Anda di halaman 1dari 29

Referat

Leptospirosis

Disusun oleh :
Oktaviana Halisanti
Putri Andini
Click to edit Master title style
Pembimbing :
dr. Sudarmanto, Sp. A
Definisi

Leptospirosis adalah penyakit infeksi akut


yang dapat menyerang manusia maupun
hewan yang disebabkan kuman leptospira
patogen dan digolongkan sebagai zoonosis.

mud fever, slime fever, swamp fever,


autumnal fever, infektious jaundice,
field fever, cane cutter fever, canicola
fever, nanukayami fever, 7-day fever.
Epidemiologi
Semua benua, kecuali antartika

Penularan leptospirosis pada manusia hewan yang


terinfeksi kuman  leptospira

Mengenai 160 spesies mamalia, seperti anjing, babi, lembu,


kuda, kucing, marmut, dan sebagainya. Binatang pengerat
terutama tikus merupakan vektor yang paling banyak

International Leptospirosis Society menyatakan Indonesia


sebagai Negara dengan insidens leptospirosis tinggi dan
peringkat ketiga dunia untuk mortalitas
Di Indonesia leptospirosis ditemukan di
DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI
Yogyakarta, Lampung, Sumatera Selatan,
Sumatera Barat, Sumatera Utara,
Kalimantan Timur, dan Kalimantan Barat

Pada Kejadian Banjir Besar Di Jakarta


tahun 2002, dilaporkan lebih dari 100
kasus leptospirosis dengan 20 kematian
L.interrogans
yang patogen

genus
leptospira

L.
biflexa
yg bebas
• bersifat aquatic micro-organism
dan slow-growing anaerobes,
• bentuknya berpilin seperti spiral,
tipis, organisme yang dapat
bergerak cepat dengan kait di
ujungnya dan 2 flagella
periplasmik yang dapat
menembus ke jaringan.
• Panjangnya 6-20 µm dan lebar 0,1
µm
Cara penularan
Patofisiologi
Manifestasi Klinis

Masa inkubasi penyakit ini berkisar antara 2 – 26


hari, biasanya 7 - 13 hari dan rata-rata 10 hari.

Jarang : pneumonitis, hemoptoe,


Sering : demam, menggigil, sakit kepala, delirium, perdarahan, diare, edema,
meningismus, anoreksia, mialgia, splenomegali, atralgia, gagal ginjal,
conjuctival suffusion, mual, muntah, peroferal neuritis, pancreatitis, parotitis,
nyeri abdomen, ikterus, hepatomegali, epididimytis, hematemesis,
ruam kulit, fotophobia
asites, miokarditis
• ditemukannya leptospira dalam darah dan css,
Nyeri kepala, Nyeri otot , Demam menggigil,
Mual dengan atau tanpa muntah, Penurunan
H3-4 kesadaran .

• Konjungtivitis, fotophobia, rash yang


berbentuk macular, makulopapular atau
urtikaria. Fx fisik slpenomegali,
H 4-7 limfadenofti dan hepatomegali
Konjungtiva suffison dan ikterik
Fase imun/ lep (minggu ke 2)
antibodi dapat terdeteksi dalam sirkulasi atau mikroorganisme dapat
diisolasi dari urin, namun tidak dapat ditemukan dalam darah atau
cairan serebrospinalis. Fase ini muncul sebagai konsekuensi dari
respon imun tubuh terhadap infeksi dan berakhir dalam waktu 30 hari
atau lebih.
Anicteric disesase
Icteric disease
Fase Penyembuhan / Fase
reconvalesence (minggu ke 2-4

Demam dan nyeri otot masih bisa dijumpai


yang kemudian berangsur-angsur hilang.
Sindroma, Fase Gambaran klinik Spesimen laboratorium
Leptospirosis anikterik *
Demam tinggi, nyeri kepala, mialgia, Darah, cairan
Faseleptospiremia (3-7 hari)
nyeri perut, mual, serebrospinal
muntah,conjunctival suffusion.
Fase imun (3-30 hari) Demam ringan, nyeri kepala,
muntah, meningitis aseptik Urin

Leptospirosis ikterik
Demam, nyeri kepala, mialgia, Darah, cairan
Fase leptospiremia dan fase
ikterik, gagal ginjal, hipotensi,
imun (sering menjadi satu atau manifestasi serebrospinal (minggu I) Urin

tumpang tindih) perdarahan, pneumonitis (minggu II)


hemoragik, leukositosis.
DIAGNOSIS

• Identitas
Px fisik
• Hewan peliharaan
• ikterik, demam,
• Data epidemiologis
mialgia, nyeri sendi
serta conjungtival
suffusion.

Anamnesis
Pemeriksaan penunjang
Darah lengkap

Pemeriksaan fungsi hepar

Pemeriksaan bakteorologis

MAT (Mikroskopik Aglutination Test),

Ig M ELISA
Diagnosis Banding
Komplikasi
Meningitis aseptik merupakan Komplikasi berat pada
komplikasi yang paling sering penderita leptospirosis
ditemukan, namun dapat pula terjadi berat dapat berupa syok,
ensefalitis, mielitis, radikulitis, neuritis perdarahan masif dan ARDS
perifer (tidak biasa) pada minggu yang merupakan penyebab
kedua karena terjadinya reaksi utama kematian
hipersensitivitas. leptospirosis berat

Gagal ginjal, kerusakan hati,


Syok terjadi akibat
perdarahan paru, vaskulitis dan
perubahan homeostasis
ganguan jantung berupa miokarditis,
tubuh yang berperan pada
perikarditis dan aritmia jarang
timbulnya kerusakan
ditemukan walaupun umumnya
jaringan
sebagai penyebab kematian
Komplikasi
Gagal ginjal akut
• pseudohepatorenal.
• Selama periode demam albuminuria, piuria, hematuria, disusul dengan
adanya azotemia, bilirubinuria, urobilinuria
• yaitu gagal ginjal akut ologuri dan gagal ginjal akut non-oliguri

Perdarahan paru
• blood tinged sputum sampai terjadi hemoptisis masif sehingga
menyebabkan asfiksia.

Liver Faillure
• ikterik pada hari ke 4-6, dapat juga terjadi pada hari ke-2 atau ke-9.
• Pada hati terjadi nekrosis sentrolobuler dengan proliferasi sel Kupfer
Perdarahan Gastrointestinal

• Perdarahan terjadi akibat adanya lesi endotel kapiler.

Syok

• Infeksi akan menyebabkan terjadinya perubahan


homeostasis tubuh yang mempunyai peran pada timbulnya
kerusakan jaringan, perubahan ini adalah hipovolemia,
hiperviskositas koagulasi
• Manifestasi klinis miokarditis sangat bervariasi dari tanpa
keluhan sampai bentuk yang berat berupa gagal jantung
kongesif yang fatal.
Miokarditis

• gejala meningitis atau meningoenchepalitis, nyeri kepala,


pada cairan cerebrospinalis (LCS) didapatkan pleositosis,
santokrom, hitung sel leukosit 10-100/mm3, sel terbanyak
sel leukosit neutrofil atau sel mononuclear, glukosa dapat
normal atau rendah, protein meningkat (dapat mencapai
Enchepalophaty 100mg%).
• Kadang-kadang didapatkan tanda-tanda menigismus tanpa
ada kelainan LCS, sindroma Gullian Barre
Tatalaksana
Pengobatan dengan antibiotik yang efektif harus dimulai
segera setelah diduga diagnosis leptospirosis, sebaiknya
sebelum hari ke-5 setelah onset penyakit.

Kasus leptospirosis berat harus diberikan penisilin dosis tinggi


IV (benzylpenicillin IV 30 mg/kg, maksimal 1,2 g, per 6 jam
selama 5-7 hari).

Kasus yang lebih ringan dapat diobati dengan antibiotik oral


seperti amoksisilin, ampisilin, doksisiklin (2 mg/kg, maksimal
100 mg, setiap 12 jam selama 5-7 hari), atau eritromisin

Sefalosporin generasi ketiga, seperti ceftriaxone dan


cefotaxime, dan kuinolon juga efektif.

Kasus berat perlu dirawat di rumah sakit dengan perawatan


suportif agresif dan pengawasan ketat pada keseimbangan
cairan dan elektrolit
Tatalaksana
Pencegahan
intervensi sumber infeksi

intervensi pada jalur penularan

intervensi pada penjamu manusia

Pemberian doksisiklin 200 mg/minggu dapat memberikan


pencegahan sekitar 95% pada orang dewasa yang berisiko
tinggi, namun profilaksis pada anak belum ditemukan.
Prognosis
Prognosis umumnya baik dan pasien dapat sembuh total dari leptospirosis.
Pada beberapa pasien, pemulihan dapat berlangsung berbulan-bulan, bahkan bertahun-tahun

Pada anak angka kematian lebih rendah dibandingkan dewasa.

Gejala sisa mungkin terjadi, termasuk kelelahan kronis dan gejala neuropsikiatri lainnya
seperti sakit kepala, paresis, kelumpuhan, perubahan suasana hati, dan depresi

Sekitar sepertiga kasus yang menderita meningitis aseptik dapat mengalami nyeri kepala
periodik. Beberapa pasien dengan riwayat uveitis leptospirosis mengalami kehilangan
ketajaman penglihatan dan pandangan yang kabur.

Leptospirosis selama kehamilan dapat menyebabkan kematian janin, aborsi, atau lahir mati.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai