Anda di halaman 1dari 16

Blok 13 (Neuromuskuloskeletal

REHABILITASI STROKE Klinis)


dr. Mira, SpKFR
TUJUAN REHABILITASI STROKE

Mengoptimalkan pemulihan dan atau memodifikasi gejala sisa yang


ada agar penyandang stroke mampu melakukan aktivitas fungsional
secara mandiri, dapat beradaptasi dengan lingkungan dan mencapai
hidup yang berkualitas.
GANGGUAN FUNGSIONAL AKIBAT STROKE BERDASARKAN ICF

Kondisi kesehatan (kelainan atau penyakit)

Stroke

Struktur dan fungsi


Aktivitas Partisipasi
tubuh
Tidak bisa naik Tidak bisa ikut
Kelumpuhan pada
kendaraan pengajian
satu sisi tubuh
umum bersama
(hemiparesis)

Faktor-faktor liingkungan Faktor-faktor personal

Tidak ada kebijakan Tidak punya


penyediaan kendaraan kepercayaan diri untuk
umum untuk orang naik kendaraan umum
berkebutuhan khusus
FASE REHABILITASI STROKE

Fase akut
• 2 mingu pertama pasca stroke
• Hemodinamik belum stabil, pasien dalam rawatan RS
• Tujuan: meminimalkan gejala sisa dengan membantu perfusi otak terjaga baik, mencegah
komplikasi akibat stroke maupun imobilitas sehingga tercapai pemulihan fungsional yang optimal.

Fase • 2 minggu – 6 bulan pasca stroke


• Hemodinamik stabil dan boleh pulang ke rumah

subakut
• Tujuan: mengembalikan kemampuan melakukan aktivitas dasar seperti merawat diri, berjalan
serta melakukan peran kehidupannya.

Fase kronis • >6 bulan pasca stroke


• Sirkuit gerak/aktivitas sudah terbentuk, pembentukan sirkuit baru lebih sulit dan lambat
• Latihan endurans dan penguatan otot secara bertahap ditingkatkan.
PRINSIP REHABILITASI STROKE

Prinsip utama: sebanyak mungkin bergerak.


Gerak yang dilakukan adalah gerak fungsional bertujuan.
Diperlukan stabilitas duduk dan berdiri.
Persiapkan pasien dalam kondisi prima untuk melakukan terapi
latihan.
Kondisi medis menjadi pertimbangan. Terapi latihan yang tidak
sangat melelahkan, durasi 45-60 menit, pengulangan sesering
mungkin dalam sehari.
PRINSIP REHABILITASI STROKE

Hasil terapi latihan yang diharapkan akan optimal bila ditunjang oleh
kemampuan fungsi kognitif, persepsi dan semua modalitas sensoris
yang utuh.
Keberhasilan diukur pada kemampuan pasien kembali ke aktivitas
dan kehidupannya sebelum sakit.
Terapi latihan kebugaran merupakan bagian rehabilitasi yang sangat
penting.
GANGGUAN KOMUNIKASI

Afasia
Gangguan memformulasikan dan menginterpretasikan simbol bahasa.
Akibat adanya lesi pada mekanisme bahasa di sistem saraf pusat,
umumnya di hemisper dominan.
Penanganan disesuaikan dengan gangguan afasia yang diderita.
Pasien dengan afasia sensorik, stimulasi auditori (bahasa verbal)
diberikan simultan dengan stimulasi visual (bahasa tulisan atau
gambar).
Disartria
Gangguan dalam mengekspresikan bahasa verbal akibat
kelemahan, spastisitas dan atau gangguan koordinasi
pada organ bicara dan artikulasi.
Parameter bicara yang terkena: respirasi, fonasi/suara,
artikulasi, resonansi
Terapi latihan diberikan sesuai penyebab disartria:
perbaiki kontrol pernapasan, meningkatkan kelenturan
dan penguatan organ bicara dan artikulasi termasuk otot
wajah, otot leher dan otot pernapasan.
GANGGUAN MENELAN/DISFAGIA

Pemeriksaan:
Pasien duduk tegak
Beri 1 sdt (5ml) air dingin, minta pasien menelan dengan kepala sedikit
menunduk.
Mampukah pasien menutup bibir saat menelan
Lihat atau palpasi dengan jari di laring, apa terjadi elevasi laring
sebagai pertanda proses menelan
Minta pasien bersuara “aaaaa….”  suara terdengar kering atau
basah/serak
Minta pasien batukkan lendir, bersuara “aaa…” lagi  monitor suara yg
terdengar, mampukah pasien membersihkan jalan nafas dari air
GANGGUAN MIKSI DAN DEFEKASI

Gangguan miksi  inkontinensia uri


Apakah urin keluar tuntas?
Residu sisa dalam kandung kemih setelah miksi <50-80 ml
Bila terlalu banyak  timbul infeksi saluran kemih
Diatasi dengan manajemen waktu berkemih.
Gangguan defekasi  konstipasi akibat imobilisasi
Bergerak aktif
Beri cukup cairan (sekitar 40 ml/kgbb ditambah 500 ml air/cairan
bila tidak ada kontraindikasi)
Makanan tingi serat
Bila perlu obat laksatif.
GANGGUAN BERJALAN

Terapi latihan jalan


diberikan bertahap,
dimulai dari
kemampuan duduk,
berdiri dan kemudian
berjalan.
GANGGUAN PERAWATAN DIRI/AKTIVITAS SEHARI-HARI

Pasien dimotivasi untuk mengerjakan semampunya aktivitas


perawatan dirinya sendiri.
Semakin cepat melakukan perawatan diri sendiri, semakin cepat
pasien mandiri
Pastikan tangan yang sakit diikutsertakan dalam semua kegiatan
Pertolongan keluarga diberikan hanya pada aktivitas dengan resiko
jatuh atau membahayakan pasien.
GANGGUAN KEBUGARAN FISIK DAN MENTAL

Pasien stroke sering mengeluh cepat lelah dan selalu berupaya untuk
sedikit bergerak dan lebih banyak istirahat.

Terapi:
Pasien aktif semampunya sejak awal. Jangan terlalu banyak istirahat
Sering duduk di kursi di luar kamar tidur
Waktu aktif dan istirahat diatur seimbang sesuai kondisi pasien
Selalu dilibatkan dalam aktivitas keluarga
Latihan endurans dengan beban ringan.
DAFTAR PUSTAKA

1. Wirawan RP. Stroke Rehabilitation in Primary Health Care.


Majalah Kedokteran Indonesia. 2009:59(2):61-73
2. Braddom RL. Physical Medicine and Rehabilitation. 3rd edition.
Philadelphia: WB Saunders Company;2007.
3. World Health Organization (WHO). Towards a Common
Language for Functioning, Disability and Health (ICF). Geneva:
World Health Organization;2002.

Anda mungkin juga menyukai