IUD
Putra Pandu Sentosa, S.Ked
NIM : 71 2016 008
Pembimbing:
dr. H. Didi Askari Pasaribu, Sp. OG(K)
Yang sering dijumpai adalah kista dapat berupa kistik, padat, kecil,
ovarii dan kista dermoid. Kista besar dan memberikan
ovarii dapat menjadi besar sekali, pengaruh hormon; bisa jinak
yang disebut kista ovarii permagna dan ganas.
LATAR BELAKANG
• KISTA FOLIKEL
KISTA OVARIUM NON NEOPLASTIK
• KISTA KORPUS LUTEUM
– Korpus luteum disebut kista korpus luteum jika berukuran > 3
cm , kadangkadang diameter kista ini dapat sebesar 10 cm,
rata-rata 4 cm.
– Dalam keadaan normal korpus luteum lama kelamaan
mengecil dan menjadi korpus albikans.
– Perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan
terjadinya kista, kista ini berisi cairan yang berwarna merah
coklat.
KISTA OVARIUM NON NEOPLASTIK
• KISTA KORPUS LUTEUM
– Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberi
gambaran yang khas. Dinding kista terdiri atas lapisan
berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari
sel- sel teka.
– Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid,
berupa amonorea diikuti oleh pendarahan yang tidak teratur.
KISTA OVARIUM NON NEOPLASTIK
KISTA OVARIUM NON NEOPLASTIK
• KISTA TEKA LUTEIN
– Kista teka lutein biasanya bilateral, kecil dan jarang terjadi
dibandingkan kista folikel atau kista korpus luteum.
– Kista teka lutein berisi cairan berwarna kekuning-kuningan.
Berhubungan dengan penyakit trofofoblastik kehamilan
(misalnya mola hidatidosa, koriokarsioma), penyakit ovarium
polikistik dan pemberian zat perangsang ovulasi.
KISTA OVARIUM NON NEOPLASTIK
• KISTA TEKA LUTEIN
– Gejala yang timbul biasanya rasa penuh atau menekan pada
pelvis. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon
koriogononadotropin yang berlebihan, dan hilangnya mola atau
koriokarsinoma, ovarium yang mengecil secara spontan
KISTA OVARIUM NON NEOPLASTIK
• Saf-T-Coil
Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) atau Intra
Uterine Divice IUD)
• Dalkon Shield
• Cu-T
• Cu-7
• Spring Coil
M
• Margulies Spiral
Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) atau Intra
Uterine Divice IUD)
• Jenis-jenis IUD
– Bentuk Tertutup dengan dasar cincin
• Cincin Gravenberg
• Cincin hall-stone • Ota Ring
• Birnberg bow
• Ragab ring
• Antigon F
Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) atau Intra
Uterine Divice IUD)
• Waktu pemasangan IUD
– Sewaktu haid sedang berlangsung
– Sewaktu postpartum
– Sewaktu postabortum
– Sewaktu melakukan seksio sesarea
TUBEKTOMI
• Cara Irving
– Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat
diserap
– Ujung proksimal tuba ditanamkan kedalam miometrium
– Sedangkan ujung distal ditanamkan dalam ligamentum latum
TUBEKTOMI
• Cara Aldridge
– Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian
– Tuba bagian distal bersama-sama dengan fimbra ditanam kedalam
ligamentum latum
TUBEKTOMI
• Cara Uchida
– Tuba ditarik keluar abdomen melalui suatu insisi kecil
(minilaparotomi) diatas simfisis pubis
– Dilakukan suntikan didaerah ampulla tuba dengan larutan
adrenalin dalam air garam dibawah serosa tuba
– Akibat suntikan ini, mesosalping didaerah tersebut mengembung
TUBEKTOMI
• Cara Uchida
– Lalu dibuat sayatan kecil didaerah yang kembung tersebut
– Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kira-kira 4-5cm; tuba dicari
dan setelah ditemukan dijepit, diikat lalu di gunting
– Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya
dibawah serosa
– Sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada diluar seorsa
TUBEKTOMI
• Cara Uchida
TUBEKTOMI
• Cara Kronoer
– Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi
– Suatu ikatan dengan benang sutera dibuat melalui bagian
mesosalping dibawah fimbria
– Jahitan ini diikat dua kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain
mengelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya
– Seluruh fimbria dipotong
– Setelah pasti tidak ada perdarahan, maka tuba dikembalikan
kerongga perut
TUBEKTOMI
• Cara Kronoer
LAPAROTOMI
• TEKNIK SAYATAN LAPAROTOMI
– Midline Epigastric Insision (irisan median atas)
• Insisi dilakukan persis pada garis tengah dimulai dari ujung Proc.
Xiphoideus hingga satu sentimeter diatas umbilikus. Membuka
peritoneum dari bawah.
– Midline Sub-umbilical Insision (irisan median bawah)
• Irisan dari umbilikus sampai simfisis, membuka peritoneum dari sisi
atas. Irisan median atas dan bawah dapat disambung dengan
melingkari umbilikus
LAPAROTOMI
• TEKNIK SAYATAN LAPAROTOMI
– Paramedian Insision ”trapp door” (konvensional)
• Insisi ini dapat dibuat baik di sebelah kanan atau kiri dari garis tengah.
Kira-kira 2,5cm sampai 5cm dari garis tengah.
• Insisi dilakukan vertikal, diatas sampai bawah umbilikus, M. Rectus
Abdominis didorong ke lateral dan peritoneum dibuka juga 2,5cm
lateral dari garis tengah.
LAPAROTOMI
• TEKNIK SAYATAN LAPAROTOMI
– Lateral Paramedian Insision
• Modifikasi dari paramedian insision yang dikenalkan oleh Guillou.
• Dimana fascia diiris lebih lateral dari yang konvensional. Secara
teoritis, teknik ini akan memperkecil kemungkinan terjadinya wound
dehiscence dan insisional hernia dan lebih baik dari yang konvensional
LAPAROTOMI
• TEKNIK SAYATAN LAPAROTOMI
– Vertical Muscle Splitting Insision (paramedian transrect)
• Insisi ini sama dengan paramedian insision konvensional
• hanya otot rectus pada insisi ini dipisahkan secara tumpul (splitting
longitudinally) 1/3 pada tengahnya, atau jika mungkin pada 1/6
tengahnya.
• Insisi ini berguna untuk membuka scar yang berasal dari insisi
paramedian sebelumnya. Kemungkinan hernia sikatrikalis lebih besar
– Kocher Subcostal Insision
• Insisi Subcostal kanan yang biasanya digunakan untuk pembedahan
empedu dan saluran empedu
LAPAROTOMI
• TEKNIK SAYATAN LAPAROTOMI
– McBurney Gridiron (Irisan oblique)
• Dilakukan untuk kasus apendisitis akut dan diperkenalkan oleh Charles
McBurney pada tahun 1894, otot-otot dipisahkan secara tumpul.
– Rocky Davis
• Insisi dilakukan pada titik McBurney secara transverse skin crease,
irisan ini lebih kosmetik
– Pfannenstiel Insision
• Insisi yang popular dalam bidang ginekologi dan juga dapat
memberikan akses pada ruang retropubic pada laki-laki untuk
melakukan extraperitoneal retropubic prostatectomy.
LAPAROTOMI
• TEKNIK SAYATAN LAPAROTOMI
– Insisi Thoracoabdominal
• Insisi Thorakoabdominal, baik kanan maupun kiri, akan membuat
cavum pleura dan cavum abdomen menjadi satu.
• Insisi thorakoabdominal kanan biasanya dilakukan untuk melakukan
emergensi ataupun elektif reseksi hepar.
• Insisi thorakoabdominal kiri efektif jika dilakukan untuk melakukan
reseksi dari bagian bawah esophagus dan bagian proximal dari
lambung.
LAPAROTOMI
• TEKNIK SAYATAN LAPAROTOMI
IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Ny. M
No.Rekmed : 401541
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 45 tahun
Status Nikah : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Palembang/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Komp. Persada Blok B2 LK1, RT 002/001 Desa/Kelurahan
Indralaya Indah, Kecamatan Indralaya
MRS : 07 Maret 2017
IDENTIFIKASI SUAMI
Nama : Tn. “K”
Umur : 42 tahun
Status Nikah : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Palembang/Indonesia
Pendidikan : Strata 1 (S1)
Pekerjaan : PNS
Alamat : Komp. Persada Blok B2 LK1, RT 002/001
Desa/Kelurahan Indralaya Indah, Kecamatan
Indralaya
KELUHAN UTAMA
• Nyeri pada bagian kanan bawah sejak ± 1 bulan yang lalu
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
• Os datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri dibagian
pinggang kanan terutama saat miring kesebelah kanan
sejak 1 bulan terakhir. 5 bulan yang lalu os sering merasa
terdapat sensani yang mengganjal di sebelah kanan
bawah terutama pada saat os solat, sensasi mengganjal
tersebut disertai nyeri seperti melilit dan hilang sendiri
apabila pasien istirahat
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
• os sempat berobat ke RSMP dengan dr. Kurniawan,
Sp.OG(K), berdasarkan hasil USG terdapat kista
berukuran 7 cm, os di minta untuk menjalani operasi
pengangkatan kista tersebut namun pasien menolak,
kemudian os meminum obat “Kurset” berdasarkan
rekomendasi dari keluarga os. Kemudian bulan Februari
pasien ingin memeriksakan kistanya kembali ke dr. Didi
Askari Pasaribu, Sp.OG(K), berdasarkan hasil USG
terdapat kista dengan ukuran 6,7cm
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Os ingin melepas KB spiralnya dikarenakan waktu os
memeriksakan KB spiralnya di bidan, berdasarkan USG
bidan di Kayuagung dikatakan KB spiralnya mau lepas. Os
juga ingin melakukan KB steril karena Os tidak mau ada
keluhan lagi karena Os ingin naik haji tahun ini.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Hipertensi (-)
• Diabetes Melitus (-)
• Asma (-)
• Hipertiroid (-)
• Jantung (-)
• Hipertensi dalam kehamilan (-)
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
–Hipertensi (-)
–Diabetes Melitus (-)
–Asma (-)
–Hipertiroid (-)
–Jantung (-)
–Hipertensi dalam kehamilan (-)
RIWAYAT MENSTRUASI
Usia Menarche : 18 Tahun
Lama Haid : 7 Hari
Ganti Pembalut : 3x/ hari
• Riwayat Perkawinan
– Lama Menikah : 28 Tahun
– Usia saat menikah : 17 Tahun
Riwayat Kontrasepsi
– Menggunakan KB suntik 3 bulan selama 2 bulan pada tahun 2001
(setelah lahir anak pertama, os berhenti menggunakan KB suntik 3 bulan
karena mens nya tidak teratur (perdarahan lebih banyak)
– Setelah itu menggunakan pil KB selama 1 bulan kemudian berhenti
karena os merasa pusing
– Os tidak menggunakan KB sejak saat itu, hingga lahir anak ke dua tahun
2004
– Setelah itu os menggunakan KB suntik 1 bulan selama 2 tahun
– 3-4 tahun yang lalu os menggunakan KB spiral
RIWAYAT PERSALINAN
Status Present
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu tubuh aksila : 36,5 °C
Status General
Kepala : Mata : anemis -/-, ikterik -/-
Thoraks : Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Paru : vesikuler +/+ , rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Sesuai status obstetri
Ekstremitas : Akral hangat
Oedem : ekstremitas atas -/-
ekstremitas bawah -/-
laboratorium
• Tanggal 7 Maret 2017 jam 15:00 diperiksa
• Tanggal 7 Maret 2017 jam 16:00 selesai
untuk menegakan diagnose penyebab pasti apakah pasien ini memang betul
Kista Ovarium atau tidak.
