Anda di halaman 1dari 111

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

(PPN B)

INSTRUKTUR
Anwar Hidayat
Outline

Fasilitas di Bidang PPN

PPnBM

Restitusi PPN

Pemungut PPN
FASILITAS
PPN
Matriks Barang/Jasa Dalam UU PPN

Barang/Jasa
Non-BKP
BKP dan JKP dan Non-
JKP

Tidak
Kena Dibebaska
Dipungu Tidak Kena PPN
PPN n
t
Fasilitas di Bidang PPN (Pasal 16B UU PPN)

PAJAK TERUTANG PAJAK TERUTANG


TIDAK DIPUNGUT DIBEBASKAN
SEBAGIAN/SELURUHNYA SEMENTARA WAKTU/SELAMANYA

Pajak Masukan atas perolehannya dapat Pajak Masukan atas perolehannya tidak
dikreditkan dapat dikreditkan

11 Fasilitas PPN di Kawasan Berikat Impor dan atau penyerahan BKP Tertentu/JKP
11
Tertentu
Proyek Pemerintah yang dananya berasal dari
22
hibah/bantuan luar negeri Impor dan atau penyerahan BKP Tertentu yang
22
bersifat Strategis

33 Fasilitas PPN di Kawasan Bebas


(Batam, Bintan, Karimun, Sabang)
KAWASAN BERIKAT

PMK Nomor 147/PMK.04/2011 stdtd PMK Nomor 120/PMK.04/2013


Tempat Penimbunan Berikat

TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT

Suatu bangunan tempat kawasan


Yg memenuhi persyaratan tertentu

Untuk menimbun
barang dengan tujuan tertentu

Dengan mendapatkan
penangguhan Bea Masuk

PMK No 147/PMK.04/2011 stdd PMK No 120/PMK.04/2013


Tempat Penimbunan Berikat
PP Nomor 32 tahun 2009

Tempat Penimbunan Berikat dapat berbentuk:

• Gudang Berikat;
• Kawasan Berikat;
• Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat;
• Toko Bebas Bea;
• Tempat Lelang Berikat; atau
• Kawasan Daur Ulang Berikat.
Pengawasan sepenuhnya merupakan wewenang DJBC
Kawasan Berikat

KAWASAN BERIKAT

Tempat Penimbunan Berikat

Untuk menimbun Dan/atau barang yg berasal


barang impor dari TLDDP

Diolah atau digabungkan

Hasilnya terutama
utk diekspor

PMK No 147/PMK.04/2011 stdd PMK No 120/PMK.04/2013


Definisi Umum

Penyelenggara adalah badan hukum yang melakukan


Kawasan Berikat kegiatan menyediakan dan mengelola
kawasan untuk kegiatan pengusahaan
(PKB) Kawasan Berikat

Pengusaha badan hukum yang melakukan kegiatan


Kawasan pengusahaan Kawasan Berikat
Berikat

Pengusaha di badan hukum yang melakukan kegiatan


Kawasan berikat pengusahaan Kawasan Berikat yang
merangkap berada di dalam Kawasan Berikat milik
Penyelenggara di Penyelenggara Kawasan Berikat yang
Kawasan Berikat statusnya sebagai badan hukum yang
(PDKB) berbeda
Fasilitas Perpajakan di Kawasan Berikat
(Pasal 14 ayat (1) PMK Nomor 147/PMK.04/2011 stdd PMK Nomor 120/PMK.04/2013)

PPN dan PPh Pasal 22 Impor tidak dipungut atas:

1. Impor Bahan Baku dan Bahan Penolong untuk diolah lebih lanjut;
2. Impor Barang Modal yang dipergunakan di Kawasan Berikat;
3. Impor Peralatan perkantoran;
4. Pemasukan Barang Hasil Produksi Kawasan Berikat lain untuk diolah
lebih lanjut
5. Impor kembali barang hasil produksi Kawasan Berikat
6. Pemasukan kembali barang hasil produksi Kawasan Berikat dari
Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat (TPPB)
7. Impor barang jadi untuk digabungkan dengan barang hasil produksi
Kawasan Berikat yang semata-mata untuk diekspor;
8. Impor pengemas dan alat bantu pengemas untuk menjadi satu
kesatuan dengan barang hasil produksi Kawasan Berikat.
Fasilitas Perpajakan di Kawasan Berikat
(Pasal 14 ayat (2) PMK Nomor 147/PMK.04/2011 stdd PMK Nomor 120/PMK.04/2013)

PPN dan PPnBM tidak dipungut atas pemasukan barang


dari Tempat Lain Dalam Daerah Pabean (TLDDP), yaitu:
1. Pemasukan barang ke Kawasan Berikat untuk diolah lebih lanjut;
2. Pemasukan kembali barang dan Hasil Produksi Kawasan Berikat dalam rangka
subkontrak dari Kawasan Berikat lain atau perusahaan industri di TLDDP ke Kawasan
Berikat;
3. Pemasukan kembali mesin dan/atau cetakan (moulding) dalam rangka peminjaman
dari Kawasan Berikat lain atau perusahaan di TLDDP ke Kawasan Berikat;
4. Pemasukan Hasil Produksi Kawasan Berikat lain, atau perusahaan di TLDDP yang
Bahan Baku untuk menghasilkan hasil produksi berasal dari tempat lain dalam daerah
pabean, untuk diolah lebih lanjut oleh Kawasan Berikat;
5. Pemasukan hasil produksi yang berasal dari Kawasan Berikat lain, atau perusahaan di
TLDDP yang Bahan Baku untuk menghasilkan hasil produksi tersebut berasal dari
TLDDP, yang semata-mata akan digabungkan dengan barang Hasil Produksi Kawasan
Berikat untuk diekspor; atau
6. Pemasukan pengemas dan alat bantu pengemas dari TLDDP.
Mandatory Fasilitas PPN

Mandatory/wajib

Pengusaha Kawasan
Berikat BKP PKP di TLDDP

 Dalam hal fasilitas PPN tidak digunakan (PPN


dibayar/dipungut) maka PPN yang dibayar tersebut tidak
dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kawasan Berikat

 Pengusaha Kawasan Berikat yang juga berstatus sebagai WP


Patuh atau PKP Berisiko Rendah tidak dapat memanfaatkan
fasilitas pengembalian pendahuluan kelebihan
pembayaran pajak
Skema Fasilitas PPN di Kawasan Berikat (1)

X Co. Y Co
Impor BKP mendapat fasilitas
PPN tidak dipungut

Pengusaha PKP di
Kawasan
Berikat
TLDDP
Pembelian BKP mendapat
fasilitas PPN tidak dipungut

PK 0 PK 0
PM 0 PM 8
Nihil 0 LB 8 restitusi
Skema Fasilitas PPN di Kawasan Berikat (2)

X Co.

