Anda di halaman 1dari 72

Soekardono :

“ Perpindahan tempat mengenai benda-


benda atau orang-orang, karena
perpindahan itu mutlak diperlukan untuk
mencapai dan meningkatkan manfaat
serta efisiensi ”
Abdulkadir Muhammad :

 “Proses kegiatan memuat barang/penumpang ke dalam


alat pengangkutan, membawa barang/penumpang dari
tempat pemuatan ketempat tujuan, dan menurunkan
barang/penumpang dari alat pengangkutan ke tempat
yang ditentukan “
1. Pelaku, yaitu orang yang melakukan
pengangkutan.
2.Alat pengangkutan, yaitu alat yang
digunakan untuk menyelenggarakan
pengangkutan
3.Obyek pengangkutan, yaitu muatan yang
diangkut baik barang atau penumpang.
4. Perbuatan yaitu kegiatan mengangkut
barang/penumpang sejak pemuatan sampai
dengan penurunan di tempat tujuan
5. Fungsi pengangkutan, yaitu meningkatkan
kegunaan dan nilai barang
6. Tujuan pengangkutan yaitu sampai
ditempat tujuan dengan selamat, biaya
pengangkutan lunas.
 Keseluruhan peraturan-peraturan baik yang
telah dikodifikasi atau yang belum
dikodifikasi yang mengatur semua hal-hal
yang berkaitan dengan pengangkutan.
Pengangkutan darat :
1. KUHD
sudah diatur secara sistemetis. Dalam
Buku I Bab V bagian 2 dan 3 mulai Pasal
90 s/d 98. Dalam bagian ini diatur
sekaligus pengangkutan darat dan
perairan darat tetapi khusus
pengangkutan barang;
2. Peraturan Khusus :
a. UU tentang Perkereta Apian, UU No
23/07
b. UU tentang Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan, UU No 22/09.
Pengangkutan Laut :
 KUHD, Buku II bab V tentang Perjanjian
charter kapal
 KUHD, Buku II bab V A tentang
pengangkutan barang-barang
 KUHD , Buku II, Bab V-B tentang
pengangkutan orang
 UU No 17/2008 tentang pelayaran.

Pengangkutan Udara
 UU No 1 tahun 2009 tentang
penerbangan.
Buku III KUHPerdata
1. Pasal 1313 KUHPerdata, Perjanjian adalah
suatu perbuatan dengan mana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya terhadap
satu orang atau lebih;
2. Pasal 1338 KUHPerdata
Asas kebebasan berkontrak bahwa setiap
orang bebas mengadakan suatu perjanjian
apa saja, baik perjanjian itu sudah diatur
dalam UU maupun belum diatur dalam UU.
3.Asas Pacta Sunt Servanda, perjanjian yang
dibuat secara sah oleh para pihak adalah
mengikat bagi mereka yang membuatnya
seperti ndang-undang
4. Pasal 1320 KUHPerdata
a. Adanya Kesepakatan para pihak
b. Kecakapan bertindak
c. Suatu hal tertentu
d. Sebab yang halal
Purwosutjipto :
 Perjanjian timbal balik antara pengangkut
dengan pengirim dimana pengangkut
mengikatkan diri untuk menyelenggarakan
pengangkutan barang dan atau orang dari
suatu tempat ketempat tujuan tertentu
dengan selamat, sedangkan pengirim
mengikatkan diri untuk membayar biaya
pengangkutan.
Subekti :
 Suatu perjanjian dimana satu pihak
menyanggupi untuk dengan aman
membawa orang atau barang dari suatu
tempat kelain tempat, sedangkan pihak
lainnnya menyanggupi akan membayar
ongkosnya.
1. Perjanjian timbal balik yaitu suatu perjanjian
dimana para pihak mempunyai hak dan
kewajiban sama
2.Para pihak adalah pengangkut,
penumpang,pengirim walaupun
dimungkinkan adanya pihak ketiga yang
berkepentingan.
3.Obyek pengangkutan adalah barang dan atau
orang
4.Kewajiban pengangkut menyelenggarakan
pengangkutan dengan selamat
5.Kewajiban pengirim, penumpang membayar
biaya pengangkutan
 Pengangkut
 Pengirim

* Penerima
Menurut Purwosutjipto :
Orang Yang mengikatkan diri untuk
menyelenggarakan pengangkutan barang
dan/atau orang dari suatu tempat
ketempat tujuan tertentu dengan selamat.
Pengangkut :
 Mereka yang mempunyai wewenang
mengadakan perjanjian pengangkutan dan
memikul beban resiko tentang keselamatan
barang-barang yang diangkut.
 Pengangkut adalah yang bertugas dan
berkewajiban mengangkut dan yang
bertanggung jawab terhadap semua kerugian
yang diderita dalam pengangkutan.
 Pihak yang membuat perjanjian
pengangkutan dengan pihak pengangkut
untuk menyelenggarakan pengangkutan
dengan selamat, sesuai dengan perjanjian,
dan sebagai kontra prestasinya pengirim
membayar biaya pengangkutan.
 Penerima adalah pihak ketiga yang
berkepentingan terhadap diterimanya barang
kiriman.Sipenerima disini mungkin si
pengirim yang telah mengadakan perjanjian
pengangkutan dengan pengangkut, mungkin
juga pihak ketiga yang tidak ikut di dalam
perjanjian.
1. Bisa sekaligus pengirim, yaitu pihak yang
mengadakan perjanjian pengangkutan
dengan pengangkut atau dapat juga
2. Orang lain yang ditunjuk oleh pengirim
untuk menerima barang-barang yang
dikirimnya.
 Penerima sebagai pihak ketiga yang
berkepentingan seperti yang dimaksud
dalam Pasal 1317 BW.
 Penerima sebagai cessionaris diam-diam.
 Penerima sebagai pemegang kuasa atau
penyelenggara urusan si pengirim.
 Pasal 1317 (1) BW :
 “Lagi pula diperbolehkan untuk minta
ditetapkan janji khusus, yang dibuat
guna kepentingan pihak ketiga, apabila
suatu penetapan janji, yang dibuat oleh
seseorang untuk dirinya sendiri atau
suatu pemberian yang dilakukan kepada
orang lain mengandung suatu janji
seperti itu”
 “Orang Yang membuat janji khusus itu tidak
boleh mencabut janji nya, kalau pihak ketiga
sudah menyatakan akan memanfaatkan janji
khusus itu”.
 Pasal 1317 (2) BW :
 Sejak penerima menyatakan kehendaknya
untuk menerima barang-barang kiriman itu.
 Sejak saat ini pengirim tidak berwenang lagi
mengubah tujuan pengiriman barang itu.
 Hak untuk memanfaatkan janji khusus dalam
perjanjian pengangkutan, yaitu menerima
barang-barang kiriman dari Pengirim.
 Berlaku ketentuan-ketentuan dalam
perjanjian pengangkutan yaitu kewajiban
untuk membayar uang angkutan kecuali
ditentukan lain.
1. Konsensuil : perbuatan perjanjian
pengangkutan tidak disyaratkan harus
tertulis, sudah cukup apabila ada
persetujuan kehendak antara pihak-pihak.
2. Koordinasi : di dalam perjanjian
pengangkutan mensyaratkan kedudukan
para pihak sejajar.
3. Campuran :
a. Pemberian kuasa,
b. penitipan,
c. pelayanan berkala melekat pula dalam
perjanjian pengangkutan.
4. Pengangkut tidak mempunyai hak
retensi.
1.Perjanjian untuk melakukan jasa-jasa
tertentu : Suatu perjanjian di mana satu
pihak menghendaki dari pihak lawannya
untuk mencapai suatu tujuan, untuk mana
ia bersedia membayar suatu upah,
sedangkan apa yang dilakukan untuk
mencapai tujuan tersebut diserahkan
kepada pihak lawan itu.
2. Perjanjian Kerja/Perburuhan:

Perjanjian antara buruh dengan majikan


dengan ciri ciri :
a. Adanya suatu upah/gaji tertentu yang
diperjanjikan
b. Adanya hubungan diperatas, yaitu suatu
hubungan berdasarkan mana pihak yang satu
majikan berhak memberikan perintah, perintah
mana harus ditaati.
3.Perjanjian Pemborongan/pekerjaan
Suatu perjanjian antara seorang /pihak
yang memborongkan pekerjaan dengan
orang lain/pihak yang memborong, dimana
pihak pertama menghendaki suatu hasil
pekerjaan yang disanggupi pihak lawan,
atas pembayaran tertentu sebagai harga
borongan.
 Pasal 370 KUHD
 “Nahkoda boleh menyimpang dari jurusan
yang harus ia ikuti, untuk menyelamatkan
jiwa-jiwa manusia”
 Pasal 371 KUHD:
“Nahkoda diwajibkan menjaga
kepentingan-kepentingan dari yang berhak
atas muatan selama perjalanan, mengambil
semua tindakan-tindakan yang perlu untuk
itu, dan bilamana perlu bertindak dimuka
pengadilan untuk itu”.
 Surat muatan/Vracht Brief (Pasal 90 KUHD)
Surat angkutan merupakan perjanjian
antara pengirim atau ekspeditur dengan
pengangkut atau nahkoda, dan memuat
selain apa yang telah diperjanjikan antara
pihak-pihak baik tentang selesainya
pengangkutan, penggantian kerugian
bilamana terjadi kelambatan maupun lain-
lain :
1. Nama dan berat atau ukuran barang yang
diangkut, beserta merk-merk dan
jumlahnya
2. Nama orang kepada siapa barang dikirim
3. Nama dan tempat kediaman pengangkut
4. Jumlah biaya angkutan
5. Tanggal pengangkutan
6. Tanda tangan pengirim/ekspeditur.
 Hak Retensi Pasal 493 KUHD :
 Kecuali yang ditentukan dalam ayat kedua
dari pasal ini, pengangkut tidak wenang
menahan barang padanya untuk jaminan
bagi apa yang terhutang kepadanya dari
sebab pengangkutan dan sebagai urunan
dalam averij umum, suatu janji yang
bertentangkan dengan ini adalah batal.
 Penitipan Pasal 468 KUHD:
 Perjanjian pengangkutan mewajibkan
pengangkut menjaga keselamatan barang
yang diangkut sejak saat penerimaannya
sampai saat penyerahan.
1.Tanggung Jawab berdasarkan
kesalahan/fault liability;
2.Tanggung jawab berdasarkan
praduga/presumption of liability
3.Tanggung Jawab Mutlak/Absolute
Liability
4.Tanggung JawabTerbatas/Limitation of
Liability
1.Tanggung Jawab berdasarkan
kesalahan/fault liability;
Setiap pengangkut yang melakukan
kesalahan dalam menyelenggarakan
pengangkutan harus bertanggung jawab
mengganti rugi atas segala kerugian yang
timbul akibat dari kesalahannya itu, pihak
yang dirugikan harus membuktikan
kesalahan pengangkut.
2. Tanggung jawab berdasarkan
praduga/presumption of liability
Pengangkut dianggap selalu bertanggung
jawab atas setiap kerugian yang timbul
dalam pengangkutan yang
diselenggarakannya, tetapi jika pengangkut
dapat membuktikan bahwa ia tidak
bersalah, maka ia dibebaskan dari
kewajiban memberi ganti rugi
3. Tanggung Jawab Mutlak/Absolute Liability
Pengangkut harus bertanggung jawab membayar
ganti kerugian terhadap setiap kerugian yang
timbul dari pengangkutan yang
diselenggarakannya tanpa keharusan pembuktian
ada tidaknya kesalahan pengangkut. Pengangkut
tidak mungkin membebaskan diri dari tanggung
jawab kecuali disebabkan/turut disebabkan pihak
penumpang/barang itu sendiri atau overmach.
4. Tanggung JawabTerbatas/Limitation of
Liability
Pengangkut bertanggung jawab terbatas
