Oleh :
Yoni Puspita Sari
1210070100043
Preseptor :
dr. Lydia Dewi, Sp.PD
DEFINISI
Aritmia
Hipertensi sistemik
Stenosis katup
Kelas I Tidak ada pembatasan aktivitas fisik. Aktivitas sehari – hari tidak
menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
Kelas III Adanya pembatasan yang bermakna pada aktivitas fisik. Berkurang dengan
istirahat, tetapi aktivitas yang lebih ringan dari aktivitas sehari – hari
menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
Kelas IV Tidak dapat melakukan aktivitas sehari – hari tanpa adanya kelelahan.
Gejala terjadi pada saat istirahat. Jika melakukan aktivitas fisik, keluhan
akan semakin meningkat.
PATOFISIOLOGI GAGAL JANTUNG KONGESTIF
Gangguan ventrikel
Gangguan ventrikel kiri
kanan
Tekanan atrium
Tekanan atrium kiri
kanan
Gangguan
Tekanan vena pertukaran gas Tekanan vena sistemik
pulmonalis meningkat meningkat
Kriteria Framingham dapat pula dipakai untuk diagnosis gagal jantung yaitu
dengan terpenuhinya 2 kriteria mayor atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria
minor.
Anjuran Umum :
•Edukasi : terangkan hubungan keluhan, gejala
dengan pengobatan.
•Aktivitas social dan pekerjaan diusahakan agar
dapat dilakukan seperti biasa. Sesuaikan
kemampuan fisik dengan profesi yang masih bisa
dilakukan.
Non Farmakologi
Tindakan umum :
•Diet (hindarkan obesitas, rendah garam 2 g pada
gagal jantung ringan dan 1 g pada gagal jantung
berat, jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung
berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.
•Hentikan rokok.
•Hentikan alcohol pada kardiomiopati.
•Aktivitas fisik
•Istirahat baring pada gagal jantung akut, berat dan
eksaserbasi akut.
FARMAKOLOGI
18
Klasisifikasi
Tahap Kriteria serum Output urin LFG
creatinin
Dehidrasi
Vasokontriksi
iskemi
Nekrosis
kortikal
21
GFR menurun
Stimulasi sistem
metabolisme renin
Vasokontriksi
arteriole afferen
22
GFR menurun lebih jauh &
mencegah kehilangan sodium
yang lebih besar
23
Diagnosis
Ketika pasien datang yang kita lakukan
pertama kali adalah menentukan apakah gagal
ginjal tersebut akut atau pun kronik. Beberapa
perbedaan gagal ginjal akut dan kronik pada
anamnesa, perlu ditanyakan obat-obat yang
digunakan sebelumnya seperti diuretik, NSAIDS,
ACE-inhibitor, atau ARB. Juga, perlu
diperhatikan faktor-faktor resiko pada penderita
Acute Kidney Injury seperti hipertensi, gagal
jantung kongestif, diabetes, Multiple Myeloma,
infeksi kronik, dan kelainan mieloproliferatif.
24
Pemeriksaan fisik biasanya dilakukan untuk
mengetahui etiologi dari gagal ginjal akut.
Seperti apabila pada kulit didapati petekie,
purpura, ecchymosis menandakan kemungkinan
gagal ginjal akut yang berhubungan dengan
pembuluh darah. Sedangkan apabila
ditemukan uveitis mengindikasikan adanya
nefritis interstitial dan necrotizing vasculitis.
Ocular palsy menandakan keracunan etilen glikol
atau necrotizing vasculitis.
25
Pemeriksaan Informasi yang dicari
Bila di perlukan
CT Scan Abdomen Struktur abnormal ginjal dan salurannya
Pemindaian Radionuklir Perfusi ginjal yang abnormal
Pielogram Evaluasi perbaikan dari obstruksi
Biopsi ginjal Menentukan penyakit ginjal berdasarkan
26
patologi
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan prerenal AKI pada pasien
yang dehidrasi dapat diberikan cairan. Namun, bila
pasien masih hipotensi dapat diberikan dopamin 1-
5 µg/kg/BB. Dopamin dalam dosis rendah akan
membuat dilatasi pembuluh darah renalis,
meningkatkan perfusi ginjal. Dopamin juga
mengurangi absorpsi natrium
27
sehingga meningkatkan aliran urin yang akan
membantu menghambat obstruksi thoraks tubulus.
Penggunaan diuretik berguna untuk homeostasis.
Namun, penggunaannya dengan cairan natrium
klorida isotonik masih diperdebatkan. Natrium
klorida berfungsi untuk membuat pasien dalam
keadaan euvolemik atau hipervolemik.
28
Apabila terjadi hiperkalemia, perlu
diberikan sodium bikarbonat, kayexalate 25 – 50
gram, glukosa dan insulin secara intravena,
dan pemberian kalsium secara intravena
untuk mencegah irrabilitas jantung. Peritoneal
dialisis atau hemodialisis juga dapat
digunakan untuk menghindari atau
mengurangi gejala uremia, hipokalemia atau
hipervolemia.
