(PPN B)
INSTRUKTUR
Anwar Hidayat
Outline
PPnBM
Restitusi PPN
Pemungut PPN
FASILITAS
PPN
Matriks Barang/Jasa Dalam UU PPN
Barang/Jasa
Non-BKP
BKP dan JKP dan Non-
JKP
Tidak
Kena Dibebaska
Dipungu Tidak Kena PPN
PPN n
t
Fasilitas di Bidang PPN (Pasal 16B UU PPN)
Pajak Masukan atas perolehannya dapat Pajak Masukan atas perolehannya tidak
dikreditkan dapat dikreditkan
11 Fasilitas PPN di Kawasan Berikat Impor dan atau penyerahan BKP Tertentu/JKP
11
Tertentu
Proyek Pemerintah yang dananya berasal dari
22
hibah/bantuan luar negeri Impor dan atau penyerahan BKP Tertentu yang
22
bersifat Strategis
Untuk menimbun
barang dengan tujuan tertentu
Dengan mendapatkan
penangguhan Bea Masuk
• Gudang Berikat;
• Kawasan Berikat;
• Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat;
• Toko Bebas Bea;
• Tempat Lelang Berikat; atau
• Kawasan Daur Ulang Berikat.
Pengawasan sepenuhnya merupakan wewenang DJBC
Kawasan Berikat
KAWASAN BERIKAT
Hasilnya terutama
utk diekspor
1. Impor Bahan Baku dan Bahan Penolong untuk diolah lebih lanjut;
2. Impor Barang Modal yang dipergunakan di Kawasan Berikat;
3. Impor Peralatan perkantoran;
4. Pemasukan Barang Hasil Produksi Kawasan Berikat lain untuk diolah
lebih lanjut
5. Impor kembali barang hasil produksi Kawasan Berikat
6. Pemasukan kembali barang hasil produksi Kawasan Berikat dari
Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat (TPPB)
7. Impor barang jadi untuk digabungkan dengan barang hasil produksi
Kawasan Berikat yang semata-mata untuk diekspor;
8. Impor pengemas dan alat bantu pengemas untuk menjadi satu
kesatuan dengan barang hasil produksi Kawasan Berikat.
Fasilitas Perpajakan di Kawasan Berikat
(Pasal 14 ayat (2) PMK Nomor 147/PMK.04/2011 stdd PMK Nomor 120/PMK.04/2013)
Mandatory/wajib
Pengusaha Kawasan
Berikat BKP PKP di TLDDP
X Co. Y Co
Impor BKP mendapat fasilitas
PPN tidak dipungut
Pengusaha PKP di
Kawasan
Berikat
TLDDP
Pembelian BKP mendapat
fasilitas PPN tidak dipungut
PK 0 PK 0
PM 0 PM 8
Nihil 0 LB 8 restitusi
Skema Fasilitas PPN di Kawasan Berikat (2)
X Co.
Pengusaha PKP di
Kawasan
Berikat Pembelian BKP mendapat
TLDDP
fasilitas PPN tidak dipungut
FP FP
BKP/JKP
SUBKONTRAKTOR KONTRAKTOR
KONSULTAN BKP/JKP
UTAMA
PEMERINTAH
PEMASOK
FP dibubuhi cap :
PPN PPN & PPnBM
TDK DIPUNGUT
SESUAI PP NO. 42
TAHUN1995
PM YANG
DAPAT
DIKREDITKAN DASAR HUKUM & JUKLAK
PP No.42/1995 sttd PP 25/2001 jo Kepmenkeu
No.239/KMK.04/1995 sttd KMK-486/KMK.04/2000, 1- 4- 1995 ;
SE-19/PJ.53/1996, 4 - 6 - 1996
(SERI PPN 34-95) 17
PPN ATAS PROYEK MILIK PEMERINTAH
YANG DANANYA BERASAL DARI BANTUAN LUAR NEGERI DANA PENDAMPING APBN
PROYEK PEMERINTAH
YG DANANYA DARI BANTUAN LUAR NEGERI
DAN DANA PENDAMPING APBN/APBD/DANA LAIN
(Kepmenkeu Nomor 239/KMK.01/1996 sttd KMK-486/KMK.04/2000, 1-4-1996)
Sabang Batam
Perpu No. 2 Tahun 2000 PP No.46 Tahun 2007
Bintan Karimun
PP No.47 Tahun 2007 PP No.48 Tahun 2007
Pengaturan Fasilitas Fiskal PP 10 Tahun 2012
TPB/KEK
Pengaturan BKP Tidak Berwujud dan JKP (1)
Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean di dalam Kawasan Bebas, dibebaskan dari
pengenaan PPN (Pasal 33 ayat (1))
Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak di
dalam Kawasan Bebas, dibebaskan dari pengenaan PPN (Pasal 33 ayat (2))
Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari
Kawasan Bebas ke Kawasan Bebas lainnya, dibebaskan dari pengenaan PPN
(Pasal 33 ayat (3))
Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari
Kawasan Bebas ke tempat lain dalam Daerah Pabean, dikenai PPN (Pasal 33 ayat
(4))
Dikecualikan dari pengenaan PPN sebagaimana dimaksud pada ayat (4), untuk
penyerahan Jasa Kena Pajak yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dibebaskan dari pengenaan PPN (Pasal 33 ayat (5))
Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari tempat lain dalam Daerah
Pabean ke Kawasan Bebas, tidak dipungut PPN (Pasal 33 ayat (6))
Pengaturan BKP Tidak Berwujud dan JKP (2)
Penyerahan Jasa Kena Pajak dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke
Kawasan Bebas yang penyerahannya dilakukan di tempat lain dalam Daerah
Pabean, dipungut PPN (Pasal 33 ayat (7))
Penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu dari tempat lain dalam Daerah Pabean
ke Kawasan Bebas, tidak dipungut PPN (Pasal 33 ayat (8))
Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
dibebaskan dari pengenaan PPN, tidak dipungut PPN (Pasal 33 ayat (9))
Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak
tertentu dari Tempat Penimbunan Berikat atau Kawasan Ekonomi Khusus ke
Kawasan Bebas, tidak dipungut PPN (Pasal 33 ayat (10))
Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari
Kawasan Bebas ke Tempat Penimbunan Berikat atau Kawasan Ekonomi
Khusus, dipungut PPN (Pasal 33 ayat (11))
Pengaturan Jasa Angkutan Udara
(Pasal 34 PP 10/2012 dan Pasal 7 PMK 62/2012)
alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, dan kereta api,
serta suku cadangnya yang diimpor oleh Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional
Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan oleh pihak lain yang ditunjuk oleh
Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia untuk melakukan impor tersebut
kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan
penyeberangan, kapal penangkap ikan, kapal pandu, kapal tunda, kapal tongkang, dan
suku cadangnya, serta alat keselamatan pelayaran dan alat keselamatan manusia yang
diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan
Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhanan Nasional,
dan Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan
Nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya
pesawat udara dan suku cadangnya serta alat keselamatan penerbangan dan alat
keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan yang diimpor dan
digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional, dan suku cadangnya, serta
peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan pesawat udara yang diimpor oleh pihak
yang ditunjuk oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan dalam
rangka pemberian jasa perawatan dan reparasi pesawat udara kepada Perusahaan
Angkutan Udara Niaga Nasional
kereta api dan suku cadangnya serta peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan serta prasarana
perkeretaapian yang diimpor dan digunakan oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana
Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum,
dan komponen atau bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Badan Usaha
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara Prasarana
Perkeretaapian Umum, yang digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan
untuk perbaikan dan pemeliharaan, serta prasarana perkeretaapian yang akan digunakan oleh
Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha
Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum
Penyerahan Alat Angkutan tertentu Yang Tidak Dipungut Dari Pengenaan Pajak
alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, dan kereta api,
serta suku cadangnya yang diimpor oleh Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional
Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan oleh pihak lain yang ditunjuk oleh
Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia untuk melakukan impor tersebut
kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan
penyeberangan, kapal penangkap ikan, kapal pandu, kapal tunda, kapal tongkang, dan
suku cadangnya, serta alat keselamatan pelayaran dan alat keselamatan manusia yang
diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan
Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhanan Nasional,
dan Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan
Nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya
pesawat udara dan suku cadangnya serta alat keselamatan penerbangan dan alat
keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan yang diimpor dan
digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional, dan suku cadangnya, serta
peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan pesawat udara yang diimpor oleh pihak
yang ditunjuk oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan dalam
rangka pemberian jasa perawatan dan reparasi pesawat udara kepada Perusahaan
Angkutan Udara Niaga Nasional
kereta api dan suku cadangnya serta peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan serta prasarana
perkeretaapian yang diimpor dan digunakan oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana
Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum,
dan komponen atau bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Badan Usaha
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara Prasarana
Perkeretaapian Umum, yang digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan
untuk perbaikan dan pemeliharaan, serta prasarana perkeretaapian yang akan digunakan oleh
Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha
Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum
Jasa Kena Pajak terkait alat angkutan tertentu yang atas penyerahannya
tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai
Jasa yang diterima oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional,
Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhanan Nasional, dan Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan
Sungai, Danau, dan Penyeberangan Nasional yang meliputi:
Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang meliputi:
Jasa perawatan dan reparasi kereta api yang diterima oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian
Umum
Jasa Kena Pajak terkait alat angkutan tertentu yang atas penyerahannya
tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai
Jasa yang diterima oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional,
Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhanan Nasional, dan Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan
Sungai, Danau, dan Penyeberangan Nasional yang meliputi:
Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang meliputi:
Jasa perawatan dan reparasi kereta api yang diterima oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian
Umum
BKP/JKP TERTENTU
DIBEBASKAN PPN
Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah rumah yang
perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit bersubsidi maupun tidak bersubsidi, atau
melalui pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, yang memenuhi ketentuan:
1. luas bangunan tidak melebihi 36 m2 (tiga puluh enam meter persegi);
2. harga jual tidak melebihi:
3. merupakan rumah pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak
dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki.
4. luas tanah tidak kurang dari 60 m2 (enam puluh meter persegi)
Batasan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, Rumah Susun Sederhana, Pondok
Boro, Asrama Mahasiswa, Dan Pelajar Serta Perumahan Lainnya
a. Mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam keadaan
terpasang maupun terlepas, yang digunakan secara langsung dalam proses
menghasilkan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan
Barang Kena Pajak tersebut, tidak termasuk suku cadang; Memerlukan SKB PPN dari
Ditjen Pajak
b. Barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik
penangkapan maupun budidaya; Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
c. jangat dan kulit mentah yang tidak disamak; Tidak Memerlukan SKB PPN
d. Ternak yang kriteria dan/atau rinciannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
setelah mendapat pertimbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian; Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
e. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau
perikanan Tidak Memerlukan SKB PPN
f. pakan ternak tidak termasuk pakan hewan kesayangan Tidak Memerlukan SKB PPN
g. pakan ikan Tidak Memerlukan SKB PPN
h. bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan pakan ikan, tidak termasuk imbuhan
pakan dan pelengkap pakan, yang kriteria dan/atau rincian bahan pakan diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan dan
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanian ikan Tidak
Memerlukan SKB PPN
i. bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak butiran dan/atau dalam bentuk perak
batangan Tidak Memerlukan SKB PPN
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang
Dibebaskan Dari Pengenaan PPN (1)
a. Mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam keadaan
terpasang maupun terlepas, yang digunakan secara langsung dalam proses
menghasilkan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan
Barang Kena Pajak tersebut, tidak termasuk suku cadang; Memerlukan SKB PPN dari
Ditjen Pajak
b. Barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik
penangkapan maupun budidaya, ; Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
c. jangat dan kulit mentah yang tidak disamak; Tidak Memerlukan SKB PPN
d. Ternak yang kriteria dan/atau rinciannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
setelah mendapat pertimbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian; Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
e. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau
perikanan Tidak Memerlukan SKB PPN
f. pakan ternak tidak termasuk pakan hewan kesayangan Tidak Memerlukan SKB PPN
g. pakan ikan Tidak Memerlukan SKB PPN
h. bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan pakan ikan, tidak termasuk imbuhan
pakan dan pelengkap pakan, yang kriteria dan/atau rincian bahan pakan diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan dan
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanian ikan Tidak
Memerlukan SKB PPN
i. bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak butiran dan/atau dalam bentuk perak
batangan Tidak Memerlukan SKB PPN
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang
Dibebaskan Dari Pengenaan PPN (2)
j. Unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik yang perolehannya dibiayai melalui kredit atau
pembiayaan kepemilikan rumah bersubsidi yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
• luas untuk setiap hunian paling sedikit 21 m2 (dua puluh satu meter persegi) dan tidak
melebihi 36 m2 (tiga puluh enam meter persegi);
• pembangunannya mengacu kepada Peraturan Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat;
• merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat
tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang rumah susun; dan
• batasan terkait harga jual unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik dan penghasilan
bagi orang pribadi yang memperoleh unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik
ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan perumahan
rakyat Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
k. listrik, kecuali untuk rumah dengan daya di atas 6.600 (enam ribu enam ratus) Voltase
Amper; Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
Mekanisme Pajak Masukan
268/PMK.03/2015 Pasal 2
DASAR PERTIMBANGAN
PENGENAAN PPn BM
Penjelasan Ps. 5 (1)
Karakteristik PPnBM
Pabrikan
Ps. 5 (1)
PPn BM
DIKENAKAN ATAS
PENYERAHAN BKP YANG IMPOR BKP YANG
TERGOLONG MEWAH TERGOLONG MEWAH
OLEH PENGUSAHA YANG
MENGHASILKAN BKP
YANG TERGOLONG MEWAH
PPn BM DIKENAKAN HANYA SATU KALI PADA WAKTU PENYERAHAN BKP YANG
TRGOLONG MEWAH OLEH PKP YANG MENGHASILKAN BARANG MEWAH ATAU
PADA WAKTU IMPOR Ps. 5 (2)
49
Tarif dan Pengelompokan Barang Mewah
Pasal 8 ayat 1
Tarif dan Pengelompokan Barang Mewah
Dengan PP ditetapkan kelompok BKP Yang Macam dan jenis BKP Yang Tergolong Mewah
Tergolong Mewah yang dikenakan PPnBM ditetapkan dengan PMK
PMK-620/PMK.03/2004 KMK-355/KMK.03/2003
KMK-355/KMK.03/2003sdtd
sdtd: :PMK-
PMK-620/PMK.03/2004sdtd.
sdtd. PMK-
PMK-
PMK-35/PMK.10/2017
35/PMK.10/2017 33/PMK.010/2017
33/PMK.010/2017
PPnBM dikenakan
atas
Impor Kendaraan CBU berupa Penyerahan kendaraan hasil Penyerahan kendaraan bermotor
Kendaraan pengangkutan orang perakitan/produksi di dalam Daerah berupa Kendaraan pengangkutan
sampai dengan 15 (lima belas) Pabean berupa Kendaraan pengangkutan orang sampai dengan 15 (lima
orang termasuk pengemudi, orang sampai dengan 15 (lima belas) belas) orang termasuk pengemudi
kendaraan Double Cabin, orang termasuk pengemudi, kendaraan dan kendaraan Double Cabin hasil
Kendaraan khusus, kendaraan Double Cabin, kendaraan khusus, pengubahan dari Kendaraan sasis
bermotor beroda 2 (dua) kendaraan bermotor beroda 2 (dua) atau Kendaraan pengangkutan
dengan kapasitas silinder lebih dengan kapasitas silinder lebih dari 250 barang.
dari 250 CC. CC.
JENIS KENDARAAN BERMOTOR YANG TIDAK DIKENAKAN PPnBM
DALAM DALAM
BENTUK CKD BENTUK
SASIS
UNTUK BERODA DUA UTK
ANGKUTAN Dg. KAPASITAS PENGANGKUTAN
BARANG ISI SILINDER > 16 ORANG
250 CC
JENIS KENDARAAN BERMOTOR YANG DIBEBASKAN DARI PPnBM
DIBEBASKAN DARI
PENGENAAN PPnBM
YG. DIGUNAKAN
UTK KENDARAAN : YG. DIGUNAKAN
• AMBULAN ; UTK KEPERLUAN
• JENASAH ; PATROLI TNI/POLRI
• PEMADAM
KEBAKARAN ;
• TAHANAN ;
• ANGKUTAN KBM Angkutan Orang Untuk 10 Orang atau Lebih
YG. DIGUNAKAN
UMUM TERMASUK Pengemudi dengan motor bakar cetus
UNTUK
api atau nyala kompresi (Diesel/Semi Diesel) Dg.
TUJUAN PROTOKOLER
Semua Kapasitas isi Silinder yg. digunakan utk
KENEGARAAN
Kend. Dinas TNI/POLRI.
Pembebasan PPnBM
5 Tahun
DIPINDAHTANGANKAN/
DIUBAH PERUNTUKANNYA PPnBM wajib dibayar kembali
Jika Tidak
1 Bulan Dibayar
TERBIT SKPKB
Penghitungan PPnBM
IMPOR:
DPP utk. HJ
DPP utk. HJ
Berlaku untuk KBM TMSK PPnBM yg Dikenakan
Dikenakan
TIDAK TMSK
Impor CBU Atas Peny. Dr.Pabrikan/atas Impor
PPN & PPnBM KBM mewah
Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih
besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang
dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya
Ayat (4)
Atas kelebihan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat
diajukan permohonan pengembalian pada akhir tahun buku
Ayat (4a)
kecuali
a. PKP yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
b. PKP yang melakukan penyerahan BKPdan/atau penyerahan JKP kepada Pemungut PPN;
c. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang PPN-nya tidak dipungut;
d. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;
e. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor JKP, dan/atau
f. Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a)
Ayat (4b)
Pengembalian PPN
Pasal 9 UU PPN jo PMK-72/PMK.03/2010
Pengembalian kelebihan PM kepada PKP sebagaimana dimaksud pada ayat (4b) huruf a
sampai dengan huruf e, yang mempunyai kriteria sebagai PKP berisiko rendah, dilakukan
dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak sesuai ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17C ayat (1) UU 6 Tahun 1983 tentang KUP dan perubahannya
Ayat (4c)
Tepat waktu dlm penyampaian SPT Masa PPN selama 12 bulan terakhir
Nilai BKP yg dijual pada tahun sebelumnya paling sedikit 75 % adalah produksi sendiri
Laporan keuangan untuk 2 tahun pajak sebelumnya diaudit Akuntan Publik dengan pendapat
Wajar Tanpa Pengecualian atau Wajar Dengan Pengecualian
PMK- 71/PMK.03/2010
Pengembalian Pendahuluan
PKP dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak adalah PKP yang memenuhi
ketentuan :
NEGARA
PPN
Rp
Harga + PPN
PENJUAL Faktur
FakturPajak
Pajak PEMBELI
PKP
Barang/
Barang/Jasa
Jasa
85
Skema Pasal 16A UU PPN (Pemungut PPN)
NEGARA
Rp PPN
86
DALAM HAL
DALAM HAL PKP
PKP MELAKUKAN
MELAKUKAN PENYERAHAN
PENYERAHAN BKP
BKP DAN/ATAU
DAN/ATAU JKP
JKP KEPADA
KEPADA
PEMUNGUT PPN
PEMUNGUT PPN MAKA
MAKA ::
Pemungut PPN
wajib
memungut
memungut
menyetorkan
menyetorkan
melaporkan PPN
melaporkan PPN yang
yang dipungut
dipungut
Bendahara Pemerintah
Bendahara Pemerintah && KPPN
KPPN KMK No.
KMK No. :563/KMK.03/2003
:563/KMK.03/2003
Kontraktor Perjanjian
Kontraktor Perjanjian Kerjasama
Kerjasama
Pengusahaan Pertambangan
Pengusahaan Pertambangan Minyak
Minyak && PMK No.
No. :: 73/PMK.03/2010
73/PMK.03/2010
PMK
Gas Bumi
Gas Bumi
PMK No.
PMK No. :85/PKM.03/2012
:85/PKM.03/2012 sdtd
sdtd ::
BUMN
BUMN
PMK 136/PMK. 03/2012
PMK 136/PMK. 03/2012 87
87
BENDAHARA
PEMERINTAH
PEMUNGUT PPN (BENDAHARA PEMERINTAH & KPPN)
OBJEK PEMUNGUTAN
kecuali
Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp1 juta, dan tidak merupakan jumlah yang terpecah-
pecah
Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP yang mendapat fasilitas PPN tidak dipungut / dibebaskan
dari pengenaan PPN
Pembayaran untuk penyerahan BBM dan bukan BBM oleh Pertamina
Pembayaran untuk jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan
Mekanisme pemungutan
PKP Rekanan wajib membuat Faktur Pajak dan SSP pada saat menyampaikan tagihan
Tata Cara Penggunaan Kode Transaksi pada Faktur Pajak yang dibuat
oleh Rekanan mengacu pada ketentuan yang berlaku (kode transaksi
“02”)
0 2 0.000–0 0.0 0 0 0 0 0 0 0
Kode Transaksi Kode Cabang Tahun Penerbitan Nomor Urut
Kode Status
Mekanisme pemungutan
Pemungut PPN wajib memungut pajak yang terutang pada saat pembayaran
Penyerahan BKP/JKP kepada Pemungut PPN dilaporkan oleh PKP Rekanan dalam
SPT Masa PPN pada masa sesuai dengan tanggal Faktur Pajak
93
Penunjukan Kembali KPS Sebagai Pemungut PPN
Permasalahan krn tiap kontrak KPS Migas menyebutkan kewajiban bagi KPS Migas
untuk memungut PPN terutang
PMK-11/PMK.03/2005
Berlaku sejak 1 Februari 2005
PMK-73/PMK.03/2010
Berlaku sejak 1 Februari 2012
1. kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi; dan
1. kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi; dan
2. kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber
2. kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber
daya panas bumi, yang meliputi kantor pusat, cabang, maupun unitnya.
94
daya panas bumi, yang meliputi kantor pusat, cabang, maupun unitnya.
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN
PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI)
Obyek Pemungutan
kecuali
Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp10 juta dan tidak merupakan jumlah
yang terpecah-pecah
Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP yang mendapat fasilitas: PPN tidak dipungut /
dibebaskan dari pengenaan PPN
Pembayaran untuk penyerahan BBM dan bukan BBM oleh Pertamina
Pembayaran atas rekening telepon
Pembayaran untuk jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan
penerbangan
Pembayaran lain yang menurut ketentuan tidak terutang PPN 95
PMK-73/2010
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI) DAN (KONTRAKTOR/PEMEGANG KUASA/IZIN
PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI)
mekanisme pemungutan
Rekanan wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan BKP dan/atau JKP kepada
KKS Migas dan Panas Bumi. FP dibuat saat :
Pada saat penyerahan BKP dan/atau JKP
Penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan
BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP
Penerimaan pembayaran termin dalam hal ppenyerahan sebagian tahap pekerjaan
Tata Cara Penggunaan Kode Transaksi pada Faktur Pajak yang dibuat oleh
Rekanan mengacu pada ketentuan yang berlaku (kode transaksi “03”)
0 3 0.000–0 0.0 0 0 0 0 0 0 0
Kode Transaksi Kode Cabang Tahun Penerbitan Nomor Urut
Kode Status
mekanisme pemungutan
Jumlah PPN dan PPnBM yang harus dipungut oleh KKS Migas dan Panas Bumi adalah :
• PPN sebesar 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak; dan
• PPnBM sebesar tarif PPnBM yang berlaku dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak
(dalam hal selain terutang PPN juga terutang PPnBM).
Jika dalam kontrak tidak disebutkan nilai kontrak tersebut termasuk PPN dan PPnBM,
maka kewajiban PPN 10% dan PPnBM dihitung dari nilai kontrak.
KKS Migas dan Panas Bumi yang melakukan pemungutan harus membubuhkan cap
"Disetor Tanggal ......" dan menandatanganinya pada Faktur Pajak.
PMK-73/2010
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI) DAN (KONTRAKTOR/PEMEGANG KUASA/IZIN
PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI)
mekanisme pemungutan
Penyetoran :
Penyetoran PPN dan PPnBM yang dipungut dilakukan paling lama pada tanggal 15 bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
SSP diisi dengan membubuhkan NPWP serta identitas Rekanan, tetapi penandatanganan
SSP dilakukan oleh KKS Migas dan Panas Bumi sebagai penyetor atas nama Rekanan.
98
PMK-73/2010
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI) DAN (KONTRAKTOR/PEMEGANG KUASA/IZIN
PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI)
mekanisme pemungutan
Pelaporan :
Pelaporan PPN dan PPnBM yang dipungut ke KPP yang bersangkutan melalui SPT Masa
PPN bagi Pemungut, paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak
Dalam hal tanggal jatuh tempo Pelaporan pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari
Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
Pelaporan atas pemungutan dan penyetoran PPN dan PPnBM dilakukan setiap bulan
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN 1111 PUT)
99
BUMN
Penunjukan Badan Usaha Milik Negara
sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai
Pemungut PPN
102
Penunjukan Kembali BUMN Sebagai Pemungut PPN
PMK Nomor 85 /PMK.03/2012 sdtd PMK
136/PMK. 03/2012
Berlaku sejak 1 Juli 2012
BUMN Ditunjuk
Sebagai Pemungut PPN
1. Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal
dari kekayaan negara yang dipisahkan.
2. BUMN terdiri dari:
a. Persero (minimal 51% sahamnya dimiliki Pemerintah); dan
b. Perum (seluruh modalnya dimiliki Pemerintah).
(Pasal 9 UU No 19 Tahun 2003 tentang BUMN)
103
Di bawah Kemenkeu : 1. PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (SMI) (Sumber: http://www.bumn.go.id per 11 Juni 2012)
2. PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) (PII) 104
3. PT. Sarana Multigriya Finansial (SMF)
PMK-85/2012
PEMUNGUT PPN
(BADAN USAHA MILIK NEGARA)
kecuali
Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp10juta, dan tidak merupakan jumlah
yang terpecah-pecah
Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP yang mendapat fasilitas PPN tidak dipungut /
dibebaskan dari pengenaan PPN
Pembayaran untuk penyerahan BBM dan bukan BBM oleh Pertamina
Pembayaran atas rekening telepon
Pembayaran untuk jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan
penerbangan
Pembayaran lain yang menurut ketentuan tidak terutang PPN
PMK-85/2012
PEMUNGUT PPN
(BADAN USAHA MILIK NEGARA)
mekanisme pemungutan
Rekanan wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan BKP dan/atau JKP kepada
BUMN. FP dibuat saat :
Pada saat penyerahan BKP dan/atau JKP
Penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan
BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP
Penerimaan pembayaran termin dalam hal ppenyerahan sebagian tahap pekerjaan
Tata Cara Penggunaan Kode Transaksi pada Faktur Pajak yang dibuat oleh
Rekanan mengacu pada ketentuan yang berlaku (kode transaksi “03”)
0 3 0.000–0 0.0 0 0 0 0 0 0 0
Kode Transaksi Kode Cabang Tahun Penerbitan Nomor Urut
Kode Status
PEMUNGUT PPN
(BADAN USAHA MILIK NEGARA)
mekanisme pemungutan
Jumlah PPN dan PPnBM yang harus dipungut oleh BUMN adalah :
• PPN sebesar 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak; dan
• PPnBM sebesar tarif PPnBM yang berlaku dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak
(dalam hal selain terutang PPN juga terutang PPnBM).
Jika dalam kontrak tidak disebutkan nilai kontrak tersebut termasuk PPN dan PPnBM,
maka kewajiban PPN 10% dan PPnBM dihitung dari nilai kontrak.
BUMN yang melakukan pemungutan harus membubuhkan cap "Disetor Tanggal ......" dan
menandatanganinya pada Faktur Pajak.
PMK-85/2012
PEMUNGUT PPN
(BADAN USAHA MILIK NEGARA)
mekanisme pemungutan
Penyetoran :
Penyetoran PPN dan PPnBM yang dipungut dilakukan paling lama pada tanggal 15 bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
SSP diisi dengan membubuhkan NPWP serta identitas Rekanan, tetapi penandatanganan
SSP dilakukan oleh BUMN sebagai penyetor atas nama Rekanan.
PMK-85/2012 sdtd PMK 136/PMK. 03/2012
PEMUNGUT PPN
(BADAN USAHA MILIK NEGARA)
mekanisme pemungutan
Pelaporan :
Pelaporan PPN dan PPnBM yang dipungut ke KPP yang bersangkutan melalui SPT Masa
PPN bagi Pemungut, paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak
Dalam hal tanggal jatuh tempo Pelaporan pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari
Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
Pelaporan atas pemungutan dan penyetoran PPN dan PPnBM dilakukan setiap bulan
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN 1111 PUT)
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN 1111 PUT) wajib
dilampiri dengan daftar nominatif Faktur Pajak dan Surat Setoran Pajak
PMK-85/2012 sdtd PMK 136/PMK. 03/2012
LOGO
Thank You!
Anwar Hidayat