Impor BKP mendapat fasilitas


PPN tidak dipungut

Pengusaha PKP di
Kawasan
Berikat Pembelian BKP mendapat
TLDDP
fasilitas PPN tidak dipungut

 Apabila hasil produksi Kawasan Berikat dijual


ke dalam negeri, maka Fasilitas PPN tidak
dipungut atas impor dan pembelian barang
harus dibayar
 Atas penjualan tersebut tetap dipungut PPN
dalam negeri (Pajak Keluaran)
Pembeli
HIBAH LUAR NEGERI
PPN ATAS PROYEK MILIK PEMERINTAH
YANG DANANYA BERASAL DARI BANTUAN LUAR NEGERI

IMPOR BKP BANTUAN LN


PPN & PPnBM
BKP TDK BERWUJUD TDK DIPUNGUT
JKP

FP FP

BKP/JKP
SUBKONTRAKTOR KONTRAKTOR
KONSULTAN BKP/JKP
UTAMA
PEMERINTAH
PEMASOK

FP dibubuhi cap :
PPN PPN & PPnBM
TDK DIPUNGUT
SESUAI PP NO. 42
TAHUN1995

PM YANG
DAPAT
DIKREDITKAN DASAR HUKUM & JUKLAK
PP No.42/1995 sttd PP 25/2001 jo Kepmenkeu
No.239/KMK.04/1995 sttd KMK-486/KMK.04/2000, 1- 4- 1995 ;
SE-19/PJ.53/1996, 4 - 6 - 1996
(SERI PPN 34-95) 17
PPN ATAS PROYEK MILIK PEMERINTAH
YANG DANANYA BERASAL DARI BANTUAN LUAR NEGERI DANA PENDAMPING APBN

PROYEK PEMERINTAH
YG DANANYA DARI BANTUAN LUAR NEGERI
DAN DANA PENDAMPING APBN/APBD/DANA LAIN
(Kepmenkeu Nomor 239/KMK.01/1996 sttd KMK-486/KMK.04/2000, 1-4-1996)

Penyerahan/Pembayaran Termin Proyek


Penyerahan/Pembayaran Termin Dengan Dana Pendamping Dari
Proyek Yang Dananya Dari Luar Negeri : APBN/APBD/Sumber Dana Lainnya :

1. PPN & PPnBM TDK DIPUNGUT


1. PPN & PPnBM WAJIB DIPUNGUT
2. FP Dibuat & Dibubuhi Cap :
“PPN & PPnBM Tidak Dipungut Sesuai 2. Faktur Pajak Dibuat
PP No. 42 Tahun 1995” 3. SSP Dibuat
3. SSP Tidak Perlu Dibuat
KAWASAN BEBAS

PP Nomor 10 Tahun 2012 dan PMK Nomor 62 Tahun 2012


Kawasan Bebas di Indonesia
Pasal 1 angka 1 UU No. 36 Tahun 2000
Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas (KPBPB) adalah suatu kawasan yang berada
dalam wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terpisah dari daerah pabean sehingga
bebas dari pengenaan Bea Masuk, Pajak Pertambahan Nilai, Pajak Penjualan atas Barang Mewah, dan
Cukai

Sabang Batam
Perpu No. 2 Tahun 2000 PP No.46 Tahun 2007

Bintan Karimun
PP No.47 Tahun 2007 PP No.48 Tahun 2007
Pengaturan Fasilitas Fiskal PP 10 Tahun 2012

• Pemasukan dan pengeluaran barang ke dan dari


Kawasan Bebas wajib dilakukan di Pelabuhan atau
bandar udara yang ditunjuk, yakni yang telah
mendapatkan izin dari Menteri Perhubungan dan telah
mendapatkan penetapan sebagai Kawasan Pabean
(Pasal 2 ayat (2) dan (3))

• Pengusaha di Kawasan Bebas tidak perlu


dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
(Pasal 4 ayat (1)) ;

• Penyerahan barang di Kawasan Bebas


dibebaskan dari pengenaan PPN (Pasal 4
ayat(2));

• Pemasukan barang ke Kawasan Bebas dari luar


Daerah Pabean diberikan pembebasan bea
masuk, pembebasan PPN, tidak dipungut PPh
Pasal 22 UU PPh, dan/atau pembebasan cukai ;
Perlakuan Perpajakan di Kawasan Bebas Luar Daerah Pabean

Daerah Pabean Kawasan Bebas


(KB) Lainnya

PPN/PPnBM Dibebaskan PPN/PPnBM Dibebaskan

Tempat Lain Kawasan


Dalam Daerah PPN/PPnBM tidak
Bebas PPN/PPnBM
Dibebaskan
Pabean (TLDDP)
Dipungut (KB)
contoh: jakarta A B
PPN Dibebaskan
PPN/PPnBM DN dikenakan
BM, PPh Psl 22 dibayar

PPN/PPnBM tidak PPN/PPnBM tidak


dipungut dipungut

TPB/KEK
Pengaturan BKP Tidak Berwujud dan JKP (1)

 Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean di dalam Kawasan Bebas, dibebaskan dari
pengenaan PPN (Pasal 33 ayat (1))
 Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak di
dalam Kawasan Bebas, dibebaskan dari pengenaan PPN (Pasal 33 ayat (2))
 Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari
Kawasan Bebas ke Kawasan Bebas lainnya, dibebaskan dari pengenaan PPN
(Pasal 33 ayat (3))
 Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari
Kawasan Bebas ke tempat lain dalam Daerah Pabean, dikenai PPN (Pasal 33 ayat
(4))
 Dikecualikan dari pengenaan PPN sebagaimana dimaksud pada ayat (4), untuk
penyerahan Jasa Kena Pajak yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan dibebaskan dari pengenaan PPN (Pasal 33 ayat (5))
 Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari tempat lain dalam Daerah
Pabean ke Kawasan Bebas, tidak dipungut PPN (Pasal 33 ayat (6))
Pengaturan BKP Tidak Berwujud dan JKP (2)

 Penyerahan Jasa Kena Pajak dari tempat lain dalam Daerah Pabean ke
Kawasan Bebas yang penyerahannya dilakukan di tempat lain dalam Daerah
Pabean, dipungut PPN (Pasal 33 ayat (7))
 Penyerahan Jasa Kena Pajak tertentu dari tempat lain dalam Daerah Pabean
ke Kawasan Bebas, tidak dipungut PPN (Pasal 33 ayat (8))
 Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud atau Jasa Kena Pajak yang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
dibebaskan dari pengenaan PPN, tidak dipungut PPN (Pasal 33 ayat (9))
 Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak
tertentu dari Tempat Penimbunan Berikat atau Kawasan Ekonomi Khusus ke
Kawasan Bebas, tidak dipungut PPN (Pasal 33 ayat (10))
 Penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari
Kawasan Bebas ke Tempat Penimbunan Berikat atau Kawasan Ekonomi
Khusus, dipungut PPN (Pasal 33 ayat (11))
Pengaturan Jasa Angkutan Udara
(Pasal 34 PP 10/2012 dan Pasal 7 PMK 62/2012)

1. Atas penyerahan jasa angkutan udara di dalam Kawasan Bebas, dibebaskan


dari pengenaan PPN
2. Atas penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri dari tempat lain dalam
Daerah Pabean ke Kawasan Bebas, dikenai PPN
3. Atas penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri dari Kawasan Bebas ke
tempat lain dalam Daerah Pabean, dikenai PPN

Pengaturan Jasa Telekomunikasi


(Pasal 35 PP 10/2012 dan Pasal 8 PMK 62/2012)
1. Atas penyerahan jasa telekomunikasi di dalam kawasan Bebas, dibebaskan
dari pengenaan PPN
2. Atas penyerahan jasa telekomunikasi dari tempat lain dalam Daerah Pabean
atau Tempat Penimbunan Berikat ke Kawasan Bebas, dikenai PPN
3. Atas penyerahan jasa telekomunikasi dari Kawasan Bebas ke tempat lain
dalam Daerah Pabean atau Tempat Penimbunan Berikat, dikenai PPN
4. Dikecualikan dari ketentuan pengenaan PPN sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), atas penyerahan jasa telekomunikasi dengan menggunakan jaringan
berkabel (fixed line) di Kawasan Bebas
Pokok-Pokok Perubahan PMK Nomor 62/PMK.03/2012

 Merupakan pengganti PMK Nomor 45/PMK.03/2009 jo PMK Nomor


240/PMK.03/2009
 Perubahan batas waktu pengeluaran/pemasukan kembali BKP untuk
transaksi tertentu yang semula paling lama 6 bulan menjadi 12 bulan sejak
tanggal Pemberitahuan Pabean (Pasal 3 ayat 2 dan 3 PMK)
 Pengecualian dari pengenaan PPN untuk pengeluaran BKP dengan tujuan
angkut terus atau angkut lanjut dari TLDDP ke Kawasan Bebas (Pasal 4 PMK)
 Pengaturan lebih lanjut atas jasa angkutan udara (Pasal 7 PMK) dan jasa
telekomunikasi (Pasal 8 PMK) yang dikenakan dan tidak dikenakan PPN.
 Pengaturan atas Jasa Kena Pajak yang dikenai PPN dan Jasa Kena Pajak
tertentu yang tidak dipungut PPN (Pasal 10 PMK)
BKP/JKP
TERTENTU
PP 69 TAHUN 2015
Impor Alat Angkutan tertentu Yang Tidak Dipungut Dari Pengenaan Pajak

alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, dan kereta api,
serta suku cadangnya yang diimpor oleh Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional
Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan oleh pihak lain yang ditunjuk oleh
Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia untuk melakukan impor tersebut

kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan
penyeberangan, kapal penangkap ikan, kapal pandu, kapal tunda, kapal tongkang, dan
suku cadangnya, serta alat keselamatan pelayaran dan alat keselamatan manusia yang
diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan
Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhanan Nasional,
dan Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan
Nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya

pesawat udara dan suku cadangnya serta alat keselamatan penerbangan dan alat
keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan yang diimpor dan
digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional, dan suku cadangnya, serta
peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan pesawat udara yang diimpor oleh pihak
yang ditunjuk oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan dalam
rangka pemberian jasa perawatan dan reparasi pesawat udara kepada Perusahaan
Angkutan Udara Niaga Nasional

kereta api dan suku cadangnya serta peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan serta prasarana
perkeretaapian yang diimpor dan digunakan oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana
Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum,
dan komponen atau bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Badan Usaha
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara Prasarana
Perkeretaapian Umum, yang digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan
untuk perbaikan dan pemeliharaan, serta prasarana perkeretaapian yang akan digunakan oleh
Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha
Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum
Penyerahan Alat Angkutan tertentu Yang Tidak Dipungut Dari Pengenaan Pajak

alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, dan kereta api,
serta suku cadangnya yang diimpor oleh Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional
Indonesia, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan oleh pihak lain yang ditunjuk oleh
Kementerian Pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik
Indonesia untuk melakukan impor tersebut

kapal laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan
penyeberangan, kapal penangkap ikan, kapal pandu, kapal tunda, kapal tongkang, dan
suku cadangnya, serta alat keselamatan pelayaran dan alat keselamatan manusia yang
diimpor dan digunakan oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan
Penangkapan Ikan Nasional, Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhanan Nasional,
dan Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan Sungai, Danau dan Penyeberangan
Nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya

pesawat udara dan suku cadangnya serta alat keselamatan penerbangan dan alat
keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan yang diimpor dan
digunakan oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional, dan suku cadangnya, serta
peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan pesawat udara yang diimpor oleh pihak
yang ditunjuk oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang digunakan dalam
rangka pemberian jasa perawatan dan reparasi pesawat udara kepada Perusahaan
Angkutan Udara Niaga Nasional

kereta api dan suku cadangnya serta peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan serta prasarana
perkeretaapian yang diimpor dan digunakan oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana
Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum,
dan komponen atau bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Badan Usaha
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara Prasarana
Perkeretaapian Umum, yang digunakan untuk pembuatan kereta api, suku cadang, peralatan
untuk perbaikan dan pemeliharaan, serta prasarana perkeretaapian yang akan digunakan oleh
Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha
Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum
Jasa Kena Pajak terkait alat angkutan tertentu yang atas penyerahannya
tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai

Jasa yang diterima oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional,
Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhanan Nasional, dan Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan
Sungai, Danau, dan Penyeberangan Nasional yang meliputi:

1. jasa persewaan kapal;


2. jasa kepelabuhanan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa tambat, dan jasa labuh; dan
3. jasa perawatan dan reparasi (docking) kapal

Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang meliputi:

1. jasa persewaan pesawat udara; dan


2. jasa perawatan dan reparasi pesawat udara

Jasa perawatan dan reparasi kereta api yang diterima oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian
Umum
Jasa Kena Pajak terkait alat angkutan tertentu yang atas penyerahannya
tidak dipungut Pajak Pertambahan Nilai

Jasa yang diterima oleh Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional, Perusahaan Penangkapan Ikan Nasional,
Perusahaan Penyelenggara Jasa Kepelabuhanan Nasional, dan Perusahaan Penyelenggara Jasa Angkutan
Sungai, Danau, dan Penyeberangan Nasional yang meliputi:

1. jasa persewaan kapal;


2. jasa kepelabuhanan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa tambat, dan jasa labuh; dan
3. jasa perawatan dan reparasi (docking) kapal

Jasa yang diterima oleh Perusahaan Angkutan Udara Niaga Nasional yang meliputi:

1. jasa persewaan pesawat udara; dan


2. jasa perawatan dan reparasi pesawat udara

Jasa perawatan dan reparasi kereta api yang diterima oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian
Umum
BKP/JKP TERTENTU
DIBEBASKAN PPN

PMK No: 36/PMK.03/2007 stdtd PMK No: 113/PMK.03/2014


Batasan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, Rumah Susun Sederhana, Pondok
Boro, Asrama Mahasiswa, Dan Pelajar Serta Perumahan Lainnya (1)

Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah rumah yang
perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit bersubsidi maupun tidak bersubsidi, atau
melalui pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, yang memenuhi ketentuan:
1. luas bangunan tidak melebihi 36 m2 (tiga puluh enam meter persegi);
2. harga jual tidak melebihi:

3. merupakan rumah pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak
dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki.
4. luas tanah tidak kurang dari 60 m2 (enam puluh meter persegi)
Batasan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, Rumah Susun Sederhana, Pondok
Boro, Asrama Mahasiswa, Dan Pelajar Serta Perumahan Lainnya

(PMK No: 36/PMK.03/2007 stdtd PMK No: 113/PMK.03/2014)

• Rumah Susun Sederhana yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah


bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu lingkungan yang
dipergunakan sebagai tempat hunian yang dilengkapi dengan KM/WC
dan dapur baik bersatu dengan unit hunian maupun terpisah dengan
penggunaan komunal, yang perolehannya secara tunai ataupun dibiayai
melalui fasilitas kredit bersubsidi maupun tidak bersubsidi, yang
memenuhi ketentuan:
a) harga jual untuk setiap hunian termasuk strata title tidak melebihi
Rp 75.000.000,00 (tujuh puluh lima juta rupiah);
b) luas bangunan untuk setiap hunian tidak melebihi 21 m2 (dua puluh
satu meter persegi);
c) pembangunannya mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan
Umum yang mengatur mengenai Persyaratan Teknis
Pembangunan Rumah Susun; dan
d) merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri
sebagai tempat tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki.

• Pondok Boro yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah bangunan


sederhana, berupa bangunan bertingkat atau tidak bertingkat, yang
dibangun dan dibiayai oleh perorangan atau koperasi buruh atau
koperasi karyawan yang diperuntukkan bagi para buruh tidak tetap atau
para pekerja sektor informal berpenghasilan rendah dengan biaya sewa
yang disepakati, yang tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5
(lima) tahun sejak diperoleh.
Batasan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, Rumah Susun Sederhana, Pondok
Boro, Asrama Mahasiswa, Dan Pelajar Serta Perumahan Lainnya

(PMK No: 36/PMK.03/2007 stdtd PMK No: 113/PMK.03/2014)

• Asrama Mahasiswa dan Pelajar yang dibebaskan dari


pengenaan PPN adalah bangunan sederhana, berupa
bangunan bertingkat atau tidak bertingkat, yang dibangun
dan dibiayai oleh universitas atau sekolah, perorangan dan
atau Pemerintah Daerah yang diperuntukkan khusus untuk
pemondokan pelajar atau mahasiswa, yang tidak
dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak
diperoleh.

• Perumahan Lainnya yang dibebaskan dari pengenaan PPN


meliputi:
• Rumah Pekerja, yaitu tempat hunian, berupa bangunan
bertingkat atau tidak bertingkat, yang dibangun dan
dibiayai oleh suatu perusahaan, diperuntukkan bagi
karyawannya sendiri dan bersifat tidak komersil, yang
memenuhi ketentuan RS, RSS, atau Rusuna, yang tidak
dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
sejak diperoleh;
• Bangunan yang diperuntukkan bagi korban bencana alam
nasional
BKP STRATEGIS

PP NOMOR 81 TAHUN 2015


Impor Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan
Dari Pengenaan PPN (1)

a. Mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam keadaan
terpasang maupun terlepas, yang digunakan secara langsung dalam proses
menghasilkan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan
Barang Kena Pajak tersebut, tidak termasuk suku cadang;  Memerlukan SKB PPN dari
Ditjen Pajak
b. Barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik
penangkapan maupun budidaya;  Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
c. jangat dan kulit mentah yang tidak disamak;  Tidak Memerlukan SKB PPN
d. Ternak yang kriteria dan/atau rinciannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
setelah mendapat pertimbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian;  Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
e. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau
perikanan Tidak Memerlukan SKB PPN
f. pakan ternak tidak termasuk pakan hewan kesayangan  Tidak Memerlukan SKB PPN
g. pakan ikan  Tidak Memerlukan SKB PPN
h. bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan pakan ikan, tidak termasuk imbuhan
pakan dan pelengkap pakan, yang kriteria dan/atau rincian bahan pakan diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan dan
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanian ikan  Tidak
Memerlukan SKB PPN
i. bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak butiran dan/atau dalam bentuk perak
batangan  Tidak Memerlukan SKB PPN
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang
Dibebaskan Dari Pengenaan PPN (1)

a. Mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam keadaan
terpasang maupun terlepas, yang digunakan secara langsung dalam proses
menghasilkan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan
Barang Kena Pajak tersebut, tidak termasuk suku cadang;  Memerlukan SKB PPN dari
Ditjen Pajak
b. Barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik
penangkapan maupun budidaya, ;  Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
c. jangat dan kulit mentah yang tidak disamak;  Tidak Memerlukan SKB PPN
d. Ternak yang kriteria dan/atau rinciannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
setelah mendapat pertimbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian;  Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
e. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau
perikanan Tidak Memerlukan SKB PPN
f. pakan ternak tidak termasuk pakan hewan kesayangan  Tidak Memerlukan SKB PPN
g. pakan ikan  Tidak Memerlukan SKB PPN
h. bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan pakan ikan, tidak termasuk imbuhan
pakan dan pelengkap pakan, yang kriteria dan/atau rincian bahan pakan diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan dan
Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanian ikan  Tidak
Memerlukan SKB PPN
i. bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak butiran dan/atau dalam bentuk perak
batangan  Tidak Memerlukan SKB PPN
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang
Dibebaskan Dari Pengenaan PPN (2)

j. Unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik yang perolehannya dibiayai melalui kredit atau
pembiayaan kepemilikan rumah bersubsidi yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
• luas untuk setiap hunian paling sedikit 21 m2 (dua puluh satu meter persegi) dan tidak
melebihi 36 m2 (tiga puluh enam meter persegi);
• pembangunannya mengacu kepada Peraturan Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat;
• merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat
tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang rumah susun; dan
• batasan terkait harga jual unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik dan penghasilan
bagi orang pribadi yang memperoleh unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik
ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan perumahan
rakyat  Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak

k. listrik, kecuali untuk rumah dengan daya di atas 6.600 (enam ribu enam ratus) Voltase
Amper;  Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
Mekanisme Pajak Masukan
268/PMK.03/2015 Pasal 2

Pajak Masukan atas impor dan/atau atas


perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa
Kena Pajak yang digunakan untuk
menghasilkan Barang Kena Pajak tertentu
yang bersifat strategis yang atas
penyerahannya dibebaskan dari pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai, tidak dapat
dikreditkan
Syarat Permohonan SKB Penyerahan BKP Strategis

Permohonan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai


sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus dilampiri dokumen
pendukung berupa:
1. fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak;
2. fotokopi surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
3. asli surat kuasa khusus dalam hal Pengusaha Kena Pajak
menunjuk seorang kuasa untuk mengajukan permohonan Surat
Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai;
4. penjelasan tertulis secara rinci bahwa mesin dan peralatan pabrik
yang diimpor/diterima akan dipergunakan dalam proses produksi untuk
menghasilkan Barang Kena Pajak; dan
5. surat pernyataan bermeterai bahwa mesin dan peralatan pabrik
yang diimpor atau diperoleh tidak akan dipindahtangankan atau diubah
peruntukannya dalam jangka waktu sesuai dengan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan.
6. Dokumen pendukung lainnya berupa dokumen kontrak pembelian
atau dokumen lain yang menunjukkan terjadinya penyerahan Barang
Kena Pajak
Syarat Permohonan SKB Import BKP Strategis

Permohonan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai) harus


dilampiri dokumen pendukung berupa:
1. invoice;
2. Bill of Lading (B/L) atau airway bill (AWB);
3. dokumen kontrak pembelian; dan
4. dokumen pembayaran atau dokumen pengakuan utang
Faktur Pajak Penyerahan BKP Strategis

Wajib Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak yang


bersifat strategis Wajib membuat faktur pajak. Dan Faktur Pajak harus
dibubuhi cap atau diberikan keterangan "PPN DIBEBASKAN SESUAI
PP NOMOR 81 TAHUN 2015".
PPnBM
Barang Mewah

• bahwa barang tersebut bukan


merupakan barang kebutuhan pokok;
atau

• barang tersebut dikonsumsi oleh


masyarakat tertentu; atau

• pada umumnya barang tersebut


dikonsumsi oleh masyarakat
berpenghasilan tinggi; atau

• barang tersebut dikonsumsi untuk


menunjukkan status;
Dasar Pertimbangan Pengenaan PPnBM

DASAR PERTIMBANGAN
PENGENAAN PPn BM
Penjelasan Ps. 5 (1)

ATAS PENYERAHAN BKP YANG TERGOLONG MEWAH OLEH


PRODUSEN ATAU ATAS IMPOR BKP YANG TERGOLONG
MEWAH, DI SAMPING DIKENAKAN PPN, JUGA DIKENAKAN PPn
BM DENGAN PERTIMBANGAN

PERLU KESEIMBANGAN PEMBEBANAN PAJAK ANTARA


KONSUMEN YANG BERPENGHASILAN RENDAH DENGAN
KONSUMEN YANG BERPENGHASILAN TINGGI
PERLU ADANYA PENGENDALIAN POLA KONSUMSI ATAS BKP
YANG TERGOLONG MEWAH

PERLU ADANYA PERLINDUNGAN TERHADAP PRODUSEN KECIL


ATAU TRADISIONAL
PERLU UNTUK MENGAMANKAN PENERIMAAN NEGARA
Karakteristik PPnBM

pungutan tambahan disamping PPN

dipungut hanya satu kali yaitu pada


saat impor BKP atau penyerahan BKP oleh

Karakteristik PPnBM
Pabrikan

tidak dapat dikreditkan dengan PPN atau PPnBM


yg dipungut

Meskipun demikian, apabila eksportir


mengekspor BKP yang tergolong mewah,
PPnBM yang dibayar saat perolehan nya Dapat
Diminta Kembali

PPn BM yang dibayar menjadi unsur DPP (harga


pokok) untuk penghitungan PPN berikutnya
Objek PPnBM

Ps. 5 (1)
PPn BM
DIKENAKAN ATAS
PENYERAHAN BKP YANG IMPOR BKP YANG
TERGOLONG MEWAH TERGOLONG MEWAH
OLEH PENGUSAHA YANG
MENGHASILKAN BKP
YANG TERGOLONG MEWAH

DALAM DAERAH PABEAN

DALAM KEGIATAN USAHA


ATAU PEKERJAAN PENGUSAHA

PPn BM DIKENAKAN HANYA SATU KALI PADA WAKTU PENYERAHAN BKP YANG
TRGOLONG MEWAH OLEH PKP YANG MENGHASILKAN BARANG MEWAH ATAU
PADA WAKTU IMPOR Ps. 5 (2)
49
Tarif dan Pengelompokan Barang Mewah

Tarif PPn BM paling rendah 10% dan paling tinggi 200%.