29
BRONKOPNEUMONIA
• Bronkopneumonia adalah
suatu peradangan pada
parenkim paru yang
Definisi terlokalisir yang biasanya
mengenai bronkiolus dan
juga mengenai alveolus
disekitarnya yang
umumnya disebabkan
oleh agen infeksius
seperti bakteri,virus,
jamur dan benda asing.
EPIDEMIOLOGI
Fungi
PATOGENESIS
4. Stadium IV (7 – 11 hari)
Disebut juga stadium resolusi yang terjadi sewaktu respon imun dan
peradangan mereda, sisa-sisa sel fibrin dan eksudat lisis dan diabsorsi oleh
makrofag sehingga jaringan kembali ke strukturnya semula.
Gambaran alveoli pada pneumonia
DIAGNOSIS
Diagnosis
banding
Asma
TB Paru
Bronkhial
PENATALAKSANAAN
maka pada penderita pneumonia dapat diberikan terapi secara empiris. Secara
umum pemilihan antibiotik berdasarkan baktri penyebab pneumonia dapat
dilihat sebagai berikut :
Pemberian oksigen lembab 2-4 L/menit sampai sesak nafas hilang atau
PaO2 pada analisis gas darah ≥ 60 torr
Obat penurun panas dan pereda batuk sebaiknya tidak diberikan pada 72 jam
pertama karena akan mengaburkan interpretasi reaksi antibiotik awal. Obat
penurun panas diberikan hanya pada penderita dengan suhu tinggi, takikardi,
atau penderita kelainan jantung.
Empiema
Abses Paru
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Riwayat Psikososial :
Pasien seorang laki-laki usia 66 tahun,bekerja sebagai wiraswasta dan
seorang duda, mempunyai anak 2 .Pasien tinggal bersama
keluarganya.Pasien memiliki kebiasaan merokok dan minum kopi.
PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sedang
Kesadaran : Compos Mentis Cooperative
Tekanan darah : 130/70 mmHg
Nadi : 85 x/menit
Pernafasan : 30 x/menit
Suhu : 37,7℃
STATUS GENERALISATA
Thorak :
Jantung
Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
Palpasi : Ictus cordis teraba 2 jari di RIC VI lateral sinistra
Perkusi
Batas kiri : 2 jari di RIC VI lateral sinistra
Batas kanan : RIC IV linea sternalis dextra
Batas atas : RIC II line parasternalis sinistra
Auskultasi : Irama murni, M1>M2, P1<A2, bising jantung (-)
Paru
Inspeksi : Dinding dada terlihat simetris kiri dan kanan dalam
keadaan statis dan dinamis
Palpasi : Fremitus kanan lebih kuat dibandingkan dengan fremitus
kiri
Perkusi : Redup di paru kanan
Auskultasi : Suara nafas bronkovesikuler, rhonki basah halus nyaring
(+/+) di paru kanan, wheezing (-/-)
Abdomen
Inspeksi : Perut tidak tampak membuncit, venektasi (-), sikatrik (-)
Palpasi : Dinding perut supel, myeri tekan (+) di epigastrium, nyeri
lepas (-)
Hepar : Tidak teraba
Lien : Tidak teraba
Ginjal : Bimanual (-), ballottement (-), nyeri ketok CVA (-)
Perkusi : Tympani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas
Superior
Inspeksi : Edema (-/-), sianosis (-/-), palmer eritem (-/-)
Palpasi : Perabaan hangat, pulsasi arteri radialis kuat angkat
Tes sensibilitas : Sensibilitas halus (+), sensibilitas kasar (+)
Refleks Biceps + +
Refleks Triceps + +
Refleks Brachioradialis + +
Refleks Hoffman-Tromer - -
Inferior
Inspeksi : Edema (-/-), sianosis (-/-)
Palpasi : Perabaan hangat, pulsasi A.Femoralis, A.Dorsalis pedis, A.Tibialis
posterior, dan A. Poplitea kuat angkat
Refleks Patella + +
Refleks Achilles + +
V.DIAGNOSIS KERJA
Diagnosis Primer :
CHF fungsional kelas III + AKI+ BRONKOPNEUMONI
VI.DIAGNOSIS BANDING
Cor pulmonal
Infark Myocard
VIII.PENATALAKSANAAN
DIAGNOSIS BANDING
i.Non Farmakologi
Asma
oBed rest
Fibrosis paru interstisial
oOksigen 3l/i
TB Paru
oIVFD RL 12 Jam/kolf PROGNOSIS
Cor pulmonal
Quo ad vitan :
Infark Myocard
ii.Farmakologi Dubia ad malam
oCeftriaxon Inj Quo ad fungtionam:
PEMERIKSAAN
1x2g(skintest) Dubia ad malam
ANJURAN
o Quo ad sanationam:
Rontgen Foto thorax PA
Furosemid Inj 1x1amp Dubia ad malam
Elektrokardiogram
oCefixime 2x100 mg
Ekokardiografi
oBicnat 3x500 mg
Enzim jantung
oAsam folat1x5mg
oAzitromiciyn
1x500mg(po)
Tanggal Subjektif Objektif Assesment Planing