Anda di halaman 1dari 141

KESEHATAN MATERNAL

Okta Mega Gres Endika


6411417049
Epidemiologi Dan Biostatistik
2019
TABLE OF CONTENTS

01 02
Latar Belakang Definisi dan Tujuan

03 04
Pelayanan dan Program
Kesehatan Maternal Komplikasi Kehamilan

OUR HEALTHCARE CENTER 2


LATAR BELAKANG

Kematian Ibu
• Setiap hari, 830 ibu di dunia (di Indonesia 38 ibu, berdasarkan AKI 305)
meninggal akibat penyakit/komplikasi terkait kehamilan dan persalinan (Sumber:
Key facts. Maternal mortality. 16 February 2018 https://www.who.int/news-
room/factsheets/detail/maternal-mortality)
• Sebagian besar kematian tsb seharusnya bisa dicegah dan diselamatkan →
Artinya, bila AKI tinggi, banyak Ibu yang seharusnya tidak meninggal tetapi
meninggal karena tidak mendapatkan upaya pencegahan dan penanganan yang
seharusnya. OUR HEALTHCARE CENTER 3
MENGAPA IBU MENINGGAL ?
Ibu meninggal karena komplikasi kebidanan yang tidak ditangani
dengan baik dan tepat waktu
• Sekitar 15% dari kehamilan/ persalinan mengalami komplikasi, 85%
normal 2/15/2019
• Masalahnya: Sebagian besar komplikasi tidak bisa diprediksi →
artinya, setiap kehamilan berisiko → Memerlukan kesiapan pelayanan
berkualitas setiap saat, atau 24 jam 7 hari (24/7), agar semua ibu
hamil/melahirkan yg mengalami komplikasi setiap saat mempunyai
akses ke pelayanan darurat berkualitas dlm waktu cepat, karena
sebagian komplikasi memerlukan pelayanan kegawat-daruratan dlm
hitungan jam
Penyebab utama kematian Kira-kira 75% kematian ibu
disebabkan:
– Perdarahan parah (sebagian besar perdarahan pasca salin)
– Infeksi (biasanya pasca salin)
– Tekanan darah tinggi saat kehamilan (preeclampsia/eclampsia)
– Partus lama/macet –Aborsi yg tdk aman
Faktor risiko pada ibu hamil adalah :
a. Primigravida kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
b. Anak lebih dari 4.
c. Jarak persalinan terakhir dan kehamilan sekarang kurang dari 2 tahun.
d. Kurang Energi Kronis (KEK) dengan lingkar lengan atas kurang dari 23,5 cm,
atau penambahan berat badan < 9 kg selama masa kehamilan.
e. Anemia dengan dari Hemoglobin < 11 g/dl.
f. Tinggi badan kurang dari 145 cm, atau dengan kelainan bentuk panggul dan
tulang belakang
g. Riwayat hipertensi pada kehamilan sebelumnya atau sebelum kehamilan ini.
h. Sedang/pernah menderita penyakit kronis, antara lain : tuberkulosis, kelainan jantung-
ginjal-hati, psikosis, kelainan endokrin (Diabetes Mellitus, Sistemik Lupus Eritematosus,
dll), tumor dan keganasan
i. Riwayat kehamilan buruk: keguguran berulang, kehamilan ektopik terganggu, mola
hidatidosa, ketuban pecah dini, bayi dengan cacat kongenital
j. Kelainan jumlah janin : kehamilan ganda, janin dampit, monster.
k. Kelainan besar janin : pertumbuhan janin terhambat, Janin besar.
l. Kelainan letak dan posisi janin: lintang/oblique, sungsang pada usia kehamilan lebih dari
32 minggu.
Catatan : penambahan berat badan ibu hamil yang normal adalah 9 – 12 kg selama
masa kehamilan
KESEHATAN MATERNAL
 Kesehatan maternal adalah ilmu yang mempelajari tentang kesehatan yang harus
diperhatikan si ibu pada saat kehamilan, agar si calon bayi terlahir dengan keadan yang
sehat tanpa adanya kecacatan.
 Hal yang perlu diperhatikan untuk menjaga kesehatan maternal diantaranya menjaga
personal higiene, mengatur pola makan yang sehat dan bergizi, istirahat cukup, olahraga,
periksakan kandungan secara rutin, mintalah resep obat khusus untuk ibu hamil, terhindar
dari stress, dan sangat diperlukannya dukungan dari suami dan keluarga.
 Maternal adalah ibu hamil. Sehingga kesehatan maternal adalah kesehatan yang meliputi ibu
hamil.
 Kehamilan adalah kondisi dimana seorang wanita memiliki janin yang sedang tumbuh di
dalam tubuhnya (yang pada umumnya di dalam rahim).
 Kehamilan pada manusia berkisar 40 minggu atau 9 bulan, dihitung dari awal periode
menstruasi terakhir sampai melahirkan.
 Menurut WHO, 1994 ibu hamil harus memeriksakan kehamilannya minimal satu
kali pada umur kehamilan kurang dari tiga bulan, minimal satu kali pada umur
kehamilan empat sampai lima bulan, minimal dua kali pada saat umur kehamilan
antara tujuh bulan sampai melahirkan.
 Pada saat melakukan pemeriksaan tersebut ibu akan mendapatkan pelayanan
seperti pengukuran tinggi badan, berat badan, mengukur tekanan darah, minum
90 tablet zat besi, suntikan tetanus toxoid, dan pemeriksaan perut atau tinggi
fundus arteri (Depkes, 2001). Sementara itu kesehatan maternal juga sangat
berkaitan dengan kesehatan bayi di masa kehamilan.
 Faktor lainnya yang memengaruhi seorang ibu untuk memeriksa pelayanan
kesehatan maternal adalah umur ibu pada saat menikah, akses ke tempat
pelayanan, serta status pekerjaan ibu. Ibu yang bekerja dapat mengontrol status
kesehatannya secara lebih luas melalui kemampuan memutuskan dimana akan
melakukan perawatan kesehatan, dan kemampuan membayar pelayanan
kesehatan modern.
12
Tujuan Kesehatan Maternal
1. Memantau kemajuan kehamilan untuk memastikan kesehatan ibu dan tumbuh kembang
bayi;
2. Meningkatkan dan memperthankan kesehatan fisik, mental, dan social ibu dan bayi;
3. Mengenali secara dini adanya ketidaknormalan atau komplikasi yang mungkin terjadi
selama hamil;
4. Mempersiapkan persalinan cukup bulan, melahirkan dengan selamat, ibu maupun bayinya
dengan trauma seminimal mungkin;
5. Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam menerima kelahiran bayi agar dapat
tumbuh kembang secara normal;
13
PELAYANAN KESEHATAN IBU
Pelayanan antenatal
• Pelayanan antenatal adalah pelayanan
kesehatan oleh tenaga kesehatan untuk ibu
selama masa kehamilannya, dilaksanakan
sesuai dengan standar pelayanan antenatal
yang ditetapkan dalam Standar Pelayanan
Kebidanan (SPK).
• Pemeriksaan Antenatal Care (ANC) adalah
pemeriksaan kehamilan untuk
mengoptimalkan kesehatan mental dan fisik
ibu hamil.
Pelayanan antenatal
• Kunjungan ibu hamil sesuai standar adalah pelayanan yang mencakup minimal :
a. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan,
b. Ukur tekanan darah,
c. Nilai Status Gizi (ukur lingkar lengan atas),
d. Ukur tinggi fundus uteri,
e. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ),
f. Skrining status imunisasi Tetanus dan berikan imunisasi Tetanus Toksoid (TT),
g. Pemberian Tablet zat besi minimal 90 tablet selama kehamilan,
h. Test laboratorium sederhana (Hb, Protein Urin) dan atau berdasarkan indikasi (Sifilis, HIV, Malaria,
TBC),
i. Temu wicara (konseling), termasuk Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K)
serta KB pasca persalinan.

16
Kunjungan ibu hamil
a) Kunjungan ibu hamil yang pertama (K1)
Kunjungan K1 adalah kontak ibu hamil yang pertama kali dengan petugas kesehatan untuk
mendapatkan pemeriksaan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester I, dimana usia
kehamilan 1 sampai 12 minggu.
b) Kunjungan ibu hamil yang keempat (K4).
Kunjungan K4 adalah kontak ibu hamil yang keempat atau lebih dengan petugas kesehatan untuk
mendapatkan pemeriksan kehamilan dan pelayanan kesehatan pada trimester III, usia kehamilan >
24 minggu.
Disimpulkan bahwa kunjungan antenatal sebaiknya dilakukan paling sedikit 4 kali selama masa
kehamilan dengan distribusi kontak yaitu minimal 1 kali pada trimester I (K1), usia kehamilan 1 – 12
minggu, minimal 1 kali pada trimester II, usia kehamilan 13 – 24 minggu, dan minimal 2 kali pada
trimester III (K3 dan K4), usia kehamilan > 24 minggu. 17
Persalinan
Pertolongan persalinan yang aman adalah persalinan yang dilakukan oleh tenaga
kesehatan yang kompeten. Tenaga kesehatan yang berkompeten memberikan
pelayanan pertolongan persalinan adalah : dokter spesialis kebidanan, dokter dan
bidan. Pada prinsipnya, penolong persalinan harus memperhatikan hal-hal sebagai
berikut :
 Pencegahan infeksi
 Metode pertolongan persalinan yang sesuai standar.
 Manajemen aktif kala III
 Merujuk kasus yang tidak dapat ditangani ke tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
 Melaksanakan Inisiasi Menyusu Dini (IMD).
18
 Memberikan Injeksi Vit K 1 dan salep mata pada bayi baru lahir.
Pelayanan Nifas
Adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu pada masa 6 jam sampai dengan 42 hari pasca
bersalin sesuai standar paling sedikit 3 kali (untuk deteksi dini komplikasi pada ibu nifas)
dengan distribusi waktu 6 jam – 3 hari, 8 – 14 hari dan 36 – 42 hari setelah bersalin.
Pelayanan nifas yang diberikan adalah :
a. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu.
b. Pemeriksaan tinggi fundus uteri (involusi uterus).
c. Pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya.
d. Pemeriksaan payudara dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan.
e. Pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU sebanyak dua kali , pertama segera setelah
melahirkan, kedua diberikan setelah 24 jam pemberian kapsul Vitamin A pertama.
19
f. Pelayanan KB pasca salin
PELAYANAN KESEHATAN OBSTETRI
 Kebijakan Departemen Kesehatan dalam peningkatan akses dan kualitas
penanganan komplikasi neonatus tersebut antara lain penyediaan puskesmas
mampu PONED dengan target setiap kabupaten/kota harus mempunyai
minimal 4 (empat) puskesmas mampu PONED.
 Puskesmas PONED adalah puskesmas rawat inap yang memiliki kemampuan
serta fasilitas PONED siap 24 jam untuk memberikan pelayanan terhadap ibu
hamil, bersalin dan nifas serta kegawatdaruratan bayi baru lahir dengan
komplikasi baik yang datang sendiri atau atas rujukan kader/masyarakat, bidan
di desa, dan melakukan rujukan ke RS/RS PONEK pada kasus yang tidak
mampu ditangani. 20
 Untuk mendukung puskesmas mampu PONED ini, diharapkan RSU
Kabupaten/Kota mampu melaksanakan pelayanan obstetri dan neonatal
emergensi komprehensif (PONEK) yang siap selama 24 jam.
 Dalam PONEK, RSU harus mampu melakukan pelayanan emergensi dasar
dan pelayanan operasi seksio sesaria, perawatan neonatus level II serta
transfusi darah. Dengan adanya puskesmas mampu PONED dan RS
mampu PONEK maka kasus – kasus komplikasi kebidanan dan neonatal
dapat ditangani secara optimal sehingga dapat mengurangi kematian ibu
dan neonatus.
21
Pelayanan medis yang dapat dilakukan di Puskesmas mampu
PONED meliputi :
Pelayanan obstetri :
a. Penanganan perdarahan pada kehamilan, persalinan dan nifas.
b. Pencegahan dan penanganan Hipertensi dalam Kehamilan (pre-eklampsi
dan eklampsi)
c. Pencegahan dan penanganan infeksi.
d. Penanganan partus lama/macet.
e. Penanganan abortus.
f. Stabilisasi komplikasi obstetrik untuk dirujuk dan transportasi rujukan.
22
Pelayanan neonatus :
a. Penanganan asfiksia bayi baru g. Penanganan gangguan nafas.
lahir. h. Penanganan kejang.
b. Penanganan bayi berat lahir rendah. i. Penanganan infeksi neonatus.
c. Hipotermi j. Rujukan dan transportasi bayi baru lahir.
d. Hipoglikemia k. Persiapan umum sebelum tindakan
e. Ikterus kegawat daruratan neonatus
f. Masalah pemberian minum

