IDEALISME
Kata idealis dalam filsafat mempunyai arti yang sangat berbeda dari artinya dalam bahasa
sehari-hari. Secara umum kata idealis berarti: (1) seorang yang menerima ukuran moral yang
tinggi, estetika dan agama serta menghayatinya; (2) orang yang dapat melukiskan dan
menganjurkan suatu rencana atau program yang belum ada.
Idealisme adalah suatu pandangan dunia atau metafisik yang mengatakan bahwa realitas
dasar terdiri atas, atau sangat erat hubungannya dengan ide, fikiran atau jiwa. Dunia mempunyai
arti yang berlainan dari apa yang tampak pada permukannya. Dunia difahami dan ditafsirkan oleh
penyelidikan tentang hukum-hukum fikiran dan kesadaran, dan tidak hanya oleh metoda ilmu
obyektif semata-mata.
Oleh karena alam mempunyai arti dan maksud, yang di antara aspek-
aspeknya adalah perkembangan manusia, maka seorang idealis bependapat
bahwa terdapat suatu harmoni yang dalam antara manusia dan alam. Apa yang
tertinggi dalam jiwa juga merupakan yang terdalam dalam alam. Manusia merasa
berada di rumahnya dalam alam; ia bukan orang asing atau makhluk ciptaan
nasib, oleh karena alam ini adalah suatu sistem yang logis dan spiritual, dan hal
itu tercermin dalam usaha manusia untuk mencari kehidupan yang baik. Jiwa
(self) bukannya satuan yang terasing atau tidak riil, ia adalah bagian yang
sebenarnya dari proses alam. Proses ini dalam tingkat yang tinggi menunjukkan
dirinya sebagai aktivitas, akal, jiwa atau perorangan. Manusia sebagai suatu
bagian dari alam menunjukkan struktur alam dalam kehidupannya sendiri.
SEJARAH IDEALISME
• Pascal (1623-1662)
Pengetahuan diperoleh melalui dua jalan, pertama menggunakan akal dan kedua menggunakan hati.
Ketika akal dengan semua perangkatnya tidak dapat lagi mencapai suatu aspek maka hatilah yang akan
berperan. Oleh karna itu, akal dan hati saling berhubungan satu sama lain. Apabila salah satunya tidak
berfungsi dengan baik, maka dalam memperoleh suatu pengetahuan itu juga akan mengalami
kendala.Manusia besar karena pikirannya, namun ada hal yang tidak mampu dijangkau oleh pikiran
manusia yaitu pikiran manusia itu sendiri. Menurut Pascal manusia adalah makhluk yang rumit dan kaya
akan variasi serta mudah berubah. Untuk itu matematika, pikiran dan logika tidak akan mampu dijadikan
alat untuk memahami manusia. Menurutnya alat-alat tersebut hanya mampu digunakan untuk memahami
hal-hal yang bersifat bebas kontradiksi, yaitu yang bersifat konsisten. Karena ketidak mampuan filsafat dan
ilmu-ilmu lain untuk memahami manusia, maka satu-satunya jalan memahami manusia adalah dengan
agama. Karena dengan agama, manusia akan lebih mampu menjangkau fikirannya sendiri, yaitu dengan
berusaha mencari kebenaran, walaupun bersifat abstrak.
• J. G. Fichte (1762-1914) Sebelum Masehi
Ia adalah seorang filsuf Jerman. Ia belajar teknologi di Jena (1780-1788 M). Pada tahun 1810-1812
M, ia menjadi rektor Universitas Berlin. Filsafatnya disebut “Wissenschaftslehre” (Ajaran Ilmu
Pengetahuan).Secara sederhana pemikiran Fichte: manusia memandang objek benda-benda dengan
indranya. Dalam memgindra objek tersebut, manusia berusaha mengetahui yang dihadapinya. Maka
berjalanlah proses intelektualnya unuk membentuk dan mengabstraksikan objek itu menjadi pengertian
seperti yang dipikirkannya. Hal tersebut bisa dicontohkan seperti, ketika kita melihat sebuah meja
dengan mata kita, maka secara tidak langsung akal (rasio) kita bisa menangkap bahwa bentuk meja itu
seperti yang kita lihat (bebentuk bulat, persegi panjang, dll). Dengan adanya anggapan itulah akhirnya
manusia bisa mewujudkan dalam bentuk yang nyata.
• F. W. S. Schelling (1775-1854 M)
Schelling telah matang menjadi seorang filsuf disaat dia masih amat muda. Pada tahun 1798 M,
dalam usia 23 tahun, ia telah menjadi guru besar di Univesitas Jena. Dia adalah filsuf Idealis Jerman
yang telah memutlakkan dasar-dasar pemikiran bagi perkembangan Idealisme Hegel.
• G. W. F. Hegel (1770-1031 M)
Ia belajar teologi di Universitas Tubingen dan pada tahun 1791 memperoleh gelar
Doktor. Inti dari filsafat Hegel adalah konsep Geists (roh atau spirit), suatu istilah yang
diilhami oleh agamanya. Ia berusaha menghubungkan yang mutlak dengan yang tidak
mutlak. Yang mutlakitu roh atau jiwa, menjelma pada alam dan dengan demikian sadarlah ia
akan dirinya, roh itu dalam intinya ide (befikir).
JENIS-JENIS FILSAFAT IDEALISME