• NOTASI SEL
Ada beberapa simbol yang digunakan sebagai notasi sel elektrokimia, yaitu :
1.Menurut konvensi internasional garis vertikal digunakan sebagai simbol antar muka
terminal padat dan larutan serta untuk partisi berpori, dan untuk jembatan garam
digunakan dua garis vertikal.Sel Daniell dapat dinyatakan dengan persamaan :
2+ 2+
Zn (p) │ Zn (aq) ║ Cu (aq) │ Cu (p) E˚ = + 1,10 V
2. Harga DGL (Daya Gerak Listrik) menyatakan harga batas (untuk arus
nol) dari potensi listrik terminal kanan dengan potensial listrik terminal
kiri.
E˚sel = E˚kanan - E˚kiri
E˚sel = E˚reduksi - E˚oksidasi
3.Reaksi yang terjadi pada elektroda kiri ditulis sebagai reaksi oksidasi
dan reaksi yang terjadi pada elektroda kanan ditulis sebagai reaksi
reduksi. Reaksi sel sama dengan jumlah kedua reaksi ini
Zn (p) + Cu2+ (aq) Zn2+ (aq) + Cu (p)
.Jika harga DGL atau E sel positif, reaksi berlangsung dengan spontan ke
kanan apabila kedua sel tersebut dihubungkan
6.Dari kedua contoh terakhir elektroda sebelah kiri adalah elektroda hidrogen standar
dan perbedaan potensial ini disebut potensial elektroda relatif, potensial elektroda
untuk sistem
Pt │ H2 (g) │ H+ (aq) ║ Zn 2+ (aq) │ Zn (p)
mempunyai DGL, E˚ = -0,763 volt pada keadaan standar, jadi untuk elektroda
Zn2+ │ Zn, E˚ (298 K) = -0,763 V
ELEKTRODA HIDROGEN STANDAR
Elektroda hidrogen standar (gas hidrogen dengan tekanan satu atm dialirkan
ke elektroda inert yang dilapisi platina, dicelupkan ke dalam larutan asam dengan
keaktifan ion hidrogen sama dengan satu), dan ditetapkan nol volt.
Keadaan standar meliputi :
semua ion dalam konsentrasi 1 M (lebih tepat keaktifan = satu)
gas pada tekanan 1 atm (101,3 kNm-2)
suhu 25°C (298 K)
menggunakan elektroda platina jika sistem setengah sel tidak termasuk logam
Seperti telah dijelaskan pada bab sebelumnya elektroda hidrogen digunakan sebagai
standar dengan setengah reaksi :
Oksidator + n e- Reduktor
Potensial elektroda standar dalam larutan air pada 25 ˚C.
Reaksi dalam larutan asam E˚, Volt
Li+ + e- Li (s) - 3,05
Na+ + e- Na (s) - 2,71
Mg2+ + 2 e- Mg (s) - 2,36
Al3+ + 3 e- Al (s) - 1,66
Mn2+ + 2 e- Mn (s) - 1,18
Zn2+ + 2 e- Zn (s) - 0,76
Cr3+ + 3 e- Cr (s) - 0,74
Fe2 + 2 e- Fe (s) - 0,44
Cr3+ + e- Cr2+(s) - 0,41
TI+ + e- TI (s) - 0,34
Ni+2 + 2 e- Ni (s) - 0,25
H3Po4 + 2 H+ + 2 e- H3PO3 + H2O - 0,28
Sn2+ + 2 e- Pb (s) - 0,14
Pb2+ + 2 e- Pb (s) - 0,13
H+ + e- ½ H2 (g) 0,00
S (s) + 2 H+ + 2 e- H2S (aq) + 0,14
Sn4+ + 2 e- Sn2+ + 0,13
SO42- + 4 H+ + 2 e- H2SO3 + H2O + 0,17
Hg2Cl2 (s) + 2 e- Hg (s) + Cl- + 0,24
Cu2+ + 2 e- Cu (s) + 0,34
½ I2 (s) + e- I- + 0,54
O2 (g) + 2 H + 2 e-
+
H2 O + 0,68
Fe3+ + e- Fe2+ + 0,77
Ag+ + e- Ag (s) + 0,80
NO3- + 3 H- + 2 e- HNO2 + H2O + 0,96
IO3- + 6 H+ + 5 e- ½ I2 + 3 H2O + 1,20
½ O2 (g) + 2H+ + 2e- H2 O + 1,23
½ Cl2 (g) + e- Cl- + 1,36
Cr2O72- + 14 H+ + 6 e- 2 Cr3+ + 7 H2O + 1,33
+ - -
HClO + H + 2 e Cl + H2O + 1,49
MnO4- + 8 H+ + 5 e- Mn2+ + 4 H2O + 1,51
4+ - 3+
Ce + e Ce + 1,61
½ F2 (g) + H+ + e- HF + 2,87
Al(OH)4- + 3 e- Al(s) + 4 OH- - 2,33
HPO3- + 2H2O + 2 e- H2PO2- + 3 OH- - 1,57
-
2 H2 O + 2 e H2 (g) + 2 OH- - 0,83
-
Fe(OH)3 (s) + e Fe(OH)2 OH- - 0,56
-
S (s) + 2 e S - 0,45
Ag2O (s) + H2O + 2 e- 2 Ag (s) + 2 OH- - 0,34
-
O2 (g) + 2 H2O + 4 e 4 OH- + 0,40
-
O3 (ozon) (g) + H2O + 2 e O2 (g) + 2 OH- + 1,24
Pada Tabel 10.2 terlihat bahwa urutan tersebut atau harga E berubah jika pelarutnya diganti.