23
Pelayanan KB
 Pelayanan KB berkualitas adalah pelayanan KB sesuai standar dengan menghormati hak
individu dalam merencanakan kehamilan sehingga diharapkan dapat berkontribusi
dalam menurunkan angka kematian Ibu dan menurunkan tingkat fertilitas (kesuburan)
bagi pasangan yang telah cukup memiliki anak (2 anak lebih baik) serta meningkatkan
fertilitas bagi pasangan yang ingin mempunyai anak.
 Pelayanan KB bertujuan untuk merencanakan kehamilan.
 Bagi Pasangan Usia Subur yang ingin menjarangkan dan/atau menghentikan kehamilan,
dapat menggunakan metode kontrasepsi yang meliputi :
 KB alamiah (sistem kalender, metode amenore laktasi, coitus interuptus).
 Metode KB hormonal (pil, suntik, susuk).
 Metode KB non-hormonal (kondom, AKDR/IUD, vasektomi dan tubektomi). 24
No Indikator Cara Ukur
1. Akses Pelayanan Antenatal (K1) Jumlah kunjungan ibu hamil pertama (K1) / jumlah sasaran ibu
hamil dalam 1 tahun x 100%
2. Cakupan pelayanan lengkap antenatal (K4) Jumlah kunjungan ibu hamil 4 kali (K4) / jumlah sasaran ibu
hamil dalam 1 tahun x 100%
3. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan Jumlah petolongan persalinan oleh tenaga kesehatan /
(Pn) Jumlah sasaran ibu bersalin dalam 1 tahun x 100%
4. Cakupan pelayanan lengkap nifas (KF) Jumlah pelayanan ibu nifas oleh tenaga kesehatan min 3 kali /
Jumlah sasaran ibu nifas dalam 1 tahun x 100%
5. Cakupan penjaringan ibu hamil dengan Jumlah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan tanda komplikasi
faktor resiko/komplikasi oleh masyarakat yang dapat ditemukan oleh masyarakat / 20% dari jumlah
sasaran ibu hamil dalam 1 tahun x 100%
6. Cakupan penangan komplikasi obstetri (PK) Jumlah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan komplikasi yang
ditangani oleh tenaga kesehatan / 20% dari jumlah sasaran
ibu hamil dalam 1 tahun x 100%
7. Cakupan peserta KB aktif (CPR) Jumlah peserta KB aktif / jumlah pasangan usia subur dalam
25
1
Program Kesehatan Maternal

26
Safe Motherhood Initiative
 Safe Motherhood merupakan upaya untuk menyelamatkan wanita agar
kehamilan dan persalinannya sehat dan aman, serta melahirkan bayi yang
sehat.
 Tujuan upaya Safe Motherhood adalah menurunkan angka kesakitan dan
kematian ibu hamil, bersalin, nifas, dan menurunkan angka kesakitan dan
kematian bayi baru lahir
 WHO mengembangkan konsep Four Pillars of Safe Motherhood untuk
menggambarkan ruang lingkup upaya penyelamatan ibu dan bayi (WHO,
1994).
4 Pilar Safe Motherhood Initiative
PERSALINAN BERSIH DAN AMAN
KELUARGA BERENCANA
Program keluarga berencana Ibu hamil harus ditolong oleh
memiliki peranan dalam tenaga kesehatan profesional dan
menurunkan risiko kematian ibu mampu mengenali secara dini
melalui pencegahan kehamilan, gejala dan tanda komplikasi
penundaan usia kehamilan, dan persalinan serta mampu
menjarangkan kehamilan. melakukan penatalaksanaan

ASUHAN ANTENATAL
PELAYANAN OBSTETRI
Petugas kesehatan harus
ESENSIAL.
memberi pendidikan pada
ibu hamil dan Petugas
Pelayanan obstetri esensial meliputi kemampuan
kesehatan diharapkan
fasilitas pelayanan kesehatan untuk melakukan
mampu mengindentifikasi
tindakan dalam mengatasi risiko tinggi dan
dan melakukan penanganan
komplikasi kehamilan/persalinan.
risiko tinggi/komplikasi
OUR HEALTHCARE CENTER 28
Gerakan Sayang Ibu (GSI)

 Gerakan Sayang Ibu (GSI) adalah Suatu Gerakan yang dilaksanakan oleh masyarakat,
bekerjasama dengan pemerintah untuk meningkatkan kualitas hidup perempuan
melalui berbagai kegiatan yang mempunyai dampak terhadap upaya penurunan angka
kematian ibu karena hamil, melahirkan dan nifas serta penurunan angka kematian
bayi.
 GSI diharapkan dapat menggerakkan masyarakat untuk aktif terlibat dalam kegiatan
seperti membuat tabulin, pemetaan bumil dn donor darah serta ambulan desa.

29
Strategi Making Pregnancy Safer

 Membuat Kehamilan Lebih Aman’, yang merupakan penajaman dari kebijakan sebelumnya

tentang ‘Penyelamatan Ibu Hamil’. Strategi MPS yang memberi penekanan kepada aspek medis,

walaupun tidak mengabaikan aspek non-medis.

 Perhatian difokuskan pada kegiatan-kegiatan berbasis masyarakat yang menjamin agar ibu dan

bayi baru lahir mempunyai akses terhadap pelayanan yang mereka butuhkan bilamana diperlukan,

dengan penekanan khusus pada pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang terampil pada

saat melahirkan serta pelayanan yang tepat dan berkesinambungan.

30
Komplikasi
Dan
Penyebab Kematian

31
Kematian maternal dapat dibagi menjadi dua kelompok

1. Kematian obstetri langsung (direct obstetric death)

 yaitu kematian yang timbul sebagai akibat komplikasi kehamilan,


persalinan dan nifas, yang disebabkan oleh tindakan, kelalaian,
ketidaktepatan penanganan, atau dari rangkaian peristiwa yang
timbul dari keadaan–keadaan tersebut di atas.
 Komplikasi–komplikasi tersebut meliputi perdarahan, baik
perdarahan antepartum maupun postpartum, preeklamsia / eklamsia,
infeksi, persalinan macet dan kematian pada kehamilan muda.

32
2. Kematian obstetri tidak langsung (indirect obstetric death)

 yaitu kematian yang diakibatkan oleh penyakit yang sudah diderita


sebelum kehamilan atau persalinan atau penyakit yang timbul
selama kehamilan yang tidak berkaitan dengan penyebab obstetri
langsung, akan tetapi diperburuk oleh pengaruh fisiologik akibat
kehamilan, sehingga keadaan penderita menjadi semakin buruk.
 Kematian obstetri tidak langsung ini disebabkan misalnya oleh
karena hipertensi, penyakit jantung, diabetes, hepatitis, anemia,
malaria, tuberkulosis, HIV / AIDS, dan lain – lain.

33
PENYEBAB KEMATIAN IBU
Berdasarkan trias penyebab kematian ibu :
1) Preeklampsia-eklampsia:
 Per-eklamsi adalah penyakit dengan tanda-tanda hipertensi, edema, dan proteinuria
yang timbul karena kehamilan yang dapat menyebabkan kematian pada ibu dan
janinnya. Penyakit ini pada umumnya terjadi dalam triwulan ke-3 kehamilan dan
dapat terjadi pada waktu antepartum, intrapartum, dan pascapersalinan
(Prawirohardjo, 1999).
 Hipertensi biasanya timbul lebih dahulu dari pada tanda-tanda yang lain. Untuk
menegakkan diagnosis pre-eklamsi, kenaikan tekanan sistolik harus 30 mmHg atau
lebih di atas tekanan yang biasanya ditemukan, atau mencapai 140 mmHg atau
lebih dan tekanan diastolik naik dengan 15 mmHg atau lebih atau menjadi 90 mmHg
maka diagnosis hipertensi dapat ditegakkan (Manuaba, 1995).

34
 Edema ialah penimbunan cairan secara umum yang berlebihan dalam jaringan
tubuh, dan biasanya dapat diketahui dari kenaikan berat badan serta pembengkakan
kaki, jari tangan, dan muka. Kenaikan berat badan ½ kg setiap minggu dalam
ehamilan masih dapat dianggap normal tetapi bila kenaikan 1 kg seminggu
beberapa kali, hal ini perlu menimbulkan kewaspadaan (Manuaba, 1995).
 Proteinuria merupakan komplikasi lanjutan dari hipertensi dalam kehamilan, dengan
kerusakan ginjal sehingga beberapa bentuk protein lolos dalam urine. Normal
terdapat sejumlah protein dalam urine, tetapi tidak melebihi 0,3 gr dalam 24 jam.
 Pencegahan preeklampsia melalui penguatan asuhan antenatal yang terfokus,
antara lain dengan mendeteksi kemungkinan risiko, edukasi pengenalan dini tanda
bahaya kehamilan.
 Penatalaksanaan preeklampsia dan eklampsia dengan penatalaksanaan awal dan
manajemen kegawatdaruratan(dengan penggunaan magnesium sulfat).

35
 PENANGANAN :
 Jika kehamilan < 37 minggu, tangani secara rawat jalan
 Pantau tekanan darah, proteinuria, dan kondisi janin setiap
minggu
 Jika tekanan dastolik > 110 mmHg, berikan antihipertensi,
sampai tekanan diastolik di antara 90-100 mmHg.
Kateterisasi urin untuk mengukur volume pengeluaran dan
proteinuria

36
2) Perdarahan :
- Perdarahan yang berhubungan dengan persalinan dibedakan dalam dua kelompok
utama yaitu perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum.
- Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi sebelum bayi
lahir. Perdarahan yang terjadi sebelum kehamilan 28 minggu seringkali
berhubungan dengan aborsi atau kelainan.
- Perdarahan postpartum adalah perdarahan kehamilan setelah 28 minggu dapat
disebabkan karena terlepasnya plasenta secara prematur, trauma, atau penyakit
saluran kelamin bagian bawah (Depkes RI, 2000).
- Pencegahan komplikasi dengan manajemen aktif kala III(uterotonika, masase
fundus dan peregangan tali pusat terkendali).
- Manajemen kegawatdaruratan perdarahan persalinan (kompresi bimanual,
uterotonika, tamponade balon kateter hingga penatalaksanaan bedah).

37
3) Infeksi intrapartum:
 Infeksi pasca persalinan ialah meningkatnya suhu tubuh > 38ºC dan demam
berturut-turut selama dua hari sesudah persalinan dan yang disertai keluarnya
cairan yang berbau dari liang rahim.
 Infeksi dapat terjadi bila :
- Ketuban pecah dini (lebih dari 6 jam)
- Persalinan tak maju atau partus lama.
- Penolong persalinan tidak mencuci tangan dengan baik
- Pemeriksaan vaginal yang terlalu sering atau kurang bersih
- Perawatan daerah perineal yang tidak benar selama atau sesudah
kehamilan
- Persalinan yang tidak bersih
- Sisa jaringan plasenta, atau sisa jaringan abortus
38
PENCEGAHAN PENANGANAN :
 Pencegahan partus lama melalui 1. Rawat jalan bila tanpa komplikasi,
penggunaan partograf. rawat inap bila disetai komplikasi
 Penggunaan antiobiotik secara 2. Upaya pencegahan merupakan
rasional. cara paling menguntungkan
3. Kenali tanda dan gejala dan jenis
 Manajemen ketuban pecah dini. pemeriksaan spesifik
 Manajemen pasca persalinan. 4. Tegakkan diagnosis sedini
mungkin
5. Pemberian antibiotika.
6. Pemeliharaan personal higyene

39
4 Terlalu:

Terlalu muda umur Terlalu banyak Terlalu rapat jarak Terlalu tua umur
ibu melahirkan antar kelahiran ibu

OUR HEALTHCARE CENTER 40


3 Terlambat:

Terlambat mengenal Terlambat mendapatkan


Terlambat mencapai
tanda bahaya & pertolongan di fasilitas
fasilitas kesehatan
mengambil keputusan kesehatan

OUR HEALTHCARE CENTER 41


Masa
kehamilan

42
Trimester I
 Tiga bulan pertama kehamilan dikenal sebagai trimester
pertama.
 Bayi tumbuh dari gumpalan sel mikroskopis tidak lama setelah
pembenihan, menjadi embrio yang berkembang menjelang enam
minggu dan akhirnya menjadi janin pada akhir minggu ke dua
belas.
 Pada masa ini, Ibu hamil masih rentan mengalami masalah
kesehatan terutama berkaitan dengan adaptasi aktivitas dan
gangguan pertumbuhan janin.
 Berbagai organ penting, tulang, dan anggota tubuh janin sedang
banyak tumbuh di fase ini. Masalah kecil pada kandungan pun
bisa memicu kondisi lain yang bisa mengganggu perkembangan
janin.
1. HYPEREMESIS GRAVIDARUM

Definisi
Mual dan muntah yang terjadi pada kehamilan hingga usia 16
minggu. Sehari bisa lebih dari 10x mual dan muntah hebat.
Pada keadaan muntah-muntah yang berat, dapat terjadi
dehidrasi, gangguan asam-basa dan elektrolit dan ketosis.
Keadaan ini disebut hyperemesis gravidarum

45
Diagnosis

• Mual dan muntah sering menjadi masalah ibu hamil. Pada derajat
yang berat, dapat terjadi hipermesis gravidarum, yaitu bila terjadi :
• Mual dan muntah berat sehari lebih dari 10 kali.
• Berat badan turun > 5% dari berat badan sebelum hamil
• Ketonuria : terdapat zat keton dalam jumlah berlebihan dalam air
seni.
• Dehidrasi : kehilangan cairan tubuh
• Ketidakseimbangan elektrolit

46
Faktor predisposisi

Peningkatan hormone-hormon pada kehamilan berkontribusi terhadap


terjadinya mual dan muntah. Beberapa faktor yang terkait dengan mual dan
muntah pada kehamilan antara lain ;

- Riwayat hyperemesis gravidarum pada kehamilan sebelumnya atau


keluarga

- Status nutrisi, wanita obesitas lebih jarang dirawat inap karena


hyperemesis 47
Tatalaksana

Tatalaksan
• Bila perlu, berikan 10 mg doksilamin dikombinasikan dengan 10 mg vitamin
B6 hingga 4 tablet/hari (misalnya 2 tablet saat akan tidur, 1 tablet saat pagi,
dan 1 tablet saat siang)
• Bila masih belum teratasi, tambahkan dimenhidrinat 50-100 mg per oral
atau supsitoria, 4-6 kali sehari (maksimal 200 mg/hari bila meminum 4
tablet doksilamin/piridoksin), atau prometazin 5-10 mg 3-4 kali sehari per
oral atau supositoria
• Bila masih belum teratasi, tapi tidak terjadi dehidrasi, berikan salah satu
obat dibawah ini :
- Proklorperazin 5-10 mg per oral atau IM atau supositoria tiap 6-8 jam
- Klorpromazin 10-25 mg per oral atau 50-100 mg IM tiap 4-6 jam
48
- Prometazin 12,5-25 mg per oral atau IM tiap 4-6 jam
- Metoklopramid 5-10 mg tiap 8 jam per oral
- Ondansetron 8 mg per oral tiap 12 jam
• Bila masih belum teratasi dan terjadi dehidrasi, pasang kanula intravena
dan berikan cairan sesuai dengan derajat hidrasi ibu dan kebutuhan
cairannya, lalu :
- Berikan suplemen multivitamin IV
- Berikan dimenhidrinat 50 mg dalam 50 ml NaCl 0,9% IV selama 20
menit, setiap 4-6 jam sekali

49
2. Abortus atau keguguran
Definisi
Etiologi
Menurut Kemenkes abortus adalah
ancaman pengeluaran hasil konsepsi Abortus yang terjadi pada minggu-
sebelum janin dapat hidup di luar minggu pertama kehamilan
kandungan. WHO IMPAC menetapkan
batas usia kehamilan kurang dari 22 umumnya disebabkan oleh faktor
minggu, namun beberapa acuan terbaru ovofetal, pada minggu-minggu
menetapkan batas usia kehamilan kurang
dari 20 minggu atau berat janin kurang dari berikutnya (11 – 12 minggu), abortus
500 gram. yang terjadi disebabkan oleh faktor
maternal (Sayidun, 2001).
50
Penyebab abortus
Penyebab abortus dapat dibagi menjadi 3 Infeksi, diduga akibat beberapa
faktor yaitu: virus seperti cacar air, campak
1. Faktor janin jerman, toksoplasma , herpes,
Faktor janin penyebab keguguran adalah klamidia.
kelainan genetik, dan ini terjadi pada 50%- Kelemahan otot leher rahim
60% kasus keguguran. Kelainan bentuk rahim.
2. Faktor ibu: 3. Faktor Ayah: kelainan kromosom
Kelainan endokrin (hormonal) misalnya dan infeksi sperma diduga dapat
kekurangan tiroid, kencing manis. menyebabkan abortus.
Faktor kekebalan (imunologi), misalnya
pada penyakit lupus, Anti
phospholipid syndrome.

51
4. Faktor genetik
• Sekitar 5 % abortus terjadi karena faktor 5. Faktor anatomi
genetik. Paling sering ditemukannya Faktor anatomi kogenital pernah
kromosom trisomi dengan trisomi 16. dilaporkan timbul pada 10-15 %
• Lebih dari 60% abortus spontan yang wanita dengan abortus spontan yang
terjadi pada trimester pertama rekuren.
menunjukkan beberapa tipe abnormalitas Lesi anatomi kogenital yaitu
genetik. Abnormalitas genetik yang paling kelainan duktus Mullerian (uterus
sering terjadi adalah aneuploidi bersepta). Duktus mullerian
(abnormalitas komposisi kromosom) biasanya ditemukan pada
contohnya trisomi autosom yang keguguran trimester kedua.
menyebabkan lebih dari 50% abortus Kelainan kogenital arteri uterina
spontan. yang membahayakan aliran
• Sekitar 3-5% pasangan yang memiliki darah endometrium.
riwayat abortus spontan yang berulang Kelainan yang didapat misalnya
salah satu dari pasangan tersebut adhesi intrauterin (synechia),
membawa sifat kromosom yang abnormal. leimioma, dan endometriosis.
52
6. Faktor endokrin:
7. Faktor infeksi
• Faktor endokrin berpotensial Infeksi termasuk infeksi yang
menyebabkan aborsi pada sekitar diakibatkan oleh TORC
10-20 % kasus. (Toksoplasma, Rubella,
• Insufisiensi fase luteal ( fungsi Cytomegalovirus) dan malaria.
corpus luteum yang abnormal Infeksi intrauterin sering
dengan tidak cukupnya produksi dihubungkan dengan abortus
progesteron). spontan berulang. Organisme-
• Hipotiroidisme, hipoprolaktinemia, organisme yang sering diduga
diabetes dan sindrom polikistik sebagai penyebab antara lain
ovarium merupakan faktor kontribusi Chlamydia, Ureaplasma,
pada keguguran. Mycoplasma, Cytomegalovirus,
Listeria monocytogenes dan
Toxoplasma gondii

53
Tatalaksana
• Lakukan penilaian cepat mengenai keadaan umum ibu termasuk tanda-tanda vital
(nadi, tekanan darah, pernapasan, suhu)
• Periksa tanda-tanda syok (akral dingin, pucat, takikardi, tekanan sistolik < 90
mmHg). Jika terlihat tanda-tanda syok, tetap perkirakan kemungkinan tersebut saat
penolong melakukan evaluasi mengenai kondisi ibu karena kondisinya dapat
memperburuk dengan cepat
• Bila terdapat tanda-tanda sepsis atau dugaan abortus dengan komplikasi, berikan
kombinasi antibiotika sampai ibu bebas demam untuk 48 jam
- Ampicillin 2 g IV/M kemudian 1 g diberikan setiap 6 jam
- Gentamicin 5 mg/kgBB IV setiap 24 jam
- Metronidazol 500 mg IV setiap 8 jam
• Segera rujuk ibu ke rumah sakit
• Semua ibu yang mengalami abortus perlu mendapatkan dukungan emosional dan
konseling kontrasepsi pasca keguguran.
• Lakukan tatalaksana selanjutnya sesuai jenis abortus

54
Klasifikasi abortus
Menurut terjadinya dibedakan atas:
1. Abortus spontan yaitu abortus yang terjadi dengan sendirinya tanpa disengaja
atau dengan tidak didahului faktor-faktor mekanis atau medisinalis, semata-mata
disebabkan oleh faktor-faktor alamiah.
2. Abortus provokatus (induksi abortus) adalah abortus yang disengaja tanpa
indikasi medis, baik dengan memakai obat-obatan maupun dengan alat-alat.
Abortus ini terbagi lagi menjadi:
• Abortus medisinalis (abortus therapeutica) yaitu abortus karena tindakan kita
sendiri, dengan alasan bila kehamilan dilanjutkan, dapat membahayakan jiwa ibu
(berdasarkan indikasi medis). Biasanya perlu mendapat persetujuan 2 sampai 3
tim dokter ahli.
• Abortus kriminalis yaitu abortus yang terjadi oleh karena tindakan-tindakan yang
tidak legal atau tidak berdasarkan indikasi medis dan biasanya dilakukan secara
sembunyi-sembunyi oleh tenaga tradisional.

