Anda di halaman 1dari 156

Kistoma Ovarium + Tubektomi + Aff

IUD
Putra Pandu Sentosa, S.Ked
NIM : 71 2016 008

Pembimbing:
dr. H. Didi Askari Pasaribu, Sp. OG(K)

BAGIAN ILMU OBSTETRI GYNEKOLOGI


RSUD PALEMBANG BARI
2017
BAB I
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG

Gangguan pada ovarium Kista adalah pertumbuhan


Ovarium mempunyai fungsi dapat menyebabkan
yang sangat penting pada terhambatnya pertumbuhan,
berupa kantung (pocket, pouch)
reproduksi dan menstruasi. perkembangan dan yang tumbuh dibagian tubuh
kematangan sel telur tertentu

Yang sering dijumpai adalah kista dapat berupa kistik, padat, kecil,
ovarii dan kista dermoid. Kista besar dan memberikan
ovarii dapat menjadi besar sekali, pengaruh hormon; bisa jinak
yang disebut kista ovarii permagna dan ganas.
LATAR BELAKANG

Diperkirakan kejadian massa Keganasan ovarium hanya


adneksa di remaja Populasi satu persen dari seluruh
adalah sekitar 2,6 per keganasan ditemukan pada
100.000 perempuan muda pasien wanita kurang dari
dari 18 tahun. usia 15 tahun
LATAR BELAKANG

Sampai dengan 10% wanita pernah operasi selama


Tumor ovarium yang tersering masa hidup mereka untuk massa pada ovarium. Pada
dijumpai adalah tumor kistik, wanita premenopause hampir semua massa ovarium dan
130 kasus adnexa yang kista bersifat jinak. Insiden keseluruhan dari gejala kista
didiagnosis selama kehamilan; ovarium pada wanita premenopause menjadi ganas
teratoma kistik, kistadenoma adalah sekitar 1: 1000 meningkat menjadi 3: 1000 pada
serosa atau musinosa, kista usia 50
korpus luteum, kista jinak
lainnya

Hal ini penting untuk menyadari, evaluasi,


dan pengobatan ovarium jinak kista dalam
rangka untuk mengembalikan fungsi
ovarium agar tidak terganggu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Anatomi Ovarium
Indung telur pada seorang dewasa kira-kira sebesar ibu jari tangan,
terletak di kiri dan kanan uterus, dekat pada dinding pelvis di fossa
ovarika. Ovarium dihubungan dengan uterus melalui ligamentum ovarii
propium. Arteri ovarika berjalan menuju ovarium melalui ligamentum
suspensorium ovarii (ligamentum infundibulopelvikum
Anatomi Ovarium
Anatomi Ovarium
Bagian ovarium yang berada didalam kavum peritonei dilapisi oleh epitel
selapis kubik-silindrik, disebut epitelium germinativum. Dibawah epitel ini
terdapat tunika albuginea dan dibawahnya lagi baru ditemukan lapisan
tempat folikel-folikel primordial
Anatomi Ovarium
• Tiap bulan satu folikel, kadang-kadang dua folikel,
berkembang menjadi folikel de graaf.
• Folikel-folikel ini merupakan bagian ovarium terpenting
dan dapat ditemukan di korteks ovarii dalam letak yang
beraneka ragam, dan juga dalam tingkat-tingkat
perkembangan dari satu sel telur dikelilingi oleh satu
lapisan sel saja sampai folikel de Graaf matang.
• Folikel yang matang ini terisi dengan likour follikuli yang
mengandung estrogen dan siap untuk berovulasi
Anatomi Ovarium
Anatomi Ovarium
• Pada waktu dilahirkan bayi perempuan mempunyai
sekurang-kurangnya 750.000 oogonium. Jumlah ini
berkurang akibat pertumbuhan dan degenerasi folikel-
folikel. Pada umur 6-15 tahun ditemukan 439.000, pada
16-25 tahun 159.000, antara 26-35 tahun menurun
sampai 59.000, dan antara 34-45 hanya 34.000. Pada
masa menopause semua folikel sudah menghilang
Perkembangan Folikel Ovarium
• Setelah terjadi menarch dan ovarium mulai berfungsi
secara teratur terbentuklah aksis Hypothalamic-pituitary-
ovarian yang terintegrasi dan berfungsi baik. Sel teka dan
sel granulosa ovarium mulai memproduksi estrogen,
progesterone dan androgen
Perkembangan Folikel Ovarium
• Perkembangan morfologis awal sel granulosa dari folikel
primer dipengaruhi oleh follicle-stimulating hormone
(FSH). Dengan perkembangan folikel primer menjadi
folikel sekunder atau tersier awal, sel granulosa dan sel
teka mensintesis reseptor untuk berbagai hormone lainya
Perkembangan Folikel Ovarium
• FSH juga menginduksi system enzim aromatase yang
mendorong konversi androgen menjadi estrogen.
Akhirnya hormone ini menginduksi terbentuknya reseptor
Luteinizing hormone (LH). Hormon LH penting dalam
diferensiasi sel granulosa menjadi korpus luteum setelah
terjadinya ovulasi
Perkembangan Folikel Ovarium
KISTA OVARIUM
• Kista ovarium yaitu suatu kantong abnormal yang berisi
cairan atau setengah cair yang tumbuh dalam indung
telur. Bentuknya kistik dan ada pula yang berbentuk
seperti anggur. Kista dapat berisi udara, cairan kental,
maupun nanah
KISTA OVARIUM
• Keluhan baru muncul jika ukurannya sudah membesar
atau letaknya menggangggu organ lain disekitarnya.
Gejala yang sering dirasakan adalah pembesaran perut
atau ada benjolan didaerah perut bagian bawah.
• Kista ovarium dapat jinak maupun ganas, kista ovarium
yang tidak ganas biasanya bersifat fisiologis dan dialami
banyak wanita di usia reproduksi karena masih
mengalami menstruasi
KISTA OVARIUM
• Keluhan baru muncul jika ukurannya sudah membesar
atau letaknya menggangggu organ lain disekitarnya.
Gejala yang sering dirasakan adalah pembesaran perut
atau ada benjolan didaerah perut bagian bawah.
• Kista ovarium dapat jinak maupun ganas, kista ovarium
yang tidak ganas biasanya bersifat fisiologis dan dialami
banyak wanita di usia reproduksi karena masih
mengalami menstruasi
KLASIFIKASI KISTA OVARIUM
• Kista Ovarium Non Neoplastik
– Kista Folikel
– Kista Korpus Luteum
– Kista Teka Lutein
– Kista Inkusi Germinal
– Kista Endometrium
– Kista Stein Leventhhal
KISTA OVARIUM NON NEOPLASTIK
• KISTA FOLIKEL
– Kista folikel sering ditemukan pada kelompok usia kelompok,
khususnya selama awal masa menarch dan mendekati usia
menopause
– Kista ini berasal dari folikel de graaf yang tidak berovulasi,
namun tumbuh terus menjadi kista folikel.
– Bagian dalam dinding kista yang tipis terdiri atas beberapa
lapisan sel granulosa, akan tetapi karena tekanan di dalam
kista, terjadilah atrofi pada lapisan ini..
KISTA OVARIUM NON NEOPLASTIK
• KISTA FOLIKEL
– Cairan dalam kista jernih dan sering kali mengandung
estrogen, oleh sebab itu kista kadang-kadang dapat
menyebabkan gangguan haid. Kista folikel lama kelamaan
mengecil dan dapat menghilang, atau bisa terjadi ruptur dan
kista menghilang
KISTA OVARIUM NON NEOPLASTIK

• KISTA FOLIKEL
KISTA OVARIUM NON NEOPLASTIK
• KISTA KORPUS LUTEUM
– Korpus luteum disebut kista korpus luteum jika berukuran > 3
cm , kadangkadang diameter kista ini dapat sebesar 10 cm,
rata-rata 4 cm.
– Dalam keadaan normal korpus luteum lama kelamaan
mengecil dan menjadi korpus albikans.
– Perdarahan yang sering terjadi di dalamnya menyebabkan
terjadinya kista, kista ini berisi cairan yang berwarna merah
coklat.
KISTA OVARIUM NON NEOPLASTIK
• KISTA KORPUS LUTEUM
– Pada pembelahan ovarium kista korpus luteum memberi
gambaran yang khas. Dinding kista terdiri atas lapisan
berwarna kuning, terdiri atas sel-sel luteum yang berasal dari
sel- sel teka.
– Kista korpus luteum dapat menimbulkan gangguan haid,
berupa amonorea diikuti oleh pendarahan yang tidak teratur.
KISTA OVARIUM NON NEOPLASTIK
KISTA OVARIUM NON NEOPLASTIK
• KISTA TEKA LUTEIN
– Kista teka lutein biasanya bilateral, kecil dan jarang terjadi
dibandingkan kista folikel atau kista korpus luteum.
– Kista teka lutein berisi cairan berwarna kekuning-kuningan.
Berhubungan dengan penyakit trofofoblastik kehamilan
(misalnya mola hidatidosa, koriokarsioma), penyakit ovarium
polikistik dan pemberian zat perangsang ovulasi.
KISTA OVARIUM NON NEOPLASTIK
• KISTA TEKA LUTEIN
– Gejala yang timbul biasanya rasa penuh atau menekan pada
pelvis. Tumbuhnya kista ini ialah akibat pengaruh hormon
koriogononadotropin yang berlebihan, dan hilangnya mola atau
koriokarsinoma, ovarium yang mengecil secara spontan
KISTA OVARIUM NON NEOPLASTIK

• KISTA TEKA LUTEIN


KISTA OVARIUM NON NEOPLASTIK
• KISTA Inkusi Germinal
– Tumor ini lebih banyak terdapat pada wanita usia lanjut, dan
besarnya jarang melebihi diameter 1 cm. Kista ini biasanya
secara kebetulan ditemukan pada pemeriksaan histologik
ovarium yang diangkat waktu operasi. kista ini terletak di
bawah permukaan ovarium, dindingnya terdiri atas satu lapisan
epitel, berisi cairan jernih.
KISTA OVARIUM NON NEOPLASTIK
• KISTA ENDOMETRIUM
– Kista ini endometriosis yang berlokasi di ovarium.
– Endometriosis adalah suatu keadaan dimana jaringan
endometrium yang masih berfungsi terdapat di luar kavum uteri
– Gambaran mikroskopik dari endometriosis yaitu pada ovarium
tampak kista-kista biru kecil sampai kista besar berisi darah tua
menyerupai coklat (kista coklat atau endometrioma)
KISTA OVARIUM NON NEOPLASTIK
• KISTA ENDOMETRIUM
– Gejala klinis endometriosis dalam bentuk :
• dismenorea (nyeri abdomen/perut sesuai dengan waktu menstruasi),
• disparunia (nyeri saat hubungan seksual),
• nyeri saat defekasi (pada endometriosis dinding rektosigmoid),
• menoragia (perubahan menstruasi dalam bentuk polimenorea atau
hipermenorea),
• infertilitas (gangguan saluran tuba falopii sehingga tidak berfungsi
sebagai saluran ovum spermatozoa dan tempat konsepsi).
KISTA OVARIUM NON NEOPLASTIK
• KISTA ENDOMETRIUM
KISTA OVARIUM NON NEOPLASTIK
• KISTA Kista Stein Leventhhal
– Pada tahun 1955 Stein dan Leventhal meminta perhatian
dengan terhadap segolongan wanita muda dengan gejala-
gejala infertilitas, amenorea. Kista ini disebabkan oleh
gangguan hormonal
KLASIFIKASI KISTA OVARIUM
• Kista Ovarium Neoplastik
– Kistoma Ovarii Simpleks
– Kistoma Ovarii Musinosum
– Kistoma Ovarii Serosum
– Kista Endometrioid
– Kista Dermoid
KISTA OVARIUM NEOPLASTIK
• Kistoma Ovarii Simpleks
– Kista ini mempunyai permukaan rata dan halus, biasanya
bertangkai, sering kali bilateral dan dapat menjadi besar.
– Dinding kista tipis dan cairan di dalam kista jernih dan
berwarna kuning.
– Pada dinding kista tampak lapisan epitel kuboid.
KISTA OVARIUM NEOPLASTIK
• Kistoma Ovarii Simpleks
– Berhubungan adanya tangkai dapat terjadi torsi (putaran
tangkai) dengan gejala-gejala mendadak.
– Terapi yang dilakukan dengan pengangkatan kista dengan
reseksi ovarium, akan tetapi jaringan yang dikeluarkan harus
segera diperiksa secara histologik untuk mengetahui apakah
ada keganasan
KISTA OVARIUM NEOPLASTIK
• Kistoma Ovarii Musinosum
– Tumor musinosum merupakan 15 %- 25% dari semua
neoplasma ovarium dan menyebabkan 6%-10% kanker
ovarium.
– Sekitar 8%-10% adalah bilateral. Tumor ini bisa sangat besar
(>70 kg) tetapi rata-rata berdiameter 16-17 cm saat didiagnosis
dan terutama ditemukan pada dua kelompok umur (10-30
tahun dan >40 tahun).
KISTA OVARIUM NEOPLASTIK
• Kistoma Ovarii Musinosum
– Biasanya tidak menimbulkan gejala selain rasa penuh akibat
adanya massa dalam perut.
– Tumor musinosum berdinding licin halus dan berisi cairan
kental, tebal, kecoklatan.
– Bila terjadi keganasan terapi yang dilakukan adalah melakukan
pembedahan
KISTA OVARIUM NEOPLASTIK
• Kistoma Ovarii Musinosum
KISTA OVARIUM NEOPLASTIK
• Kistoma Ovarii Serosum
– Kista jenis ini tidak mencapai ukuran yang sangat besar
dibandingkan dengan kistadenoma musinosum.
– Permukaan tumor biasanya licin dan berwarna keabuabuan.
– Ciri khas kista ini ialah potensi pertumbuhan papiler ke dalam
rongga kista sebesar 50 % dan keluar pada permukaan kista
sebesar 5 %.
– Isi kista cair, kuning, dan kadang-kadang coklat karena
campuran darah
KISTA OVARIUM NEOPLASTIK
• Kista Endometrioid
– Kista ini biasanya unilateral dengan permukaan licin, pada
dinding dalam terdapat satu lapisan sel-sel, yang menyerupai
lapisan epitel endometrium.
– Kista ini ditemukan oleh Sartesson tahun 1969, kista ini tidak
ada hubungannya dengan endometriosis ovarii
KISTA OVARIUM NEOPLASTIK
• Kista Dermoid
– Tidak ada ciri-ciri khas pada kista dermoid.
– Dinding kista kelihatan putih dan keabu-abuan, dan agak tipis.
– Pada umumnya terdapat satu daerah pada dinding bagian
dalam yang menonjol dan padat.
– Kista dermoid dapat terjadi torsi tangkai (komplikasi) dengan
gejala nyeri mendadak di perut bagian bawah.
KISTA OVARIUM NEOPLASTIK
• Kista Dermoid
– Ada kemungkinan pula terjadinya sobekan dinding kista
dengan akibat pengeluaran isi kista dalam rongga peritoneum.
– Perubahan keganasan jarang terjadi, kira-kira 1,5% dari semua
kista dermoid, dan biasanya terjadi pada wanita sesudah
menopause
KISTA OVARIUM NEOPLASTIK
• Kista Dermoid
– Ada kemungmenopause
GEJALA KLINIS KISTA OVARIUM
1. Pembesaran, tumor yang kecil mungkin diketahui saat
melakukan pemeriksaan rutin.

Tumor dengan diameter sekitar 5 cm , dianggap belum


berbahaya kecuali bila dijumpai pada ibu yang menopause
atau setelah menopause. Besarnya tumor dapat menimbulkan
gangguan berkemih dan buang air besar terasa berat di
bagian bawah perut, dan teraba tumor di perut
GEJALA KLINIS KISTA OVARIUM
2. Gejala gangguan hormonal

indung telur merupakan sumber hormon wanita yang paling utama


sehingga bila terjadi pertumbuhan tumor dapat mengganggu
pengeluaran hormon. Gangguan hormon selalu berhubungan
dengan pola menstruasi yang menyebabkan gejala klinis berupa
gangguan pola menstruasi dan gejala karena tumor mengeluarkan
hormon.
GEJALA KLINIS KISTA OVARIUM
3. Gejala klinis karena komplikasi tumor.

