• Herbert Blumer mendefinisikan interaksionisme simbolik
atau teori interaksi simbolik sebagai sebuah proses interaksi dalam rangka membentuk arti atau makna bagi setiap individu. • Scott Plunkett mendefinisikan interaksionisme simbolik sebagai cara kita belajar menginterpretasi serta memberikan arti atau makna terhadap dunia melalui interaksi kita dengan orang lain. Penerapan istilah “Falia” sebagai Makna Interaksionisme Simbolik
Istilah “Falia” telah lama dianut oleh masyarakat Muna
diwariskan secara turun – temurun dari generasi ke generasi sebagai pedoman dalam melestarikan lingkungan hidup. Hal ini dapat dipahami sebagai suatu tradisi yang masih tampak pada orang Wuna di manapun dia berada sebagai implementasi dari falsafah hidup “Dopo pia – piara”. “Dopo pia piara” dapat diartikan dengan saling memelihara dan menjaga. Dalam falsafah tersebut manusia wajib hukumnya untuk saling memelihara satu sama lain, termasuk memelihara lingkungan hidup yang ada disekelilingnya. Untuk hal itulah di dalamnya lahir istilah falia agar tidak mengambil, memanfaatkan dan mengelola lingkungan hidup yang bertentangan dengan falsafah hidup tersebut. Berbagai istilah “falia” digunakan dalam berbagai upacara adat maupun kehidupan sehari-hari masyarakat suku muna khususnya dalam mengelola sumber daya alam. Salah satu contoh adalah dalam ritual adat “Kapotansu” dalam sistem perladangan masyarakat etnis suku muna. Secara konseptual ritual “kapontasu” ini diartikan sebagai salah satu ritual di bidang perladangan yang dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang banyak dan dijauhkan dari penyakit pada padi ladangan yang ditanam. Karena menurut asumsi masyarakat etnik Muna, padi ladang yang ditanam tanpa melalui ritual ini dianggap dapat menyebabkan serang hama dan kegagalan panen, dan agar padi yang dipanen mendapatkan keberkahan. Contoh penerapan istilah “Falia” dalam sistem perladangan suku Muna
Dilarang membuang kayu langsung dari kebun, tetapi harus
menyimpannya secara pelan-pelan. Apabila kayu dibuang dari luar kebun akan menyebabkan babi memasuki kebun dengan cara melompat dari atas pagar. petani dilaranga mempermainkan perempuan yang tidak memiliki hubungan perkawinan (berzina) karena dapat membuat kebun dimasuki dengan binatang pemakan padi. Tidak boleh mengeluarkan kata-kata kotor, bersikap tidak baik, angkuh, karena dapat mendatangkan bahaya akan dirinya yang ada di area tersebut serta tanaman padi terancam gagal panen dan juga menimpa berbagai penyakit yang timbul dalam kehidupan petani.