Anda di halaman 1dari 62

PEMERIKSAAN FISIK THT

Pembimbing:
dr. Nindya Shinta, Sp.THT-KL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS JEMBER


SMF/LAB. ILMU PENYAKIT THT-KL
RSD dr. SOEBANDI JEMBER
2019
PEMERIKSAAN TELINGA
Anatomi
 Pemeriksaan telinga meliputi :
 Aurikulum
 Meatus akustikus eksternus
 Membrana timpani
Aurikulum
 Terdiri dari :
 Heliks dan anti heliks
 Tragus dan anti tragus
 Konka
 Sulkus retro aurikuler
 Lobulus
Aurikulum
MAE
• Di bagi 2 yaitu :
– Pars kartilagenus
• Lanjutan dari aurikulum
• Mempunyai rambut, kel.sebasea, kel.serumenalis
• Kulit melekat erat dengan perikondrium
– Pars osseus
• Bagian dari os temporale
• Tidak berambut
• Terdapat penyempitan yaitu ismus MAE
• Tidak mobil terhadap sekitarnya
Membran Timpani
 Bagian-bagian membrana timpani
 Pars tensa
 Manubrium mallei
 Umbo
 Prosessus brevis
 Refleks cahaya
 Plika anterior dan plika posterior
 Pars flaksida
Membrana Timpani
Bagian :
1. Pars flaksida
2. Prosessus brevis
3. Plika anterior
4. Plika posterior
5. Manubrium mallei
6. Umbo
7. Pars tensa
8. Refleks cahaya
Membran Timpani
Perubahan
• Warna
• Posisi
– Retraksi
– Bombans
• Struktur
– Perforasi
– Ruptur
– Sikatriks
– granulasi
Otoskopi
 Tujuan
Memeriksa MAE dan membrana timpani dengan memakai
cahaya lampu
 Alat :
 Lampu kepala van hasselt
 Otoskop
 Spekulum telinga
Otoskopi
Pelaksanaan :
• Memakai lampu kepala :
– Pasang lampu kepala, sehingga tabung lampu berada diantara kedua mata.
– Letakkan telapak tangan kanan pada jarak 30 cm di depan mata kanan.
– Mata kiri ditutup.
– Proyeksi tabung harus tampak terletak medial dari proyeksi cahaya dan
saling bersingunggan.
– Diameter proyeksi cahaya kurang lebih 2 cm.
 Cara duduk :
 Penderita duduk di depan pemeriksa.
 Lutut kiri pemeriksa berdempetan dengan lutut kiri penderita.
 Kepala dipegang dengan ujung jari.
 Waktu memeriksa telinga yang kontra lateral, hanya posisi kepala
penderita yang diubah. Kaki,lutut penderita dan pemeriksa tetap
pada keadaan semula.
 Cara memegang telinga :
 Kanan :
Aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III,IV dan V pada
planum mastoid.
Aurikulum ditarik ke arah posterosuperior untuk meluruskan MAE.
 Kiri :
Aurikulum dipegang dengan jari I dan II, sedangkan jari III,IV dan V di depan
aurikulum.
Aurikulum ditarik ke arah posterosuperior.
• Cara memegang otoskop :
– Pilih spekulum telinga yang sesuai dengan besar lumen MAE.
– Nyalakan lampu otoskop.
– Masukkan spekulum telinga pada MAE.
Cara Memilin Kapas
 Ambil kapas sedikit, letakkan pada pemilin kapas dengan ujung
pemilin berada di dalam tepi kapas
 Pilin perlahan searah jarum jam
 Untuk melepasnya, ambil sedikit-sedikit kapas, putar berlawanan
dengan arah jarum jam
TES GARPU TALA
Macam-macam Penala
 Penala terdiri dari 1 set (5
buah) dg Frekuensi:
128 Hz, 256 Hz, 512 Hz,
1024 Hz, 2048 Hz.

 Pada Umumnya dipakai 3


macam  512 Hz, 1024
Hz, 2048 Hz

 Jika akan memakai 1


penala  512 Hz
Ada 4 jenis tes garpu tala yang sering dilakukan :

Tes batas atas dan batas


bawah

Tes Rinne

TesWeber

Tes Schwabach
TES BATAS ATAS & BATAS BAWAH
 Tujuan : menentukan frekwensi garpu tala yang dapat di
dengar penderita melewati hantaran udara bila dibunyikan
pada intensitas ambang normal
Cara Pelaksanaan

Semua garpu tala


dibunyikan satu persatu (dr
frekuensi tinggi ke rendah
/ sebaliknya

Didengarkan terlebih
dahulu o/ pemeriksa
sampai bunyi hampir hilang
 intensitas bunyi yang
terendah bagi org normal

Diperdengarkan pada
penderita dgn meletakkan
garpu tala di dekat MAE pd
jarak 1-2 cm dalam posisi
tegak
Interpretasi

• Mendengar • Batas bawah • Batas atas


garpu tala naik turun
pada semua (frekuensi (frekuensi
frekuensi rendah tak tinggi tak
terdengar) terdengar)
TES RINNE
 Tujuan : membandingkan hantaran udara dan hantaran tulang
pada satu telinga penderita.
Interpretasi
 Normal : Rinne positif
 Tuli konduksi : Rinne negatif
 Tuli sensori neural : Rinne positif

 Pseudo positif / negatif  terjadi bila stimulus bunyi


ditangkap oleh telinga yg tidak di tes
Kesalahan :
 Garpu tala tidak diletakkan dengan baik pada mastoid, terkena
rambut, getaran terhenti krn kaki garpu tala tersentuh aurikulum
 Penderita terlambat memberi isyarat
TES WEBER
 Tujuan : membandingkan hantaran tulang antara kedua
telinga penderita.
Interpretasi
 Normal : tidak ada lateralisasi
 Tuli konduksi: mendengar lebih keras di telinga yang
sakit
 Tuli sensori neural: mendengar lebih keras pada telinga
yang sehat.
TES SCHWABACH
 Tujuan : membandingkan hantaran lewat tulang antara
penderita dgn pemeriksa.
• Garpu tala frekwensi 512 Hz dibunyikan kemudian tangkainya
diletakkan tegak lurus pada mastoid pemeriksa

• bila pemeriksa sudah tidak mendengar, secepatnya garpu tala


dipindahkan ke mastoid penderita

• Bila penderita masih mendengar  Schwabach memanjang,


tetapi bila penderita tidak mendengar, terdapat 2
kemungkinan  Schwabach memendek atau normal
Untuk membedakan  tes dibalik, yaitu tes pada penderita
dulu baru ke pemeriksa.

INTERPRETASI
 Normal : Schwabach normal
 Tuli Konduksi : Schwabach memanjang
 Tuli sensori neural : Schwabach memendek
PEMERIKSAAN HIDUNG
Pemeriksaan Hidung
PEMERIKSAAN HIDUNG
 Nasus Eksternus
1. Inspeksi  warna kulit, lesi, tanda inflamasi, deviasi
septum, deformitas, iregularitas, massa
2. Palpasi  nyeri, massa, krepitasi

 Cavum Nasi  dengan spekulum hidung


1. Mukosa cavum nasi  warna, inflamasi, eksudat
2. Septum nasi  deviasi, inflamasi, perforasi
3. Polip atau ulkus
PEMERIKSAAN HIDUNG
Rinoskopi anterior
 Diperlukan spekulum hidung.
 Teknik Pemeriksaan:
1. Spekulum hidung di pegang dengan tangan kiri
2. Spekulum dalam posisi horizontal, tangkai lateral, mulut medial
3. Spekulum dimasukkan ke cavum nasi dalam keadaan tertutup, setelah
berada dalam cavum nasi, spekulum dibuka perlahan
4. Spekulum dikeluarkan dengan cara mulut spekulum ditutup 90% lalu
dikeluarkan. Jangan menutup 100% sebab dapat menyebabkan terjepitnya
bulu hidung dan ikut kecabut keluar sehingga pasien merasa nyeri
 Perhatikan : -vestibulum nasi : krusta, sekret, bisul
- septum nasi : deviasi septum
- concha inferior, medium, superior

4 Rawindra Soekardi 11/3/2019


1
PEMERIKSAAN HIDUNG
Rinoskopi posterior

Untuk melihat bagian belakang hidung dan nasofaring.


Alat yang diperlukan:
 spatula lidah ( tong spatel )
 cermin nasofaring
 lampu spiritus
 Lampu kepala

Teknik Pemeriksaan
1. Tangan kanan memegang kaca nasofaring dan tangan kiri memegang spatel lidah
2. Minta pasien membuka mulut lebar-lebar, lalu spatel lidah ditekan pada 2/3 bagian
dorsum lidah
3. Kaca nasofaring dimasukkan secara perlahan hingga terlihat bayangan hidung bagian
belakang (jangan sampai menyentuh dinding posterior faring)
4. Dengan perlahan-lahan pitar tangkai kaca nasofaring ke kanan dan kiri untuk mengamati
struktur dalam hidung
5. Selama pemeriksaan, lidah dijaga agar tetap berada dalam mulut dan pasien dimina
bernapas melalui hidung

Perhatikan:
Bagian belakang septum, koana, konka superior, media, inferior, torus tubarius, adenoid
PEMERIKSAAN SINUS PARANASALIS

 Inspeksi : bibir atas  adanya maserasi akibat sekresi dari


sinusitis
 Palpasi : sinus frontalis dan sinus maksilaris
 Transilluminasi
 X-foto sinus paranasalis
 PALPASI
Regio Frontalis untuk Sinus Frontalis:
 Menekan lantai sinus frontalis ke arah medio superior menggunakan ibu jari dengan
tenaga optimal dan simetris. Dapat pula menekan dinding muka sinus frontalis ke
arah medial.
Fosa kanina untuk sinus maksilaris:
 Sama seperti sinus frontalis, jangan menekan foramen infraorbita sebab ada n.
infraorbitalis
 Transiluminasi
Alat: lampu listrik 6 volt bertangkai panjang
Cara Pemeriksaan sinus Frontalis:
- Lampu diletakkan pada lantai sinus frontalis
- Lampu ditekankan ke arah media-superior
- Cahaya yang memancar ke depan ditutup dengan tangan kiri
 Sinus normal apabila dinding depan kelihatan terang

Cara Pemeriksaan sinus maksilaris:


Cara 1:
- Mulut dibuka lebar
- Lampu diletakkan pada margo inferior orbita ke arah inferior
- Cahaya yang memancar ke depan di tutup dengan tangan kiri
 Sinus normal bila palatum durum homolateral tampak terang
Cara Pemeriksaan sinus maksilaris:
Cara 2:
- Mulut dibuka lalu dimasukkan lampu ke dalam mulut
- Mulut ditutup rapat
- Cahaya yang memancar dari mulut ke bibir atas ditutup dengan tangan kiri
 Sinus normal bila pada daerah dinding depan di bawah orbita terlihat bayangan
terang berbentuk bulan sabit

Interpretasi:
Pemeriksaan hanya mempunyai nilai bila terdapat perbedaan antara sinus kiri dan kanan
Bila kedua sinus terang maka:
• Pada pria: sinus normal
• Pada wanita : sinus normal/ keduanya berisi cairan (karena tulang tipis)
Bila kedua sinus gelap, maka:
• Pada pria : sinus normal (karena tulang tebal)
TRANSILLUMINATION

5
0
5
1
PEMERIKSAAN TENGGOROK
ALAT YANG DIBUTUHKAN PADA
PEMERIKSAAN MULUT DAN FARING
Pemeriksaan rongga mulut
 Penderita diinstruksikan membuka mulut, proyeksi cahaya lampu diarahkan ke
mulut pasien.

 Inspeksi
 Trismus
 Gerakan bibir dan sudut mulut  nilai N.VII
 Mukosa dan ginggiva  ulkus
 Gigi-geligi
 Lidah  parese N. IX, ulkus, tumor
 Pergerakan palatum molle  edema
 Palatum durum  tumor, ulkus
 Palpasi
 Bila terdapat ulkus pada lidah atau massa
 Perkusi
 Pada gigi akan terasa sakit bila terdapat keradangan
Pemeriksaan tonsil & faring
 Pasien diminta untuk menjulurkan lidah.
 Lakukan penekanan pada lidah di bagian medial secara lembut dengan spatula lidah
agar bagian rongga mulut lebih jelas terlihat
 Nilai keadaan dinding belakang faring, uvula, arkus faring serta gerakannya, tonsil,
mukosa pipi dan gusi. Deskripsikan kelainan yang tampak.
pemeriksaan laring
Pemeriksaan laringoskopi indirek
Hal yang dinilai:
 radiks linguae, epiglotis, dan sekitarnya
 laring dan sekitarnya
 trakea
Pemeriksaan laringoskopi direk
PEMERIKSAAN
KELENJAR LIMFE
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai