Anda di halaman 1dari 129

Penyakit Telinga Tengah

Otitis Media Akut


Definisi
• Otitis media akut (OMA) adalah peradangan
telinga tengah dengan gejala dan tanda-tanda
yang bersifat cepat dan singkat. Gejala dan
tanda klinik lokal atau sistemik dapat terjadi
secara lengkap atau sebagian, baik berupa
otalgia, demam, gelisah, mual, muntah, diare,
serta otore, apabila telah terjadi perforasi
membran timpani. Pada pemeriksaan
otoskopik juga dijumpai efusi telinga tengah
(Buchman, 2003).
Kuadran membran timpani untuk
menentukan letak perforasi membran
Faktor Resiko
• Umur  bayi dan anak-anak >>, karena adanya kemungkinan pembentukan tuba
Eustachius yang immatur dan mekanisme pertahanan belum sempurna
• Jenis kelamin  laki-laki > perempuan
• Ras  ras Native American, Inuit, dan Indigenous Australian lebih banyak
• Faktor genetik
• Status sosioekonomi serta lingkungan
• Asupan air susu ibu (ASI)  pertahanan tubuh pada anak yang mengonsumsi ASI
• Lingkungan merokok
• Kontak dengan anak lain
• Abnormalitas kraniofasialis kongenital
• Status imunologi
• Infeksi bakteri atau virus di saluran pernapasan atas
• Disfungsi tuba Eustachius
• dan lain-lain.
Patologi
• Kuman penyebab utama pada OMA ialah bakteri
piogenik, seperti Streptokokus hemolitikus,
Staphylococcus aureus, Pneumokokus. Selain itu
kadang-kadang ditemukan juga Haemophilus
influenza, Escherichia colli, Streptokokus
anhemolitikus, Proteus vulgaris, dan
Pseudomonas aerugenosa.
• Haemofilus influenza sering ditemukan pada anak
yang berusia di bawah 5 tahun.
Stadium OMA

Stadium
Stadium Oklusi Hiperemis
Stadium Supurasi
Tuba Eustachius (Stadium Pre-
Supurasi)