Pengelompokan Barang Mewah meliputi :
-Kendaraan Bermotor,
-Selain Kendaraan Bermotor,

Sebelum 1 April 2010 tarif PPnBM sebesar 10% s.d 75%


Sebelum 1 April 2010 tarif PPnBM sebesar 10% s.d 75%

Pasal 8 ayat 1
Tarif dan Pengelompokan Barang Mewah

Dengan PP ditetapkan kelompok BKP Yang Macam dan jenis BKP Yang Tergolong Mewah
Tergolong Mewah yang dikenakan PPnBM ditetapkan dengan PMK

Pengelompokan Barang yang tergolong


mewah

Kelompok BKP selain Kelompok BKP


kendaraan bermotor kendaraan bermotor

PMK-620/PMK.03/2004 KMK-355/KMK.03/2003
KMK-355/KMK.03/2003sdtd
sdtd: :PMK-
PMK-620/PMK.03/2004sdtd.
sdtd. PMK-
PMK-
PMK-35/PMK.10/2017
35/PMK.10/2017 33/PMK.010/2017
33/PMK.010/2017

Dibagi dalam 7 Kelompok


Jenis Barang Kena Pajak yang kelompok tarif yaitu kendaraan yang
tergolong mewah selain : dikecualikan dr
kendaraan bermotor dengan 1. 10% pengenaan
tarif : 2. 20% PPnBM
1. 20 % 3. 30% (dibebaskan)
2. 40 % 4. 40%
3. 50 % 5. 50%
4. 75 % 6. 60%
7. 125%
Pengenaan PPnBM Kendaraan Bermotor

JENIS KENDARAAN BERMOTOR YANG DIKENAKAN PAJAK


PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH
(PMK- 33/PMK.010/2017)

PPnBM dikenakan
atas

Impor Kendaraan CBU berupa Penyerahan kendaraan hasil Penyerahan kendaraan bermotor
Kendaraan pengangkutan orang perakitan/produksi di dalam Daerah berupa Kendaraan pengangkutan
sampai dengan 15 (lima belas) Pabean berupa Kendaraan pengangkutan orang sampai dengan 15 (lima
orang termasuk pengemudi, orang sampai dengan 15 (lima belas) belas) orang termasuk pengemudi
kendaraan Double Cabin, orang termasuk pengemudi, kendaraan dan kendaraan Double Cabin hasil
Kendaraan khusus, kendaraan Double Cabin, kendaraan khusus, pengubahan dari Kendaraan sasis
bermotor beroda 2 (dua) kendaraan bermotor beroda 2 (dua) atau Kendaraan pengangkutan
dengan kapasitas silinder lebih dengan kapasitas silinder lebih dari 250 barang.
dari 250 CC. CC.
JENIS KENDARAAN BERMOTOR YANG TIDAK DIKENAKAN PPnBM

PPnBM tidak dikenakan


ATAS

IMPOR ATAU PENYERAHAN KBM

DALAM DALAM
BENTUK CKD BENTUK
SASIS
UNTUK BERODA DUA UTK
ANGKUTAN Dg. KAPASITAS PENGANGKUTAN
BARANG ISI SILINDER  > 16 ORANG
250 CC
JENIS KENDARAAN BERMOTOR YANG DIBEBASKAN DARI PPnBM

DIBEBASKAN DARI
PENGENAAN PPnBM

IMPOR ATAU PENYERAHAN KBM

YG. DIGUNAKAN
UTK KENDARAAN : YG. DIGUNAKAN
• AMBULAN ; UTK KEPERLUAN
• JENASAH ; PATROLI TNI/POLRI
• PEMADAM
KEBAKARAN ;
• TAHANAN ;
• ANGKUTAN KBM Angkutan Orang Untuk 10 Orang atau Lebih
YG. DIGUNAKAN
UMUM TERMASUK Pengemudi dengan motor bakar cetus
UNTUK
api atau nyala kompresi (Diesel/Semi Diesel) Dg.
TUJUAN PROTOKOLER
Semua Kapasitas isi Silinder yg. digunakan utk
KENEGARAAN
Kend. Dinas TNI/POLRI.
Pembebasan PPnBM

PEMBEBASAN PPnBM WAJIB MEMILIKI SKB

5 Tahun

DIPINDAHTANGANKAN/
DIUBAH PERUNTUKANNYA PPnBM wajib dibayar kembali

Jika Tidak
1 Bulan Dibayar

TERBIT SKPKB
Penghitungan PPnBM

PENYERAHAN DALAM NEGERI:

PPnBM = TARIF PPnBM x HARGA JUAL

IMPOR:

PPnBM = TARIF PPnBM x NILAI IMPOR

TERDAPAT HUBUNGAN ISTIMEWA:

PPnBM = TARIF PPnBM x HARGA PASAR WAJAR


PENGENAAN PPn BM ATAS KENDARAAN BERMOTOR
(KEP-540/PJ./2000, 29 Desember 2000)

PENGHITUNGAN PPN &/ PPnBM

ATASIMPOR KBM ATAS


PENY. KBM DI DPI (Non impor KBM)

PPN = 10% X N.Impor


PPnBM = tarif PPnBM x N.Impor

Oleh Pabrikan or Oleh SELAIN


Pihak yg M’hsk. KBM Pabrikan or
DPP utk N.Impor
Pihak yg M’hsk. KBM
TIDAK TMSK
PPN & PPnBM
PPN = 10% X HJ
PPnBM = tarif PPnBM X HJ PPN = 10% X HJ

DPP utk. HJ
DPP utk. HJ
Berlaku untuk KBM TMSK PPnBM yg Dikenakan
Dikenakan
TIDAK TMSK
Impor CBU Atas Peny. Dr.Pabrikan/atas Impor
PPN & PPnBM KBM mewah

Untuk Impor CKD


Belum Terhutang PPnBM
HJ
HJ yg
yg dipakai
dipakai utk
utk menghitung
menghitung PPN
PPN atas
atas
peny.KBM
peny.KBM yg
yg tergolong
tergolong mewah
mewah kepada
kepada
pembeli
pembeli yg
yg mempunyai
mempunyai SKB SKB PPnBM
PPnBM TIDAK
TIDAK
termasuk
termasuk PPnBM
PPnBM yg yg telah
telah dipungut
dipungut
Jenis BKP Tergolong Mewah Kendaraan Bermotor
Jenis BKP Tergolong Mewah Kendaraan Bermotor
Jenis BKP Tergolong Mewah Kendaraan Bermotor
Jenis BKP Tergolong Mewah Kendaraan Bermotor
Jenis BKP Tergolong Mewah Kendaraan Bermotor
Jenis BKP Tergolong Mewah Kendaraan Bermotor
Jenis BKP Tergolong Mewah Kendaraan Bermotor
Jenis BKP Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor
Jenis BKP Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor
Jenis BKP Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor
Jenis BKP Tergolong Mewah Selain Kendaraan Bermotor
Contoh mekanisme pemungutan PPN dan PPn BM Untuk kendaraan impor dalam
keadaan CBU:

Importir Kendaraan SUBDEALER


Distributor DEALER
Bermotor

Impor: Pembelian: Pembelian: Pembelian:


-Nilai Impor: 200 -DPP: 320 -DPP: 340 -DPP: 360
-PPN (10%) : 20 -PPN (10%) : 32 -PPN (10%) : 34 -PPN (10%) : 36
-PPnBM (50%) : 100 -Harga : 352 -Harga : 374 -Harga : 396
-Harga : 320

Penyerahan: Penyerahan: Penyerahan: Penyerahan:


-Harga Beli: 200 -Harga Beli: 320 -Harga Beli: 340 -Harga Beli: 360
-Keuntungan: 20 -Keuntungan: 20 -Keuntungan: 20 -Keuntungan: 20
-PPnBM dibayar: 100 -Harga Jual : 340 -Harga Jual : 360 -Harga Jual : 380
-Harga Jual : 320 -PPN (10%) : 34 -PPN (10%) : 36 -PPN (10%) : 38
-PPN (10%) : 32 -Harga : 374 -Harga : 396 -Harga : 418
-Harga : 352
Restitusi
Pengkreditan Pajak Masukan
Pasal 9 UU PPN jo PMK-72/PMK.03/2010

Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih
besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang
dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya
Ayat (4)

Atas kelebihan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat
diajukan permohonan pengembalian pada akhir tahun buku
Ayat (4a)

kecuali
a. PKP yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;

b. PKP yang melakukan penyerahan BKPdan/atau penyerahan JKP kepada Pemungut PPN;

c. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang PPN-nya tidak dipungut;
d. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;
e. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor JKP, dan/atau
f. Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a)
Ayat (4b)
Pengembalian PPN
Pasal 9 UU PPN jo PMK-72/PMK.03/2010

Pengembalian kelebihan PM kepada PKP sebagaimana dimaksud pada ayat (4b) huruf a
sampai dengan huruf e, yang mempunyai kriteria sebagai PKP berisiko rendah, dilakukan
dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak sesuai ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17C ayat (1) UU 6 Tahun 1983 tentang KUP dan perubahannya
Ayat (4c)

Ketentuan mengenai PKP berisiko rendah yang diberikan pengembalian pendahuluan


kelebihan pajak diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
Ayat (4d)
Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap PKP sebagaimana
dimaksud pada ayat (4c) dan menerbitkan surat ketepan pajak setelah melakukan
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak
Ayat (4e)
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4e), Direktur
Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah kekurangan pajak
ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (2) UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang KUP dan perubahannya
PKP Risiko Rendah

Untuk ditetapkan sebagai PKP berisiko rendah harus memenuhi syarat :


Tidak pernah
dilakukan
a. PKP merupakan perusahaan terbuka yg paling sedikit 40 % dari pemeriksaan
seluruh saham disetornya diperdagangkan di bursa efek di Indonesia bukti permulaan
dan/atau
b. PKP merupakan perusahaan yang saham mayoritasnya dimiliki secara penyidikan dlm
langsung oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah jangka waktu 24
bulan terakhir
c. Produsen selain PKP pada huruf a dan b, yang memenuhi persyaratan :

Tepat waktu dlm penyampaian SPT Masa PPN selama 12 bulan terakhir
Nilai BKP yg dijual pada tahun sebelumnya paling sedikit 75 % adalah produksi sendiri

Laporan keuangan untuk 2 tahun pajak sebelumnya diaudit Akuntan Publik dengan pendapat
Wajar Tanpa Pengecualian atau Wajar Dengan Pengecualian

PMK- 71/PMK.03/2010
Pengembalian Pendahuluan

PKP dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak adalah PKP yang memenuhi
ketentuan :

Telah ditetapkan sebagai PKP


WP Patuh (Pasal 17C UU KUP) WP Kecil (Pasal 17D UU KUP)
berisiko rendah
PMK-71/PMK.03/2010 PMK-193/PMK.03/2007 stdd PMK-
198/PMK.03/2013

dan melakukan kegiatan:

ekspor BKP; SPT Tepat waktu; WP OP tidak menjalankan Usaha


Pekerjaan Bebas
penyerahan BKP/JKP kpd Pemungut Tdk ada tunggakan pajak, kec ada
PPN; izin angsur/tunda; WP OP menjalankan Usaha
Pekerjaan Bebas dengan SPT lebih
penyerahan BKP/JKP yang PPN-nya Hasil audit KAP WTP 3 tahun berturut; bayar Restitusi ≤ 10 Juta
tidak dipungut; dan
WP Badan dengan SPT lebih bayar
ekspor BKP TB; atau Restitusi ≤ 100 Juta
Tdk dipidana pajak 5 tahun terakhir;
ekspor JKP PKP dengan SPT lebih bayar
Restitusi ≤ 100 Juta
Skema Restitusi PPN
Restitusi Turis Asing
Dasar Hukum

PMK Nomor 76/PMK.03/2010 dengan Perubahan


terakhir PMK Nomor 100/PMK.03/2013 tentang
TENTANG TATA CARA PENGAJUAN DAN
PENYELESAIAN PERMINTAAN KEMBALI PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI BARANG BAWAAN ORANG
PRIBADI PEMEGANG PASPOR LUAR NEGERI
Subjek Pasal 1

Orang Pribadi Pemegang Paspor Luar Negeri, yang


selanjutnya disebut Orang Pribadi, adalah orang
pribadi yang memiliki paspor yang diterbitkan oleh
negara lain dan memenuhi syarat sebagai berikut:
1. bukan Warga Negara Indonesia atau bukan
permanent resident of Indonesia, yang tinggal
atau berada di Indonesia tidak lebih dari 2 (dua)
bulan sejak tanggal kedatangannya; dan/atau
2. bukan kru dari maskapai penerbangan
Ruang Lingkup

1. Pajak Pertambahan Nilai atas perolehan Barang


Bawaan dari Toko Retail yang sudah dibayar
oleh Orang Pribadi dapat dikembalikan kepada
Orang Pribadi;
2. Perolehan Barang Bawaan yang dapat
dikembalikan Pajak Pertambahan Nilai
sebagaimana dimaksud diatas adalah perolehan
Barang Bawaan sejak tanggal 1 April 2010
Pengecualian

Pajak Pertambahan Nilai atas perolehan Barang


Bawaan yang tidak dapat diminta kembali adalah
Pajak Pertambahan Nilai atas perolehan:
1. makanan, minuman, produk-produk tembakau;
2. senjata api dan bahan peledak; dan
3. barang yang dilarang dibawa ke dalam pesawat.
Syarat

1. Nilai Pajak Pertambahan Nilai paling sedikit


Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah);
2. Pembelian Barang Kena Pajak dilakukan dalam
jangka waktu 1 (satu) bulan sebelum
keberangkatan ke luar Daerah Pabean;
3. Pajak Pertambahan Nilai yang dapat diminta
kembali sebagaimana dimaksud diatas adalah
Pajak Pertambahan Nilai yang tercantum dalam
1 (satu) Faktur Pajak Khusus dari 1 (satu) Toko
Retail pada 1 (satu) tanggal yang sama.
Tata Cara 1
1. Permintaan kembali Pajak Pertambahan Nilai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 dilakukan pada
saat Orang Pribadi meninggalkan Indonesia melalui
bandar udara;
2. Pembelian Barang Kena Pajak dilakukan dalam jangka
waktu 1 (satu) bulan sebelum keberangkatan ke luar
Daerah Pabean;
3. Pajak Pertambahan Nilai yang dapat diminta kembali
sebagaimana dimaksud diatas adalah Pajak
Pertambahan Nilai yang tercantum dalam 1 (satu)
Faktur Pajak Khusus dari 1 (satu) Toko Retail pada 1
(satu) tanggal yang sama.
Tata Cara 2
4. Bandar udara sebagaimana dimaksud diatas adalah
bandar udara tempat keberangkatan Orang Pribadi,
yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan;
5. Permintaan pengembalian Pajak Pertambahan Nilai atas
pembelian Barang Bawaan dilakukan oleh Orang Pribadi
dengan terlebih dahulu memberitahukan kepada Toko
Retail dan menunjukkan paspor luar negeri yang
dipegangnya;
6. PKP Toko Retail yang menyerahkan Barang Bawaan
harus menerbitkan Faktur Pajak Khusus untuk Orang
Pribadi yang dibuat dalam rangkap 3 (tiga);
Pemungut PPN
Skema Umum Pemungutan PPN