55
• Pembagian abortus secara klinis adalah sebagai berikut :
• Abortus Iminens merupakan tingkat permulaan dan ancaman terjadinya abortus,
ditandai perdarahan pervaginam, ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi
masih baik dalam kandungan.
• Abortus Insipiens adalah abortus yang sedang mengancam ditandai dengan serviks
telah mendatar dan ostium uteri telah membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih
dalam kavum uteri dan dalam proses pengeluaran.
• Abortus Inkompletus adalah sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri
dan masih ada yang tertinggal.
• Abortus Kompletus adalah seluruh hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
• Missed Abortion adalah abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah
meninggal dalam kehamilan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi
seluruhnya masih tertahan dalam kandungan.
• Abortus Habitualis ialah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut.
• Abortus Infeksious ialah abortus yang disertai infeksi pada alat genitalia
• Abortus Terapeutik adalah abortus dengan induksi medis (Prawirohardjo, 2009).
56
57
58
3. Kehamilan ektopik

Definisi Diagnosis
Kehamilan ektopik adalah kehamilan yang
terjadi di luar Rahim (uterus). Hampir 95% - Perdarahan pervaginam dari bercak
kehamilan ektopik terjadi di berbagai hingga berjumlah sedang
segmen tuba fallopi, dengan 5% sisanya - Kesadaran menurun
terdapat di ovarium, rongga peritoneum - Pucat
atau didalam serviks. Apabila terjadi - Hipotensi
rupture dilokasi implantasi kehamilan, - Hypovolemia : kondisi penurunan
maka akan terjadi keadaan perdarahan volume darah akibat kehilangan
massif dan nyeri abdomen akut yang darah/cairan ttubuh.
disebut kehamilan ektopik terganggu. - Nyeri abdomen dan pelvis
- Serviks tertutup
Penegakan diagnosis dibantu dengan
pemeriksaan USG 59
Faktor predisposisi
• Riwayat kehamilan ektopik sebelumnya
• Riwayat operasi di daerah tuba dan/atau tubektomi
• Riwayat penggunaan AKDR
• Infertilitas
• Riwayat inseminasi buatan atau teknologi bantuan reproduktif
(assisted reproductive technology/ART)
• Riwayat infeksi saluran kemih dan pelvic inflammatory
disease/ PID
• Merokok
• Riwayat abortus sebelumnya
• Riwayat promiskuitas
• Riwayat seksio ssesarea sebelumnya

60
Tatalaksana

• Restorasi cairan tubuh dengan cairan kristaloid NaCl


0,9% atau Ringer Laktat (500 mL dalam 15 menit
pertama) atau 2 L dalam 2 jam pertama
• Segera rujuk ibu ke rumah sakit
• Tatalaksana Khusus
• Segera uji silang darah dan persiapan laparotomi.

61
TRIMESTER II

62
1. MOLA HYDATIDAOSA (HAMIL ANGGUR)

Mola hidatidosa adalah bagian dari


penyakit trofoblastik gestasional, yang
disebabkan oleh kelainan pada villi
khorionik yang disebabkan oleh proliferasi
trofoblastik dan edem.
Hamil anggur berbeda dengan kehamilan
biasanya, dimana hasil pembuahan sel
telur gagal terbentuk dan berubah menjadi
gelembung/kantong-kantong yang
bergerombol menyerupai buah anggur.
MACAM-MACAM MOLA HYDATIDAOSA

1). Mola Hydatidaosa Komplit 2). Mola Hydatidaosa Parsial


Tidak terdapat jaringan janin. 90% 46,XX Terdapat jaringan janin :
dan 10% 46,XY. Dapat dibagi menjadi : Jenis kromosom yang didapat
Androgenetic : kromosom berasal 69,XXX atau 69,XXY
dari ayah saja : Diakibatkan oleh karena hasil
Bersifat homozigot : duplikasi dari pembuahan dari oosit yang
haploid kromosom ayah bersifat haploid dan adanya
Bersifat heterozigot : berasal dari duplikasi dari paternal
dua haploid kromosom ayah kromosom haploid (dispermi)
Biparental : kromosom berasal dari Bahkan dapat ditemukan
paternal dan maternal, namun terjadi tetraploidi
kesalahan ekspresi dari kromosom yang
berasal dari maternal, sehingga
kromosom paternal menjadi lebih
dominan 64
Diagnosi
 Perdarahan pervaginam berupa bercak hingga berjumlah
banyak
 Mual dan muntah hebat
 Ukuran uterus lebih besar dari usia kehamilan
 Tidak ditemukan janin intrauteri
 Nyeri perut
 Serviks terbuka
 Keluar jaringan seperti anggur, tidak ada janin
 Takikardi ( peningkatan detak jantung secara dratis),
berdebar-debar (tanda-tanda tirotoksikosis)
Penegakkan diagnosis kehamilan mola dapat dibantu dengan
pemeriksaan USG.
Tatalaksana
• Lakukan evakuasi dengan menggunakan Aspirasi Vakum Manual (AVM) dan
kosongkan isi uterus secara cepat.
• Pastikan tersedia tiga tabung AVM yang siap dipakai karena banyaknya jaringan yang
dievakuasi. Aspirasi vakum elektrik lebih diutamakan bila tersedia.
• Sementara proses evakuasi berlangsung, pasang infus oksitosin 10 unit dalam 500 ml
NaCl 0.9% atau RL dengan kecepatan 40-60 tetes/menit untuk mencegah
perdarahan.
• Ibu dianjurkan menggunakan kontrasepsi hormonal bila masih ingin memiliki anak,
atau tubektomi bila ingin menghentikan kesuburan
Selanjutnya ibu dipantau:
 Pemeriksaan HCG serum setiap 2 minggu.
 Bila hasil HCG serum terus menetap atau naik dalam 2 kali pemeriksaan
berturut-turut, ibu dirujuk ke rumah sakit rujukan tersier yang mempunyai fasilitas
kemoterapi.
 HCG urin yang belum memberi hasil negatif setelah 8 minggu juga
67
mengindikasikan ibu perlu dirujuk ke rumah sakit rujukan tersier.
2. HIPERTENSI
Hipertensi adalah tekanan darah sekurang-
kurangnya 140 mmHg sistolikatau 90
mmHg diastolik pada dua kali pemeriksaan Diagnosis
berjarak 4-6 jam pada wanita yang 1. Kehamilan kembar
sebelumnya normotensi. Bila ditemukan 2. Penyakit trofoblas
tekanan darah tinggi (≥140/90 mmHg) 3. Hidramnion
pada ibu hamil, lakukan pemeriksaan 4. Diabetes melitus
kadar protein urin dengan tes celup urin 5. Gangguan vaskuler plasenta
atau protein urin 24 jam dan tentukan 6. Faktor herediter
diagnosis. 7. Riwayat preeklampsia sebelumnya
8. Obesitas sebelum hamil

68
Macam-macam hipertensi

1. HIPERTENSI KRONIS
a. Definisi
Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul dari sebelum kehamilan
dan menetap setelah persalinan
b. Diagnosis
Tekanan darah ≥140/90 mmHg
Sudah ada riwayat hipertensi sebelum hamil, atau diketahui
adanya hipertensi pada usia kehamilan <20 minggu
Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
Dapat disertai keterlibatan organ lain, seperti mata, jantung, dan
ginjal

69
c. Tatalaksana
5. Jika terdapat proteinuria atau tanda-
1. Anjurkan istirahat lebih banyak. tanda dan gejala lain, pikirkan
2. Pada hipertensi kronik, penurunan superimposed preeklampsia dan
tekanan darah ibu akan tangani seperti preeclampsia.
mengganggu perfusi serta tidak 6. Berikan suplementasi kalsium1,5-2
ada bukti-bukti bahwa tekanan g/hari dan aspirin 75 mg/hari mulai dari
darah yang normal akan usia kehamilan 20 minggu.
memperbaiki keadaan janin dan 7. Pantau pertumbuhan dan kondisi janin.
ibu. 8. Jika tidak ada komplikasi, tunggu
3. Jika pasien sebelum hamil sudah sampai aterm.
mendapat obat antihipertensi, dan 9. Jika denyut jantung janin <100 kali/menit
terkontrol dengan baik, lanjutkan atau >180 kali/menit, tangani seperti
pengobatan tersebut gawat janin.
4. Jika tekanan diastolik >110 10.Jika terdapat pertumbuhan janin
mmHg atau tekanan sistolik >160 terhambat, pertimbangkan terminasi
mmHg, berikan antihipertensi kehamilan.
70
2. HIPERTENSI GESTASIONAL
a. Definisi
 Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20 minggu
dan menghilang setelah persalinan
b. Diagnosis
Tekanan darah ≥140/90 mmHg
Tidak ada riwayat hipertensi sebelum hamil, tekanan darah normal di
usia kehamilan <12 minggu
Tidak ada proteinuria (diperiksa dengan tes celup urin)
Dapat disertai tanda dan gejala preeklampsia, seperti nyeri ulu hati
dan trombositopenia
Diagnosis pasti ditegakkan pascapersalinan

71
c. Tatalaksana
1. Pantau tekanan darah, urin (untuk proteinuria), dan kondisi janin setiap
minggu.
2. Jika tekanan darah meningkat, tangani sebagai preeklampsia ringan.
3. Jika kondisi janin memburuk atau terjadi pertumbuhan janin terhambat,
rawat untuk penilaian kesehatan janin.
4. Beri tahu pasien dan keluarga tanda bahaya dan gejala preeklampsia
dan eklampsia.
5. Jika tekanan darah stabil, janin dapat dilahirkan secara normal.

72
3. INKOMPETENSI SERVIKS
Inkompetensi serviks adalah pembukaan
servik tanpa nyeri atau serviks tidak lagi
mengalami kontraksi pada trimester dua,
atau awal trimester ketiga disertai prolap
dan menggembungnya selaput ketuban ke
dalam vagina yang bisa menyebabkan
abortus dan kelahiran prematur. Penyebab
inkompetensi servik belum jelas, diduga
karena riwayat trauma servik saat
dilakukan dilatasi dan kuretase, konisasi,
kauterisasi dan amputasi.