Stadium Perforasi Stadium Resolusi


1. Stadium Oklusi Tuba Eustachius
• Tanda :
– adanya gambaran retraksi membran timpani akibat
terjadi tekanan negatif di dalam telinga tengah,
akibat absorpsi udara.
– Membran timpani tampak normal atau berwarna
keruh pucat
– Efusi terjadi, namun tidak dapat dideteksi
– Stadium ini sukar dibedakan dengan otitis media
serosa yang disebabkan oleh virus atau alergi
2. Stadium Hiperemis (Pre-Supuratif)
• Tanda :
– Pembuluh darah melebar di membran timpani atau
seluruh membran timpani tampak hiperemis serta
edema
– Sekret yang telah terbentuk mungkin bersifat
eksudat yang serosa sehingga sukar terlihat
Membran tyhmpani edema dan
hiperemis
3. Stadium Supurasi
• Tanda :
– Edema hebat pada mukosa teliga tengah
– Hancurnya sel epitel superfisial
– Terbentuknya eksudat yang purulen di kavum timpani
– Menyebabkan membran timpani menonjol (bulging) ke
arah liang telinga luar
• Gejala :
• Tampak sangat sakit
• Nadi dan suhu meningkat
• Rasa nyeri di telinga bertambah berat
• Apabila tekanan nanah di kavum timpani tidak
berkurang  iskmeia  timbul tromboflebitis
 nekrosis mukosa dan submukosa (terlihat
daerah yang lembek dan berwarna
kekuningan)  ruptur
• Terapi : lakukan miringotomi sebelum terjadi
ruptur, karena ketika ruptur lubang tempat
ruptur tidak mudah menutup kembali.
4. Stadium Perforasi
• Fase terjadinya ruptur
• Anak yang tadinya gelisah menjadi tenang,
suhu badan turun, dan dapat tertidur nyenyak
5. Stadium Resolusi
• Bila membran tympani tetap utuh, maka perlahan dapat
normal kembali
• Bila sudah terjadi perforasi, maka sekret akan
berkurang dan akhirnya kering
• Bila daya tahan tubuh baik atau virulensi kuman rendah
 resolusi dapat terjadi walaupun tanpa pengobatan
• OMA berubah menjadi OMSK bila perforasi menetap
dengan sekret yang keluar terus menerus atau hilang
timbul
• OMA menimbulkan gejala sisa (sequele) berupa otitis
media serosa  bila sekret menetap di kavum timpani
tanpa terjadinya perforasi
Gejala Klinis OMA
• Bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien
• Pada anak yang sudah dapat berbicara  keluhan utama
adalah rasa nyeri di dalam telinga, suhu tubuh yang tinggi,
riwayat batuk pilek sebelumnya.
• Pada anak yang lebih besar / orang dewasa  terdapat rasa
nyeri serta terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa
penuh di telinga atau rasa kurang dengar.
• Bayi dan anak kecil memiliki gejala khas  suhu tubuh
tinggi hingga 39,5 oC, anak gelisah dan sukar tidur, tiba-
tiba menjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan adang-
kadang anak memegang telinga yang sakit.
• Bila terjadi perforasi  sekret mengalir ke liang telinga,
suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang
Terapi
• Stadium Oklusi  u/ membuka kembali tuba
Eustachius, sehingga tekanan negatif di telinga tengah
hilang
– Berikan HCL efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologik (anak
< 12 tahun)
– HCL efedrin 1 % u/ anak > 12 tahun dan orang dewasa
– Obati sumber infeksi
• Stadium Presupurasi
– Penisilin i.m. selama 7 hari, bila alerg penisillin berikan
erithromisisn.
– Pada anak ampisilin diberikan dengan dosis 50-100
mg/kgBB per hari dibagi dalam 3 dosis, atau erithromisin
40 mg/kgBB/hari.
• Stadium Supurasi
– Berikan antibiotika
– Miringotomi  bila membran timpani
• Stadium Perforasi
– Obat cuci telinga H2O2 3 % selama 3-5 hari serta antibiotika
yang kuat
– Biasanya sekret akan hilang dan perforasi dapat menutup
kembali dalam waktu 7-10 hari.
• Stadium Resolusi
– Sekret tidak ada lagi dan perforasi membran timpani menutup
– Jika resolusi (-)  edema mukosa telinga tengah  antibiotika
dapat dilanjutkan sampai 3 minggu  bial setelah 3 minggu
sekret tetap banyak  mastoiditis  jika masih banyak disebut
otitis media supuratif subakut  jika tetap keluar lebih dari 1,5
bulan  otitis media supuratif kronis (OMSK)
Komplikasi
• Sebelum ada antibiotika, OMA dapat
menimbulkan komplikasi, yaitu abses sub-
peritoneal sampai komplikasi yang berat
(meningitis dan abses otak).
• Sekarang setelah ada antiobioyika, semua jenis
komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai
komplikasi dari OMSK.
OTITIS MEDIA SEROSA AKUT
Definisi
• Terbentuknya sekret di telinga tengah secara
tiba-tiba yang disebabkan oleh gangguan
fungsi tuba
ETIOLOGI
• 1. Sumbatan tuba
– tersumbatnya tuba secara tiba-tiba terbentuk cairan
di telinga tengah
• 2. Virus
– infeksi virus pada saluuran pernapasan atas
terbentuk cairan di telinga tengah
• 3. Alergi
– Alergi pada jalan nafas atas  terbentuk cairan di
telinga tengah
• 4. Idiopatik
Patofisiologi
• Adanya transudat atau plasma yang mengalir
dari pembuluh darah ke telinga tengah akibat
perbedaan hidrostatik
Gejala
• Pendengaran berkurang
• Rasa tersumbat pada telinga
• Suara sendiri terdengar lebih nyaring/ berbeda
pada telinga yang sakit ( diplacusis binauralis)
• Terasa seperti ada cairan yang bergerak dalam
telinga saat posisi berubah
• Awal tuba terganggu  agak nyeri  tekanan
negatif di telinga tengah
• Setelah sekret terbentuk  tekanan negatif hilang
• Tinistus dan vertigo
Pemeriksaan
• Otoskopi  membran timpani retraksi, tampak
gelembung udara dalam kavum timpani
• Garputala  untuk tuli konduktif
Terapi
• Obat vasokonstriktor lokal (tetes hidung)
• Antihistamin
• Bila 1-2 minggu belum membaik 
miringotomi
• Jika belum senbuh  miringotomi+
pemasangan pipa ventilasi (grommet)
OTITIS MEDIA KRONIS
DEFINISI
• Infeksi kronis di telinga tengah
• Perforasi membran timpani
• Sekret yang keluar dari telinga terus menerus
atau hilang timbul
• Sekret bisa encer, kental, bening atau berupa
nanah.
PATOFISIOLOGI
> 2 bulan  Otitis Media Supuratif Kronis
Dipengaruhi oleh faktor:
1. Terapi yang terlambat diberikan
2. Terapi yang tidak adekuat
3. Virulensi kuman tinggi
4. Daya tahan tubuh pasien berkurang
5. Gizi buruk
6. Higiene buruk
OMA + Perforasi

< 2 bulan  Otitis Media Supuratif Subakut


EPIDEMIOLOGI
Prevalensi OMSK pada beberapa daerah
dipengaruhi:
• kondisi sosial
• Ekonomi
• Suku
• Tempat tinggal yang padat
• Hygiene dan nutrisi yang buruk.
ETIOLOGI
• Infeksi campuran bakteri dari meatus auditoris
eksternal:
Staphylococcus, Pseudomonas aeruginosa, B.
proteus, B. coli dan Aspergillus

• Infeksi sal. nafas atas (nasofaring) melalui tuba


eustachius:
Streptococcus viridans (streptococcus A
hemolitikus, streptococcus B) hemolitikus dan
Pneumococcus
LETAK PERFORASI
• Letak sentral
• Perforasi terletak di membran timpani

33
• Letak marginal
• Perforasi terletak di membran timpani dan
anulus atau sulkus timpanikum

34
• Letak atik
• Perforasi terletak dipars flaksida

35
Jenis OMSK:
1. OMSK tipe aman (tipe mukosa=tipe benigna)
2. OMSK tipe bahaya (tipe tulang=tipe maligna)

Berdasarkan aktivitas sekret:


1. OMSK Aktif  sekret dari cavum timpani (+)
2. OMSK Tenang  kavum timpani basah atau
kering
OMSK Tipe Aman
• Peradangan terbatas pada mukosa
• Tidak mengenai tulang
• Perforasi terletak di sentral
• Jarang menimbulkan komplikasi berbahaya
• Tidak terdapat kolesteatoma (kista epitelial
yang berisi deskuamasi epitel)
OMSK Tipe Bahaya
• Perforasi pada marginal atau atik  tanda dini
• Abses atau fistel retroaurikuler, polip atau
jaringan granulasi di liang telinga  tanda
sudah lanjut
• Kolesteatoma (+) pada telinga tengah
• Sekret: nanah, bau khas (kolesteatoma)
• Rongen mastoid  bayangan kolesteatoma
DIAGNOSIS
1. Berdasarkan gejala klinik
2. Pemeriksaan otoskopi
3. Pemeriksaan penala  mengetahui adanya
gangguan pendengaran
4. Pemeriksaan audiometri
5. Rontgen mastoid penunjang

6. Kultur uji resistensi


Terapi OMSK
1. Tipe Aman:
– Konservatif atau dengan medikamentosa
 Sekret keluar terus menerus: obat pencuci telinga
berupa lar H2O2 slama 3-5 hari
 Sekret berkurang: dilanjutkan obat tetes telinga
(kortikosteroid dan antibiotik)
 Oral: antibiotik gol ampisilin atau eritromisin (alergi
penisilin)
 Resisten ampisilin: ampisilin asam klavulanat
 Sekret telah kering tapi perforasi masih ada:
miringoplasti atau timpanoplasti
 Infeksi berulang atau sekret tetap ada: sumber infeksi
diobati terlebih dahulu kalau perlu dilakukan
pembedahan: adenoidektomi, tonsilektomi
2. Tipe Bahaya
 Pembedahan: mastoidektomi dengan atau tanpa
timpanoplasti
 Terdapat abses subperiosteal retroaurikuler: insisi
abses sebaiknya dilakukan tersendiri sebelum
mastoidektomi
PENYULIT

• Abses retroaurikel
• Paresis/ paralisis syaraf fasialis
• Labirinitis
• Meningitis
• Abses ekstradural / abses otak
TEKNIK OPERASI
• Mastoidektomi Sederhana
Indikasi : Tipe aman gagal pengobatan konservatif
Tujuan : Membersihkan ruang mastoid dari jaringan patologis  agar
infeksi tenang & tidak berair

• Mastoidektomi Radikal
Indikasi : OMSK bahaya dgn infeksi atau kolesteatoma yang meluas
Tujuan : Membersihkan ruang mastoid dari jaringan patologis & cegah
komplikasi intrakranial

• Mastoidektomi Radikal dengan Modifikasi (Operasi Bondy)


Indikasi : OMSK dgn kolesteatoma daerah atik blm merusak cavum
timpani
Tujuan : Membersihkan ruang mastoid dari jaringan patologis dan
mempertahankan pendengaran
TEKNIK OPERASI
• Miringoplasti
Indikasi : OMSK tipe aman yg sudah tenang dgn ketulian ringan yg
hanya disebabkan oleh perforasi membran timpani
Tujuan : Mencegah infeksi berulang telinga tengah

• Timpanoplasti
Indikasi : OMSK tipe aman dgn kerusakan > berat atau OMSK tipe
aman yg tidak bisa diobati dgn medikamentosa
Tujuan : menyembuhkan penyakit & memperbaiki pendengaran

• Timpanoplasti dengan Pendekatan Ganda (Combined Approach


Tympanoplasty)
Indikasi : OMSK tipe bahaya atau tipe aman dgn jaringan granulasi yg
luas
Tujuan : Menyembuhkan penyakit da memperbaiki pendengaran tanpa
meruntuhkan dinding posterior liang telinga
KOMPLIKASI
OMSK Aman:
• Tidak menyerang tulang  jarang menimbulkan komplikasi
• Tromboplebitis vaskuler

OMSK Bahaya:
Komplikasi dimana terbentuknya kolesteatom berupa:
• Erosi canalis semisirkularis
• Erosi canalis tulang
• Erosi tegmen timpani dan abses ekstradural
• Erosi pada permukaan lateral mastoid dengan timbulnya
abses subperiosteal
• Erosi pada sinus sigmoid
PROGNOSIS
• OMSK Aman:
 Pengobatan lokal  otorea dapat mongering
Sisa perforasi sentral yang berkepanjangan 
memudahkan infeksi dari nasofaring atau bakteri
dari meatus eksterna khususnya terbawa oleh air
 penutupan membrane timpani disarankan

• OMSK Bahaya:
 Tidak diobati  meningitis, abes otak, prasis
fasialis atau labirintis supuratif fatal
Otitis Media Supuratif
Komplikasi Intrakranial
Secara umum, komplikasi otitis media dapat
dibagi menjadi 2 macam, yaitu:

Komplikasi intratemporal: parese nervus


fasialis, labirintitis, abses subperiosteal, dll.

Komplikasi intrakranial: abses subdural, abses


ekstradural, tromboflebitis sinus lateral,
meningitis, abses otak, dan hidrocephalus
otitis.
Etiologi

Penyebab tersering pada komplikasi intrakranial


dari otitis media antara lain:

• Proteus mirabilis

• Pseudomonas Aeruginosa

• Streptococcus faecalis

• Polimikroba (khas pada abses intrakranial)


Patogenesis

Mukosa kavum timpani


(berfungsi untuk Penjalaran infeksi ke
melokalisasi infeksi) mampu struktur lunak sekitar
terlewati

Abses subperiosteal (bila ke


arah kranial, akan
menyebabkan abses
Periosteum mampu dilewati
ekstradural, trombophlebitis
sinus lateralis, meningitis,
dan abses otak)
Komplikasi otitis media pada intra kranial harus
melalui 3 jalur, yaitu:

1. Dari rongga telinga tengah ke selaput otak;

2. Menembus selaput otak;

3. Masuk kejaringan otak.


Meningitis
Meningitis dapat terjadi melalui penyebaran langsung
atau melalui trombophlebitis (jarang).

Jenis bakteri yang paling sering menjadi


penyebabnya adalah streptococcus, pneumococcus,
stafilococcus, H. Influenza, koliform, atau piokokus.

Bakteri-bakteri tersebut akan menginvasi ruang sub


arachnoid, dan pia-arachnoid akan bereaksi dengan
mengadakan eksudasi cairan serosa yang menyebabkan
peningkatan ringan tekanan cairan spinal.
Meningitis akibat otitis media memiliki tiga
stadium berdasarkan gejalanya, yaitu:

• Stadium serosa: nyeri kepala ringan, demam


ringan , gelisah, dan tanda positif ringan suatu
rangsangan meningeal (kaku kuduk, tanda kernig,
dan tanda brudzinski).
• Stadium seluler: efusi leukosit ke dalam cairan spinal,
peninggian kadar protein, penurunan kadar klorida dan
glukosa, nyeri kepala bertambah, muntah-muntah, dan
hiperiritabilitas serebral (periode delirium, bingung,
dan mengantuk; kemudian timbul fotofobia, dan
menarik diri dari stimulasi sentuhan).

• Stadium bakterial: terdapat pus di cairan spinal,


ditemukan kuman di dalam cairan atau kultur,
penurunan kadar glukosa cairan spinal untuk
metabolisme oleh bakteri. Hiperiritabilitas akan
berlanjut menjadi somnolen dan koma. Opistotonus
sering kali terjadi pada stadium lanjut ini, terutama
pada anak.
Pengobatan meningitis otogenik:

1. mengobati meningitisnya dahulu


menggunakan antibiotik yang sesuai;

2. infeksi pada telinga ditanggulangi


dengan operasi mastoidektomi.
Abses subdural
Abses subdural merupakan stadium supurasi dari pekimeningitis
interna.

Merupakan keadaan gawat darurat bedah saraf dan harus


mendapatkan pembedahan segera untuk mencegah kematian.

Efusi purulen terkumpul dengan cepat di ruang subdural pada


seluruh belahan otak ipsilateral meluas ke arah atau ke dalam falks
serebri.

Reaksi tubuh dapat menyebabkan timbulnya sekat-sekat atau


obliterasi akibat perlengketan dura ke pia-arakhnoid.
• Gejala klinis pada abses subdural: demam,
nyeri kepala, dan penurunan kesadaran
sampai koma pada pasien OMSK.

• Gejala kelainan SSP dapat berupa kejang,


hemiplegia, dan pada pemeriksaan terdapat
tanda kernig’s sign positif.
Penatalaksanaan abses subdural:
Membuat lubang dengan bor di atas dan di
bawah tempat yang terkena dan pus yang
terkumpul dihisap.
Kemudian dilakukan irigasi dengan cairan
fisiologik serta dengan larutan antibiotik dan
dipasang salir karet agar dapat dilakukan
reirigasi berkali-kali.
Abses Ekstradural
Abses ekstradural ialah terkumpulnya nanah
diantara durameter dan tulang yang menutupi
rongga mastoid atau telinga tengah.

Pada otitis media supuratif kronis keadaan ini


berhubungan dengan jaringan granulasi dan
kolesteatom.
• Gejala pada abses ekstradural/epidural: nyeri
telinga dan kepala yang berat.

• Foto rontgen mastoid yang baik terutama


posisi schuller, dapat dilihat kerusakan di
lempeng tegmen (tegmen plate) yang
menandakan tertembusnya tegmen.

• Terapi abses epidural adalah operasi.


Trombophlebitis Sinus Lateral
Terjadi akibat adanya invasi infeksi ke sinus sigmoid
ketika melewati tulang sigmoid.
Jalur utama yaitu melalui erosi tulang akibat mastoiditis
dan kolesteatoma dengan pembentukan jaringan granulasi
perisinus atau abses.
Kondisi ini menginduksi peradangan pada dinding luar
sinus dural.
Infeksi mencapai dinding dalam sinus, terbentuk trombus
mural yang membesar secara progresif.
Sejalan dengan progresifitas infeksi, trombus mengalami
perlusan retrograd kedaerah vena jugular, melintasi sinus
petrosus hingga ke daerah sinus cavernosus.
Gejala utama pada trombophlebitis sinus lateral
adalah demam yang tidak dapat diterangkan
penyebabnya. Pada mulanya suhu tubuh turun
naik, tetapi setelah penyakit menjadi berat
didapatkan kurve suhu yang naik turun dengan
sangat curam disertai dengan menggigil. Kurve
suhu demikian menandakan adanya sepsis. Rasa
nyeri biasanya tidak jelas, kecuali bila sudah
terdapat abses perisinus.
Pengobatan:
Bedah -- membuang sumber infeksi di sel-sel
mastoid, membuang tulang yang berbatasan
dengan sinus (sinus plate) yang nekrotik, atau
membuang dinding sinus yang terinfeksi atau
nekrotik.

Jika sudah terbentuk trombus harus juga


dilakukan drainase sinus dan mengeluarkan
trombus.
Abses Otak
Abses otak dapat timbul di serebellum di fossa
kranii posterior, atau pada lobus temporal di fossa
kranii media.
Abses otak biasanya terbentuk sebagai perluasan
langsung infeksi telinga atau tromboflebitis.
Abses dapat mengalami ruptur ke daerah ventrikel
dan rongga subarachnoid, akibatnya terjadi
meningitis dan berakhir dengan kematian.
Pada umumnya organisme penyebab abses sangat
beragam, diantaranya yaitu dari spesies
streptokokus dan stapilokokus, bakteri gram negatif
seperti pseudomonas, proteus, Escherichia coli,
serta bakteri -bakteri anaerob.
• Gejala umum abses serebri: gejala proses desak ruang
ditambah gejala infeksi.

• Terjadi peningkatan tekanan intrakranial disertai gejala


mual, sakit kepala dan muntah, somnolen dan rasa bingung
kadang-kadang disertai dengan delusi dan halusinasi.

• Pada kasus yang progresivitas penyakitnya berlangsung


cepat, dapat terjadi herniasi tentoria, atau herniasi tonsil
serebelum yang ditandai dengan fiksasi dan dilatasi pupil,
dan akhirnya paralisis pernafasan.

• Tanda yang khas: nistagmus, inkoordinasi, dan hilangnya


tonus otot. Nistagmus serebelar adalah nistagmus yang
spontan, lambat dan kasar. Disdiodokokinesis juga
ditemukan pada sisi yang terkena.
Pengobatan abses otak:

Operasi -- dengan melakukan drainase dari lesi.

Mastoidektomi juga dilakukan untuk membuang


sumber infeksi.

Pengobatan dengan antibiotika harus intensif.


Hidrocephalus Otitis

Merupakan komplikasi otitis media akibat


peningkatan tekanan intrakranial dengan temuan
cairan serebrospinal yang normal.

Pada pemeriksaan terdapat edema papil.


• Gejala: nyeri kepala hebat yang menetap,
diplopia, pandangan yang kabur, mual dan
muntah.

• Keadaan ini diperkirakan disebabkan oleh


tertekannya sinus lateralis yang mengakibatkan
kegagalan absorbsi liquor serebrospinal oleh
lapisan araknoid.
• Pengobatan:

Pungsi lumbal berulang dan penatalaksanaan


infeksi telinga yang menetap.

Penatalaksanaan secara medikamentosa tetap


dilanjutkan setelah dilakukan penanganan
secara operatif.
PERFORASI
MEMBRAN TIMPANI
Perforasi Membran Timpani