NEGARA

PPN
Rp
Harga + PPN

PENJUAL Faktur
FakturPajak
Pajak PEMBELI
PKP
Barang/
Barang/Jasa
Jasa

85
Skema Pasal 16A UU PPN (Pemungut PPN)

NEGARA

Rp PPN

Harga tanpa PPN

PENJUAL Faktur PEMBELI


FakturPajak
Pajak
PKP PEMUNGUT PPN
Barang/
Barang/Jasa
Jasa

86
DALAM HAL
DALAM HAL PKP
PKP MELAKUKAN
MELAKUKAN PENYERAHAN
PENYERAHAN BKP
BKP DAN/ATAU
DAN/ATAU JKP
JKP KEPADA
KEPADA
PEMUNGUT PPN
PEMUNGUT PPN MAKA
MAKA ::
Pemungut PPN

wajib
memungut
memungut
menyetorkan
menyetorkan
melaporkan PPN
melaporkan PPN yang
yang dipungut
dipungut

Bendahara Pemerintah
Bendahara Pemerintah && KPPN
KPPN KMK No.
KMK No. :563/KMK.03/2003
:563/KMK.03/2003

Kontraktor Perjanjian
Kontraktor Perjanjian Kerjasama
Kerjasama
Pengusahaan Pertambangan
Pengusahaan Pertambangan Minyak
Minyak && PMK No.
No. :: 73/PMK.03/2010
73/PMK.03/2010
PMK
Gas Bumi
Gas Bumi

PMK No.
PMK No. :85/PKM.03/2012
:85/PKM.03/2012 sdtd
sdtd ::
BUMN
BUMN
PMK 136/PMK. 03/2012
PMK 136/PMK. 03/2012 87
87
BENDAHARA
PEMERINTAH
PEMUNGUT PPN (BENDAHARA PEMERINTAH & KPPN)

OBJEK PEMUNGUTAN

setiap pembayaran atas penyerahan BKP dan/atau JKP

kecuali
Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp1 juta, dan tidak merupakan jumlah yang terpecah-
pecah

Pembayaran untuk pembebasan tanah

Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP yang mendapat fasilitas PPN tidak dipungut / dibebaskan
dari pengenaan PPN
Pembayaran untuk penyerahan BBM dan bukan BBM oleh Pertamina

Pembayaran atas rekening telepon

Pembayaran untuk jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan

Pembayaran lain yang menurut ketentuan tidak terutang PPN


PEMUNGUT PPN (BENDAHARA PEMERINTAH & KPPN)

Mekanisme pemungutan

PKP Rekanan wajib membuat Faktur Pajak dan SSP pada saat menyampaikan tagihan

Tata Cara Penggunaan Kode Transaksi pada Faktur Pajak yang dibuat
oleh Rekanan mengacu pada ketentuan yang berlaku (kode transaksi
“02”)

0 2 0.000–0 0.0 0 0 0 0 0 0 0
Kode Transaksi Kode Cabang Tahun Penerbitan Nomor Urut

Kode Status

Kode FP Nomor Seri FP


PEMUNGUT PPN (BENDAHARA PEMERINTAH & KPPN)

Mekanisme pemungutan

Pemungut PPN wajib memungut pajak yang terutang pada saat pembayaran

Penyerahan BKP/JKP kepada Pemungut PPN dilaporkan oleh PKP Rekanan dalam
SPT Masa PPN pada masa sesuai dengan tanggal Faktur Pajak

Penyetoran PPN dilakukan paling lambat :


Untuk Bendahara : paling lambat 7 hari setelah bulan pembayaran (bila libur hari
berikutnya
Untuk KPPN : pada saat dicatat saat pembayaran
Pelaporan oleh Pemungut PPN:
Untuk KPPN : setiap hari kerja menyampaikan lb ke-3 Faktur Pajak
Untuk Bendahara : dengan SPT Masa bagi Pemungut paling lambat akhir bulan
berikutnya setelah bulan pembayaran
KONTRAKTOR
PERJANJIAN
KERJASAMA
PENGUSAHAAN
PERTAMBANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI
Historis Penunjukan KPS sebagai Pemungut PPN

- Berlaku sejak 1 Januari 1989


Keppres 56 Tahun 1988 jo - Kontraktor-kontraktor bagi Hasil dan Kontrak
KMK 1289/KMK.04/1988 Karya di bidang Minyak dan Gas Bumi dan
Pertambangan Umum lainnya
Dicabut dengan

- Berlaku sejak 1 Januari 2000


KMK 547/KMK.04/2000 jo - Kontraktor Kontrak Bagi Hasil dan Kontrak Karya
KMK 549/KMK.04/2000 di bidang Minyak, Gas Bumi, Panas Bumi dan
Pertambangan Umum lainnya
Dicabut dengan
- Berlaku sejak 1 Januari 2004
- Kontraktor Kontrak Bagi Hasil dan Kontrak Karya
KMK 563/KMK.03/2003 di bidang Minyak, Gas Bumi, Panas Bumi dan
Pertambangan Umum lainnya, tidak lagi
ditunjuk sebagai Pemungut PPN

93
Penunjukan Kembali KPS Sebagai Pemungut PPN
Permasalahan krn tiap kontrak KPS Migas menyebutkan kewajiban bagi KPS Migas
untuk memungut PPN terutang

PMK-11/PMK.03/2005
Berlaku sejak 1 Februari 2005

Kontraktor Kontrak Kerja Sama


(KKKS) Migas Ditunjuk
Sebagai Pemungut PPN
Dicabut dengan

PMK-73/PMK.03/2010
Berlaku sejak 1 Februari 2012

1. kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi; dan
1. kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi; dan
2. kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber
2. kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber
daya panas bumi, yang meliputi kantor pusat, cabang, maupun unitnya.
94
daya panas bumi, yang meliputi kantor pusat, cabang, maupun unitnya.
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN
PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI)

Obyek Pemungutan

setiap pembayaran yang dilakukan atas penyerahan BKP dan/atau JKP

kecuali
Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp10 juta dan tidak merupakan jumlah
yang terpecah-pecah
Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP yang mendapat fasilitas: PPN tidak dipungut /
dibebaskan dari pengenaan PPN
Pembayaran untuk penyerahan BBM dan bukan BBM oleh Pertamina
Pembayaran atas rekening telepon
Pembayaran untuk jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan
penerbangan
Pembayaran lain yang menurut ketentuan tidak terutang PPN 95
PMK-73/2010
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI) DAN (KONTRAKTOR/PEMEGANG KUASA/IZIN
PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI)
mekanisme pemungutan
Rekanan wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan BKP dan/atau JKP kepada
KKS Migas dan Panas Bumi. FP dibuat saat :
Pada saat penyerahan BKP dan/atau JKP
Penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan
BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP
Penerimaan pembayaran termin dalam hal ppenyerahan sebagian tahap pekerjaan
Tata Cara Penggunaan Kode Transaksi pada Faktur Pajak yang dibuat oleh
Rekanan mengacu pada ketentuan yang berlaku (kode transaksi “03”)

0 3 0.000–0 0.0 0 0 0 0 0 0 0
Kode Transaksi Kode Cabang Tahun Penerbitan Nomor Urut
Kode Status