Gejala komplikasi tumor dapat berbentuk infeksi kista ovarium


dengan gejala demam, perut sakit, tegang dan nyeri, penderita
tampak sakit. Mengalami torsi pada tangkai dengan gejala perut
mendadak sakit hebat dan keadaan umum penderita cukup baik
FAKTOR RISIKO
• Faktor Umur
– Kista sering tejadi pada wanita usia subur atau usia reproduksi
– keganasan kista ovarium bisa terjadi pada usia sebelum
menarche dan usia di atas 45 tahun.
FAKTOR RISIKO
• Faktor Genetik
– Riwayat keluarga merupakan faktor penting dalam
memasukkan apakah seseorang wanita memiliki risiko terkena
kista ovarium.
– Resiko wanita terkena kista ovarium adalah sebesar 1,6%.
– Apabila wanita tersebut memiliki seorang anggota keluarga
yang mengindap kista, risikonya akan meningkat menjadi 4%
sampai 5%.
FAKTOR RISIKO
• Faktor Genetik
– Dalam tubuh kista ada terdapat gen-gen yang berpotensi
memicu kanker yaitu protoonkogen. Karena faktor pemicu
seperti pola hidup yang kurang sehat, protoonkogen bisa
berubah menjadi onkogen yaitu gen yang dapat memicu
timbulnya sel kanker
FAKTOR RISIKO
• Faktor Reproduksi
– Riwayat reproduksi terdahulu serta durasi dan jarak reproduksi
memiliki dampak terbesar pada penyakit kista ovarium
– paritas (ketidaksuburan) yang rendah dan infertilitas, serta
menarche dini dan menopause terlambat meningkatkan resiko
untuk berkembang menjadi kista ovarium.
FAKTOR RISIKO
• Faktor Reproduksi
– Kista ovarium sering terjadi pada wanita dimasa reproduksi,
menstruasi di usia dini (menarche dini) yaitu usia 11 tahun atau
lebih muda (< 12 tahun) merupakan faktor risiko
berkembangnya kista ovarium, karena faktor asupan gizi yang
jauh lebih baik , rata-rata anak perempuan mulai memperoleh
haid pada usia 10-11 tahun. Siklus haid yang tidak teratur juga
merupakan faktor risiko terjadinya kista ovarium.
FAKTOR RISIKO
• Faktor Reproduksi
– Pada wanita usia subur dan sudah menikah serta memiliki
anak, biasanya mereka menggunakan alat kontrasepsi
hormonal merupakan faktor resiko kista ovarium, yaitu pada
wanita yang menggunakan alat kontrasepsi hormonal implant,
akan tetapi pada wanita yang menggunakan alat kontrasepsi
hormonal berupa pil cenderung mengurangi resiko untuk
terkena kista ovarium.
FAKTOR RISIKO
• Faktor Hormonal
– Kista ovarium dapat terjadi karena ketidakseimbangan hormon
estrogen dan progesteron, misalnya akibat penggunaan obat-
obatan yang merangsang ovulasi dan obat pelangsing tubuh
yang bersifat diuretik.
– Kista fungsional dapat terbentuk karena stimulasi hormon
gonadotropin atau sensitivitas terhadap hormon gonadotropin
yang berlebihan. Hormon gonadotropin termasuk FSH (Folikel
Stimulating) dan HCG (Human Chorionik Gonadotropin).
FAKTOR RISIKO
• Faktor Lingkungan
– Perubahan pola struktur masyarakat agraris ke masyarakat
industri banyak memberikan andil terhadap perubahan pola
fertilitas, gaya hidup, dan sosial ekonomi.
– Perubahan gaya hidup juga mempengaruhi pola makan yaitu
konsumsi tinggi lemak dan rendah serat, merokok, konsumsi
alkohol, zat tambahan pada makanan, terpapar polusi asap
rokok atau zat berbahaya lainya, stress dan kurang aktivitas
atau olahraga bisa memicu terjadinya suatu penyakit
KOMPLIKASI
• Torsi kista ovarium
– Torsi kista ovarium biasanya terjadi saat hamil/pascapartum.
Keluhannya nyeri perut mendadak, mual dan muntah
– torsi menahun tidak dirasakan karena perlahan-lahan sehingga
tidak banyak menimbulkan rasa nyeri abdomen, timbulnya torsi
karena ada tumor dalam perut. Terapi yang dilakukan adalah
tindakan laparotomi.
KOMPLIKASI
• Perdarahan
– Perdarahan dapat terjadi trauma abdomen, langsung pada
kistanya.
– Keluhan seperti trauma diikuti rasa nyeri mendadak.
Perdarahan menimbulkan pembesaran kista dan memerlukan
tindakan laparotomi.
KOMPLIKASI
• Perdarahan
– Tidak ada patokan mengenai ukuran besar kista yang
berpotensi pecah. Ada kista yang berukuran 5 cm sudah
pecah, namun ada pula yang sampai berukuran 20 cm belum
pecah. Pecahnya kista menyebabkan pembuluh darah robek
dan menimbulkan terjadinya perdarahan
KOMPLIKASI
• Infeksi kista ovarium
– Infeksi pada kista terjadi akibat infeksi asenden dari serviks,
tuba dan menuju lokus ovulasi, sampai abses. Keluhan infeksi
kista ovarii yaitu badan panas, nyeri pada abdomen, perut
terasa tegang, diperlukan pemeriksaan laparotomi dan
laboratorium untuk mengetahui adanya infeksi pada kista
PEMERIKSAAN KISTA OVARIUM
• Laparoskopi
– Pemeriksaan ini Sangat berguna untuk mengetahui apakah
tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan
sifat-sifat tumor itu.
• Ultrasonografi
– Pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas tumor,
apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung
kencing, apakah tumor kistik atau solid, dan dapat dibedakan
pula antara cairan dalam rongga perut yang bebas dan yang
tidak.
PEMERIKSAAN KISTA OVARIUM
• CA-125
– Memeriksa kadar protein di dalam darah yang disebut CA-125.
Kadar CA-125 juga meningkat pada perempuan subur,
meskipun tidak ada proses keganasan.
– Tahap pemeriksaan CA-125 biasanya dilakukan pada
perempuan yang berisiko terjadi proses keganasan, kadar
normal CA-125 (0-35 u/ml).
PENATALAKSANAAN
• Terapi Hormonal
– Pengobatan dengan pemberian pil KB (gabungan estrogen-
progresteron) boleh ditambahkan obat anti androgen
progesteron cyproteron asetat yang akan mengurangi ukuran
besar kista.
– Untuk kemandulan dan tidak terjadinya ovulasi, diberikan
klomiphen sitrat.
– Juga bisa dilakukan pengobatan fisik pada ovarium, misalnya
melakukan diatermi dengan sinar laser.
PENATALAKSANAAN
• Terapi Pembedahan /Operasi
– Pengobatan dengan tindakan operasi kista ovarium perlu
mempertimbangkan beberapa kondisi antara lain, umur
penderita, ukuran kista, dan keluhan.
– Apabila kista kecil atau besarnya kurang dari 5 cm dan pada
pemeriksaan Ultrasonografi tidak terlihat tanda-tanda proses
keganasan, biasanya dilakukan operasi dengan laparoskopi
JENIS KONTRASEPSI
• Kontrasepsi Non-Hormonal
– Kontrasepsi Tanpa Menggunakan Alat/Obat
– Kontrasepsi Sederhana untuk Laki-Laki
– Kontrasepsi Sederhana Untuk Perempuan
• Kontrasepsi Hormonal
– Pil Kontrasepsi
– Kontrasepsi Suntikan (Depo Provera)
• Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterine Device IUD)
• Kontrasepsi Mantap Pada Perempuan (Sterilisasi)
KONTRASEPSI TANPA MENGGUNAKAN
ALAT/OBAT
• Senggama Terputus (Koitus Interruptus)
• Pembilasan Pascasanggama (Postcoital Douche)
• Perpanjangan Masa Menyusui Anak (Prolonged Lactation)
• Pantang Berkala (Rhytm Method)
PIL KONTRASEPSI
• Ada dua jenis progesterone sintetik yang dipakai yaitu
berasal dari 19 nor-testoteron, dan yang berasal dari 17 alfa-
asetoksi-progesteron.
• Yang mengandung 17 alfa-asetoksi-progesteron tidak
digunakan lagi karena dapat menimbulkan tumor mamma
PIL KONTRASEPSI
• Mekanisme Kerja
– Pil kontrasepsi terdiri atas komponen estrogen dan progesterone
atau salah satu dari komponen tersebut.
– Umumnya disebutkan komponen estrogen dalam pil menekan
sekresi FSH, menghalangi maturase folikel dalam ovarium.
– Karena pengaruh estrogen dari ovarium terhadap hipofisis tidak
ada, maka tidak terdapat pengeluaran LH. Pada pertengahan
siklus haid kadar FSH rendah dan tidak terjadi peningkatan kadar
LH, sehingga menyebabkan ovulasi terganggu.
PIL KONTRASEPSI
• Komponen progestogen dalam pil kombinasi mempunyai
khasiat :
– Lendri serviks uteri menjadi lebih kental sehingga menghalangi
penetrasi spermatozoon untuk masuk kedalam uterus
– Beberapa progestogen tertentuk seperti noretynodrel, mempunyai
efek antiestrogenik terhadap endometrium sehingga menyulitkan
implantasi ovum yang telah dibuahi
EFEK SAMPING PIL KONTRASEPSI
• Efek samping penggunaan
– Rasa mual kadang disertai muntah, diare dan perut terasa
kembung
– Terjadinya retensi cairan disebabkan oleh kurangnya pengeluaran
air dan natrium, dan dapat meningkatkan bertambahnya berat
badan
– Sakit kepala
– Nyeri pada mamma atau flour albus
KONTRA INDIKASI PIL KONTRASEPSI
• Kontraindikasi Mutlak :
– Termasuk adanya tumor-tumor yang dipengaruhi estrogen,
penyakit hati yang aktif, baik akut ataupun menahun; kelainan
serebro-vaskular, DM dan kehamilan
• Kontraindikasi relatif :
– depresi, migraine, mioma uteri, hipertensi, oligomenorea dan
amenorea
KONTRASEPSI SUNTIKAN
• Suntikan setiap 3 bulan (depo Provera)
– Depo Provera ialah 6-alfa-medroksiprogesteron yang digunakan
untuk tujuan kontrasepsi parenteral, mempunyai efek progestagen
yang kuat dan sangat efektif
KONTRASEPSI SUNTIKAN
• Waktu Pemberian dan Dosis
– Kontrasepsi suntikan sangat cocok untuk program postpartum
karena tidak mengganggu laktasi, dan terjadinya amenorea setelah
suntikan.
– Tidak mengganggu ibu yang menyusui anaknya dalam masa
postpartum.
– Depo provera disuntikan sebelum ibu meninggalkan RS; sebaiknya
sesudah air susu ibu terbentuk yaitu kira-kira hari ke-3 sampai hari
ke -5
– Kontrasepsi depo disuntikan dalam dosis 150mg/cc sekali 3 bulan
IM (intramuskulus)
KONTRASEPSI SUNTIKAN
• Waktu Pemberian dan Dosis
– Kontrasepsi suntikan sangat cocok untuk program postpartum
karena tidak mengganggu laktasi, dan terjadinya amenorea setelah
suntikan.
– Tidak mengganggu ibu yang menyusui anaknya dalam masa
postpartum.
– Depo provera disuntikan sebelum ibu meninggalkan RS; sebaiknya
sesudah air susu ibu terbentuk yaitu kira-kira hari ke-3 sampai hari
ke -5
– Kontrasepsi depo disuntikan dalam dosis 150mg/cc sekali 3 bulan
IM (intramuskulus)
KONTRASEPSI SUNTIKAN
• Keuntungan
– Efektivitas tinggi
– Pemakaiannya sederhana; cukup menyenangkan bagi akseptor
(injeksi hanya 4x setahun)
– Cocok untuk ibu yang menyusui anaknya
• Kerugian
– Sering menimbulkan perdarah yang tidak teratur (Spotting,
breakthrough bleeding)
– Dapat menimbulkan amenorea
KONTRASEPSI SUNTIKAN
• Suntikan Setiap 1 bulan (Monthly Injectable)
– Suntikan bulanan mengandung 2 macam hormone progestin dan
estrogen seperti hormone alami perempuan. Juga disebut suntikan
kombinasi. Preparat yang dipakai adalam medroxy progesterone
acetate (MPA) / estradiol caprionate atau norethisterone enanthate
(NET-EN).
KONTRASEPSI SUNTIKAN
• Mekanisme kerjanya adalah mencegah keluarnya ovum dari
ovarium (Ovulasi).
• Efektivitasnya tergantung saat kembalinya untuk
mendapatkan suntikan. Bila perempuan mendapatkan
suntikan tepat waktu, angka kehamilannya kurang dari 1 per
100 perempuan yang menggunakan kontrasepsi bulanan
dalam satu tahun pertama
Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) atau Intra
Uterine Divice IUD)
• Mekanisme Kerja IUD
– Sampai sekarang mekanisme kerja IUD belum diketahui pasti. Kini
pendapat yang terbanyak ialah bawa IUD dalam kavum uteri
menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai
dengan sebukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista
atau sperma.
– Pada pemeriksaan cairan uterus pada pemakaian IUD seringkali
dijumpai pula sel-sel makrofag (fagosit) yang mengandung
spermatozoa.
Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) atau Intra
Uterine Divice IUD)
• Jenis-jenis IUD
– Bentuk Terbuka Linear
• Lippes Loop