Definisi
Perforasi atau hilangnya sebagian jaringan dari
membran timpani yang menyebabkan hilangnya
sebagian atau seluruh fungsi dari membrane timpani.
• Membran timpani adalah organ pada telinga yang
berbentuk seperti diafragma, tembus pandang dan
fleksibel sesuai dengan fungsinya yang
menghantarkan energi berupa suara dan dihantarkan
melalui saraf pendengaran berupa getaran dan
impuls-impuls ke otak.
• Epidemiologi
Insidensi di populasi belum diketahui, tetapi
biasanya terdapat pada Negara-negara
berkembang atau Negara tertinggal, hal ini
disebabkan oleh kurangnya faktor gizi, dan
tingkat pelayanan kesehatan dari Negara
tersebut.
• Etiologi :
Penyebab tersering dari perforasi membran timpani
adalah infeksi bakteri
• Patofisiologi :
• Infeksi akut pada telinga tengah seringkali
menyebabkan terjadinya kurangnya suplai darah ke
membrane timpani yang seringkali berjalan dengan
peningkatan tekanan pada telinga dalam, hal ini
mengakibatkan robeknya atau hilangnya jaringan
membrane timpani, yang biasanya diikuti dengan rasa
nyeri.
• Jika robeknya membrane timpani tidak menyembuh
maka akan terjadi hubungan antara telinga tengah dan
telinga luar, yang seringkali menyebabkan infeksi yang
berulang dan resistensi terhadap antibiotic yang
digunakan berulang kali.
• Komplikasi yang paling ditakutkan adalah jika infeksi
telah menyebar kedalam kepala sehingga menimbulkan
infeksi di kepala.
• Penyebab lain dari perforasi adalah trauma fisik dari
telinga, yang tersering adalah pukulan yang keras
kearah telinga dalam, tenaga yang timbul dapat
memecahkan atau merobek membran timpani.
• Beberapa trauma yang lain adalah, perubahan tekanan
pada telinga yang berubah secara mendadak, pada
contohnya sering pada penyelam, yang didahului
dengan gangguan pada saluran telinga dan mulut,
peradangan ataupun infeksi.
Gejala Klinis
Beberapa gejala klinis yang timbul pada perforasi
membran timpani adalah
• Penurunan pendengaran
• Sensasi mendengar suara siulan saat meniup telinga
atau bersin
• Cairan yang keluar dari telinga dapat terus menerus
• Tanda-tanda infeksi telinga tengah (demam, nyeri,
telinga berdenging)
• Hilangnya fungsi pendengaran (test pendengaran), hal
ini menentukan apakah penderita membutuhkan alat
bantuan pendengaran atau tidak.
• Pemeriksaan penunjang yang dibutuhkan biasanya
adalah, Otoskopi, timpanometri, Test pendengaran
(scwabach, webber, dan rinne)
Tatalaksana
Terapi pengobatan pada perforasi membrane
timpani ditujukan untuk mengendalikan infeksi
pada telinga tengah.
• Penggunaan anti bacterial sebaiknya digunakan
jika hasil kultur dan resistensi sudah didapatkan.
• kauterisasi pada ujung membrane timpani.
• Penyumbatan pada lubang baik dengan lemak
atau bahan sintetis yang tidak menimbulkan
reaksi tubuh penerima (timpanoplasty), tingkat
keberhasilan 80 hingga 90 % tergantung dari
besarnya perforasi maupun komplikasi yang
timbul.
• Komplikasi
• Cedera rantai osikula >> kehilangan
pendengaran
• Vertigo
• Vertigo + kehilangan pendengaran =
kegawatdaruratan
• Kolesteatoma
PRESBIAKUSIS
Definisi
• Presbiakusis adalah tipe tuli sensorineural
dikarenakan adanya aging process.
• Biasanya tuli mulai nampak pada usia 65
tahun tapi dapat timbul dini jika ada
predisposisi herediter, terekspos suara keras
terus menerus, atau ada kelainan vascular.
Patologi
1. Sensori
• Dicirikan oleh adanya degenerasi organ corti, mulai dari
membran basal dan perlahan lahan ke atas.
Mempengaruhi kemampuan mendengar bunyi dengan
frekuensi tinggi tapi kemampuan bicara masih baik.
2. Neural
• Dicirikan oleh adanya degenerasi sel ganglion spiral
disamping degenerasi organ corti. Berefek pada neuron
jalur auditori yang letaknya lebih tinggi. Hilang
kemampuan mendengar bunyi bernada tinggi dan
kemampuan bicara menurun.
3. Strial atau metabolik
• Dicirikan adanya atrofi stria vascularis di
cochlea. Mempengaruhi proses produksi
energi di cochlea. Sifatnya herediter.
Pemeriksaan audiogram menunjukkan hasil
yang rata namun kemampuan bicara masih
baik.
4. Cochlear conductive
• Terjadi penegangan pada membran basillar
yang mengurangi mobilitasnya
Gejala
• Party cocktail deafness  pasien presbiakusis
susah mendengar pada keadaan banyak suara
atau ramai.
• Gejala lain yaitu tinnitus
Terapi
• Alat bantu dengar
OTOSKLEROSIS
Definisi
Penyakit pada kapsul tulang labirin yang
mengalami spongiosis di daerah kaki
stapes,sehingga stapes menjadi kaku dan tidak
dapat menghantarkan suara ke labirin dengan
baik
Etiologi
• Idiopatik
• Pendapat umumnya diturunkan secara
autosomal dominan
• Beberapa berpendapat bahwa infeksi kronis
measles di tulang metupakan faktor
predisposisi pasien untuk terkena otosklerosis.
Materi virus dapat ditemukan di osteoblas
pada lesi sklerotik
Gejala
• Ketika sudah mengenai ligamen anulus kaki
stapes tuli kondukif menyebar ke
koklea dapat menjadi gangguan
pendengaran campuran
• Tinitus dan vertigo ketika telah mencapai
30-40 Db
Diagnosis
• Diagnosis pasti dengan audiometri murni dan
pemeriksaan impedans
• Schwartz sign ( Terlihat gambaran membran
timpani kemerahan oleh karena terdapat
pelebaran pemb.darah promontium)
Pengobatan
• Jika tuli dalam kategori rendah (21-40
dB)sedang(41-60 dB) dapat diberikan Alat
bantu pendengaran.
• Jika tuli dalam kategori tinggi (61-80 dB)
dilakukan operasi Stapedektomi (Stapes
diganti dengan bahan protesis)
Timpanosclerosis
Keterangan :
1 = pars flaccid
2 = short process of the
malleus
3 = handle of the malleus
4 = umbo
5 = supratubal recess
6 = tubal orifice
7 = hypotympanic air cells
8 = stapedius tendon
c = chorda tympani
I = incus
P = promontory
o = oval window
R = round window
T = tensor tympani
A = annulus
Definisi
Timpanosklerosis merupakan penyakit pada membran
timpani yang menunjukkan gambaran bercak-bercak
putih tebal atau menjadi putih dan tebal seluruhnya
akibat timbunan kolagen terhialinisasi pada bagian
tengahnya.

