifikasi, cukup mengambang, relatif mudah untuk diimplementasikan dan pertumbuhannya relatif stabil. Namun disamping memiliki keunggulan, pajak reklame juga mengandung beberapa kelemahan seperti tarif pajak dan dasar pengenaan pajaknya cukup komplek yaitu dihitung berdasarkan jenis, ukuran, lokasi dan lama tampilnya. • Manajemen pajak reklame yang perlu dilakukan pemerintah daerah untuk mengoptimalkan penerimaan pajak ini antara lain melakukan sinkronisasi antara rencana tata ruang dan wilayah dengan tata ruang reklame. Hal ini supaya keberadaan papan reklame tidak mengganggu pemandangan dan keindahan kota. • Manajemen Pajak Penerangan Jalan (Pajak Listrik) Secara umum, pajak ini bersifat mengambang, relatif adil karena basis pajaknya dihitung berdasarkan kapasitas listrik terpasang dan jumlah KWH dikonsumsi. Pengumpulan pajaknya juga relatif mudah karena ditarik melalui Perusahaan Listrik Negara (PLN) bersamaan dengan tagihan listrik. Dalam rangka optimalisasi penerimaan pajak listrik, yang paling penting dilakukan pemerintah daerah adalah meningkatkan kerjasama antara pemerintah daerah dengan pihak PLN dan pihak lain seperti bank dan KUD sebagai tempat pembayaran listrik. • Manajemen Pajak Parkir Pajak parkir merupakan pajak yang dikenakan atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan baik yang berkaitan dengan pokok usaha maupun usaha sampingan, seperti supermarket atau mall yang menyelenggarakan parkir sendiri, usaha penitipan kendaraan dan sebagainya. • Pemungutan pajak parkir dapat dilakukan dengan metode self assessment system maupun official assessment system. Jika menggunakan self assessment system maka wajib pajak menghitung dan menyetorkan pajaknya sendiri. Dalam hal ini wajib pajak melaporkan jumlah pajak terutangnya dalam Surat Pemberitahuan Pajak Daerah. Jika digunakan official assessment system maka pemerintah daerah akan mengeluarkan Surat Ketetapan Pajak Daerah kepada wajib pajak yang menunjukkan jumlah pajak terutangnya. • Manajemen Retribusi Daerah Retribusi daerah pada umumnya merupakan sumber pendapatan penyumbang pendapatan asli daerah kedua setelah pajak daerah. Bahkan untuk beberapa daerah penerimaan retribusi daerah ini lebih tinggi daripada pajak daerah. Retribusi daerah memiliki karakteristik yang berbeda dengan pajak daerah. • Pajak daerah merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah daerah kepada wajib pajak daerah tanpa ada kontraprestasi langsung yang bisa diterima wajib pajak atas pembayaran pajak tersebut. Sementara itu, retribusi daerah merupakan pungutan yang dilakukan pemerintah daerah kepada wajib retribusi atas pemanfaatan suatu jasa tertentu yang disediakan pemerintah. Jadi dalam hal ini terdapat imbalan langsung yang dapat dinikmati pembayar retribusi. • Manajemen Perusahaan Daerah Dalam kebanyakan kasus, kontribusi bagian laba perusahaan daerah belum memberikan andil yang cukup signifikan bagi peningkatan pendapatan asli daerah. Bahkan beberapa perusahaan daerah justru membebani APBD karena harus terus disubsidi sementara laba yang dihasilkan relatif masih kecil sehingga belum bisa memberikan dividen yang berarti bagi daerah. • Terdapat beberapa masalah terkait dengan kinerja perusahaan daerah, antara lain : 1. Lemahnya profesionalisme 2. Permasalahan kultur pemerintahan dan kultur organisasi yang tidak mendukung 3. Ketidakharmonisan hubungan pemerintah sebagai principal dengan manajemen perusahaan sebagai agen 4. Kedudukan hukum perusahaan daerah yang kurang jelas 5. Intervensi politik yang terlalu besar 6. Sistem rekrutmen pegawai yang kurang transparan, kompetitif dan fair 7. Pemilihan direksi yang tidak melalui prosedur uji kepatutan dan kelayakan tetapi berdasarkan kedekatan dengan kepala daerah 8. Kurang jelasnya kompetensi inti bisnis perusahaan sehingga tidak fokus pada pasar 9. Inefisiensi dalam pengeluaran terutama pada pengeluaran biaya kebijakan • Untuk meningkatkan kontribusi perusahaan daerah terhadap penerimaan pendapatan asli daerah perlu dilakukan upaya peningkatan profesionalisme, efisiensi, profitabilitas dan bahkan privatisasi perusahaan daerah. • Memang keberadaan pemerintahan bukanlah