Anda di halaman 1dari 13

Cryptosporidium sp.

1. Ambarnita Pramesti
2. Putri Dwi Rizkia
3. Utari Nur Permadi
Cryptosporidiosis merupakan suatu infeksi
usus halus yang disebabkan oleh Cryptosporidium
sp. merupakan salah satu protozoa yang termasuk
dalam waterborne disease (penyakit yang ditularkan
melalui perantara air).
Cryptosporidium sp. dikenal sebagai penyakit
parasit obligat seluler dan bersifat sangat patogen
serta dapat menyerang sel epitel saluran
pencernaan, saluran empedu dan saluran
pernapasan hewan dan manusia, Parasit keluar
bersama feses dan dapat mencemari lingkungan
dalam bentuk ookista.
ETIOLOGI
Cryptosporidium adalah protozoa patogen
dari divisi Apicomplexa dan menyebabkan
penyakit diare yang disebut cryptosporidiosis.
Genus dari Cryptosporidium sp. dicirikan dalam
bentuk ookista. Ookista matang mengandung 4
sporokista. Ookista Cryptosporidium sp.
berbentuk bundar dan berdinding tebal dengan
diameter 1,5 – 5 µm. Sporulasi ookista
menghasilkan 4 sporozoit yang memanjang.
MORFOLOGI
• Sporozoit mempunyai bentuk seperti pisang dimana
bagian anteriornya meruncing dan bagian posteriornya
membulat.
• Gametosit dan skizon ukuran 2-4 mikro meter diproduksi
dalam siklus hidup Cryptosporidium parvum ,tapi jarang
ditemukan pada feses.
• Ookista Biasanya berbentuk bulat, berdiameter 4 - 6 um
mengandung 4 sporozit yang tidak terlalu terlihat,refraktil,
terdiri 1-8 granula yang menonjol dan dilapisi dua dinding
tebal. Ookista resisten dan sangat resisten terhadap proses
klorinasi tapi dapat mati dengan teknik pemasakan
konvensional.
Penyebaran dari ookista Cryptosporidium
parvum dipengaruhi oleh sifat biologi yang dimiliknyai.
Ookista Cryptosporidium sp.cukup tahan pada kondisi
lembab. Ookista Cryptosporidium sp.tahan di lingkungan
akibat morfologi dindingnya cukup tebal yang menyebabkan
tetap tahan di alam sehingga dikenal dengan hidden spore
atau underground spore. Selain itu, ookista Cryptosporidium
sp.juga sangat tahan terhadap disinfektan termasuk
pengapuran dan klorinasi air, tetapi dapat mati pada
temperatur 65 °C selama 20 – 30 menit dan melalui proses
pengeringan serta dengan menggunakan sodium hipoklorit
5% atau amonia 5% -10%.
Gambar 1. Ookista dari Cryptosporidium sp.
menggunakan pewarnaan safranin (kiri) dan dengan
immunofluorescent antibodies (kanan)
FASE TROPOZOIT FASE OOKISTA
SIKLUS HIDUP
CARA PENULARAN
Infeksi penyakit ini dari bahan yang terkontaminasi
seperti tanah, air, makanan yang tidak dimasak atau kontak
dengan kotoran manusia atau hewan yang terinfeksi. Cara
penularan yaitu:
• penularan dari orang ke orang/dari binatang ke orang
melalui air dan penularan melalui makanan. Hal ini
terutama terjadi diantara mereka yang biasa kontak
dengan air tawar saat berenang. Tingginya resistensi
oocysts Cryptosporidium terhadap disinfektan seperti
khlor memungkinkan mereka untuk bertahan hidup dalam
jangka waktu yang lama dan masih dalam kondisi siap
menginfeksi
GEJALA KLINIS
Gejala pada penderita kriptosporidiosis umumnya
muncul seminggu setelah terinfeksi, meliputi diare, nafsu
makan berkurang, kram perut, mual dan muntah, serta
demam.
Bila gejala tersebut berlangsung dalam jangka
panjang, penderita dapat mengalami dehidrasi, kekurangan
nutrisi, dan penurunan berat badan. Kondisi ini berbahaya
bagi penderita usia balita, serta penderita dengan kekebalan
tubuh rendah seperti penderita HIV dan pasien yang sedang
menjalani kemoterapi.
Gejala di atas bisa hilang timbul, dan berlangsung
hingga 2 minggu. Bahkan ada yang mengalami gejala hingga 3
tahun. Namun pada sejumlah kasus, kriptosporidiosis tidak
menampakkan gejala apa pun.
DIAGNOSIS
Untuk memperoleh diagnosis yang akurat perlu
dilakukan pemeriksaan di laboratorium. Pemeriksaan
mikroskopis pada tinja penderita menunjukkan adanya
ookista parasit yang khas bentuknya. Pemeriksaan hitologis
atas biopsi mukosa dengan menggunakan modifikasi ABF
(Acid Fast Staining) atau pemeriksaan dengan menggunakan
mikroskop fluoresen,menunjukan adanya parasit dalam
jaringan . Deteksi dengan pewarnaan antibody monoclonal
dapat memperkuat diagnosis. Pemeriksaan serologis misalnya
dengan ELISA (Enzym Linked Immunosorbant assay),
Immunofluorescens Antibody Technique(IFAT0 serta deteksi
IgG dan IgM dalam membantu menetapkan diagnosis.
PENGOBATAN
• Pemberian azithromycin dan loperamide,
untuk membantu menghilangkan infeksi
dan meningkatkan penyerapan cairan.
• Pemberian cairan pengganti, untuk
mengembalikan keseimbangan cairan
tubuh dan elektrolit yang hilang akibat
diare.
• Terapi antiretroviral, seperti nevirapine,
untuk menghambat perkembangan virus
dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh
penderita HIV/AIDS.
PENCEGAHAN
• Menjaga kebersihan tangan dengan selalu mencuci tangan
menggunakan air dan sabun, setiap sebelum dan sesudah
makan, setelah mengganti popok, setelah dari toilet, dan
setelah menyentuh hewan.
• Mencuci bahan makanan, seperti sayur dan buah, serta
hindari makanan yang diduga terkontaminasi.
• Hindari makanan setengah matang, dan masak air minum
hingga matang, terutama bila sedang bepergian ke daerah
yang rentan terjadi infeksi.

Anda mungkin juga menyukai