Anda di halaman 1dari 29

MIKROTIK ROUTING

NETWORK BRIDGE

.
NETWORK Bridge
• Mode bridge memungkinkan dua network digabungkan secara transparan, dalam
satu subnet yang sama, tanpa perlu melalui routing, sehingga PC yang ada di sisi
network yang satu bisa berkomunikasi dengan sisi lainnya.

• SEBUAH JARINGAN DAN SEBUAH NETWORK BRIDGE

192.168.10.1 192.168.10.200

192.168.10.2

192.168.10.5

192.168.10.100 192.168.10.4

192.168.10.3
• Bridge bekerja pada layer dua dalam model jaringan OSI.
• Dibutuhkan setidaknya 2 interface untuk dapat dilakukan bridging.
• Dalam contoh dibawah, pada masing-masing sisi ether1 dan ether2 di
bridge, kemudian dihubungkan.

• Bridge dapat juga dilakukan secara wireless


WIRELESS BRIDGE
• Mode Station-WDS
• Mode Station-wds , untuk memfungsikan wireless sebagai client dari sebuah akses point yang
mengaktifkan protocol WDS. Kekurangan dr protocol WDS sendiri adalah terjadinya penurunan
throughput wireless hingga 50%. Perlu diketahui, WDS pada sebuah vendor belum tentu compatible
dengan WDS dari vendor lain. Begitu juga dengan WDS pada Mikrotik.
• Mode Station-Bridge
• Mode Station-bridge ini digunakan untuk memfungsikan wireless interface menjadi Client dan support
untuk bridge network yang paling stabil, akan tetapi mode Station-Bridge hanya compatible dengan
perangkat Akses Point Mikrotik saja.
• Mode Station-Pseudobridge
• Dalam penggunaan mode ini terdapat konsekuensi, dimana untuk bridging layer-2 nya tidak bisa dilakukan
secara penuh. Dalam artian mac address dari perangkat yang terkoneksi dibawah wireless client (PC end
user) tidak terbaca pada sisi AP. Mode ini compatible dengan perangkat akses point Mikrotik maupun yang
bukan Mikrotik.
• Mode Station-Pseudobridge-Clone
• Pada station pseudobridge-clone, dilakukan cloning MAC Address, yg terbaca adalah MAC Address dari
perangkat yg terhubung ke Station (end-user). Secara default,yg terbaca adalah MAC-Address pada frame
header yang pertama diteruskan, bisa diubah pada “station-bridge-clone-mac”. Mode ini compatible
dengan perangkat akses point Mikrotik maupun yang bukan Mikrotik.
• Perhatian: mode “station” tidak bisa di bridge, karena membutuhkan routing.
Contoh Konfigurasi bridge
1. lakukan langkah berikut pada kedua sisi jaringan , buat sebuah bridge baru.

1
4
3

2. pilih port dan interface-interface yg akan di bridge, kemudian hubungkan kedua sisi jaringan.

7
6
Contoh Konfigurasi wireless bridge
• Buat dahulu wireless AP pada satu sisi network dan wireless Client pada
satu sisi network yang lainnya.

Wlan1 Wlan1
mode AP-bridge mode station-bridge
Contoh Konfigurasi Wireless bridge
1. lakukan langkah berikut pada kedua sisi jaringan , buat sebuah bridge baru.

1
4
3

2. pilih port, pilih interface ether1 dan wlan1 yang akan di bridge.

7
6
9
8
Pastikan di masing-masing sisi network interface ether1 dan wlan1 berada pada
bridge yg sama.

-
Pengetesan network bridge

• Lakukan pengetesan bridge dengan perintah ping dari satu sisi network ke sisi lainnya (contoh
dari 192.168.1.1 ke 192.168.1.4).
• Perhatian, di awal Bridge butuh waktu antara 10...30 detik untuk mempelajari alamat-alamat
dlm jaringan sebelum dapat melewatkan/mengirimkan data.

192.168.1.1
Lingkup Routing
• Static Routing
• Dibangun berdasarkan definisi dari administrator
• Administrator harus cermat, satu saja tabel routing
salah jaringan tidak terkoneksi
• Dinamic Routing
• Secara otomatis router jalur routingnya, dengan cara
bertukar informasi antar router menggunakan protokol
tftp
Pengertian Routing
• Pengaturan jalur antar network yang ditentukan
berdasar alamat IP asal dan tujuan.
• Agar router dapat mengetahui bagaimana
meneruskan paket paket ke alamat yang dituju
dengan mengunakan jalur terbaik, router
menggunakan peta atau tabel routing.
• Table routing adalah table yang memuat seluruh
informasi IP address dari interfaces router yang
lain sehingga router yang satu dengan router
lainnya bisa berkomunikasi.
Routing Static - Syarat Routing
• Routing terjadi jika host network tujuan berbeda dengan host
network asal
Contoh
IP A=10.1.11.5/20  range 10.1.0.0-10.1.15.255
IP B=10.1.10.2/23  range 10.1.10.0-10.1.11.255
Host A dan Host B bisa langsung terhubung karena Irisan network Range ip A dan B saling
bersingungan
Paramater Routing
• Dst-address
• Alamat tujuan contoh 192.168.1.0/16 (Static Routing)
Atau
• 0.0.0.0/0 artinya routing kesemua ip tujuan
• Gateway
• next hop satu tingkat
• Dapat berupa ip address atau interface tujuan
Parameter Routing
Contoh R2 192.168.3.4/24
R1 192.168.2.2/24
192.168.2.1/24 192.168.3.3/24 R3