Kode FP Nomor Seri FP


PMK-73/2010
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI) DAN (KONTRAKTOR/PEMEGANG KUASA/IZIN
PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI)

mekanisme pemungutan

Tata cara pemungutan :

Jumlah PPN dan PPnBM yang harus dipungut oleh KKS Migas dan Panas Bumi adalah :
• PPN sebesar 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak; dan
• PPnBM sebesar tarif PPnBM yang berlaku dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak
(dalam hal selain terutang PPN juga terutang PPnBM).
Jika dalam kontrak tidak disebutkan nilai kontrak tersebut termasuk PPN dan PPnBM,
maka kewajiban PPN 10% dan PPnBM dihitung dari nilai kontrak.
KKS Migas dan Panas Bumi yang melakukan pemungutan harus membubuhkan cap
"Disetor Tanggal ......" dan menandatanganinya pada Faktur Pajak.
PMK-73/2010
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI) DAN (KONTRAKTOR/PEMEGANG KUASA/IZIN
PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI)

mekanisme pemungutan

Penyetoran :
Penyetoran PPN dan PPnBM yang dipungut dilakukan paling lama pada tanggal 15 bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
SSP diisi dengan membubuhkan NPWP serta identitas Rekanan, tetapi penandatanganan
SSP dilakukan oleh KKS Migas dan Panas Bumi sebagai penyetor atas nama Rekanan.

98
PMK-73/2010
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI) DAN (KONTRAKTOR/PEMEGANG KUASA/IZIN
PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI)

mekanisme pemungutan

Pelaporan :
Pelaporan PPN dan PPnBM yang dipungut ke KPP yang bersangkutan melalui SPT Masa
PPN bagi Pemungut, paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak
Dalam hal tanggal jatuh tempo Pelaporan pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari
Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
Pelaporan atas pemungutan dan penyetoran PPN dan PPnBM dilakukan setiap bulan
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN 1111 PUT)

99
BUMN
Penunjukan Badan Usaha Milik Negara
sebagai Pemungut Pajak Pertambahan Nilai

Pemungut PPN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA


DIREKTORAT JENDERAL PAJAK
Historis Penunjukan BUMN sebagai Pemungut PPN
- Berlaku sejak 1 Januari 1989
Keppres 56 Tahun 1988 jo - Pertamina, BUMN dan BUMD, Bank Pemerintah
KMK 1289/KMK.04/1988
dan Bank Pembangunan Daerah, ditunjuk
sebagai Pemungut PPN

- Berlaku sejak 1 Januari 2000


- Pertamina, BUMN dan BUMD, Bank Pemerintah
KMK 547/KMK.04/2000 jo
dan Bank Daerah, dan Bank Indonesia, ditunjuk
KMK 549/KMK.04/2000
sebagai Pemungut PPN

- Berlaku sejak 1 Januari 2004


- Badan-badan tertentu, termasuk BUMN, tidak
KMK 563/KMK.03/2003 lagi ditunjuk sebagai Pemungut PPN

PMK 85/PMK. 03/2012 sdtd - Berlaku sejak 1 Juli 2012


PMK 136/PMK. 03/2012 - BUMN ditunjuk sebagai Pemungut PPN

102
Penunjukan Kembali BUMN Sebagai Pemungut PPN
PMK Nomor 85 /PMK.03/2012 sdtd PMK
136/PMK. 03/2012
Berlaku sejak 1 Juli 2012

BUMN Ditunjuk
Sebagai Pemungut PPN

1. Badan Usaha Milik Negara adalah badan usaha yang seluruh atau sebagian besar
modalnya dimiliki oleh negara melalui penyertaan secara langsung yang berasal
dari kekayaan negara yang dipisahkan.
2. BUMN terdiri dari:
a. Persero (minimal 51% sahamnya dimiliki Pemerintah); dan
b. Perum (seluruh modalnya dimiliki Pemerintah).
(Pasal 9 UU No 19 Tahun 2003 tentang BUMN)

103
Di bawah Kemenkeu : 1. PT. Sarana Multi Infrastruktur (Persero) (SMI) (Sumber: http://www.bumn.go.id per 11 Juni 2012)
2. PT. Penjaminan Infrastruktur Indonesia (Persero) (PII) 104
3. PT. Sarana Multigriya Finansial (SMF)
PMK-85/2012
PEMUNGUT PPN
(BADAN USAHA MILIK NEGARA)

OBJEK PEMUNGUTAN PPN&/PPnBM

setiap pembayaran atas penyerahan BKP dan/atau JKP

kecuali
Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp10juta, dan tidak merupakan jumlah
yang terpecah-pecah
Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP yang mendapat fasilitas PPN tidak dipungut /
dibebaskan dari pengenaan PPN
Pembayaran untuk penyerahan BBM dan bukan BBM oleh Pertamina
Pembayaran atas rekening telepon
Pembayaran untuk jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan
penerbangan
Pembayaran lain yang menurut ketentuan tidak terutang PPN
PMK-85/2012

PEMUNGUT PPN
(BADAN USAHA MILIK NEGARA)
mekanisme pemungutan

Rekanan wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan BKP dan/atau JKP kepada
BUMN. FP dibuat saat :
Pada saat penyerahan BKP dan/atau JKP
Penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan
BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP
Penerimaan pembayaran termin dalam hal ppenyerahan sebagian tahap pekerjaan
Tata Cara Penggunaan Kode Transaksi pada Faktur Pajak yang dibuat oleh
Rekanan mengacu pada ketentuan yang berlaku (kode transaksi “03”)

0 3 0.000–0 0.0 0 0 0 0 0 0 0
Kode Transaksi Kode Cabang Tahun Penerbitan Nomor Urut
Kode Status

Kode FP Nomor Seri FP


PMK-85/2012

PEMUNGUT PPN
(BADAN USAHA MILIK NEGARA)

mekanisme pemungutan

Tata cara pemungutan :

Jumlah PPN dan PPnBM yang harus dipungut oleh BUMN adalah :
• PPN sebesar 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak; dan
• PPnBM sebesar tarif PPnBM yang berlaku dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak
(dalam hal selain terutang PPN juga terutang PPnBM).
Jika dalam kontrak tidak disebutkan nilai kontrak tersebut termasuk PPN dan PPnBM,
maka kewajiban PPN 10% dan PPnBM dihitung dari nilai kontrak.
BUMN yang melakukan pemungutan harus membubuhkan cap "Disetor Tanggal ......" dan
menandatanganinya pada Faktur Pajak.
PMK-85/2012

PEMUNGUT PPN
(BADAN USAHA MILIK NEGARA)

mekanisme pemungutan

Penyetoran :
Penyetoran PPN dan PPnBM yang dipungut dilakukan paling lama pada tanggal 15 bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
SSP diisi dengan membubuhkan NPWP serta identitas Rekanan, tetapi penandatanganan
SSP dilakukan oleh BUMN sebagai penyetor atas nama Rekanan.
PMK-85/2012 sdtd PMK 136/PMK. 03/2012

PEMUNGUT PPN
(BADAN USAHA MILIK NEGARA)

mekanisme pemungutan

Pelaporan :
Pelaporan PPN dan PPnBM yang dipungut ke KPP yang bersangkutan melalui SPT Masa
PPN bagi Pemungut, paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak
Dalam hal tanggal jatuh tempo Pelaporan pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari
Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
Pelaporan atas pemungutan dan penyetoran PPN dan PPnBM dilakukan setiap bulan
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN 1111 PUT)
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN 1111 PUT) wajib
dilampiri dengan daftar nominatif Faktur Pajak dan Surat Setoran Pajak
PMK-85/2012 sdtd PMK 136/PMK. 03/2012

Bentuk Daftar Nominatif


LOGO

LOGO

Thank You!

Anwar Hidayat

Anda mungkin juga menyukai