berdagang untuk mencari laba setinggi- tingginya, namun memberikan pelayanan publik secara adil, merata, efisien dan berkualitas. • Perusahaan daerah merupakan salah satu sumber pendapatan asli daerah yang diharapkan mampu memberikan kontribusi yang signifikan sehingga kemandirian pemerintah daerah meningkat dan pada akhirnya mampu memberikan pelayanan publik yang berkualitas • Manajemen Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Adapun Pendapatan daerah yang berasal dari lain-lain pendapatan asli daerah yang sah antara lain : 1. Hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan 2. Jasa giro 3. Pendapatan bunga 4. Tuntutan ganti rugi 5. Komisi 6. Potongan 7. Keuntungan selisih kurs 8. Pendapatan denda atas keterlambatan pelaksanaan pekerjaan 9. Pendapatan denda pajak dan retribusi 10. Pendapatan hasil eksekusi atas jaminan 11. Pendapatan atas fasilitas sosial dan fasilitas umum 12. Pendapatan dari penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan • Pendapatan yang berasal dari penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, dan pendapatan bunga pada umumnya memberikan kontribusi yang cukup signifikan. Pemerintah daerah dapat meningkatkan pendapatan bunga dan jasa giro melalui optimalisasi manajemen kas daerah . • Manajemen Dana Perimbangan Dana perimbangan ini diklasifikasikan menjadi tiga bagian utama, yaitu: dana bagi hasil, dana alokasi umum, dana alokasi khusus. Dana bagi hasil merupakan jenis dana perimbangan yang dapat dikendalikan oleh pemerintah daerah dalam arti dapat mempengaruhi jumlah penerimaannya, sedangkan untuk dana alokasi umum dihitung dengan formula tertentu yang relatif kecil dapat dipengaruhi besarannya oleh pemerintah daerah. Sementara itu, untuk dana alokasi khusus pemerintah daerah hingga tingkat tertentu masih mungkin dapat mempengaruhi jumlah penerimaannya meskipun kebijakan sepenuhnya tergantung pusat. • Prinsip dana perimbangan 1. Perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintahan daerah mencakup pembagian keuangan antara pemerintah dan pemerintahan daerah secara proporsional, demokratis, adil dan transparan dengan memperhatikan potensi, kondisi dan kebutuhan daerah 2. Perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintahan daerah merupakan subsistem keuangan negara sebagai konsekuensi pembagian tugas antara pemerintah dan pemerintah daerah 3. Pemberian sumber keuangan negara kepada pemerintahan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi didasarkan atas penyerahan tugas oleh pemerintah kepada pemerintah daerah dengan memperhatikan stabilitas dan keseimbangan fisikal. 4. Perimbangan keuangan antara pemerintah dan pemerintahan daerah merupakan suatu sistem yang menyeluruh dalam rangka pendanaan penyelenggaraan asas desentralisasi, dekonsentrasi dan tugas pembantuan. • Kesimpulan 1. Siklus manajemen pendapatan daerah terdiri dari : a) Identifikasi sumber-sumber pendapatan daerah b) Administrasi pendapatan daerah c) Koleksi/pemungutan pendapatan daerah d) Pencatatan akuntansi pendapatan daerah e) Alokasi pendapatan daerah 2. Prinsip dasar dalam membangun sistem manajemen penerimaan daerah yang baik: a) Perluasan basis penerimaan b) Pengendalian atas kebocoran pendapatan c) Peningkatan efisiensi administrasi pendapatan d) Pendapatan transparasi dan akuntabilitas manajemen pendapatan daerah 3. Untuk memperluas basis penerimaan, pemerintah daerah perlu melakukan identifikasi pembayar pajak/retribusi dan menjaring wajib pajak/retribusi baru, mengevaluasi tarif pajak/retribusi, meningkatkan basis data objek pajak/retribusi dan meningkatkan disiplin dan moralitas pegawai yang terlibat dalam pemungutan pendapatan. 4. Untuk mengurangi kebocoran pendapatan, pemerintah daerah perlu melakukan audit pendapatan, memperbaiki sistem akuntansi penerimaan daerah, membangun sistem penghargaan dan hukuman yang memadai, dan meningkatkan disiplin dan moralitas pegawai yang terlibat dalam pemungutan pendapatan. 5. Untuk optimalisasi penerimaan daerah, selain melakukan optimalisasi pendapatan asli daerah, pemerintah daerah perlu mengoptimalkan penerimaan dari dana perimbangan, khususnya dana bagi hasil.