192.168.100.0/24 192.168.200.0/24
192.168.0.0/24

Setting Router R1
/ip route add dst-address=192.168.100.0/24 gateway=192.168.2.2
/ip route add dst-address=192.168.200.0/24 gateway=192.168.2.2
Atau
/ip route add dst-address=0.0.0.0.0/0 gateway=192.168.2.2
Parameter Routing
Contoh R2 192.168.3.4/24
R1 192.168.2.2/24
192.168.2.1/24 192.168.3.3/24 R3

192.168.100.0/24 192.168.200.0/24
192.168.0.0/24

Setting Router R2
/ip route add dst-address=192.168.0.0/24 gateway=192.168.2.1
/ip route add dst-address=192.168.200.0/24 gateway=192.168.3.4
Parameter Routing
Contoh R2 192.168.3.4/24
R1 192.168.2.2/24
192.168.2.1/24 192.168.3.3/24 R3

192.168.100.0/24 192.168.200.0/24
192.168.0.0/24

Setting Router R3
/ip route add dst-address=192.168.100.0/24 gateway=192.168.3.3
atau
/ip route add dst-address=0.0.0.0/0 gateway=192.168.3.3
Routing
R2
Contoh R1
10.10.10.1/24
10.10.10.224
10.20.20.1/24
10.20.20.2/24

R3
ether1
192.168.1.1/24 192.168.2.1/24 192.168.3.1/24

192.168.2.2/24 192.168.3.2/24
Router 1 192.168.1.2/24
/ip route
add distance=1 dst-address=10.10.10.0/24 gateway=ether1
add distance=1 dst-address=192.168.2.0/24 gateway=10.10.10.2
add distance=1 dst-address=192.168.3.0/24 gateway=10.10.10.2

*warna merah route enable koneksi ke network 10.10.10.0/24 dari 192.168.1.0/24


Routing
Routing
R2 10.20.20.2/24
Contoh R1
10.10.10.1/24
10.10.10.224
10.20.20.1/24 R3

192.168.1.1/24 192.168.2.1/24 192.168.3.1/24

192.168.2.2/24 192.168.3.2/24
192.168.1.2/24

Router 2
/ip route
add distance=1 dst-address=192.168.1.0/24 gateway=10.10.10.1
add distance=1 dst-address=192.168.3.0/24 gateway=10.20.20.2
Routing
R2
Contoh R1
10.10.10.1/24
10.10.10.224
10.20.20.1/24
10.20.20.2/24

R3

192.168.1.1/24 192.168.2.1/24 192.168.3.1/24

192.168.2.2/24 192.168.3.2/24
192.168.1.2/24

Router 3
/ip route
add distance=1 dst-address=192.168.1.0/24 gateway=10.20.20.1
add distance=1 dst-address=192.168.2.0/24 gateway=10.20.20.1
Parameter Routing

• Route dengan subnet terkecil akan di pilih


Contoh:
Dari gambar diatas jika tujuan ip adalah
74.125.200.2 maka gateway yang dipakai
adalah 192.168.100.100
Parameter Routing

• Jika subnet tujuan range sama dan distance sama maka route yang paling atas
yang akan dipilih ( ditunjukan dengan flag AS = active static)

Jika subnet tujuan range sama dan distance distance berbeda maka distance yang
paling kecil yang akan dipilih ( ditunjukan dengan flag AS = active static)
Flags pada tabel Routing
• Milihat flags bisa dari terminal dengan mengetikan perintah
[admin@MikroTik] > /ip route print
Kesimpulan
• Routing bersifat 2 arah, sehingga ketika tes
koneksi khususnya menggunakan icmp ping maka
definisi route/tabel routing diantara 2 router ada
• Definisi Dst-address ditabel routing bisa
menggunakan ip address atau network id
• Prioritas tabel Routing ( dr paling atas)
1. Range / subnet paling sempit
2. Nilai distance paling kecil
3. Urutan paling atas
Dinamic Routing
• Secara otomatis router membangun jalur routingnya, dengan
cara bertukar informasi antar router
• routing algorithma protokol:
• Routing Information Protocol (RIP)
• Interior Gateway Routing Protocol (IGRP)
• Enhanced Interior Gateway Routing Protocol (EIGRP)
• Open Shortest Path First (OSPF)
• Border Gateway Protocol (BGP)
Dinamic Routing
• Sebagian besar algoritma routing dapat diklasifikasikan menjadi satu dari
dua kategori berikut:
- Distance vector
Algoritma routing distance vector secara periodik menyalin table routing
dari router ke router. Perubahan table routing ini di-update antar router
yang saling berhubungan pada saat terjadi perubahan topologi.
Algoritma distance vector juga disebut dengan algoritma Bellman-Ford.
Setiap router menerima table routing dari router tetangga yang
terhubung langsung. Pada gambar di bawah ini digambarkan konsep kerja
dari distance vector.
Dinamic Routing
Link State
Algoritma link-state juga dikenal algoritma shortest path first (SPF). Algoritma ini
memperbaiki informasi database dari informasi topologi.
algortima link-state memperbaiki pengetahuan dari jarak router dan bagaimana
mereka inter-koneksi.
Dinamic Routing
1. RIP – menggunakan protokol routing interior dengan
algoritma distance vector
2. IGRP – menggunakan protokol routing interior dengan
algoritma Cisco distance vector
3. OSPF – menggunakan protokol routing interior dengan
algoritma link-state
4. EIGRP – menggunakan protokol routing interior dengan
algoritma advanced Cisco distance vector
5. BGP – menggunakan protokol routing eksterior dengan
algoritma distance vector

Anda mungkin juga menyukai