• Pil kontrasepsi biasanya berisi estrogen efek kelebihan estrogen atau Efek samping
penggunaan
Rasa mual kadang disertai muntah, diare dan perut terasa kembung
Terjadinya retensi cairan disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium,
dan dapat meningkatkan bertambahnya berat badan
Sakit kepala
PEMBAHASAN KONTRASEPSI
• 3-4 tahun yang lalu os menggunakan KB spiral
• Salah satu komplikasi dari pemasangan IUD adalah Ekspulsi (Pengeluaran sendiri)
dimana Lama pemakaian ekspulsi paling sering terjadi pada tiga bulan pertama
setelah pemasangan; setelah itu angka kejadiannya menurun dengan tajam.
• Namun untuk memperkirakan kontrasepsi IUD tersebut mengalami ekspulsi atau tidak
kita bisa melakukan pemeriksaan dengan menggunakan USG, pasien ini ingin
memeriksakan kontrasepsi IUD nya karena berdasarkan hasil USG IUD nya mau lepas
PEMBAHASAN TATALAKSANA
Pada penatalaksanaan pasien ini diberikan
1. IVFD RL gtt 20x/menit
2. Cefotaxim 2x1ampul
3. Asam Tranexamat 3x500mg
• Indikasi pemasangan IVFD pada pasien ini adalah karena pasien ini akan menjalankan operasi
sehingga pasien diharuskan untuk puasa agar system pencernaan pasien tidak penuh sehingga
memudahkan operator untuk menjalankan operasi, untuk asupan cairan pasien bisa melalui infus
• Pada pasien ini diberikan cefotaxime 2x1gram/I.V, indikasi pemberian antibiotic tersebut dikarenakan
berdasarkan hasil kimia darah, jumlah leukosit pasien meningkat yaitu 13.600/UL (5000-10.000 /UL).
PEMBAHASAN TATALAKSANA
Pada penatalaksanaan pasien ini diberikan
1. IVFD RL gtt 20x/menit
2. Cefotaxim 2x1ampul
3. Asam Tranexamat 3x500mg
• Indikasi pemasangan IVFD pada pasien ini adalah karena pasien ini akan menjalankan operasi
sehingga pasien diharuskan untuk puasa agar system pencernaan pasien tidak penuh sehingga
memudahkan operator untuk menjalankan operasi, untuk asupan cairan pasien bisa melalui infus
• Pada pasien ini diberikan cefotaxime 2x1gram/I.V, indikasi pemberian antibiotic tersebut dikarenakan
berdasarkan hasil kimia darah, jumlah leukosit pasien meningkat yaitu 13.600/UL (5000-10.000 /UL).
PEMBAHASAN TATALAKSANA
Namun kita harus memperhatikan efek samping dari cefotaxime adalah
1. Gastrointestinal : colitis, diare, mual, muntah dan nyeri abdomen
2. Susunan saraf pusat : sakit kepala dan pusing
3. Hati : kenaikan sementara pada serum kreatinin dan ureum, parastesia, peningkatan SGOT, SGPT,
LDH dan alkalifoasfatase dapat terjadi
• Dari efek samping tersebut kita bisa mempertimbang kan efek samping dari obat itu berupa nyeri
abdomen, karena pasien ini sudah dari awal mengeluh nyeri dibagian abdomen
PEMBAHASAN TATALAKSANA
• sehingga kita bisa mempertimbangkan pemberian antibiotic golongan lain seperti ceftriaxone yaitu
antibiotic sefalosporin generasi ke 2, indikasi pemberian antibiotic ini sama seperti cefotaxime namun
efek samping ceftriaxone adalah :
1. Kulit : rash
2. Saluran cerna : diare
3. Hepar : peningkatan transaminase
4. Lokal : nyeri selama injeksi (I.V) : rasa hangat
Sehingga berdasarkan efek samping dari antibiotic tersebut sebaiknya kita memilih antibiotik
ceftriaxone.
PEMBAHASAN TATALAKSANA
• Namun pada pasien ini juga diberikan asam tranexamat, dimana asam
tranexamat tersebut merupakan obat golongan anti fibrinolitik.