• Saf-T-Coil
Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) atau Intra
Uterine Divice IUD)
• Dalkon Shield
• Cu-T
• Cu-7

• Spring Coil

M
• Margulies Spiral
Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) atau Intra
Uterine Divice IUD)
• Jenis-jenis IUD
– Bentuk Tertutup dengan dasar cincin
• Cincin Gravenberg
• Cincin hall-stone • Ota Ring
• Birnberg bow

• Ragab ring
• Antigon F
Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR) atau Intra
Uterine Divice IUD)
• Waktu pemasangan IUD
– Sewaktu haid sedang berlangsung
– Sewaktu postpartum
– Sewaktu postabortum
– Sewaktu melakukan seksio sesarea
TUBEKTOMI

• Cara Pomeroy  angka kegagalannya berkisar 0-0,4%


– Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian tengah tuba
sehingga membentuk suatu lipatan terbuka
– Kemudian dasarnya diikat dengan benang yang dapat diserap
– Tuba diatas dasar itu dipotong
– Setelah benang pengikat diserap, maka ujung-ujung tuba akhirnya
terpisah satu sama lain
TUBEKTOMI

• Cara Pomeroy  angka kegagalannya berkisar 0-0,4%


TUBEKTOMI

• Cara Irving
– Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat
diserap
– Ujung proksimal tuba ditanamkan kedalam miometrium
– Sedangkan ujung distal ditanamkan dalam ligamentum latum
TUBEKTOMI

• Cara Aldridge
– Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian
– Tuba bagian distal bersama-sama dengan fimbra ditanam kedalam
ligamentum latum
TUBEKTOMI

• Cara Uchida
– Tuba ditarik keluar abdomen melalui suatu insisi kecil
(minilaparotomi) diatas simfisis pubis
– Dilakukan suntikan didaerah ampulla tuba dengan larutan
adrenalin dalam air garam dibawah serosa tuba
– Akibat suntikan ini, mesosalping didaerah tersebut mengembung
TUBEKTOMI

• Cara Uchida
– Lalu dibuat sayatan kecil didaerah yang kembung tersebut
– Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kira-kira 4-5cm; tuba dicari
dan setelah ditemukan dijepit, diikat lalu di gunting
– Ujung tuba yang proksimal akan tertanam dengan sendirinya
dibawah serosa
– Sedangkan ujung tuba yang distal dibiarkan berada diluar seorsa
TUBEKTOMI

• Cara Uchida
TUBEKTOMI

• Cara Kronoer
– Bagian fimbria dari tuba dikeluarkan dari lubang operasi
– Suatu ikatan dengan benang sutera dibuat melalui bagian
mesosalping dibawah fimbria
– Jahitan ini diikat dua kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain
mengelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya
– Seluruh fimbria dipotong
– Setelah pasti tidak ada perdarahan, maka tuba dikembalikan
kerongga perut
TUBEKTOMI

• Cara Kronoer
LAPAROTOMI
• TEKNIK SAYATAN LAPAROTOMI
– Midline Epigastric Insision (irisan median atas)
• Insisi dilakukan persis pada garis tengah dimulai dari ujung Proc.
Xiphoideus hingga satu sentimeter diatas umbilikus. Membuka
peritoneum dari bawah.
– Midline Sub-umbilical Insision (irisan median bawah)
• Irisan dari umbilikus sampai simfisis, membuka peritoneum dari sisi
atas. Irisan median atas dan bawah dapat disambung dengan
melingkari umbilikus
LAPAROTOMI
• TEKNIK SAYATAN LAPAROTOMI
– Paramedian Insision ”trapp door” (konvensional)
• Insisi ini dapat dibuat baik di sebelah kanan atau kiri dari garis tengah.
Kira-kira 2,5cm sampai 5cm dari garis tengah.
• Insisi dilakukan vertikal, diatas sampai bawah umbilikus, M. Rectus
Abdominis didorong ke lateral dan peritoneum dibuka juga 2,5cm
lateral dari garis tengah.
LAPAROTOMI
• TEKNIK SAYATAN LAPAROTOMI
– Lateral Paramedian Insision
• Modifikasi dari paramedian insision yang dikenalkan oleh Guillou.
• Dimana fascia diiris lebih lateral dari yang konvensional. Secara
teoritis, teknik ini akan memperkecil kemungkinan terjadinya wound
dehiscence dan insisional hernia dan lebih baik dari yang konvensional
LAPAROTOMI
• TEKNIK SAYATAN LAPAROTOMI
– Vertical Muscle Splitting Insision (paramedian transrect)
• Insisi ini sama dengan paramedian insision konvensional
• hanya otot rectus pada insisi ini dipisahkan secara tumpul (splitting
longitudinally) 1/3 pada tengahnya, atau jika mungkin pada 1/6
tengahnya.
• Insisi ini berguna untuk membuka scar yang berasal dari insisi
paramedian sebelumnya. Kemungkinan hernia sikatrikalis lebih besar
– Kocher Subcostal Insision
• Insisi Subcostal kanan yang biasanya digunakan untuk pembedahan
empedu dan saluran empedu
LAPAROTOMI
• TEKNIK SAYATAN LAPAROTOMI
– McBurney Gridiron (Irisan oblique)
• Dilakukan untuk kasus apendisitis akut dan diperkenalkan oleh Charles
McBurney pada tahun 1894, otot-otot dipisahkan secara tumpul.
– Rocky Davis
• Insisi dilakukan pada titik McBurney secara transverse skin crease,
irisan ini lebih kosmetik
– Pfannenstiel Insision
• Insisi yang popular dalam bidang ginekologi dan juga dapat
memberikan akses pada ruang retropubic pada laki-laki untuk
melakukan extraperitoneal retropubic prostatectomy.
LAPAROTOMI
• TEKNIK SAYATAN LAPAROTOMI
– Insisi Thoracoabdominal
• Insisi Thorakoabdominal, baik kanan maupun kiri, akan membuat
cavum pleura dan cavum abdomen menjadi satu.
• Insisi thorakoabdominal kanan biasanya dilakukan untuk melakukan
emergensi ataupun elektif reseksi hepar.
• Insisi thorakoabdominal kiri efektif jika dilakukan untuk melakukan
reseksi dari bagian bawah esophagus dan bagian proximal dari
lambung.
LAPAROTOMI
• TEKNIK SAYATAN LAPAROTOMI
IDENTIFIKASI PASIEN
Nama : Ny. M
No.Rekmed : 401541
Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 45 tahun
Status Nikah : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Palembang/Indonesia
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Komp. Persada Blok B2 LK1, RT 002/001 Desa/Kelurahan
Indralaya Indah, Kecamatan Indralaya
MRS : 07 Maret 2017
IDENTIFIKASI SUAMI
Nama : Tn. “K”
Umur : 42 tahun
Status Nikah : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Palembang/Indonesia
Pendidikan : Strata 1 (S1)
Pekerjaan : PNS
Alamat : Komp. Persada Blok B2 LK1, RT 002/001
Desa/Kelurahan Indralaya Indah, Kecamatan
Indralaya
KELUHAN UTAMA
• Nyeri pada bagian kanan bawah sejak ± 1 bulan yang lalu
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
• Os datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri dibagian
pinggang kanan terutama saat miring kesebelah kanan
sejak 1 bulan terakhir. 5 bulan yang lalu os sering merasa
terdapat sensani yang mengganjal di sebelah kanan
bawah terutama pada saat os solat, sensasi mengganjal
tersebut disertai nyeri seperti melilit dan hilang sendiri
apabila pasien istirahat
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
• os sempat berobat ke RSMP dengan dr. Kurniawan,
Sp.OG(K), berdasarkan hasil USG terdapat kista
berukuran 7 cm, os di minta untuk menjalani operasi
pengangkatan kista tersebut namun pasien menolak,
kemudian os meminum obat “Kurset” berdasarkan
rekomendasi dari keluarga os. Kemudian bulan Februari
pasien ingin memeriksakan kistanya kembali ke dr. Didi
Askari Pasaribu, Sp.OG(K), berdasarkan hasil USG
terdapat kista dengan ukuran 6,7cm
RIWAYAT PERJALANAN PENYAKIT
Os ingin melepas KB spiralnya dikarenakan waktu os
memeriksakan KB spiralnya di bidan, berdasarkan USG
bidan di Kayuagung dikatakan KB spiralnya mau lepas. Os
juga ingin melakukan KB steril karena Os tidak mau ada
keluhan lagi karena Os ingin naik haji tahun ini.
RIWAYAT PENYAKIT DAHULU
• Hipertensi (-)
• Diabetes Melitus (-)
• Asma (-)
• Hipertiroid (-)
• Jantung (-)
• Hipertensi dalam kehamilan (-)
RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA
–Hipertensi (-)
–Diabetes Melitus (-)
–Asma (-)
–Hipertiroid (-)
–Jantung (-)
–Hipertensi dalam kehamilan (-)
RIWAYAT MENSTRUASI
Usia Menarche : 18 Tahun
Lama Haid : 7 Hari
Ganti Pembalut : 3x/ hari
• Riwayat Perkawinan
– Lama Menikah : 28 Tahun
– Usia saat menikah : 17 Tahun
Riwayat Kontrasepsi
– Menggunakan KB suntik 3 bulan selama 2 bulan pada tahun 2001
(setelah lahir anak pertama, os berhenti menggunakan KB suntik 3 bulan
karena mens nya tidak teratur (perdarahan lebih banyak)
– Setelah itu menggunakan pil KB selama 1 bulan kemudian berhenti
karena os merasa pusing
– Os tidak menggunakan KB sejak saat itu, hingga lahir anak ke dua tahun
2004
– Setelah itu os menggunakan KB suntik 1 bulan selama 2 tahun
– 3-4 tahun yang lalu os menggunakan KB spiral
RIWAYAT PERSALINAN

ANAK TAHUN JENIS CARA LAHIR BERAT PENOLONG


LAHIR KELAMIN LAHIR
1 2001 Perempuan Spontan + 3200 gram Di RSMP dengan dr. Sutan
Riwayat Vakum

2 2004 Perempuan Spontan 3200 gram Di Charitas dengan dr.


presentasi Syakroni
Bokong
3 2009 Perempuan SC atas 3200gram Di Muhammadiyah dengan
indikasi Kala 2 dr. Kurniawan, Sp.OG
memanjang
PEMERIKSAAN FISIK