sejumlah limit tertentu
 Pasal 91 KUHD
Pengangkut dan nahkoda harus
menanggung semua kerusakan yang terjadi
atau benda-benda perniagaan atau benda-
benda yang diangkut, kecuali kerusakan
yang disebabkan karena cacat pada benda
sendiri, atau karena kesalahan/kelalaian si
pengirim/ekspeditur, karena keadaan
memaksa.
 Pasal 468 KUHD
Pengangkut wajib mengganti rugi yang
disebabkan :
Tidak diserahkannya barang baik
seluruhnya atau sebagian atau karena
kerusakan barang, kecuali hal tersebut
akibat peristiwa yang sepantasnya tidak
dapat dicegah/dihindari, akibat dari sifat,
keadaan/cacat barang, kesalahan pengirim.
Pasal 234 (1) UU 22/2009 tentang Lalu
Lintas dan Angkutan Jalan.
- Pengemudi,pemilik kendaraan
bermotor, dan/atau perusahaan
angkutan umum bertanggung jawab atas
kerugian yang diderita oleh penumpang
dan/atau pemilik barang dan/atau pihak
ketiga karena kelalaian pengemudi.
Ketentuan di atas tidak berlaku jika:
- adanya keadaan memaksa
- perilaku korban sendiri
- Gerakan orang dan/atau hewan walaupun
telah diambil tindakan pencegahan
- Besarnya ganti kerugian adalah ditentukan
berdasarkan keputusan pengadilan.
Pasal 87 :
(1) Penyelenggara
prasarana perkeretaapian
bertanggung jawab kepada penyelenggara
sarana perkeretaapian dan pihak ketiga atas
kerugian kerugian sebagai akibat
kecelakaan yang disebabkan kesalahan
pengoperasian prasarana perkeretaapian.
(3)Penyelenggara prasarana perkeretaapian
bertanggung jawab kepada pihak ketiga
atas kerugian harta benda, luka-luka atau
meninggal dunia yang disebabkan oleh
penyelenggara prasarana perkereta apian
(5)Tanggung jawab dihitung berdasarkan
kerugian yang nyata dialami
Pasal 88 :
Penyelenggara prasarana perkeretaapian tidak
bertanggung jawab terhadap kerugian yang
diderita oleh penyelenggara sarana perkeretaapian
dan/atau pihak ketiga yang disebabkan oleh
pengoperasian prasarana perkeretaapian apabila :
- Pihak yang berwenang (KNKT)menyatakan bahwa
kerugian bukan disebabkan kesalahan
pengoperasian prasarana perkeretaapian
- Terjadi keadaan memaksa
 Pasal 141 (1):
 Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian
penumpang yang meninggal dunia, cacat
tetap, atau luka-luka yang diakibatkan
kejadian angkutan udara di dalam pesawat
dan/atau naik turun pesawat udara.
 Pasal 143 :
Pengangkut tidak bertanggung jawab
untuk kerugian karena hilang atau rusaknya
bagasi kabin, kecuali apabila penumpang
dapat membuktikan bahwa kerugian
tersebut disebabkan oleh tindakan
pengangkut atau orang yang
dipekerjakannnya.
 Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian
yang diderita oleh penumpang karena bagasi
tercatat hilang, musnah, atau rusak yang
diakibatkan oleh kegiatan angkutan udara
selama bagasi tercatat berada dalam
pengawasan pengangkut.
 Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian
yang diderita oleh pengirim kargo karena
kargo yang dikirim hilang, musnah atau rusak
yang diakibatkan oleh kegiatan angkutan
udara selama kargo berada dalam
pengawasan pengangkut.
 Pengangkut bertanggung jawab atas kerugian
yang diderita karena keterlambatan pada
angkutan penumpang, bagasi, atau kargo
kecuali apabila pengangkut dapat
membuktikan bahwa keterlambatan tersebut
disebabkan oleh faktor cuaca dan teknis
operasional.