Keadaan ini dikarakteristikkan oleh adanya hialinisasi dan


deposit kalsium pada membran timpani, telinga tengah,
atau keduanya, sering muncul sebagai akibat dari
inflamasi atau trauma dan juga sering didapati setelah
episode rekuren dari otitis media akut, otitis media
dengan efusi, dan insersi ventilasi tuba
Timpanosklerosis ini diklasifikasikan sebagai
berikut :
- Myringosclerosis, hanya mengenai membran
timpani
- Intratympanic tympanosclerosis, mengenai
bagian telinga tengah lain
Myringosclerosis
Intratympanic tympanosclerosis
Etiologi
Etiologi dari timpanosklerosis belum diketahui dengan pasti, mungkin
dibentuk dari sisa-sisa/bekas yang berhubungan dengan inflamasi
kronis telinga tengah. Faktor-faktor
lain yang mungkin berhubungan antara lain :
- Otitis media supurativa kronis (OMSK) dan otitis media dengan efusi.
- Insersi Grommet (timpanostomi tuba) meningkatkan resiko terjadinya
timpanosklerosis
- Sklerosis sistemik
- Kemungkinan berhubungan dengan atheroma karotis atau
aterosklerosis
- Hubungan dengan cholesteatoma masih diperdebatkan, meskipun
dua keadaan ini
dapat muncul bersamaan
Gambaran Klinis
Gambaran klinis yang umumnya muncul adalah
ditemukannya plak putih pada membran
timpani. Jika proses ini hanya terbatas pada
membrane timpani saja biasanya tidak
mempengaruhi pendengaran, namun bila proses
ini telah mencapai telinga tengah, maka rantai
osikular menjadi tidak mobil yang akan
menyebabkan terjadinya tuli konduktif
Patogenesis
Timpanosklerosis secara histologi tampak
sebagai hialinisasi jaringan penyangga
subepitelial membran timpani dan telinga
tengah, pada kebanyakan kasus dapat
ditemukan kalsifikasi. Osteogenesis juga dapat
muncul bersamaan dengan lesi yang terjadi.
Saat plak muncul pada membrane timpani, plak
tersebut hanya terbatas pada lamina propia.
Diagnosis
Timpanosklerosis diduga merupakan komplikasi dari otitis
media, pasca trauma, dan tindakan pembedahan yang
mana ditemukan lapisan hialin yang aselular dan
akumulasi deposit kalsium pada membran timpani dan
submukosa telinga tengah. Pada kebanyakan pasien,
gejala yang ditimbulkan tidak begitu signifikan secara
klinis dan mengakibatkan sedikit atau tidak ada gangguan
pendengaran.
Pada pemeriksaan otoskopi, timpanosklerosis
memberikan gambaran semisirkuler atau seperti sepatu
kuda yang berwarna putih pada membrane timpani.
Penatalaksanaan
Timpanosklerosis pada telinga tengah secara histologi mirip dengan
timpanosklerosis pada membran timpani, tapi lebih sering menyebabkan tuli
konduktif dikarenakan terjadinya fiksasi osikular.

Timpanosklerosis mungkin dapat ditemukan dibelakang membran timpani


yang intak. Plak yang kecil tidaklah membahayakan dan dapat dibiarkan saja. Lapisan
yang luas/besar pada sisa-sisa membran timpani harus dihilangkan karena materi
avaskular ini dapat menghambat integrasi dari graft, dan dapat juga memberikan
dampak pada rantai osikular terutama kepala malleus dan incus pada epitympanum.
Mobilisasi tidaklah disarankan karenan refiksasi sering terjadi.

Timpanoplasti dan rekonstruksi osikular dapat dilakukan sebagai


penatalaksanaan pada pasien-pasien dengan timpanosklerosis, namun resiko untuk
kerusakan kokhlea lebih tinggi dibandingkan dengan yang disebabkan oleh penyakit
telinga tengah lain, ini dikarekan oleh tindakan diseksi luas yang dibutuhkan pada
kasus timpanosklerosis dan terdapatnya erosi dari labirin.
Tuli Mendadak
Tuli mendadak adalah tuli yang terjadi secara tiba-
tiba,jenis ketuliannya biasanya
sensorineural,penyebabnya tidak dapat langsung
diketahui,biasanya terjadi pada satu telinga dan
berlangsung kurang dari 3 hari.
Etiologi :
1. Kerusakan di koklea
2. Iskemia koklea
3. Infeksi virus
4. Trauma kepala
5. Autoimun
6. Penyakit Meniere
7. Neuroma akustik
Ingat bahwa iskemia mengakibatkan degenerasi luas
pada sel sel ganglion stria vascular dan ligament spiralis
dan disertai dengan pertumbuhan jaringan ikat dan
penulangan.
Gejala :
1. Tuli tidak berlangsung lama
2. Tuli dapat unilateral atau bilateral
3. Tinitus
4. Vertigo
Diagnosis
1. Anamnesis
2. Pemeriksaan fisik
3. Tht
4. Audiologi
5. Laboratorium
6. Pemeriksaan penunjang
Penatalaksanaan :
1.Tirah baring
2.Vasodilatasi injeksi
3.Prednison 4x10mg
4.Vit c 500mg
5.Neurobion
6.Inhalasi oksigen
7.Hiperbarik oksigen terapi
KOLESTEATOMA
Definisi
• Kolesteatoma adalah kista epitelial berisi deskuamasi epitel
(keratin). Deskuamasi tersebut dapat berasal dari kanalis
auditoris externus atau membrana timpani.
• Bersifat desktruksif pada kranium yang dapat mengerosi dan
menghancurkan struktur penting pada tulang temporal
ETIOLOGI
• tuba eustachian yang tidak berfungsi dengan baik karena
terdapatnya infeksi pada telinga tengah
PATOGENESIS
1.Teori Invaginasi.
timbul akibat terjadi proses invaginasi dari
membrana timpani pars flacida karena adanya
tekanan negatif di telinga tengah akibat gangguan
tuba.
2. Teori Imigrasi.
terbentuk akibat dari masuknya epitel kulit dari
liang telinga atau dari pinggir perforasi membrana
timpani ke telinga tengah. Migrasi ini berperan
penting dalam akumulasi debris keratin dan sel
skuamosa dalam retraksi kantong dan perluasan
kulit ke dalam telinga tengah melalui perforasi
membran timpani.
3. Teori Metaplasi.
akibat metaplasi mukosa
kavum timpani karena
iritasi infeksi yang
berlangsung lama.
4. Teori Implantasi.
akibat adanya implantasi
epitel kulit secara
iatrogenik ke dalam
telinga tengah waktu
operasi, setelah blust
Erosi tulang melalui dua mekanisme.
1. desakan atau tekanan yang mengakibatkan remodeling tulang
atau nekrosis tulang.
2. aktivitas enzimatik tepi kolesteatom yang bersifat osteoklastik
yang menyebabkan resorpsi tulang.
KLASIFIKASI
a.Kolesteatom Kongenital.
membrana timpani utuh tanpa tanda-tanda infeksi.
ditemukan pada daerah petrosus mastoid, cerebellopontin
angle, anterior mesotimpanum atau pada daerah tepi tuba
austachii, dan seringkali teridentifikasi pada usia 6 bulan
hingga 5 tahun.
b.Kolesteatoma Akuisital
1.Primer
terbentuk tanpa didahului oleh perforasi membrane timpani,
akan tetapi telah terjadi retraksi membran timpani.
2. Kolestetoma Akuisital Sekunder
terbentuk setelah perforasi membran timpani. Terbentuk
akibat dari masuknya epitel kulit dari liang telinga /dari
pinggir perforasi membrana timpani.
GEJALA KLINIS
• Perforasi sentral (lubang terdapat di tengah-tengah gendang
telinga) keluar nanah berbau busuk dari telinga tanpa
disertai rasa nyeri. Bila terus menerus kambuh, akan
terbentuk pertumbuhan menonjol (polip), yang berasal dari
telinga tengah dan melalui lubang pada gendang telinga
akan menonjol ke dalam saluran telinga luar.
- Pendengaran berkurang
- Perasaan cemas
- Pusing
• Perasaan pusing atau kelemahan otot dapat terjadi di salah 1
sisi wajah atau sisi telinga yang
• terinfeksi.
PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
• Rontgen konvensional posisi Waters dan
Stenvers
• CT scan
• MRI
Trauma Akustikus Akut
Definisi
Trauma akustik sering dipakai untuk
menyatakan ketulian akibat pajanan
bising, maupun tuli mendadak akibat
ledakan hebat, dentuman, tembakan
pistol, serta trauma langsung ke kepala
dan telinga akibat satu atau beberapa
pajanan dalam bentuk energi akustik
yang kuat dan tiba-tiba.
Etiologi
Trauma akustik dapat disebabkan
oleh bising yang keras dan secara
tiba-tiba atau secara perlahan-
lahan yang dapat dikarenakan oleh
suara ledakan bom, petasan,
tembakan, konser, dan telepon
telinga (earphone).
Patofisiologi
• Pada trauma akustik terjadi kerusakan organik telinga akibat
adanya energi suara yang sangat besar. Efek ini terjadi akibat
dilampauinya kemampuan fisiologis telinga dalam sehingga
terjadi gangguan kemampuan meneruskan getaran ke organ
corti.
• Kerusakan dapat berupa pecahnya gendang telinga, kerusakan
tulang-tulang pendengaran, atau kerusakan langsung organ
corti.
• Pada proses mekanik terjadi pergerakan
cairan dalam koklea dan pergerakan
membran basiler yang begitu keras
menyebabkan robeknya membran Reissner
dan terjadi percampuran cairan perilimfe
dan endolimfe sehingga menghasilkan
kerusakan sel-sel rambut
• Pada proses metabolik juga dapat merusak
sel-sel rarnbut melalui cara vasikulasi dan
vakuolasi pada retikulum endoplasma sel-
sel rambut dan pembengkakkan
mitokondria yang akan mempercepat
rusaknya membran sel dan hilangnya sel-sel
rambut.
Gejala Klinis
• Tinnitus (suara mendenging)
• Ringing (suara berisik di telinga)
• Gejala sensasi penuh (fullness)
• nyeri telinga
• kesulitan melokalisir suara dan kesulitan mendengar di
lingkungan bising.
Derajat Keterangan
Kerusakan
Telinga Dalam

1 Normal.

2 Masih dalam batas normal.

3-4 Edema ringan dan piknosis sel


rambut, pergeseran ringan nukleus sel
rambut, pembentukan vakuola pada
sel-sel penyangga, pergeseran
mesotelial dengan pembentukan
lapisan tipis sel di atas membran
5-6 Edema makin hebat, hilangnya
sebagian sel mesotelial,
pembentukan giant cilia.
7 Sebagian sel rambut hancur/hilang,
sel mesotelial hilang, sel- sel
penyangga terlepas dari membran
basalis.

8 Terjadi seluruh sel rambut dalam


hilang, ruptur membran Reissner.

9 Seluruh organ corti kolaps, sehingga


terpisah dari membran basalis.
Diagnosis
• Anamnesis
• Pemeriksaan fisik (otoskopi)
a. Tes garpu tala  tuli sensorineural
b. Pemeriksaan fisik tidak ditemukan
kelainan
• Pemeriksaan penunjang (audiometri)
Tatalaksana
• Penatalaksanaan pada trauma akustik ini
dapat diberikan secepatnya setelah trauma.
Trauma akustik akut sebaiknya diobati
sebagai kedaruratan medis. Apabila
penderita sudah sampai pada tahap
gangguan pendengaran yang dapat
menimbulkan kesulitan berkomunikasi
maka dapat dipertimbangkan menggunakan
ABD (alat bantu dengar).
• Latihan pendengaran dengan alat bantu
dengar dibantu dengan membaca ucapan
bibir, mimik, anggota gerak badan, serta
bahasa isyarat agar dapat berkomunikasi.
Komplikasi dan Prognosis
• Komplikasi  Kehilangan pendengaran progresif
• Prognosis  Jenis ketulian pada trauma akustik ini
merupakan ketulian saraf koklea yang sifatnya
menetap dan tidak dapat diobati, maka prognosisnya
kurang baik sehingga faktor pencegahan lebih
diutamakan.

Anda mungkin juga menyukai