Status Present
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tekanan Darah : 110/70 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Respirasi : 20 x/menit
Suhu tubuh aksila : 36,5 °C
Status General
Kepala : Mata : anemis -/-, ikterik -/-
Thoraks : Jantung : S1S2 tunggal, reguler, murmur (-)
Paru : vesikuler +/+ , rhonki -/-, wheezing -/-
Abdomen : Sesuai status obstetri
Ekstremitas : Akral hangat
Oedem : ekstremitas atas -/-
ekstremitas bawah -/-
laboratorium
• Tanggal 7 Maret 2017 jam 15:00 diperiksa
• Tanggal 7 Maret 2017 jam 16:00 selesai

• Hb :13,9 (12-14 g/dl)


• Jumlah Leukosit :13.600 (5000-10.000 /UL)
• Trombosit : 371.000 (150.000-400.000/ul)
• Hematokrit : 43 % (37-43%)
laboratorium
Hitung Jenis
• Basofil :0 (0)
• Eosinofil :1 (1-3)
• Neutrofil Batang :2 (2-6)
• Neutrofil Segmen : 73 (50-70)
• Limfosit : 22 (20-40)
• Monosit :2 (2-8)
Golongan Darah :O
Rhesus :+
• Waktu Perdarahan :2 (1-6 menit)
• Waktu Pembekuan :7 (10-15 menit)
DIAGNOSIS

P3A0 dengan Kistoma Ovari


PENATALAKSANAAN

 IVFD RL gtt 20x/menit


 Cefotaxim 2x1ampul
 Asam Tranexamat 3x500mg
 Rencana Laparotomi + Tubektomi + angkat Spiral
(tanggal 8 maret 2017 pukul 09:00
 Puasa (+)
FOLLOW UP
7 Maret 2017
S : Os masuk RS melalui Poli dilakukan rencana laparotomi
O : KU : Baik, compos Mentis
VS : TD 110/70 mmHg, HR 80x/m, RR 20x/m, T 36,50C
A : P3A0 dengan Kistoma Ovari
P : IVFD RL gtt 20x/menit
Cefotaxim 2x1gr/i.v
Asam Tranexamat 3x500mg/i.v
Puasa (+)
Rencana Laparotomi + Tubektomi + angkat Spiral (tanggal 8
maret 2017 pukul 09:00
FOLLOW UP
8 Maret 2017 jam 05:30
S : Tidak ada keluhan
O : KU : Baik,
Sens : compos Mentis
VS : TD 110/80 mmHg, HR 82x/m, RR 18x/m, T 36,40C
A : P3A0 dengan Kistoma Ovari
P : IVFD RL gtt 20x/menit
Cefotaxim 2x1gr/i.v
Asam Tranexamat 3x500mg/i.v
Kateter
Puasa (+)
Rencana Laparotomi + Tubektomi + Angkat Spiral
LAPORAN OPERASI
Nama Pasien : Ny. Mayasari
Usia : 45 Tahun
dr Operator : dr. Didi Askari Pasaribu, Sp.OG(K)
dr Anastesi : dr. Marwan, Sp.An
Asisten : Mardan
Instrumen : Mariana
LAPORAN OPERASI
Jenis Operasi : Besar
Jenis Anastesi : Spinal
Diagnose Pasca Bedah : Pasca SOD dan Tubektomi + Aff IUD
Diagnose Pra Bedah : Kistoma Ovarii + Akseptor IUD
Jaringan Dikirim : Patologi Anatomi
Tanggal Operasi : 8 Maret 2017
Jam mulai operasi : 10:30
Jam selesai operasi : 11:30
Lama Operasi : 1 jam
Jam mulai anastesi : 10:30
Jam selesai anastesi : 11:30
Lama anastesi : 1 jam
LAPORAN OPERASI
1. AFF IUD berhasil yaitu IUD Copper T
2. Selanjutnya dilakukan laparotomy
3. Insisi mediana pada garis tengah tubuh, perut dibuka lapis demi lapis
sampai dengan menemukan Uterus
4. Didapatkan uterus sebesar normal
5. Terdapat massa kistik ukuran 8x8x6 cm + perlengketan sedikit
6. Selanjutnya dilakukan SOD
7. Dilakukan tubektomi dibagian sebelahnya
FOLLOW UP
8 Maret 2017 jam 13:10
S : Os Pindah Bangsal dari ruang operasi pukul 12:40
O : KU : Lemah, Sens : Compos Mentis, TD : 110/70 mmHg
N : 80x/menit, Perdarahan : -, Luka bekas Operasi : Tenang
A : Post SOS atas indikasi Kistoma Ovarii + Tubektomi dan AFF
IUD
P : Observasi keadaan umum dan Tanda vital
DC (+)
Cek hb post operasi
IVFD RL gtt 20x/menit
Inj Cefotaxim 2x1gr/i.v
Inj Metronidazole 3x500mg
Inj Ketorolak 3x1ampul
Inj Asam tranexamat 3x500mg
Hasil PA belum keluar
FOLLOW UP
8 Maret 2017 jam 16:00
S : Tidak ada keluhan
O : Keadaan Umum : Baik, Sens: Compos Mentis, TD : 110/80 mmHg, Nadi : 80x/menit
RR : 17x/menit, T : 36,7 C, Perdarahan : Minimal, Luka bekas operasi : Tenang
A : Post SOS atas indikasi Kistoma Ovarii + Tubektomi dan AFF IUD
P : Observasi Keadaan umum, tanda vital dan perdarahan
IVFD RL gtt 20x/menit
Inj Cefotaxim 2x1gr/i.v
Inj Metronidazole 3x500mg/i.v
Inj Ketorolak 3x1ampul/i.v
Inj Asam tranexamat 3x500mg/i.v
Hasil PA belum keluar
FOLLOW UP
8 Maret 2017 Jam 21:00
S : Tidak ada keluhan
O : Keadaan Umum : Baik
Sensorium : Compos Mentis
Perdarahan : Minimal
Luka bekas operasi : Tenang
A : Post SOS atas indikasi Kistoma Ovarii + Tubektomi dan AFF IUD
P : Observasi Keadaan umum, tanda vital dan perdarahan
IVFD RL gtt 20x/menit
Inj Cefotaxim 2x1gr/i.v
Inj Metronidazole 3x500mg/i.v
Inj Ketorolak 3x1ampul/i.v
Inj Asam tranexamat 3x500mg/i.v
Hasil PA belum keluar
FOLLOW UP
9 Maret 2017 jam 05:00
S : Tidak ada keluhan
O : Keadaan Umum : Baik, Sensorium: Compos Mentis
TD : 120/70 mmHg, Nadi : 84x/menit, RR : 18x/menit, T : 36,4 C, Perdarahan : Minimal
Luka bekas operasi : Tenang, Hb post operasi : 13,1 gr/dl
A : Post SOS atas indikasi Kistoma Ovarii + Tubektomi dan AFF IUD
P : Observasi Keadaan umum, tanda vital dan perdarahan
IVFD RL gtt 20x/menit
Inj Cefotaxim 2x1gr/i.v
Inj Metronidazole 3x500mg/i.v
Inj Ketorolak 3x1ampul/i.v
Inj Asam tranexamat 3x500mg/i.v
Hasil PA belum keluar
FOLLOW UP
10 Maret 2017 jam 07:00
S : Nyeri bekas operasi
O : Keadaan Umum : Baik, Sensorium: Compos Mentis
TD : 120/80 mmHg, Nadi : 82x/menit, RR : 20x/menit, T : 36,5 C, Perdarahan : Minimal
Luka bekas operasi : Tenang, Hb post operasi : 13,1 gr/dl
A : Post SOS atas indikasi Kistoma Ovarii + Tubektomi dan AFF IUD
P : Observasi Keadaan umum, tanda vital dan perdarahan
IVFD RL gtt 20x/menit
Inj Cefotaxim 2x1gr/i.v
Inj Metronidazole 3x500mg/i.v
Inj Ketorolak 3x1ampul/i.v
Inj Asam tranexamat 3x500mg/i.v
Hasil PA belum keluar
FOLLOW UP
10 Maret 2017 jam 13:00
S : Tidak ada keluhan
O : Keadaan Umum : Baik, Sensorium : Compos Mentis, TD : 120/70 mmHg
Nadi : 80x/menit, RR : 18x/menit, T : 36,7 C, Perdarahan : Minimal, Luka bekas
operasi : Tenang, Hb post operasi : 13,1 gr/dl
A : Post SOS atas indikasi Kistoma Ovarii + Tubektomi dan AFF IUD
P : Observasi Keadaan umum, tanda vital dan perdarahan
Oppsite sudah diganti
Rencana pulang hari ini bila administrasi lengkap
Obat diganti oral
1. Cefadroxil 2x500mg
2. Asam Mefenamat 3x500mg
3. Metronidazole 3x500mg
4. Neurodex 1x1tab
PEMBAHASAN
Berdasarkan identitas pasien di rekam medik Rumah Sakit
Daerah Palembang Bari didapatkan identitas pasien :
Nama : Mayasari
Tanggal Lahir : 8 Juni 1973
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Komp. Persada Blok B2 LK1
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
PEMBAHASAN
Berdasarkan dari data rekam medik pasien, untuk identitas pasien
telah sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) pasien, dimana
berdasarkan KTP pasien :
Nama : Mayasari
Tanggal Lahir : 8 Juni 1973
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Komp. Persada Blok B2 LK1
RT/RW : 002/001
Desa/Kel : Indralaya Indah
Kecamatan : Indralaya
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga
PEMBAHASAN
Berdasarkan dari data rekam medik pasien, untuk identitas pasien
telah sesuai dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) pasien, dimana
berdasarkan KTP pasien :
Nama : Mayasari
Tanggal Lahir : 8 Juni 1973
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Komp. Persada Blok B2 LK1
RT/RW : 002/001
Desa/Kel : Indralaya Indah
Kecamatan : Indralaya
Pekerjaan : Mengurus Rumah Tangga
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
• Os datang kerumah sakit dengan keluhan nyeri dibagian pinggang kanan
terutama saat miring kesebelah kanan sejak 1 bulan terakhir.
• 5 bulan yang lalu os sering merasa terdapat sensasi yang mengganjal di
sebelah kanan bawah terutama pada saat os solat, sensasi mengganjal
tersebut disertai nyeri seperti melilit dan hilang sendiri apabila pasien
istirahat
• os sempat berobat ke RSMP dengan dr. Kurniawan, Sp.OG(K), berdasarkan
hasil USG terdapat kista berukuran 7 cm. Kemudian bulan Februari pasien
ingin memeriksakan kistanya kembali ke dr. Didi Askari Pasaribu, Sp.OG(K),
berdasarkan hasil USG terdapat kista dengan ukuran 6,7cm
PEMBAHASAN
• Berdasarkan hasil anamnesis tersebut memang keluhan pasien mengarah
ke Kista ovarium, karena gejala komplikasi tumor dapat berbentuk infeksi
kista ovarium dengan gejala demam, perut sakit, tegang dan nyeri,
penderita tampak sakit
• namun berdasarkan hasil anamnesis kepada pasien, pasien tidak
mengeluhkan adanya demam
• namun pasien sering mengeluh perut sakit, tegang dan nyeri seperti melilit
dan hilang sendiri apabila pasien istirahat, pasien sering merasa terdapat
sensasi yang mengganjal di sebelah kanan bawah terutama pada saat os
solat.
PEMBAHASAN
• Namun berdasarkan hasil anamnesis tersebut kita tidak bisa langsung
menegakan diagnosis pasien ini menderita kista ovarium
• sebab penyebab nyeri di bagian perut banyak sebab nya seperti apendisitis,
• namun apendisitis memiliki gejala kombinasi yang khas, yang terdiri dari
mual, muntah dan nyeri yang hebat di perut kanan bagian bawah.
• Nyeri bisa secara mendadak dimulai diperut sebelah atas atau di sekitar
pusar, lalu timbul mual dan muntah.
• Setelah beberapa jam, rasa mual hilang dan nyeri berpindah ke perut kanan
bagian bawah. Jika dokter menekan daerah ini, penderita merasakan nyeri
tumpul dan jika penekanan ini dilepaskan, nyeri bisa bertambah tajam
PEMBAHASAN
• Kita juga bisa menduga dengan penyakit colitis ulseratif
• namun secara manifestasi klinis didapatkan Diare berdarah yang menyolok,
kram abdomen bagian bawah dan urgensi, pada pasien ini tidak ditemukan
gejala tersebut.
PEMBAHASAN
• Lalu kita juga bisa menduga terdapat suatu mioma uteri pada pasien ini,
dimana mioma uteri adalah suatu neoplasma jinak yang berasal dari otot
uterus dan jaringan ikat.
• Pada kasus mioma uteri ditemukan gejala seperti perdarahan abnormal
berupa menoragia, metroragia, dan hipermenoragia, terasa berat dibagian
abdomen bawah, retensi urine, dan nyeri tekan akibat dari penekanan Rahim
yang membesar.
PEMBAHASAN
Namun pada pasien ini tidak ditemukan gejala seperti perdarahan abnormal,
untuk itu kita tidak bisa menegakan diagnosis sebelum melakukan pemeriksaan
penunjang seperti :