 Jumlah ganti kerugian yang diberikan adalah
ganti kerugian yang diberikan oleh badan
usaha angkutan udara niaga diluar ganti
kerugian yang diberikan oleh lembaga
asuransi yang ditetapkan oleh pemerintah.
 Pengangkut wajib mengasuransikan
tanggung jawabnya terhadap penumpang dan
kargo yang diangkut sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 141,143,144,145,146.
 Pasal 40 (1)
 Perusahaan angkutan diperairan bertanggung
jawab terhadap keselamatan dan keamanan
penumpang dan/atau barang yang
diangkutnya.
 Tanggung jawab sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 40 dapat ditimbulkan sebagai
akibat pengoperasian kapal,berupa :
a. kematian, atau lukanya penumpang yang
diangkut; b. musnah, hilang atau rusaknya
barang yang diangkut; c. keterlambatan
angkutan penumpang dan/atau barang
yang diangkut; d.kerugian pihak ketiga.
 Jika dapat membuktikan bahwa kerugian
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 huruf
b,c dan huruf d bukan disebabkan oleh
kesalahannya, perusahaan angkutan di
perairan dapat dibebaskan sebagian atau
seluruh tanggung jawabnya.
 Perusahaan angkutan diperairan wajib
mengasuransikan tanggung jawabnya
sebagaimana dimaksud pada ayat 1 dan
melaksanakan asuransi perlindungan dasar
penumpang umum sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan .
 Ekspeditur (pasal 86-90 KUHD)
a/ orang yang pekerjaannnya menyuruh
org lain u/ menyelenggarakan
pengangkutan barang2 dagangan.
 Perjanjian yang dibuat antara ekspeditur
dan pengirim disebut perjanjian ekspedisi
 Sedangkan perjanjian yang dibuat antara
ekspeditur , atas nama pengirim dg
pengangkut disebut perjanjian
pengangkutan
1. Sebagai pemegang kuasa
Ekspeditur melakukan perbuatan hukum atas
nama pengirim. (psl 1792-1819 BW tentang
Pemberian Kuasa)
2. Sebagai Komisioner (berlaku ps.76 KUHD)
3. Sebagai penyimpan barang (berlaku ps. 1694 BW)
4. Sebagai penyelenggara urusan (berlaku 1354 BW)
5. Register dan surat muatan
6. Hak Retensi
 Mencarikan pengangkut yang baik bagi si
pengirim
 Menyelenggarakan pengiriman selekas-
lekasnya dgn rapi pada barang-barang yg
telah diterimanya
 Menjamin keselamatan barang
 TJ Ekspeditur berhenti pada saat barang2
pengirim telah diterima pengangkut (ps.88
KUHD)
 Kerugian-kerugian setelahnya, harus
dibuktikan terlebih dahulu kesalahan atau
kelalaian ekspeditur ( ps. 89 KUHD )
 Jika penerima menerima barang muatan,
atau dia menolak untuk menerimanya,
karena ada kerusakan atau kekurangan,
maka dia tidak hanya berhubungan dgn
perjanjian pengangkutan saja tetapi juga
dgn perjanjian ekspedisi
 Dengan penyerahan barang2 oleh
ekspeditur kepada penerima, maka
beralihlah hak milik atas barang tersebut
 Bagaimana jika Pengangkut melakukan
PMH?
 Jika ekspeditur melakukan perjanjian
pengangkutan atas nama pengirim, maka
pengirim langsung dapat menuntut
pengangkut
 Tetapi jika ekspeditur melakukan perjanjian
atas namanya sendiri, maka hanya
ekspeditur yang berhak menuntut ganti rugi
 Orang bertindak sbg pengusaha transpor jika
dia menerima barang-barang tertentu u/
diangkut dg uang angkutan tertentu, tanpa
mengikatkan diri u/ melakukan
pengangkutan sendiri
 Perbuatan pengusaha tranpor adalah
pelayanan berkala dan pemberian kuasa

Anda mungkin juga menyukai