Dari pasangan redoks yang tercantum dalam Tabel 10.1 dan 10.2 dapat disimpulkan bahwa:
oksidator yang mempunyai potensial elektroda negatif dengan keaktifan satu mempunyai daya
mengoksidasi lebih lemah daripada ion hidrogen dengan keaktifan satu, sedangkan reduktornya
dengan keaktifan satu adalah reduktor yang lebih kuat dibandingkan dengan gas hidrogen pada
tekanan 1 atm. Sebaliknya oksidator dalam pasangan redoks yang mempunyai potensial
elektroda positif adalah oksidator yang lebih kuat dari ion hidrogen dengan keaktifan satu.
PERSAMAAN NERNST
Reaksi redoks dengan persamaan umum aA + bB cC + dD,
Persamaan Nernst adalah sebagai berikut:
Esel = Eelektroda kanan – Eelektroda kiri
= -0,250 – (-0,277) = + 0,027 Volt.
SEL KONSENTRASI
Sel ini terdiri atas dua elektroda yang bahannya sama dan dicelupkan ke dalam dua
larutan yang konsentrasinya (keaktifannya) berbeda.
Anoda : M Mn+ (a1) + ne
Katoda : Mn+ (a2) + ne M
Reaksi sel Mn+ (a2) Mn+ (a1) Pada suhu 25 C
Elektroda dalam larutan pekat merupakan katoda. Elektroda dalam larutan encer
merupakan anoda.
ELEKTRODA HIDROGEN DAN pH
E dari elektroda hidrogen bergantung pada konsentrasi laritan yaitu pada pH. Jika
suatu sel konsentrasi menggunakan salah satu elektroda adalah elektroda standar dan
yang lainnya bukan standar, sedang elektroda standar sebagai katoda maka:
Anoda ½ H2 (g) H+ + e E = 0 Volt
Katoda H+ + e ½ H2 E = 0 Volt
JENIS SEL VOLTA
Ada dua macam sel yang bekerja berdasarkan prinsi Galvani dan prinsip Volta. Pada 1797, L.
Galvani menemukan bahwa listrik dapat dihasilkan oleh reaksi kimia. Pada 1880, A. Volta
membuat sel praktis pertama yang menghasilkan listrik dari reaksi kimia. Sel primer, sel dimana
setelah komponen habis terpakai, hasil reaksi tidak dapat diubah kembali menjadi pereaksi.
Setelah sekunder, sel ini disebut “ sel penyimpan ”. Reaksi sel adalah reaksi reversibel.
1 Sel Primer
a. Sel Daniell
Zn │ Zn2+ (x M) ║ Cu2+ (y M) │ Cu
b. Sel Konsentrasi
Ag │ Ag+ (0,050 M) ║ Ag+ (0,5 M) │ Ag
2. Sel Penyimpan
a. Sel Penyimpan Timbal (aki)
Reaksi anoda (-) Pb(s) + HSO4- PbSO4(s) + H+ + 2 e
Reaksi katoda (+) PbO2(s) + HSO4- + 3H+ + 2e PbSO4(s) + 2 H2O
Reaksi sel Pb(s) + PbO2(s)+ 2HSO4- + 2H+ 2PbSO4(s) + 2 H2O
Pada “pengisian” aki
2PbSO4(s) + 2 H2O + ENERGI LISTRIK Pb(s) + PbO2(s)+ 2HSO4- + 2H+
b. Sel Edison
Fe │KOH (20%; sedikit LiOH)│Ni2O3xH2O(s)
Reaksi anoda (-) Fe(s) + 2OH- Fe(OH)2(s) + 2 e
Reaksi katoda (+) Ni2O3(s) + 3H2O + 2e 2Ni(OH)2(s) + 2 OH-
Reaksi sel Fe(s) + Ni2O3(s) + 3H2O Fe(OH)2(s) + 2Ni(OH)2(s)
e. Sel Merkuri
Reaksi anoda (-) Zn + 2 OH- ZnO + H2O + 2 e
Reaksi katoda (+) HgO + H2O + 2e Hg + 2 OH-
Reaksi sel Zn + HgO ZnO + Hg
SEL ELEKTROLISIS
Alat elektrolisis terdiri dari sel elektrolitik yang berisi elektrolit (larutan atau leburan)
dan dua elektroda, anoda dan katoda. Pada anoda terjadi reaksi oksidasi, sedangkan
pada katoda terjadi reaksi reduksi. Faktor-faktor yang menentukan kimia elektrolisis
adalah: (i) konsentrasi (keaktifan) elektrolit yang berbeda dan (ii) komposisi kimia
elektroda yang berbeda.
1 Konsentrasi (keaktifan) elektrolit yang berbeda
a. Larutan NaCl pekat
Reaksi anoda (+) 2 Cl- Cl2(g) + 2 e
Reaksi katoda (-) 2 H2O + 2e H2(g) + 2 OH-
Reaksi sel 2 Cl- + 2 H2O Cl2(g) + H2(g) + 2 OH-
b. Larutan NaCl yang sangat encer
Reaksi anoda (+) 2 H2O O2(g) + 4 H+ + 4 e
Reaksi katoda (-) 4 H2O + 4e 2H2(g) + 4 OH-
Reaksi sel 6 H2O 2H2(g) + O2(g) + 4 H+ + 4 OH-
2 Komposisi kimia elektroda yang berbeda
a. Elektroda innert (tak aktif)
Elektrolisis larutan Na2SO4
Reaksi anoda (+) 2 H2O O2(g) + 4 H+ + 4 e
Reaksi katoda (-) 4 H2O + 4e 2H2(g) + 4 OH-
Reaksi sel 6 H2O 2H2(g) + O2(g) + 4 H+ + 4 OH-
b. Elektroda tidak innert (bukan Pt atau C)
Elektrolisis larutan CuSO4 dengan Cu sebagai anoda
Reaksi anoda (+) H2O ½ O2(g) + 2 H+ + 2 e
Reaksi katoda (-) Cu2+ + 2e Cu
• ASPEK KUANTITATIF ELEKTROLISIS
Michael Faraday menemukan aspek kuantitatif dari elektrolisis. Dari Hukum Faraday
yang terkenal itu dapat disimpulkan bahwa jumlah mol zat yang dioksidasi atau
direduksi pada suatu elektroda adalah sama dengan jumlah mol elektron yang melalu
elektroda tersebut dibagi dengan jumlah elektron yang terlibat dalam reaksi pada
elektroda untuk setiap ion atau molekul zat. Muatan dari satu mol elektron adalah
(6,02 x 10-23 mol-1) (1.602 x 1019 C) = 94.490 C/mol. Besaran ini disebut tetapan
Faraday dengan lambang F dan biasanya besaran ini dibulatkan menjadi 96500 C/mol.
Proses reaksi pada elektroda dapat melibatkan lebih dari satu elektron Reaksi seL H2O
+ Cu2+ ½ O2(g) + 2 H+ + Cu.rumus:
M = massa dinyatakan dalam gram
Q = jumlah listrik dalam Coulomb (Q = I x t, I =
A1 kuat arus (ampere))
M Q t = waktu (detik), A/n = berat ekivalen, A =
massa atom relatif
n F n = perubahan dalam bilangan oksidasi
F = Faraday 96500 Coulomb
• EFISIENSI ARUS
Pada elektrolisis, untuk mengendapkan logam dari larutan
asam, 90% arus digunakan untuk mengendapkan logam, dan
10% arus untuk menghasilkan hidrogen. Efisiensi arus untuk
pengendapan logam adalah 90% sedangkan untuk hidrogen
10%. Efisiensi arus sangat penting dalam industri
elektrokimia. Jarang ditemukan efisiensi arus sebesar 100%.
• KOROSI
Peristiwa korosi logam dapat dijelaskan dengan elektrokimia.
Berbagai proses elektroda memerlukan potensial elektroda
yang lebih besar dari perhitungan. Potensial tambahan ini
disebut “overvoltage”.
Setengah reaksi yang terjadi adalah:
Fe Fe2+ + 2e
½ O2 + H2O + 2e 2OH-
Salah satu cara mencegah korosi besi ialah poteksi katodik,
misalnya batang seng atau magnesium ditanam dekat pipa besi
kemudian dihubungkan dengan pipa tersebut bagian yang akan
dilindungi dari korosi. Dalam hal ini pipa bisa bertindak sebagai
katoda dan logam seng yang mempunyai potensial elektroda
lebih negatif akan mengalami oksidasi, sehingga pipa besi dapat
terlindungi dari korosi. Beberapa cara untu mengurangi laju
korosi besi ialah:
• Mengontrol atmosfir, mengurangi konsentrasi O2 dan H2 pada
permukaan besi.
• Mencat atau menutupi permukaan besi.
• Melapisi dengan jalan menutupi permukaan besi dengan
minyak atau lemak.
• Galvaniser atau melapisi besi dengan seng (seng atap).