A COMPARISON OF OUTCOMES
BETWEEN LICHTENSTEIN AND
LAPAROSCOPIC TRANSABDOMINAL
PREPERITONEAL HERNIOPLASTY FOR
RECURRENT INGUINAL HERNIA
▰ Hernia inguinalis : penyakit bedah paling umum di seluruh dunia (±15% rekurensi)
▰ Masih menjadi tantangan utama : jaringan parut jauh lebih sulit untuk
mengidentifikasi anatomi dan mempertahankan fungsi persarafan, jaringan jadi
cenderung lebih lemah.
▰ Tidak ada pedoman yang diterima secara umum dan kurang informasi mengenai
teknik yang bagus.
▰ Teknik Lichtenstein dan hernioplasti laparoskopi saat ini sering digunakan untuk
tindakan hernia rekuren, tetapi belum jelas hasil mana yang lebih baik.
▰ TUJUAN : Menentukan teknik mana yang lebih baik
4
2
METODE
5
METODE PENELITIAN
▰ Lokasi : Inggris
▰ Waktu : Januari 2010 – Desember 2014
▰ Subjek : 122 orang
Analisa Statistik : SPSS v18.0
▰ Data kontinu : rata-rata ± SD dibandingkan : uji t Student (dua sisi).
▰ Frekuensi dibandingkan : uji Pearson x2 dan uji eksak Fisher.
▰ Nilai P <0,05 signifikansi secara statistik.
6
KRITERIA INKLUSI DAN EKSKLUSI
7
PROSEDUR OPERASI
▰ Dilakukan oleh tiga orang dari unit bedah dengan pengalaman yang
banyak untuk kedua teknik.
▰ Hernioplasti Lichtenstein di bawah anestesi lokal/spinal/umum.
▰ Semua tindakan TAPP di bawah anestesi umum.
▰ Antibiotik profilaksis tidak digunakan secara rutin di kedua kelompok.
8
PROSEDUR OPERASI
PROSEDUR TAPP :
▰ Mulai dengan pembuatan pneumoperitoneum.
▰ Sayatan peritoneum melintang dibuat di batas atas hernia inguinalis dari ligamentum
umbilikalis medial dan meluas setinggi tulang iliaka.
▰ Kantung langsung selalu terbalik, dan tidak langsung dapat dibalik atau ditransformasikan.
▰ Sebuah mesh cmpolypropylene 10x15 diposisikan di ruang preperitoneal.
▰ Mesh dilewatkan di belakang korda spermatika dan dimanipulasi dengan diletakkan
mendatar menindih keseluruhan orificum myopectineal.
▰ Jika perlu, mesh difiksasi dengan staples atau sealant fibrin. Lalu, peritoneum ditutup
dengan jahitan yang dapat diserap.
10
PENGUKURAN HASIL
12
PENGUKURAN HASIL
▰ Pasien diperiksa di klinik rawat jalan pada 4-6minggu, 3 bulan, dan 1 tahun
setelah operasi.
▰ Tindak lanjut : melalui telepon setahun sekali untuk menentukan adanya
komplikasi dan kekambuhan.
▰ Pengumpulan data ditutup pada Desember 2017.
▰ Pasien dengan keluhan diharuskan melakukan kunjungan klinik untuk
pemeriksaan fisik.
▰ Jika pemeriksa tidak yakin apakah muncul rekurensi --. Rujuk untuk USG.
14
3
HASIL
15
KARAKTERISTIK DEMOGRAFIK DAN HERNIA
16
FAKTOR PERIOPERATIF
17
SKOR NYERI VAS PASCA OPERASI
18
PERBANDINGAN KOMPLIKASI INTRA DAN
PASCA OPERASI
19
4
DISKUSI
20
DISKUSI
LICHTENSTEIN : LAPAROSKOPI :
▰ Kelemahan : diseksi melalui scar, yang ▰ Kelebihan laparoskopi : tingkat rasa
membawa risiko cedera korda atau sakit post-op lebih rendah, pemulihan
saraf dan meningkatkan komplikasi dan cepat, dan hasil kosmetik lebih baik.
kekambuhan. ▰ Kelemahan : efektivitas biaya, waktu
▰ Kelebihan : waktu belajar lebih pendek, pembelajaran yang panjang, komplikasi
dan biaya relatif lebih rendah intraoperatif, dan potensi tingkat
penggunaannya meluas. kekambuhan jangka panjang.
21
DISKUSI
▰ Studi ini : laparoskopi dan Lichtenstein SAMA metode yang efektif dan
aman untuk hernia inguinalis rekuren, berdasarkan tingkat kekambuhan dan
komplikasi yang mengancam jiwa yang rendah.
▰ Laparoskopi terbukti lebih unggul dari hernioplasti Lichtenstein dalam beberapa
hal penting yang mempengaruhi kepuasan pasien.
▰ Beberapa penelitian : tindakan laparoskopi meningkatkan lama operasi.
▰ Namun, dengan pengalaman lebih banyak dan spesialisasi, perbedaannya di
masa operasi cenderung menurun dan menjadi tidak penting secara klinis.
22
DISKUSI
23
DISKUSI
▰ Skor VAS post-op TAPP pada 12 dan 24 jam secara signifikan kurang dari kelompok
Lichtenstein mobilisasi dini dan pemulangan awal dari RS.
▰ Kejadian sakit kronis juga lebih jarang terjadi setelah TAPP.
▰ Beberapa penyebab potensial telah diteliti untuk menjelaskan penyebab nyeri post-op
setelah tindakan hernia inguinalis; beberapa penelitian rasa nyeri post-op berbeda
sesuai dengan jenis operasi.
▰ Hipotesis : mungkin cedera pada struktur saraf dan scar yang terbentuk setelah
tindakan sebelumnya.
▰ Diseksi inguinal teknik Lichtenstein menyebabkan lebih banyak trauma dari laparoskopi.
24
DISKUSI
▰ Tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal kekambuhan hernia (4,8% vs
1,7%, P=0,62).
▰ Di penelitian lain : tingkat kekambuhan bervariasi dari 0,4-8,3 % untuk
laparoskopi dan 1-5,6 % untuk Lichtenstein.
▰ Faktor-faktor penting dalam sebagian besar kekambuhan termasuk pengalaman
dan kesalahan teknis dokter bedah.
▰ Pembelajaran untuk laparoskopi yang sulit tidak diragukan lagi berperan dalam
menentukan risiko kambuh pengalaman minimal 30-250 operasi,
26
DISKUSI
▰ Pasien harus dioperasikan oleh ahli bedah ahli. Selain itu, diseksi yang bagus,
mesh yang cukup besar, dan meratakan mesh untuk menutupi seluruh orificium
myopectineal.
▰ Saat ini, kami secara rutin menggunakan mesh 10x15 cm untuk tindakan
laparoskopi dan mesh 7x15 cm untuk tindakan Lichtenstein.
▰ Faktor teknis lain yang menyebabkan kekambuhan : cacat pada hernia, fiksasi
tidak memadai, dan migrasi mesh.
27
5
SIMPULAN
28
DISKUSI
▰ Prosedur Lichtenstein dan TAPP aman dan efektif untuk memperbaiki hernia
inguinalis rekuren (rendahnya kekambuhan dan komplikasi mengancam jiwa).
▰ Prosedur TAPP lebih unggul dari tindakan Lichtenstein dalam :
- mengurangi rasa sakit pasca operasi - cuti sakit lebih pendek
- pemulihan lebih cepat - hasil kosmetik lebih baik
▰ Untuk meminimalkan kekambuhan dan komplikasi lain penting
menggunakan ahli bedah berpengalaman.
29
TERIMA KASIH!
Ada pertanyaan?
30