Hukum Pengangkutan Baru
Hukum Pengangkutan Baru
Pengangkutan Udara
UU No 1 tahun 2009 tentang
penerbangan.
Buku III KUHPerdata
1. Pasal 1313 KUHPerdata, Perjanjian adalah
suatu perbuatan dengan mana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang atau lebih;
2. Pasal 1338 KUHPerdata
Asas kebebasan berkontrak bahwa setiap
orang bebas mengadakan suatu perjanjian
apa saja, baik perjanjian itu sudah diatur
dalam UU maupun belum diatur dalam UU.
3.Asas Pacta Sunt Servanda, perjanjian yang
dibuat secara sah oleh para pihak adalah
mengikat bagi mereka yang membuatnya
seperti ndang-undang
4. Pasal 1320 KUHPerdata
a. Adanya Kesepakatan para pihak
b. Kecakapan bertindak
c. Suatu hal tertentu
d. Sebab yang halal
Purwosutjipto :
Perjanjian timbal balik antara pengangkut
dengan pengirim dimana pengangkut
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang dan atau orang dari
suatu tempat ketempat tujuan tertentu
dengan selamat, sedangkan pengirim
mengikatkan diri untuk membayar biaya
pengangkutan.
Subekti :
Suatu perjanjian dimana satu pihak
menyanggupi untuk dengan aman
membawa orang atau barang dari suatu
tempat kelain tempat, sedangkan pihak
lainnnya menyanggupi akan membayar
ongkosnya.
1. Perjanjian timbal balik yaitu suatu perjanjian
dimana para pihak mempunyai hak dan
kewajiban sama
2.Para pihak adalah pengangkut,
penumpang,pengirim walaupun
dimungkinkan adanya pihak ketiga yang
berkepentingan.
3.Obyek pengangkutan adalah barang dan atau
orang
4.Kewajiban pengangkut menyelenggarakan
pengangkutan dengan selamat
5.Kewajiban pengirim, penumpang membayar
biaya pengangkutan
Pengangkut
Pengirim
* Penerima
Menurut Purwosutjipto :
Orang Yang mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang
dan/atau orang dari suatu tempat
ketempat tujuan tertentu dengan selamat.
Pengangkut :
Mereka yang mempunyai wewenang
mengadakan perjanjian pengangkutan dan
memikul beban resiko tentang keselamatan
barang-barang yang diangkut.
Pengangkut adalah yang bertugas dan
berkewajiban mengangkut dan yang
bertanggung jawab terhadap semua kerugian
yang diderita dalam pengangkutan.
Pihak yang membuat perjanjian
pengangkutan dengan pihak pengangkut
untuk menyelenggarakan pengangkutan
dengan selamat, sesuai dengan perjanjian,
dan sebagai kontra prestasinya pengirim
membayar biaya pengangkutan.
Penerima adalah pihak ketiga yang
berkepentingan terhadap diterimanya barang
kiriman.Sipenerima disini mungkin si
pengirim yang telah mengadakan perjanjian
pengangkutan dengan pengangkut, mungkin
juga pihak ketiga yang tidak ikut di dalam
perjanjian.
1. Bisa sekaligus pengirim, yaitu pihak yang
mengadakan perjanjian pengangkutan
dengan pengangkut atau dapat juga
2. Orang lain yang ditunjuk oleh pengirim
untuk menerima barang-barang yang
dikirimnya.
Penerima sebagai pihak ketiga yang
berkepentingan seperti yang dimaksud
dalam Pasal 1317 BW.
Penerima sebagai cessionaris diam-diam.
Penerima sebagai pemegang kuasa atau
penyelenggara urusan si pengirim.
Pasal 1317 (1) BW :
“Lagi pula diperbolehkan untuk minta
ditetapkan janji khusus, yang dibuat
guna kepentingan pihak ketiga, apabila
suatu penetapan janji, yang dibuat oleh
seseorang untuk dirinya sendiri atau
suatu pemberian yang dilakukan kepada
orang lain mengandung suatu janji
seperti itu”
“Orang Yang membuat janji khusus itu tidak
boleh mencabut janji nya, kalau pihak ketiga
sudah menyatakan akan memanfaatkan janji
khusus itu”.
Pasal 1317 (2) BW :
Sejak penerima menyatakan kehendaknya
untuk menerima barang-barang kiriman itu.
Sejak saat ini pengirim tidak berwenang lagi
mengubah tujuan pengiriman barang itu.
Hak untuk memanfaatkan janji khusus dalam
perjanjian pengangkutan, yaitu menerima
barang-barang kiriman dari Pengirim.
Berlaku ketentuan-ketentuan dalam
perjanjian pengangkutan yaitu kewajiban
untuk membayar uang angkutan kecuali
ditentukan lain.
1. Konsensuil : perbuatan perjanjian
pengangkutan tidak disyaratkan harus
tertulis, sudah cukup apabila ada
persetujuan kehendak antara pihak-pihak.
2. Koordinasi : di dalam perjanjian
pengangkutan mensyaratkan kedudukan
para pihak sejajar.
3. Campuran :
a. Pemberian kuasa,
b. penitipan,
c. pelayanan berkala melekat pula dalam
perjanjian pengangkutan.
4. Pengangkut tidak mempunyai hak
retensi.
1.Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa
tertentu : Suatu perjanjian di mana satu
pihak menghendaki dari pihak lawannya
untuk mencapai suatu tujuan, untuk mana
ia bersedia membayar suatu upah,
sedangkan apa yang dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut diserahkan
kepada pihak lawan itu.
2. Perjanjian Kerja/Perburuhan: