Anda di halaman 1dari 26

KELOMPOK 3

A.RABIATUL HIJRIYAH.M
MULYANI SALAM
FITRAH
RUKAYA
HUSNULSYAFIRA
WIDYA HANDOKO
* Diabetes melitus adalah suatu keadaan
didapatkan peningkatan kadar gula darah yang kronik
sebagai akibat dari gangguan pada metabolisme
karbohidrat, lemak, dan protein karena kekurangan
hormone insulin (Surkesda, 2008). Dimana hormon
insulin ini berfungsi sebagai :
*mendorong penyerapan gula lewat dinding usus ke dlm
darah
*mendorong proses pembentukan energi
*Mendorong gula masuk ke dalam sel
*Bila glikosa terlalu banyak dlm darah, inslin akan
mendorong penyimpanan glukosa(glikogen) di hati dan
sel otot.
Secara umum, diabetes dibedakan menjadi dua jenis:
- DM TIPE I
- DM TIPE 2
Klasifikasi DM yang dianjurkan oleh PERKENI
(2006) adalah sesuai dengan klasifikasi DM oleh
American Diabetes Association (ADA). Klasifikasi
etiologi DM:
DM Tipe 1 (destruksi sel beta, biasanya menjurus ke
defisiensi insulin absolut ) : - Autoimun - Idiopatik
DM Tipe 2 (berawal dari resistensi insulin yang
predominan dengan defisiensi insulin relatif menuju
ke defek sekresi insulin yang predominan dengan
resistensi insulin)
Diabetes Mellitus Gestasional (diabetes pada
kehamilan)
*Diabetes tipe 1 terjadi “karena sistem kekebalan tubuh
penderita menyerang dan menghancurkan sel-sel
pankreas yang memproduksi insulin”. Hal ini
mengakibatkan peningkatan kadar glukosa darah, sehingga
terjadi kerusakan pada organ-organ tubuh. Biasanya
terdiagnosa sejak usia kanak-kanak.
*Diabetes tipe 2 merupakan jenis diabetes yang lebih
sering terjadi, disebabkan oleh sel-sel tubuh yang
menjadi kurang sensitif terhadap insulin, sehingga
insulin yang dihasilkan tidak dapat dipergunakan dengan
baik (resistensi sel tubuh terhadap insulin/produksi insulin
berkurang). Biasanya terjadi di usia dewasa. Kebanyakan
orang tidak menyadari telah menderita dibetes tipe 2,
walaupun keadaannya sudah menjadi sangat serius.
PENYEBAB PENDUKUNG LAINNYA :
*Kebiasaan konsumsi makanan berlemak
*Kebiasaan merokok
*Kebiasaan konsumsi alkohol
*Kurangnya aktivitas fisik
*OBESITAS
*Faktor gangguan emosional
Gejala klinis DM yang klasik :
* Polifagi (banyak makan/sering kelaparan)
* Poliuri (banyak kencing)
* Polidipsi (banyak minum/sering haus).
Ketiga gejala klasik tersebut diatas disebut pula “TRIAS SINDROM
DIABETES AKUT” bahkan apabila tidak segera diobati dapat disusul
dengan mual-muntah dan ketoasidosis diabetik.
Gejala kronis DM yang sering muncul :
* lemah badan
* Kesemutan
* kaku otot
* penurunan kemampuan seksual
* gangguan penglihatan yang sering berubah
* sakit sendi
(Tjokroprawiro, 2007 ).
 Tes gula darah sewaktu.
Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada
jam tertentu secara acak. Tes ini tidak memerlukan pasien untuk
berpuasa terlebih dahulu.
GDS = 80-110 MG/dL = normal
>200 mg/Dl = DIABETES
 Tes gula darah puasa.
Tes ini bertujuan untuk mengukur kadar glukosa darah pada
saat pasien berpuasa. Pasien akan diminta berpuasa terlebih dahulu
selama 8 jam, kemudian menjalani pengambilan sampel darah
untuk diukur kadar gula darahnya.
GDP = <100 mg/dL = normal
= 100-125 mg/dL = prediabetes
= >126 mg/dL = diabetes.
 Testoleransi glukosa. Tes ini dilakukan dengan meminta pasien untuk
berpuasa selama semalam terlebih dahulu. Pasien kemudian akan menjalani
pengukuran tes gula darah puasa. Setelah tes tersebut dilakukan, pasien
akan diminta meminum larutan gula khusus. Kemudian sampel gula darah
akan diambil kembali setelah 2 jam minum larutan gula.
JIKA : < 140 mg/dL = normal
140-199 mg/dL = prediabetes
> 200 mg/dL = diabetes.
 TesHbA1C (glycated haemoglobin test). Tes ini bertujuan untuk mengukur
kadar glukosa rata-rata pasien selama 2-3 bulan ke belakang. Tes ini akan
mengukur kadar gula darah yang terikat pada hemoglobin, yaitu protein
yang berfungsi membawa oksigen dalam darah. Dalam tes HbA1C, pasien
tidak perlu menjalani puasa terlebih dahulu.
JIKA : <5,7 % = normal
5,7-6,4% = prediabetes
>6,5% = diabetes.
Hasil dari tes gula darah akan diperiksa oleh dokter dan diinformasikan kepada pasien.
Jika pasien didiagnosis menderita diabetes, dokter akan merencanakan langkah-langkah
pengobatan yang akan dijalani. Khusus bagi pasien yang dicurigai menderita diabetes
tipe 1, dokter akan merekomendasikan tes autoantibodi untuk memastikan apakah
pasien memiliki antibodi yang merusak jaringan tubuh, termasuk pankreas.
*Merupakan diabetes yang terjadi selama masa
kehamilan. Kondisi ini bisa terjadi karena dipicu oleh
perubahan metabolisme glukosa ketika hamil,
terutama untuk usia kandungan di atas 6 bulan.
*Diabetes gestasional disebabkan oleh diakibatkan
oleh naiknya kadar berbagai hormon di dalam tubuh
saat hamil (esterogen, laktogen plasenta, dan
progesteron). Bertambahnya jumlah hormon
kehamilan ini bisa menghambat kerja insulin.
*Diagnosis Diabetes Gestasional dpt dilakukan drngan
pemeriksaan terhadap kadar gula darah, organ
dalam, serta otot melalui ultrasonografi (USG). Hal
ini untuk mendeteksi adanya kelainan pada janin.
Diabetes gestasional biasanya tidak menunjukkan gejala yang jelas,
sehingga Anda harus melakukan pemeriksaan untuk mendeteksi
penyakit ini. Namun, ada beberapa keadaan yang bisa Anda curigai
sebagai gejala, seperti:
* Pandangan menjadi kabur
* Mudah lelah
* Sering mengalami infeksi saat luka, misalnya pada kulit hingga
vagina
* Cenderung mengalami polycystic ovarium syndrome yaitu
keseimbangan hormon terganggu yang akan menggangu sistem
reproduksi
* Sering buang air kecil
* Mual dan muntah
* Penurunan berat badan meskipun nafsu makan mengalami
peningkatan
Pada wanita hamil yang menderita diabetes, biasanya akan
memunculkan kemungkinan operasi cesar dan melahirkan bayi
dengan kondisi sebagai berikut:
* Bayi lahir dengan berat badan berlebih hingga 4 kg.
* Kadar kalsium dalam tubuh rendah hingga di bawah batas normal.
* Kadar gula yang terlalu rendah dalam darah hingga di bawah batas
normal. Hal ini dapat terjadi beberapa jam setelah bayi dilahirkan.
* Banyaknya sel darah merah yang mati dan pecah hingga
menghasilkan pigmen kuning yang ada di dalam darah, urine, dan
tinja. Hal ini dapat menyebabkan kulit tubuh menguning.
* Kondisi pernapasan bayi yang terhambat hingga susah bernapas.
* Risiko kematian janin saat dilahirkan, karena ketika melahirkan
bahu janin dapat tersangkut
DM TIPE 1
Pasien diabetes tipe 1 mutlak membutuhkan insulin
seumur hidup, karena tubuhnya mengalami kerusakan
jaringan sel beta pankreas yang berfungsi menghasilkan
insulin; dan kondisi ini bersifat autoimun,
Insulin berfungsi menurunkan kadar gula darah
dengan menstimulasi pengambilan glukosa perifer dan
menghambat produksi glukosa hepatic.
DM TIPE 2
Terapi utama :
* Biguanid
Biguanid (metformin) adalah obat lini pertama untuk
diabetes terutama pada penderita yang gemuk. Dahulu sempat
ada beberapa jenis biguanid lain, yaitu fenformin dan buformin;
namun keduanya sudah ditarik karena efek toksik (menimbulkan
asidosis). Metformin adalah satu-satunya biguanid antidiabetik
oral yang tersisa saat ini.
Metformin tidak menimbulkan efek samping hipoglikemia
karena tidak merangsang pembentukan insulin. Namun efek
samping yang ditimbulkan lebih ke arah gangguan saluran cerna
(mual dan tidak nafsu makan) metformin menurunkan produksi
glukosa di hepar dan meningkatkan sensitivitas jaringan otot dan
adipose terhadap insulin.

Dosis awal 2x 500 mg, umumnya dosis pemeliharaan adalah 3x


500 mg, dosis max 2,5 g. diminum pada waktu makan.
* Sulfonilurea
adalah obat yg merangsang pelepasan insulin oleh sel beta
pankreas. Contoh: glipizide, gliclazide, glibenclamide, gliquidone,
glimepiride. Sulfonilurea pertama yang digunakan secara klinis
adalah tolbutamide dan chlorpropamide. Pemberian sulfonilurea
harus berhati-hati pada lansia dan pada saat olahraga; karena ada
risiko hipoglikemia.
Sulfonilurea dengan efek hipoglikemia berat adalah generasi
awal yang masa kerjanya panjang; misalnya gliclazide regular,
glibenclamide, glyburide. Sedangkan sulfonilurea generasi yang lebih
baru memiliki efek samping hipoglikemia lebih ringan. Gliclazide
extended release juga termasuk yang efek hipoglikemianya rendah.
Efek lainnya dari sulfonylurea adalah merangsang nafsu makan,
sehingga dapat meningkatkan berat badan. Satu-satunya sulfonilurea
yang dapat diberikan untuk penderita gangguan fungsi ginjal adalah
gliquidone. Perlu diingat bahwa pemberian sulfonilurea tidak
bermanfaat pada diabetes tipe 1 dan diabetes tipe 2 tahap akhir.
* Thiazolidinediones (glitazones)
adalah agonis reseptor PPAR terutama PPAR-gamma.
Resistansi insulin akan berkurang karenanya disebabkan pada
jaringan adipose PPAR-gamma mengurangi keluarnya asam
lemak menuju ke otot. Efek lainnya adalah mengurangi reaksi
inflamasi pembuluh darah dan memperlancar metabolisme
lemak serta karbohidrat. Glitazones juga memiliki efek positif
lain, salah satunya terhadap perlemakan hati. Jenis glitazone
yang dikenal: pioglitazone dan rosiglitazone.

Dosis awal rosiglitazone 4 mg, bila dalam 3-4 minggu control


glisemia belum adekuat, dosis ditingkatkan 8mg/hari,
sedangkan pioglitazone dosis awal 15-30 mg bila contol
glisemia belum adekuat, dosis dapat ditingkan sampai 45 mg.
efek klinis maksimalnya tercapai setelah penggunaan 6-12
minggu.
* Alpha-glucosidase inhibitor,
yang terdiri atas acarbose dan voglibose;
adalah penghambat enzim alfa-glukosidase (bekerja
dengan menghambat absorbsi karbohidrat dari usus).
Oleh karena itu diharapkan kadar gula darah setelah
makan tidak terlalu melonjak. Obat ini diharapkan
dapat membantu pasien diabetes dengan obesitas. Efek
samping utamanya berupa gangguan saluran cerna.
* DPP-4-I (dipeptidyl peptidase-4 inhibitor) atau gliptins;
bekerja dengan menghambat enzim DPP-4 yang menghambat
GLP-1. Contoh DPP-4 inhibitor yaitu sitagliptin, vildagliptin,
dan saxagliptin. DPP-4-I tidak berpengaruh apa-apa terhadap
berat badan pasien diabetes dan relatif jarang menimbulkan
hipoglikemia. Saat ini sitagliptin sudah terbukti cukup baik
efektivitasnya. Vildagliptin tidak beredar di USA karena
sedang dalam peninjauan data keamanan (sampai dengan
awal 2011). Sedangkan saxagliptin baru saja disetujui
pemasarannya oleh FDA pada akhir tahun 2010 lalu.
* GLP-1 analog (exenatide, liraglutide) adalah penekan
glukagon, perangsang sekresi sel beta & membuat rasa
kenyang. Exenatide dan liraglutide bekerja menyerupai
GLP-1 asli; sehingga pemberiannya akan merangsang
produksi insulin lebih kuat. Exenatide ditujukan untuk
menunjang terapi antidiabetik oral agar kontrol berat
badan lebih terjaga. Liraglutide masih diteliti
keamanannya terhadap kelenjar tiroid; karena sempat
ditemukan kasus kanker tiroid pada percobaan hewan.
Kedua obat ini diberikan secara suntikan setiap seminggu
sekali.
Terapi penunjang
-terapi utama + insulin
-insulin
(Pharmacotherapy 7th, 2008 : 1231).
(Pharmacotherapy 7th, 2008 : 1230).
Dengan pengobatan dan pemantauan rutin,
komplikasi diabetes gestasional bisa dicegah. Setelah
melahirkan, gula darah ibu hamil biasanya akan
kembali normal. Tetapi, ibu hamil yang mengalami
kondisi ini akan lebih berisiko terkena diabetes tipe
2 di kemudian hari, atau mengalami diabetes
gestasional lagi pada kehamilan selanjutnya.
TERIMA
KASEHHHHH
KUUCAPKANN

Anda mungkin juga menyukai