73
FAKTOR RESIKO
Faktor resiko inkompetensi serviks meliputi:
1. Riwayat keguguran pada usia kehamilan 14 minggu atau lebih
2. Adanya riwayat laserasi serviks menyusul pelahiran pervaginam
atau melalui operasi sesar
3. Adanya pembukaan serviks berlebihan disertai kala dua yang
memanjang pada kehamilan sebelumnya
4. Ibu berulang kali mengalami abortus elektif pada trimester
pertama atau kedua, atau sebelumnya ibu mengalami eksisi
sejumlah besar jaringan serviks (conization).

74
4. Anemia pada ibu hamil
Definisi Anemia
Anemia adalah jumlah hemoglobin dalam darah kurang dari 12gr/100 ml
(Prawiroharjo, 2006). Anemia adalah penyakit yang terjadi karena konsumsi zat
besi (Fe) pada tubuh tidak seimbang atau kurang dari kebutuhan tubuh
(Notoatmodjo, 1997).
Definisi Anemia dalam Kehamilan
Anemia dalam kehamilan adalah kondisi dengan kadar hemoglobin di
bawah 11gr% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5gr% pada trimester 2, nilai
batas tersebut dan perbedaannya dengan kondisi wanita tidak hamil, terjadi
karena hemodilusi, terutama pada trimester 2 (Saifuddin, 2006).

75
PATOLOGI TANDA & GEJALA
Perubahan hematologi sehubungan dengan • Cepat lelah, lesu, mata berkunang,
kehamilan adalah oleh karena perubahan pusing, gampang pingsan, sesak
sirkulasi yang makin meningkat terhadap nafas saat beraktivitas atau
plasenta dari pertumbuhan payudara. berolahraga berat, permukaan kulit
Volume plasma meningkat 45-65% dimulai dan wajah pucat, mual muntah lebih
pada trimester II kehamilan, dan maksimum hebat dari hamil muda, jantung
terjadi pada trimester III dan meningkat berdebar – debar.
sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang • Pemeriksaan hemoglobin secara
aterm serta kembali normal 3 bulan setelah rutin selama kehamilan merupakan
partus. Stimulasi yang meningkatkan kegiatan yang umumnya dilakukan
volume plasma seperti laktogen plasenta, untuk mendeteksi anemia.
yang menyebabkan peningkatan sekresi Pemeriksaan darah minimal 2 kali
aldesteron. selama kehamilan yaitu pada
trimester I dan III (Dep.Kes RI, 2002)
76
Klasifikasi anemia pada ibu hamil
1. Anemia defiensi besi
Anemia dalam kehamilan yang sering dijumpai ialah anemia akibat kekurangan
besi. Kekurangan ini dapat disebabkan karena kurang masuknya unsur besi dalam
makanan, karena gangguan reabsopsi, gangguan pecernaan, atau karena
terlampau banyaknya besi yang keluar dari badan, misal pada perdarahan.
2. Anemia megaloblastic
Anemia dalam kehamilan disebabkan karena defisiensi asam folik, jarang sekali
karena defisiensi B12. Hal itu erat kaitanya dengan defisiensi makanan.
3. Anemia hipoplastik
Anemia pada wanita hamil dikarenakan sumsum tulang kurang mampu membuat
sel – sel darah baru.
4. Anemia hemolitik
Anemia disebabkan karena penghancuran sel darah merah berlangsung lebih
cepat dari pada pembuatannya.

77
Klasifikasi menurut who dan Depkes ri

78
DIAGNOSIS
1. Anamnesa
Pada anamnesa akan didapatkan keluhan cepat lelah, sering pusing, mata
berkunang-kunang, dan keluhan sering mual muntah lebih hebat pada
hamil muda.
2. Pemeriksaan fisik
- Penderita terlihat lemah.
- Kurang bergairah.
3. Pada inspeksi muka, conjungtiva, bibir, lidah, selaput lendir dan dasar kuku
kelihatan pucat.
4. Pada pemeriksaan palpasi kemungkinan didapatkan splenomegali dan
takhirkardi.
5. Pada pemeriksaan auskultasi dapat terdengar bising jantung.

79
Faktor – faktor yang berhubungan dengan anemia pada
ibu hamil
• Usia Ibu Hamil
Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur kurang dari 20 tahun
dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu hamil yang berumur
20-35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia.
• Usia Kehamilan
Umur ibu kurang dari 20 tahun menunjukkan rahim dan panggul ibu belum
berkembang secara sempurna karena wanita pada usia ini masih dalam masa
pertumbuhan sehingga rahim dan panggul masih kecil. Disamping itu, usia diatas
35 tahun cenderung mengakibatkan timbulnya masalah-masalah kesehatan seperti
preeklamsi, eklamsi, DM, dapat menimbulkan persalinan lama dan perdarahan
pada saat persalinan serta resiko terjadinya cacat bawaan pada janin (Hartanto,
2004).

80
• Jarak Kelahiran
Jarak kelahiran pendek dapat mempercepat terjadinya anemia pada ibu hamil
karena kekurangan nutrisi yang merupakan mekanisme biologis dan pemulihan
faktor hormonal dan adanya kecenderungan bahwa semakin dekat jarak
kehamilan, maka akan semakin tinggi angka kejadian anemia. Banyaknya anak
yang dilahirkan seorang ibu akan mempengaruhi kesehatan dan merupakan
faktor resiko terjadinya BBLR, tumbuh kembang bayi lebih lambat, pendidikan
anak lebih rendah dan nutrisi kurang (Depkes, 2003).
• Tingkat Pendidikan.
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi akan memudahkan sesorang untuk
menyerap informasi-informasi dan mengimplementasikannya dalam perilaku
dan gaya hidup sehari-hari, khususnya tingkat pendidikan wanita sangat
mempengaruhi kesehatannya.( Depkes, 2004).

81
Pencegahan
• Pemberian suplemen Fe dosis rendah 30 mg pada trimester III ibu hamil non
anemik Hb ≥ 11 gr/dl, sedangkan untuk hamil dengan anemia defisiensi besi
dapat diberikan suplemen sulfat 325 mg 1-2 kali sehari. Untuk yang
disebabkan oleh defisiensi asam folat dapat diberikan asam folat 1 mg/hari
atau untuk dosis pencegahan dapat diberikan 0,4 mg/hari. Dan bisa juga
diberi vitamin B12 100-200 mcg/hari (Budiarti, 2009)
• Kepandaian dalam mengatur pola makan dengan mengkombinasikan menu
makanan serta mengkonsumsi buah dan sayur yang mengandung vitamin C
pada waktu makan.

82
• Mengindari makanan yang dapat menghambat penyerapan zat besi yaitu
kopi, suplemen zat besi dan teh.
• Penderita anemia ringan sebaiknya tidak menggunakan suplemen zat
besi. Misalnya dengan konsumsi makanan yang banyak mengandung zat
besi seperti telur, susu, hati, ikan, daging, kacang – kacangan (tahu,
oncom, kedelai, kacang hijau, sayuran berwarna hijau, sayuran berwarna
hijau tua (kangkung, bayam) dan buah – buahan (jeruk, jambu biji dan
pisang).

83
TRIMESTER III

84
1. PLASENTA PREVIA

Plasenta Previa adalah lasenta yang ada


di depan jalan lahir. Previa berasal dari
kata (prae = di depan, vias = jalan), jadi
yang di maksud plasenta previa adalah
plasenta yang letaknya abnormal, yaitu
pada segmen bawah rahim, sehingga
dapat menutupi sebagian atau seluruh
ostium uteri internum (OUI).
MACAM-MACAM PLASENTA PREVIA

Terdapat empat macam plasenta previa berdasarkan lokasinya, yaitu:


1. Plasenta previa totalis  ostium internal ditutupi seluruhnya oleh plasenta
2. Plasenta previa parsialis  ostium interal ditutupi sebagian oleh plasenta
3. Plasenta previa marginalis  tepi plasenta terletak di tepi ostium internal
4. Plasenta previa letak rendah  plasenta berimplantasi di segmen bawah
uterus sehingga tepi plasenta terletak dekat dengan ostium

86
87
FAKTOR PREDISPOSISI DIAGNOSIS
 Perdarahan tanpa nyeri, usia
1. Kehamilan dengan ibu kehamilan >22 minggu
berusia lanjut  Darah segar yang keluar sesuai
dengan beratnya anemia
2. Multiparitas  Syok
3. Riwayat seksio sesarea  Tidak ada kontraksi uterus
 Bagian terendah janin tidak masuk
sebelumnya pintu atas panggul
 Kondisi janin normal atau terjadi gawat
janin
 Penegakkan diagnosis dibantu
dengan pemeriksaan USG

88
TATALAKSANA

 PERHATIAN! Tidak dianjurkan melakukan pemeriksaan dalam


sebelum tersedia kesiapan untuk seksio sesarea. Pemeriksaan
inspekulo dilakukan secara hati-hati, untuk menentukan sumber
perdarahan.
 Perbaiki kekurangan cairan/darah dengan infus cairan intravena (NaCl
0,9% atau Ringer Laktat).
 Lakukan penilaian jumlah perdarahan:
 Jika perdarahan banyak dan berlangsung, persiapkan seksio sesarea
tanpa memperhitungkan usia kehamilan
 Jika perdarahan sedikit dan berhenti, dan janin hidup tetapi prematur,
pertimbangkan terapi ekspektatif

89
2. SOLUSIO PLASENTA

Solutio Plasenta adalah terlepasnya


plasenta dari tempat implantasinya, atau
suatu keadaan dimana plasenta yang
letaknya normal, terlepas dari
perlekatannya sebelum janin lahir.
Biasanya dihitung sejak kehamilan 28
minggu (trimester ke 3), tetapi juga bisa
terjadi pada setiap waktu setelah
kehamilan 20 minggu.

90
DIAGNOSIS FAKTOR PREDISPOSISI
1. Perdarahan dengan nyeri
intermiten atau menetap
1. Hipertensi
2. Warna darah kehitaman dan cair,
tetapi mungkin ada bekuan jika 2. Versi luar
solusio relatif baru
3. Trauma abdomen
3. Syok tidak sesuai dengan jumlah
darah keluar (tersembunyi) 4. Hidramnion
4. Anemia berat
5. Gemelli
5. Gawat janin atau hilangnya denyut
jantung janin 6. Defisiensi besi
6. Uterus tegang terus menerus dan
nyeri

91
TATALAKSANA
 Perhatian! Kasus ini tidak boleh ditatalaksana pada fasilitas kesehatan
dasar, harus dirujuk ke fasilitas kesehatan yang lebih lengkap. Tatalaksana
berikut ini hanya boleh dilakukan di fasilitas kesehatan yang lengkap.
 Jika terjadi perdarahan hebat (nyata atau tersembunyi) dengan tandatanda
awal syok pada ibu, lakukan persalinan segera:
 Jika pembukaan serviks lengkap, lakukanpersalinan dengan ekstraksi
vakum
 Jika pembukaan serviks belum lengkap, lakukan persalinan dengan seksio
sesarea
 Waspadalah terhadap kemungkinan perdarahan pascasalin.

92
 Jika perdarahan ringan atau sedang dan belum terdapat tanda-tanda syok,
tindakan bergantung pada Denyut Jantung Janin (DJJ):
 DJJ normal, lakukan seksio sesarea
 DJJ tidak terdengar namun nadi dan tekanan darah ibu normal:
pertimbangkan persalinan pervaginam
 DJJ tidak terdengar dan nadi dan tekanan darah ibu bermasalah:
pecahkan ketuban dengan kokher:
 Jika kontraksi jelek, perbaiki dengan pemberian oksitosin
 Jika serviks kenyal, tebal, dan tertutup, lakukan seksio sesarea
 DJJ abnormal (kurang dari 100 atau lebih dari 180/menit): lakukan
persalinan pervaginam segera, atau seksio sesarea bila persalinan
pervaginam tidak memungkinkan. 93
 Lakukan uji pembekuan darah sederhana:
 Ambil 2 ml darah vena ke dalam tabung reaksi kaca yang bersih, kecil,
dan kering (kira-kira 10 mm x 75 mm)
 Pegang tabung tersebut dalam genggaman untuk menjaganya tetap
hangat
 Setelah 4 menit, ketuk tabung secara perlahan untuk melihat apakah
pembekuan sudah terbentuk, kemudian ketuk setiap menit sampai
darah membeku dan tabung dapat dibalik
 Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya
bekuan lunak yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan
koagulopati

94
3. ASFIKSIA INTRAUTERIN

Asfiksia intrauterin adalah suatu GEJALA


keadaan dimana janin dalam rahim
1. Abnormalitas bunyi jantung janin
kekurangan oksigen dan kemudian
(bradikardia, takikardia, irregularitas
diikuti dengan penimbunan asam
ataupun deselerasi tipe lambat dan
asetat serta karbon dioksida (CO2)
variabel).
sehingga mengakibatkankeadaan
2. Berkurangnya aktivitas/gerakan janin,
asidosis intrauterin. Biasanya, keadaan
yakni: 4 kali per 10 menit (bisa dilihat
ini terjadi karena terjadi gangguan
dengan kardiotokografi).
dalam pertukaran gas (gas exchange),
3. Dijumpai pertumbuhan janin
bisa terjadi secara akut (misalnya
terhambat (PJT).
kompresi tali pusat) dan juga secara
4. Dijumpai mekoneum dalam air
kronik (misalnya kehamilan post-term).
ketuban.

95
DIAGNOSIS

1. Pasien umumnya termasuk kategori kehamilan risiko tinggi (highrisk


pregnancy).
2. Abnormalitas bunyi jantung janin ketika di dengarkan melalui
Doppler/funduskop, NST, CTG, (bradikardia, takikardia, irregularitas
ataupun deselerasi tipe lambat dan variabel).
3. Berkurangnya aktivitas/gerakan janin, yakni: kali per 10 menit (bisa dilihat
dengan kardiotokografi).

96
PENATALAKSANAN

1. Secara prinsip, keadaan asfiksia intrauterin memberikan tanda bahwa


janin harus dilahirkan dengan cara yang paling aman dalam waktu yang
secepatnya, yakni setelah janin tersebut dipulihkan dari asfiksianya
terlebih dulu.
2. Cara persalinan:
3. Pervaginam apabila telah dicapai kala II dan syarat – syarat untuk itu
telah terpenuhi.
4. Seksio sesarea apabila syarat pervaginam tidak terpenuhi atau kala II
tidak dapat diharapkan dalam waktu singkat.
Catatan: melahirkan janin yang dalam keadaan asfiksia dengan cara apapun,
tidak dianjurkan sebelum dilakukan resusitasi intrauterin terlebih dulu.

97
4. KETUBAN PECAH DINI
• Menurut Caughey, Julian, Robinson,
dan Errol (2008) KPD adalah pecahnya
selaput janin sebelum terjadi persalinan
dengan tidak melihat berapa usia
kehamilan.
• Menurut Achadiat (2004) KPD adalah
ketuban pecah pada kehamilan yang
telah valiable dan tidak diikuti persalinan
setelah 6 jam.
• Menurut Saefuddin (2002) KPD adalah
pecahnya selaput ketuban yang terjadi
sebelum kehamilan 37 minggu maupun
kehamilan aterm.
98
DIAGNOSIS
Menurut Sujiyatini, Muflidah, dan Hidayat (2009) bahwa diagnose
KPD dapat ditegakan pertama dengan melakukan anamnesa. Dalam
anamneses ibu dengan KPD biasanya didapatkan bahwa ibu merasa basah
pada kemaluan atau juga dengan mengeluarkan cairan yang banyak dari
jalan lahir atau sering disebut ngepyok. Cairan ketuban berbau khas dan
yang perlu diperhatikan ketuban pecah terjadi sebelum ada his (pengerutan
rahim), atau his belum teratur dan sudah keluar lender darah atau belum.
Cara yang kedua adalah dengan inspeksi dilihat tampak keluarnya cairan
ketuban dari vagina. Cara yang ketiga adalah dengan cara pemeriksaan
spekulum. Pemeriksaan KPD dengan spekulum akan tampak cairan dari
orifisium uteri eksternum atau akan mengumpul pada fornik anterior. Dan
cara yang keempat adalah dengan pemeriksaan dalam yang akan
mendapatkan cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada
lagi. 99
PENCEGAHAN

Cara mencegah terjadinya KPD menurut Sujiyatini,


Muflidah, dan Hidayat (2009) adalah ibu hamil sebaiknya
mengurangi aktifitas, terutama pada akhir trimester kedua dan
trimester ketiga kehamilannya.

100
TATALAKSANA
1. Tatalaksana Umum
 Berikan eritromisin 4x250 mg selama 10 hari.
 Rujuk ke fasilitas yang memadai.

2. Tatalaksana Khusus
 Di RS rujukan, lakukan tatalaksana sesuai dengan usia kehamilan:
 >34 minggu:
 Lakukan induksi persalinan dengan oksitosin bila tidak ada
kontraindikasi.

101
 24-33 minggu:
 Bila terdapat amnionitis, abrupsio plasenta, dan kematian janin, lakukan
persalinan segera.
 Berikan deksametason 6 mg IM tiap 12 jam selama 48 jam atau
betametason 12 mg IM tiap 24 jam selama 48 jam.
 Lakukan pemeriksaan serial untuk menilai kondisi ibu dan janin.
 Bayi dilahirkan di usia kehamilan 34 minggu, atau di usia kehamilan 32-33
minggu, bila dapat dilakukan pemeriksaan kematangan paru dan hasil
menunjukkan bahwa paru sudah
 matang (komunikasikan dan sesuaikan dengan fasilitas perawatan bayi
preterm).
 <24 minggu:
 Pertimbangan dilakukan dengan melihat risiko ibu dan janin.
 Lakukan konseling pada pasien. Terminasi kehamilan mungkin menjadi
pilihan.
 Jika terjadi infeksi (korioamnionitis), lakukan tatalaksana korioamnionitis.
102
5. PREEKLAMPSIA DAN EKLAMPSIA
Preeklampsia adalah timbulnya hipertensi yang disertai proteinuria terjadi
setelah kehamilan minggu ke-20 sampai minggu ke-6 setelah persalinan.

103
• Preeklampsia dengan onset awal umumnya terkait dengan pembatasan
pertumbuhan janin, bentuk gelombang dopler uterus dan arteri umbilikalis yang
abnormal, dan keluaran maternal dan perinatal yang buruk. Akan tetapi
preeklampsia dengan onset lanjut sebagian besar berhubungan dengan
penyakit maternal ringan, keterlibatan janin dengan tingkat yang lebih ringan,
dengan hasil keluaran yang biasanya menguntungkan. Preeklampsia
berdasarkan gejala klinisnya diklasifikasikan menjadi dua, yaitu preeclampsia
ringan dan berat.
• Eklampsia didefinisikan sebagai peristiwa terjadinya kejang pada kehamilan ≥
20 minggu disertai atau tanpa penurunan tingkat kesadaran bukan karena
epilepsi maupun gangguan neurologi lainnya. Kejang eklampsia hampir selalu
didahului oleh preeklampsia. Eklampsia paling sering terjadi pada trimester
ketiga dan menjadi sering saat kehamilan mendekati aterm. Eklampsia dapat
terjadi pada antepartum, intrapartum, dan postpartum. Eklampsia postpartum
umumnya terjadi dalam waktu 24 jam pertama setelah persalinan.
104
DIAGNOSIS
1. Preeklampsia Ringan
 Tekanan darah ≥140/90 mmHg pada usia kehamilan > 20 minggu.
 Tes celup urin menunjukkan proteinuria 1+ atau pemeriksaan protein kuantitatif
menunjukkan hasil >300 mg/24 jam.

2. Preeklampsia Berat
 Tekanan darah >160/110 mmHg pada usia kehamilan >20 minggu.
 Tes celup urin menunjukkan proteinuria ≥2+ atau pemeriksaan protein kuantitatif
menunjukkan hasil >5 g/24 jam.
 Atau disertai keterlibatan organ lain:
 Trombositopenia (<100.000 sel/uL), hemolisis mikroangiopati
 Peningkatan SGOT/SGPT, nyeri abdomen kuadran kanan atas
 Sakit kepala , skotoma penglihatan
 Pertumbuhan janin terhambat, oligohidramnion
 Edema paru dan/atau gagal jantung kongestif
105
 Oliguria (< 500ml/24jam), kreatinin > 1,2 mg/dl
 Superimposed preeklampsia pada hipertensi kronik
 Ibu dengan riwayat hipertensi kronik (sudah ada sebelum usia
kehamilan 20 minggu)
 Tes celup urin menunjukkan proteinuria >+1 atau trombosit <100.000
sel/uL pada usia kehamilan > 20 minggu

 Eklamsia
 Kejang umum dan/atau koma
 Ada tanda dan gejala preeklampsia
 Tidak ada kemungkinan penyebab lain (misalnya epilepsi,
perdarahan subarakhnoid, dan meningitis)

106
PENCEGAHAN DAN TATALAKSANA
1. Bila terjadi kejang, perhatikan jalan napas, pernapasan (oksigen), dan
sirkulasi (cairan intravena).
2. MgSO4 diberikan secara intravena kepada ibu dengan eklampsia (sebagai
tatalaksana kejang) dan preeklampsia berat (sebagai pencegahan kejang).
3. Pada kondisi di mana MgSO4 tidak dapat diberikan seluruhnya, berikan
dosis awal (loading dose) lalu rujuk ibu segera ke fasilitas kesehatan yang
memadai.
4. Lakukan intubasi jika terjadi kejang berulang dan segera kirim ibu ke ruang
ICU (bila tersedia) yang sudah siap dengan fasilitas ventilator tekanan positif.
107
5. Ibu dengan hipertensi berat selama kehamilan perlu mendapat terapi
antihipertensi.
6. Pilihan antihipertensi didasarkan terutama pada pengalaman dokter
dan ketersediaan obat. Beberapa jenis antihipertensi yang dapat
digunakan misalnya: Nifedipin, Nikardipin, dan Metildopa.
7. Ibu yang mendapat terapi antihipertensi di masa antenatal dianjurkan
untuk melanjutkan terapi antihipertensi hingga persalinan
8. Terapi antihipertensi dianjurkan untuk hipertensi pascasalin berat.

108
MASA
PERSALINAN

109
DISTOSIA KELAINAN PRESENTASI DAN POSISI (MAL POSISI)
 Malposisi adalah kepala janin relatif terhadap pelvis degan oksiput sebagai titik referensi, atau
malposisi merupakan abnormal dari vertek kepala janin (dengan ubun-ubun kecil sebagai
penanda) terhadap panggul ibu. Dalam keadaan malposisi dapat terjadi partus macet atau
partus lama.
 Penilaian posisi normal apabila kepala dalam keadaan fleksi, bila fleksi baik maka kedudukan
oksiput lebih rendah dari pada sinsiput, keadaan ini disebut posisi oksiput transversal atau
anterior.
 Sedangkan keadaan dimana oksiput berada di atas posterior dari diameter transversal pelvis
adalah suatu malposisi. Pada persalinan normal, saat melewati jalan lahir kepala janin dalam
keadaan fleksi dalam keadaan tertentu fleksi tidak terjadi sehingga kepala defleksi.
DISTOSIA KARENA KELAINAN ALAT KANDUNGAN
1. Vulva
Kelainan yang bisa menyebabkan kelainan vulva adalah oedema vulva, stenosis
vulva, kelainan bawaan, varises, hematoma, peradangan, kondiloma akuminata dan
fistula.
• Oedema vulva
Bisa timbul pada waktu hamil, biasanya sebagai gejala preeclampsia akan tetapi
dapat pula mempunyai sebab lain misalnya gangguan gizi. Pada persalinan lama
dengan penderita dibiarkan mengejan terus, dapat pula timbul oedema pada vulva.
Kelainan ini umumnya jarang merupakan rintangan bagi kelahiran pervaginam.
• Stenosis vulva
Biasanya terjadi sebagai akibat perlukaan dan radang yang menyebabkan ulkus-
ulkus yang sembuh dengan parut-parut yang dapat menimbulkan kesulitan.
Walaupun pada umumnya dapat diatasi dengan mengadakan episiotomy, yang cukup
luas. Kelainan congenital pada vulva yang menutup sama sekali hingga hanya
orifisium uretra eksternum yang tampak dapat pula terjadi. Penanganan ini ialah
mengadakan sayatan median secukupnya untuk melahirkan kepala. 111
 Kelainan bawaan
Atresia vulva dalam bentuk atresia himenalis yang menyebabkan hematokolpos, hematometra dan atresia
vagina dapat menghalangi konsepsi.
 Varises
Wanita hamil sering mengeluh melebarnya pembuluh darah di tungkai, vagina, vulva dan wasir, tetapi
dapat menghilang setelah kelahiran. Hal ini karena reaksi sistem vena pembuluh darah seperti otot – otot
ditempat lain melemah akibat hormone estroid. Bahaya varises dalam kehamilan dan persalinan adalah
bila pecah dapat menjadi fatal dan dapat pula terjadi emboli udara. Varises yang pecah harus di jahit baik
dalam kehamilan maupun setelah lahir.
 Hematoma
Pembuluh darah pecah sehingga hematoma di jaringan ikat yang renggang di vulva, sekitar vagina atau
ligamentum latum. Hematoma vulva dapat juga terjadi karena trauma misalnya jatuh terduduk pada tempat
yang keras atau koitus kasar, bila hematoma kecil resorbsi sendiri, bila besar harus insisi dan bekuan
darah harus dikeluarkan.

112
1) Vagina
Kelainan yang dapat menyebabkan distosia adalah:
a) Kelainan vagina
Pada aplasia vagina tidak ada vagina ditempatnya introitus vagina dan terdapat cekungan
yang agak dangkal atau yang agak dalam. Terapi terdiri atas pembuatan vagina baru
beberapa metode sudah dikembangkan untuk keperluan itu, operasi ini sebaiknya dilakukan
pada saat wanita bersangkutan akan menikah. Dengan demikian vagina dapat digunakan
dan dapat dicegah bahwa vagina buatan dapat menyempit. Pada atresia vagina terdapat
gangguan dalam kanalisasi sehingga terdapat satu septum yang horizontal, bila penutupan
vagina ini menyeluruh, menstruasi timbul namun darahnya tidak keluar, namun bila
penutupan vagina tidak menyeluruh tidak akan timbul kesulitan kecuali mungkin pada partus
kala II.
113
Jarang terdapat, lebih sering ditemukan septum vagina yang memisahkan vagina secara lengkap atau tidak
lengkap pada bagian kanan atau bagian kiri. Septum lengkap biasanya tidak menimbulkan distosia karena
bagian vagina yang satu umumnya cukup lebar, baik untuk koitus maupun lahirnya janin. Septum tidak
lengkap kadang-kadang menahan turunnya kepala janin pada persalinan dan harus dipotong dahulu.
Stenosis dapat terjadi karena parut-parut akibat perlukaan dan radang. Pada stenosis vagina yang tetap
laku dalam kehamilan dan merupakan halangan untuk lahirnya janin perlu ditimbangkan section caesarea.
b) Tumor vagina
Dapat merupakan rintangan bagi lahirnya janin pervaginam, adanya tumor vagina dapat juga menyebabkan
persalinan pervaginam dianggap mengandung terlampau banyak resiko. Tergantung dari jenis dan
besarnya tumor perlu dipertimbangkan apakah persalinan dapat berlangsung secara pervaginam atau
diselesaikan dengan section caesarea.
114
3) Uterus
Kelainan yang penting berhubungan dengan persalinan adalah distosia servikalis. Karena
disfungtional uterine action atau karena parut pada serviks uteri. Kala I serviks uteri menipis akan
tetapi pembukaan tidak terjadi sehingga merupakan lembaran kertas dibawah kepala janin.
Diagnosis dibuat dengan menemukan lubang kecil yakni ostium uteri eksternum ditengah-tengah
lapisan tipis atau disebut dengan konglutinasio orifisii eksterni bila ujung, dimasukan ke orifisum ini
biasanya serviks yang kaku pada primitua sebagai akibat infeksi atau operasi

115
DISTOSIA KARENA KELAINAN JANIN

Bayi Besar (Makrosomia) Etiologi


Makrosomia adalah bayi yang berat badannya pada - Bayi dan ibu yang menderita diabetes
saat lahir lebih dari 4000 gram. Berat neonatus pada sebelum hamil dan bayi dari ibu hamil yang
umumnya kurang dari 4000 gram dan jarang menderita diabetes selama kehamilan.
melebihi 5000 gram. Frekuensi berat badan lahir - Terjadi obesitas pada ibu juga dapat
lebih dari 4000 gram adalah 5,3% dan yang lebih menyebabkan kelahiran bayi besar (bayi
dari 4500 gram adalah 0,4%. giant).
- Pola makan ibu yang tidak seimbang atau
berlebihan juga mempengaruhi kelahiran
bayi besar

116
b. Tanda dan Gejala
1) Berat badan lebih dari 4000 gram pada saat lahir
2) Wajah menggembung, pletoris (wajah tomat)
3) Besar untuk usia gestasi
4) Riwayat intrauterus dari ibu yang diabetes dan ibu yang polihidramnion
c. Penatalaksanaan
Jika dijumpai diagnosis makrosomia maka bidan harus segera membuat rencana
asuhan atau perawatan untuk segera diimplementasikan, tindakan tersebut adalah
merujuk pasien. Alasan dilakukan rujukan adalah untuk mengantisipasi adanya masalah-
masalah pada janin dan juga ibunya.
Masalah potensial yang akan dialami adalah:
o Resiko dari trauma lahir yang tinggi jika bayi lebih besar dibandingkan panggul ibunya
o Perdarahan intracranial
o Distocia bahu
o Rupture uteri
o Robekan perineum
o Fraktur anggota gerak
117
2) Hidrosefalus
a. Pengertian
Hidrosefalus adalah kelainan patologis otak yang mengakibatkan bertambahnya cairan
serebrospinal dengan atau pernah dengan tekanan intracranial yang meninggi sehingga
terdapat pelebaran ventrikel. Cairan yang tertimbun dalam ventrikel biasanya antara 500
– 1500 ml akan tetapi kadang – kadang dapat mencapai 5 liter. Pelebaran ventrikuler ini
akibat ketidakseimbangan antara absorbsi dan produksi cairan serebrospinal.
Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat dari penyakit atau kerusakan otak.
Adanya kelainan – kelainan tersebut menyebabkan kepala menjadi besar serta terjadi
pelebaran sutura dan ubun-ubun.
118
3) Janin Kembar Siam
a. Pengertian
Kembar siam adalah keadaan anak kembar yang tubuh keduanya bersatu. Hal ini
terjadi apabila zigot dari bayi kembar identik gagal berpisah secara sempurna.
Kemunculan kasus kembar siam diperkirakan adalah satu dalam 200.000 kelahiran.
Yang bisa bertahan hidup antara 5% dan 25 % dan kebanyakan (75%) berjenis kelamin
perempuan.
b. Etiologi
Banyak faktor diduga sebagai penyebab kehamilan kembar. Selain faktor genetik obat
penyubur yang dikonsumsi dengan tujuan agar sel telur matang secara sempurna juga
diduga dapat memicu terjadinya bayi kembar. Alasannya jika indung telur bisa
memproduksi sel telur dan diberi obat penyubur maka sel telur yang matang pada saat
bersamaan bisa banyak bahkan sampai lima dan enam.
c. Penatalaksanaan
Jika pada saat pemeriksaan kehamilan sudah ditegakkan janin kembar siam, tindakan
yang lebih aman adalah melakukan section caesarea.

119
Distosia Karena Kelainan Jalan Lahir
a. Kesempitan Pintu Atas Panggul (PAP)
Pintu atas panggul dinyatakan sempit apabila:
1) Diameter antero-posterior terpendek <10 cm.
2) Diameter transversal terbesar <12 cm.
3) Perkiraan diameter antero-posterior PAP dilakukan melalui pengukuran
a) Kehamilan aterm: ukuran rata – rata biparietal (BPD) 9,5 – 9,8 cm. kepala janin
normal tidak mungkin dapat melalui panggul bila diameter antero posterior pintu atas
panggul <10 cm.
b) Kesempitan PAP merupakan predisposisi terjadinya kelainan presentasi.
c) Pada ibu dengan kesempitan panggul angka kejadian letak muka dan letak lintang
meningkat 3 kali lipat dan angka kejadian prolapsus tali pusat meningkat 5-6 kali
lipat
d) Pada kasus kesempitan panggul dimana kepala janin masih berada diatas pintu atas
panggul semua tekanan hidrostatik disalurkan pada bagian selaput ketuban yang
berada diatas ostium uteri internum sehingga sering terjadi peristiwa Ketuban Pecah
Dini (KPD) pada kasus kesempitan Pintu Atas Panggul. 120
b. Kesempitan Bidang Tengah Pelvis
1) Kesempitan bidang tengah panggul tidak dapat dinyatakan secara tegas seperti kesempitan PAP,
namun kejadian ini lebih sering terjadi dibanding kesempitan PAP.
2) Kejadian ini sering menyebabkan kejadian “deep transverse arrest” (letak malang melintang rendah)
pada perjalanan persalinan dengan posisi occipitalis posterior (sebuah gangguan putar paksi dalam
akibat kesempitan Bidang Tengah Panggul).
3) Bidang Obstetrik Bidang Tengah Panggul terbentang dari tepi bawah simfisis pubis melalui spina
ischiadika dan mencapai sacrum di dekat pertemuan antara vertebra sacralis 4-5.

121
c. Kesempitan Pintu Bawah Panggul
1) PBP berbentuk dua buah segitiga yang memiliki satu sisi bersama (berupa diameter
intertuberus) dan tidak terletak pada bidang yang sama.
2) Berkurangnya diameter intertuberosa menyebabkan sempitnya segitiga anterior sehingga
pada kala II kepala terdorong lebih kearah posterior dengan konsekuensi pada persalinan
terjadi robekan perineum yang luas.
3) Distosia akibat kesempitan Pintu Bawah Panggul saja jarang terjadi mengingat bahwa
kesempitan PBP hamper selalu disertai dengan kesempitan Bidang Tengah Panggul.

122
PERDARAHAN POST PARTUM PRIMER
 Perdarahan pasca persalianan adalah kehilangan darah lebih dari 500 ml melalui jalan
lahir yang terjadi selama atau setelah persalinan kala III. Perdarahan pasca persalinan
primer terjadi dalam 24 jam pertama. Ada beberapa kemungkinan penyebab yaitu:
 Atonia uteri
 Perlukaan jalan lahir
 Retensio plasenta
 Tertinggalnya sebagian plasenta di dalam uterus
 Kelainan proses pembekuan darah akibat hipofibrinogenemia
 Penatalaksanaan kala III yang salah

123
A. ATONIA UTERI

1. Pengertian

Atonia uteri merupakan penyebab terbanyak perdarahan post partum dini (50%), dan
merupakan alasan paling sering untuk melakukan histerektomi post partum. Kontraksi
uterus merupakan mekanisme utama untuk mengontrol perdarahan setelah melahirkan.
Atonia terjadi karena kegagalan mekanisme ini. Atonia uteri adalah keadaan lemahnya
tonus/kontraksi rahim yang menyebabkan uterus tidak mampu menutup perdarahan terbuka
dari tempat implantasi plasenta setelah bayi dan plasenta lahir.

124
B. RETENSIO PLASENTA
1. Pengertian
Retensio plasenta adalah lepas plasenta tidak bersamaan sehingga masih melekat pada
tempat implantasi, menyebabkan retraksi dan kontraksi otot uterus sehingga sebagian
pembuluh darah tetap terbuka serta menimbulkan perdarahan.
2. Etiologi
a. Faktor maternal: gravida tua dan multiparitas.
b. Faktor uterus: bekas section caesarea, bekas pembedahan uterus, tidak efektifnya kontraksi
uterus, bekas kuretase uterus, bekas pengeluaran manual plasenta, dan sebagainya.
c. Faktor plasenta: plasenta previa, implantasi corneal, plasenta akreta dan kelainan bentuk
plasenta.

125
C. EMBOLI AIR KETUBAN

1. Pengertian

Emboli air ketuban adalah masuknya air ketuban beserta komponennya kedalam sirkulasi
darah ibu. Yang dimaksud komponen disini adalah unsur – unsur yang terdapat di air
ketuban seperti lapisan kulit janin yang terlepas, rambut janin, lapisan lemak janin dan
cairan kental.

126
ROBEKAN JALAN LAHIR

Robekan Perineum
Pengertian
• Adalah robekan yang terjadi pada saat bayi lahir baik secara spontan maupun dengan
alat atau tindakan. Robekan perineum umumnya terjadi pada garis tengah dan bisa
menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu cepat.
Etiologi
• Kepala janin terlalu cepat lahir.
• Persalinan tidak dipimpin sebagaimana mestinya.
• Adanya jaringan parut pada perineum.
• Adanya distosia bahu.

127
Klasifikasi
1) Derajat satu: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum.
2) Derajat dua: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum dan otot-
otot perineum.
3) Derajat tiga: robekan ini terjadi pada mukosa vagina, vulva bagian depan, kulit perineum dan otot-
otot perineum dan sfingter ani eksterna.
4) Derajat empat: robekan dapat terjadi pada seluruh perineum dan sfingter ani yang meluas sampai
ke mukosa.
Penatalaksanaan
1) Derajat I: robekan ini kalau tidak terlalu besar, tidak perlu dijahit.
2) Derajat II: lakukan penjahitan 3) Derajat III dan IV: lakukan rujukan.

128
MASA NIFAS

129
1. PERDARAHAN POSTPARTUM

Perdarahan postpartum adalah perdarahan


setelah bayi lahir melebihi 500 mL pada
persalianan pervaginam dan > 1000 mL
pada bedah sesar.
Berdasarkan penyebabnya di bagi
menjadi:
• Perdarahan dari tempat implantasi
plasenta
• Hipotonia sampai atonia
• Sisa plasenta
• Perdarahan karena robekan
• Defek koagulasi
FAKTOR RISIKO

Riwayat hemorraghe postpartum pada persalinan sebelumnya


merupakan faktor resiko paling besar untuk terjadinya hemorraghe postpartum
sehingga segala upaya harus dilakukan untuk menentukan keparahan dan
penyebabnya. Beberapa faktor lain yang perlu kita ketahui karena dapat
menyebabkan terjadinya hemorraghe postpartum:
• Grande multipara
• Perpanjangan persalinan
• Chorioamnionitis
• Kehamilan multiple
• Injeksi Magnesium sulfat
• Perpanjangan pemberian oxytocin

131
PENCEGAHAN

1. Persiapan sebelum hamil untuk memperbaiki keadaan umum dan mengatasi setiap
penyakit kronis, anemia, dan lain-lain sehingga pada saat hamil dan persalinan
pasien tersebut ada dalam keadaan optimal.
2. Mengenal faktor predisposisi perdarahan post partum seperti multiparitas, anak
besar, hamil kembar, hidroamnion, bekas seksio, ada riwayat perdarahan post
partum sebelumnya dan kehamilan predisposisi tinggi lainnya yang resikonya akan
muncul saat persalinan.
3. Persalinan harus selesai dalam waktu 24 jam.
4. Kehamilan risiko tinggi agar melahirkan di fasilitas rumah sakit rujukan.
5. Kehamilan risiko rendah agar melahirkan di tenaga kesehatan terlatih dan
menghindari persalinan dukun.
6. Menguasai langkah-langkah pertolongan pertama menghadapi perdarahan post
partum dan mengadakan rujukan sebagaimana mestinya
132
2. INFEKSI POSTPARTUM
Infeksi post partum atau puerperalis adalah semua peradangan yang
disebabkan oleh masuknya kuman-kuman ke dalam alat-alat genitalia pada
waktu persalinan dan perawatan masa post partum. Infeksi puerperalis adalah
keadaan yang mencakup semua peradangan alat-alat genitalia dalam masa
post partum.
Jadi yang dimaksud dengan infeksi puerperalis adalah infeksi bakteri
pada traktus genitalia yang terjadi setelah melahirkan, ditandai dengan
kenaikan suhu 380C. Infeksi post partum/puerperalis ialah infeksi klinis pada
saluran genital yang terjadi dalam 28 hari setelah persalinan.

133
JENIS-JENIS INFEKSI POSTPARTUM
1. INFEKSI UTERI
a. Endometritis
Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim).
Infeksi ini dapat terjadi sebagai kelanjutan infeksi pada serviks atau infeksi
tersendiri dan terdapat benda asing dalam rahim.
Infeksi paska persalinan yang paling sering terjadi adalah endometritis
yaitu infeksi pada endometrium atau pelapis rahim yang menjadi peka setelah
lepasnya plasenta, lebih sering terjadi pada proses kelahiran caesar, setelah
proses persalinan yang terlalu lama atau pecahnya membran yang terlalu dini.
Infeksi ini juga sering terjadi bila ada plasenta yang tertinggal di dalam rahim,
mungkin pula terjadi infeksi dari luka pada leher rahim, vagina atau vulva.
b. Miometritis
Miometritis adalah radang miometrium. Miometrium adalah tunika
muskularis uterus. Gejalanya berupa demam, nyeri tekan pada uterus,
perdarahan pada vagina dan nyeri perut bagian bawah, lokea berbau.
134
c. Parametritis (infeksi daerah di sekitar rahim)
Parametritis atau disebut juga sellulitis pelvika adalah radang
yang terjadi pada parametrium yang disebabkan oleh invasi kuman. Penjalaran
kuman sampai ke parametrium terjadi pada infeksi yang lebih berat. Infeksi
menyebar ke parametrium lewat pembuluh limfe atau melalui jaringan di antara
kedua lembar ligamentum latum. Parametrium dapat juga terjadi melalui
salfingo-ooforitis. Parametritis umumnya merupakan komplikasi yang berbahaya
dan merupakan sepertiga dari sebab kematian karena kasus infeksi.

135
Miometritis

136
2. Syok Bakteremia
Infeksi kritis, terutama yang disebabkan oleh bakteri yang melepaskan
endotoksin, bisa mempresipitasi syok bakteremia (septik). Ibu hamil, terutama
mereka yang menderita diabetes mellitus atau ibu yang memakai obat
imunosupresan, berada pada tingkat resiko tinggi, demikian juga mereka yang
menderita endometritis selama periode post partum.
3. Peritonitis
Peritonitis post partum bisa terjadi karena meluasnya endometritis,
tetapi dapat juga ditemukan bersama-sama dengan salpingo-ooforitis dan
sellulitis pelviks. Kemungkinan bahwa abses pada sellulitis pelviks
mengeluarkan nanah ke rongga peritoneum dan menyebabkan peritonitis.
Peritonitis yang bukan peritonitis umum, terbatas pada daerah pelvis. Gejala-
gejalanya antara lain penderita mengalami demam, nyeri pada perut bagian
bawah, tetapi keadaan umum tetap baik, namun gejala-gejalanya tidak
seberapa berat seperti pada peritonitis umum.

137
138
RETENSIO PLASENTA

Retensio plasenta adalah tidak lahirnya


plasenta dalam waktu 30 menit setelah
bayi dilahirkan. Plasenta tidak lahir-lahir
meskipun prosedur normal sudah
dilakukan dengan baik.

139
GEJALA
• Plasenta yang belum lahir dalam waktu 30 menit setelah bayi lahir.
Adanya kontraksi uterus yang kurang baik. Tali pusat yang terjulur keluar,
kadang – kadang dapat putus akibat traksi yang berlebihan.
• Perdarahan setelah lahir yang terus berlanjut. Selama plasenta belum
terlepas sama sekali, maka retensio plasenta tidak akan menimbulkan
perdarahan, tetapi jika sebagian plasenta telah terlepas maka retensio
plasenta dapat menimbulkan perdarahan yang cukup banyak. Setelah
plasenta lahir rahim harus berkontraksi untuk menutup semua pembuluh
darah dalam rahim.
• Jika plasenta tidak dilahirkan atau hanya lahir sebagian, rahim tidak
dapat berkontraksi dengan baik, sehingga pembuluh darah di dalam akan
terus terbuka dan mengelurkan banyak darah.

140
THANKS!

Anda mungkin juga menyukai