Topik 4-Sistem Gerak Tubuh
Topik 4-Sistem Gerak Tubuh
Otot rangka :
Otot rangka adalah otot yang menempel pada tulang yang berfungsi untuk memfasilitasi pergerakan
kerangka kita.
Otot polos
Otot juga kadang-kadang dikenal sebagai otot tidak sadar karena ketidakmampuan kita
untuk mengontrol gerakannya, atau tanpa striasi karena tidak memiliki penampilan
bergaris seperti otot rangk
Otot Jantung
Jenis otot ditemukan yang hanya pada dinding jantung. Ini memiliki kesamaan
dengan otot rangka dalam hal itu lurik dan dengan otot-otot polos dalam
kontraksi yang tidak berada di bawah kendali kesadaran.
SISTEM SARAF MOTORIK
• Penerimaan impuls
1. Pusat otak mengirim rangsang melalui saraf motorik
2. Eksitasi senyawa Asetilkolin di celah neuromuscular
3. Tersebarnya ion kalsium
4. Kalsium menempel pada troponin menyebabkan aktin dan
myosin berikatan menjadi kontraksi otot
5. Jaringan otot memendek
6. Kalsium kembali lepas ke plasma sel dan menyebabkan
relaksasi sel
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONTRAKSI
OTOT
Treppe/twitch contraction
Keadaan dimana otot mengalami peningkatan kekuatan karena otot berkontraksi berulang kali yang
disebabkan oleh meningkatnya ion Kalsium di serabut otot
Wave summation / Frequency Summation
Keadaan dimana otot mengalami peningkatan kekuatan yang lebih besar karena belum selesainya kontraksi
otot yang disebabkan oleh frekuensi rangsangan terhadap otot yang belum selesai bekerja, sehingga
menjadi tumpeng tindih
Tetanus
Keadaan dimana otot mengalami kontraksi maksimal secara terus menerus (kejang) yang disebabkan oleh
Clostridium tetani yang menghasilkan toksik tetanospasmin
Fatigue
Keadaan dimana otot mengalami penurunan aktivitas (kelelahan) yang disebabkan diantaranya seperti :
1. Berkurangnya ATP, Kreatin Pospat, dan Glikogen
2. Bertumpuknya Asam laktat
3. Terhalangnya pembuluh darah karena terjepit otot
Treppe/twitch contraction Tetanus
Osteoklas
Penggabungan dari 50 sel monosit (berukuran lebih besar)
Melepaskan asam dan enzim proteolitik untuk melarutkan matriks.
Melaksanakan pengembangan, pemeliharaan, dan perbaikan
tulang dalam meresorpsi protein dan mineral matriks ekstraseluler.
Mengatur kadar kalsium dalam darah (osteolysis/resorption, dipicu
hormon tiroid-paratiroid).
Sel target untuk pengobatan terapi tulang. Contoh: Kasus
osteoporosis.
Terkonsentrasi di: Endosteum.
JENIS TULANG DAN SENDI
Tulang panjang
tulang panjang memiliki panjang yang lebih besar dari lebarnya. Tulang
panjang memiliki beberapa epifisis dan cenderung berbentuk agak
melengkung untuk dapat menyerap tekanan lebih baik. Bentuk tulang yang
lurus akan memudahkan terjadinya fraktura. Tulang-tulang yang
merupakan tulang panjang memiliki panjang yang bervariasi, mulai dari
femur (tulang paha), tibia dan fibula (tulang kaki), humerus (tulang lengan
atas), ulna dan radius (tulang lengan bawah), hingga phalanges (tulang jari
tangan dan kaki).
Tulang pendek
tulang pendek memiliki panjang yang hampir sama seperti lebarnya. Tulang
pendek terdiri dari lapisan luar tulang yang padat dengan jaringan spons di
dalamnya. Sebagian tulang karpal dan tarsal (pergelangan tangan dan
kaki) adalah tulang pendek.
Tulang pipih
tulang pipih tersusun atas lapisan spons (disebut Diploë) yang diapit oleh
dua lapisan tulang padat (disebut cortex). Tulang pipih memberikan
perlindungan yang relatif lebih banyak dan memberikan banyak ruang
untuk pelekatan otot. Tulang kranial yang melindungi otak, serta sternum
Tulang ireguler
tulang irreguler memiliki bentuk kompleks sesuai fungsi masing-
masing dan tidak dapat dikelompokkan dalam kategori mana pun.
Contohnya adalah tulang vertebra (tulang belakang), tulang pinggul,
beberapa tulang wajah, dan calcaneus.
Tulang sesamoid (sesamoid = mirip biji wijen)
berkembang di dalam tendon yang mengalami banyak gesekan dan
tekanan seperti pada telapak tangan dan tumit. Pengecualian
adalah dua patellae (tempurung lutut) dan tulang pada tendon
quadrisep femoris. Fungsi tulang sesamoid adalah menggerakkan
tendon untuk meningkatkan keuntungan mekanik pada tuas,
sehingga mengurangi kerusakan berlebihan pada tendon.
Tulang sutural (Wormian bones) (sutur = jahitan)
Tulang sutural adalah tulang yang terdapat pada sambungan tulang
kranial tertentu. Jumlah tulang sutural dapat berbeda-beda pada
tiap individu.
JENIS SENDI
1. Berdasarkan pergerakan yang dapat dihasilkan
(makin bebas, sendi makin lemah):
A. Sinartrosis:
sendi yang tidak dapat digerakkan. Dapat berupa sendi berfibrosa
atau berkartilago
B. Amfiartrosis:
sendi yang dapat digerakkan dengan limitasi. Dapat berupa sendi
berfibrosa atau berkartilago
C. Diartrosis:
sendi yang dapat digerakkan secara bebas. Seluruh sendi diartrosis
adalah sendi bersinovial
2. Berdasarkan organisasi anatomis:
A. Berfibrosa
B. Berkartilago
C. Bertulang
D. Bersinovial
PERTUMBUHAN TULANG KERAS (OSIFIKASI)
Terbagi menjadi:
1. Intramembranous ossification/dermal ossification Proses pembentukan
tulang yang sederhana, biasanya terjadi di lapisan dalam dermis, terjadi
pada tulang pipih di tengkorak. Mesenkim berdiferensiasi langsung menjadi
osteoblas dan memulai sekresi osteoid. (osteoid = matriks tulang yang
belum mengalami kalsifikasi)
Proses:
Sel-sel mesenkim bergabung, dan berdiferensiasi menjadi sel-sel osteogenik
lalu menjadi osteoblas. Tempatnya disebut dengan pusat ossifikasi. Osteoblas
menyekresi matriks ekstraseluler.
Terjadi kalsifikasi, yaitu kalsium dan garam mineral lain yang terdeposit dan
matriks ekstraseluler mengeras.
Matriks ekstraseluler lalu berkembang menjadi trabekula dalam membentuk
substansi spons yang di rongganya terdapat banyak pembuluh darah.
Selama pembentukan trabekula, mesenkim terkondensasi di pinggir tulang dan
berkembang menjadi periosteum.
2. Endochondral ossification
Matriks kartilago hialin yang sudah ada sebelumnya terkikis dan digantikan oleh
osteoblas dan menyekresi osteoid.
Proses pembentukan kartilago, yaitu :
mesenkim yang berkembang menjadi kondroblas yang menyekresi matriks
ekstraseluler kartilago.
Terjadi perkembangan kartilago, yaitu kondroblas yang terendam dalam matriks
berkembang menjadi kondrosit yang mengalami pembelahan. Kartilago mengalami
pemanjangan (pertumbuhan interstisial) dan juga mengalami penebalan akibat
perkembangan perikondrium. Sebagian kondrosit mengalami kalsifikasi, dan
sebagian lain mati dan berubah menjadi lakuna.
Pembentukan pusat osifikasi terjadi. Pembuluh darah masuk melalui perikondrium
dan menstimulus sel osteogenik menjadi osteoblas. Dalam tahap ini juga
perikondrium berkembang menjadi periosteum, dan osteoblas mulai mendeposit
matriks ekstraseluler tulang (bukan kartilago), dan terjadi pembentukan substansi
spons (trabekula)
Pembentukan rongga medula terjadi, osteoklas menghancurkan bagian terdalam
trabekula pada substansi spons menjadi rongga medula. Tulang bertambah
diameternya melalui pertumbuhan appositional (penambahan matriks oleh
osteoblas di periosteum)
Pembentukan pusat ossifikasi kedua, yakni penulangan pada bagian epifisis
Pembentukan kartilago articular dan cakra epifisis. Kartilago hialin yang menutupi
epifisis (ujung tulang) menjadi kartilago articular (untuk sendi). Sedangkan kartilago
hialin di antara epifisis dan diafisis menjadi cakra epifisis (pusat pemanjangan
tulang).
Pada cakra epifisis saat pubertas, osteoblas (di sisi diafisis) lebih cepat membentuk
SISTEM PENGUNGKIT PADA TUBUH MANUSIA