1. Laparoskopi : pemeriksaan ini Sangat berguna untuk mengetahui apakah


tumor berasal dari ovarium atau tidak, dan untuk menentukan sifat-sifat
tumor itu.
2. Ultrasonografi : dengan pemeriksaan ini dapat ditentukan letak dan batas
tumor, apakah tumor berasal dari uterus, ovarium, atau kandung kencing,
apakah tumor kistik atau solid, dan dapat dibedakan pula antara cairan
dalam rongga perut yang bebas dan yang tidak
PEMBAHASAN
Untuk menegakan suatu diagnosa neoplasma kita tidak bisa hanya
berdasarkan hasil pemeriksaan penunjang seperti USG saja, namun kita
melakukan pemeriksaan Patologi Anatomi (PA)

untuk menegakan diagnose penyebab pasti apakah pasien ini memang betul
Kista Ovarium atau tidak.

Sehingga untuk penegakan diagnose sebelum dilakukan tindakan Laparotomi


kurang tepat, seharusnya diagnosa yang dibuat adalah P3A0 dengan Suspek
Kistoma Ovari.
PEMBAHASAN KONTRASEPSI
• OS Menggunakan KB suntik 3 bulan selama 2 bulan pada tahun 2001
(setelah lahir anak pertama, os berhenti menggunakan KB suntik 3 bulan
karena mens nya tidak teratur (perdarahan lebih banyak)

• Efek samping dari penggunaan KB suntik selama 3 bulan adalah


Menyebabkan perubahan siklus haid (teratur menjadi tidak teratur, lebih
lama/lebih cepat.
PEMBAHASAN KONTRASEPSI
1. OS Menggunakan KB suntik 3 bulan selama 2 bulan pada tahun 2001
(setelah lahir anak pertama, os berhenti menggunakan KB suntik 3 bulan
karena mens nya tidak teratur (perdarahan lebih banyak)

• Efek samping dari penggunaan KB suntik selama 3 bulan adalah


Menyebabkan perubahan siklus haid (teratur menjadi tidak teratur, lebih
lama/lebih cepat.
PEMBAHASAN KONTRASEPSI
2.Setelah itu menggunakan pil KB selama 1 bulan kemudian berhenti karena os merasa
pusing.

• Pil kontrasepsi biasanya berisi estrogen efek kelebihan estrogen atau Efek samping
penggunaan
 Rasa mual kadang disertai muntah, diare dan perut terasa kembung
 Terjadinya retensi cairan disebabkan oleh kurangnya pengeluaran air dan natrium,
dan dapat meningkatkan bertambahnya berat badan
 Sakit kepala
PEMBAHASAN KONTRASEPSI
• 3-4 tahun yang lalu os menggunakan KB spiral

• Os ingin melepas KB spiralnya dikarenakan waktu os memeriksakan KB spiralnya di bidan,


berdasarkan USG bidan di Kayuagung dikatakan KB spiralnya mau lepas.

• Salah satu komplikasi dari pemasangan IUD adalah Ekspulsi (Pengeluaran sendiri)
dimana Lama pemakaian  ekspulsi paling sering terjadi pada tiga bulan pertama
setelah pemasangan; setelah itu angka kejadiannya menurun dengan tajam.
• Namun untuk memperkirakan kontrasepsi IUD tersebut mengalami ekspulsi atau tidak
kita bisa melakukan pemeriksaan dengan menggunakan USG, pasien ini ingin
memeriksakan kontrasepsi IUD nya karena berdasarkan hasil USG IUD nya mau lepas
PEMBAHASAN TATALAKSANA
Pada penatalaksanaan pasien ini diberikan
1. IVFD RL gtt 20x/menit
2. Cefotaxim 2x1ampul
3. Asam Tranexamat 3x500mg

• Indikasi pemasangan IVFD pada pasien ini adalah karena pasien ini akan menjalankan operasi
sehingga pasien diharuskan untuk puasa agar system pencernaan pasien tidak penuh sehingga
memudahkan operator untuk menjalankan operasi, untuk asupan cairan pasien bisa melalui infus
• Pada pasien ini diberikan cefotaxime 2x1gram/I.V, indikasi pemberian antibiotic tersebut dikarenakan
berdasarkan hasil kimia darah, jumlah leukosit pasien meningkat yaitu 13.600/UL (5000-10.000 /UL).
PEMBAHASAN TATALAKSANA
Pada penatalaksanaan pasien ini diberikan
1. IVFD RL gtt 20x/menit
2. Cefotaxim 2x1ampul
3. Asam Tranexamat 3x500mg

• Indikasi pemasangan IVFD pada pasien ini adalah karena pasien ini akan menjalankan operasi
sehingga pasien diharuskan untuk puasa agar system pencernaan pasien tidak penuh sehingga
memudahkan operator untuk menjalankan operasi, untuk asupan cairan pasien bisa melalui infus

• Pada pasien ini diberikan cefotaxime 2x1gram/I.V, indikasi pemberian antibiotic tersebut dikarenakan
berdasarkan hasil kimia darah, jumlah leukosit pasien meningkat yaitu 13.600/UL (5000-10.000 /UL).
PEMBAHASAN TATALAKSANA
Namun kita harus memperhatikan efek samping dari cefotaxime adalah
1. Gastrointestinal : colitis, diare, mual, muntah dan nyeri abdomen
2. Susunan saraf pusat : sakit kepala dan pusing
3. Hati : kenaikan sementara pada serum kreatinin dan ureum, parastesia, peningkatan SGOT, SGPT,
LDH dan alkalifoasfatase dapat terjadi

• Dari efek samping tersebut kita bisa mempertimbang kan efek samping dari obat itu berupa nyeri
abdomen, karena pasien ini sudah dari awal mengeluh nyeri dibagian abdomen
PEMBAHASAN TATALAKSANA
• sehingga kita bisa mempertimbangkan pemberian antibiotic golongan lain seperti ceftriaxone yaitu
antibiotic sefalosporin generasi ke 2, indikasi pemberian antibiotic ini sama seperti cefotaxime namun
efek samping ceftriaxone adalah :
1. Kulit : rash
2. Saluran cerna : diare
3. Hepar : peningkatan transaminase
4. Lokal : nyeri selama injeksi (I.V) : rasa hangat

Sehingga berdasarkan efek samping dari antibiotic tersebut sebaiknya kita memilih antibiotik
ceftriaxone.
PEMBAHASAN TATALAKSANA
• Namun pada pasien ini juga diberikan asam tranexamat, dimana asam
tranexamat tersebut merupakan obat golongan anti fibrinolitik.

Pasien datang dengan keluhan nyeri dibagian perut, berdasarkan hasil


anamnesis tidak ada perdarahan pervaginam, sehingga untuk pemberian asam
tranexamat tidak diperlukan, kecuali pasien mengalami perdarahan
pervaginam.
PEMBAHASAN TINDAKAN OPERASI
Untuk tindakan operasinya
1. dilakukan laparotomy
2. insisi mediana pada garis tengah tubuh
3. perut dibuka lapis demi lapis sampai dengan menemukan Uterus,
didapatkan uterus sebesar normal
4. terdapat massa kistik ukuran 8x8x6 cm + perlengketan sedikit, selanjutnya
dilakukan SOD
5. dilakukan tubektomi dibagian sebelahnya.
PEMBAHASAN TINDAKAN OPERASI
Untuk tindakan operasinya
1. dilakukan laparotomy
2. insisi mediana pada garis tengah tubuh
3. perut dibuka lapis demi lapis sampai dengan menemukan Uterus,
didapatkan uterus sebesar normal
4. terdapat massa kistik ukuran 8x8x6 cm + perlengketan sedikit, selanjutnya
dilakukan SOD
5. dilakukan tubektomi dibagian sebelahnya.
PEMBAHASAN TINDAKAN OPERASI
• Insisi laparotomy Midline Sub-umbilical Insision (irisan median bawah)  Irisan dari
umbilikus sampai simfisis, membuka peritoneum dari sisi atas. Irisan median atas dan
bawah dapat disambung dengan melingkari umbilicus.
• Salpingo-ooforektomi bilateral  Merupakan pengangkatan sebagian ovarium
diselenggarakan pada kelainan jinak.
• Tubektomi/Sterilisasi  tindakan yang dilakukan pada kedua tuba fallopii perempuan, yang
mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan
lagi
PEMBAHASAN TINDAKAN OPERASI
Beberapa cara Tubektomi adalah : Cara Pomeroy  angka kegagalannya berkisar 0-0,4%

Setelah dilakukan follow up pada pasien ini diagnosisnya menjadi


1. Post SOS atas indikasi Kistoma Ovarii + Tubektomi dan AFF IUD, namun berdasarkan hasil
laporan operasi nya untuk diagnose post tindakan adalah Pasca SOD dan Tubektomi + Aff
IUD
2. pasien memiliki keluhan nyeri dibagian perut kanan dan dilakukan pengangkatan massa
pada bagian perut kanan sehingga untuk diagnosis Follow Up pasien ini seharusnya P3A0
Pasca SOD atas indikasi Kistoma Ovarii + Tubektomi dan Aff IUD.
FOLLOW UP PASCA OPERASI
Untuk pemantauan pasca operasi, Observasi Keadaan umum, tanda vital dan perdarahan, luka
bekas operasi.
• Seharusnya untuk pemantauan pasca operasi dilakukan
• observasi keadaan umum,
• tanda vital,
• perdarahan, luka bekas operasi,
• riwayat buang air besar pasca operasi,
• riwayat kentut pasca operasi, hal ini perlu di observasi sebab ditakutkan efek pembiusan dari
spinal mempengaruhi motilitas dari usus, dan melihat apakah ada bagian dari usus yang
tersayat.
FOLLOW UP PASCA OPERASI
• Untuk pemberian antibiotic diperlukan karena mencegah terjadinya infeksi terutama pada
luka bekas operasi, untuk orang-orang pasca operasi diberikan antibiotik atas indikasi
profilaksis.
• Metronidazole diberikan karena metronidazole efektif terhadap bakteri anaerob dan
protozoa, karena untuk infeksi saluran genitalia banyak bakteri anaerob dan protozoa
sehingga bisa diberikan metronidazole.
FOLLOW UP PASCA OPERASI
• Ketorolak adalah obat golongan anti-inflamasi nonsteroid (NSAID) dimana NSAID memblok
enzim COX, enzim COX menghasilkan prostaglandin yang mempresentasikan peradangan,
nyeri dan demam. Sehingga indikasi pemberian ketorolac adalah untuk mengurangi nyeri
pasca operasi.
• Pemberian asam tranexamat juga diperlukan sebab merupakan obat golongan anti
fibrinolitik, mencegah terjadi nya perdarahan pasca tindakan operasi.
FOLLOW UP PASCA OPERASI
• Pada tindakan selesai operasi wajib untuk memeriksakan hb post tindakan sebab pada saat
menjalani tindakan operasi terjadi pengeluaran darah yang banyak sehingga ditakutkan hb
pasien menjadi turun, sehingga bisa cepat dilakukan transfuse darah.
• Hasil PA diperlukan untuk mengetahui benjolan tersebut merupakan kista ovarium jenis apa
sehingga untuk mengetahuinya perlu dilakukan pemeriksaan patologi anatomi.

Anda mungkin juga menyukai