Anda di halaman 1dari 49

Anemia

Aplastik

Nama : Yuni Andikasari Bintang, S.Ked

NIM : 130611031

BAGIAN/SMF ILMU PENYAKIT DALAM


Presptor:
RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA ACEH UTARA dr. Maulina Debbyousha, Sp.PD
FAKULTAS KEDOKTERAN
1
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
2019
2

PENDAHULUAN
Demam thyoid adalah penyakit
disebabkan oleh Salmonella
enterica, subspesies enterica
serovar typhi dan serovars paratyphi
A, B, dan C.

Insidensi thyoid secara global


sebesar 11-18 juta kasus dengan
angka kematian 128.000-190.200 per
tahunnya

Pada tahun 2008, angka kesakitan


tifoid di Indonesia dilaporkan
sebesar 81,7 per 100.000 penduduk,
3

STATUS PASIEN
Identita Pasien
 Nama : Tn. I M
 No. RM : 09.xx.xx
 Umur : 48 tahun
 Alamat : Paya Bakong
 Agama : Islam
 Status Perkawinan : Cerai Hidup
 Suku : Aceh
 Pekerjaan : Petani
 Tanggal masuk : 14 Januari 2018
 Tanggal pemeriksaan : 15 Januari 2018
4

ANAMNESIS
 Keluhan Utama :
Demam

 KeluhanTambahan :
Pegal-pegal, nyeri ulu hati, kembung
pada perut, mual, nafsu makan
menurun, pusing, sakit kepala, lemas,
BAB keras, tidak BAB 3 hari.
5

ANAMNESIS
 Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien datang dengan keluhan demam
sejak 7 hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien mengaku demam yang dirasakan
selama ini naik turun, memberat ketika sore
menjelang malam. Pasien mengaku 2 hari
sebelum demam badan terasa pegal-pegal.
Pasien juga mengeluhkan nyeri ulu hati, nyeri
ulu hati terasa perih, kembung pada semua
bagian perut, dan kadang menyesak ke
atas. Pasien menyangkal adanya nyeri dada
maupun jantung berdebar.
6

Pasien juga mengeluhkan mual, namun tidak ada


muntah. Mual yang dirasakan pasien mengakibatkan
pasien malas untuk makan.
Pasien juga merasakan pahit di mulut dan menyangkal
adanya nyeri saat menelan.
Pasien mengeluhkan sakit kepala, pusing, dan lemas
memberat sejak satu hari sebelum masuk rumah sakit.
Pasien mengaku saat ini tidak ada keluhan saat BAK,
namun kadang pernah merasakan nyeri.
Pasien mengaku BAB terakhir tiga hari yang lalu dengan
konsistensi keras dan nyeri saat BAB. Pasien menyangkal
adanya BAB hitam, darah, maupun lendir pada saat
BAB.
Pasien mengaku sudah pernah berobat ke mantri,
namun keluhan masih tetap dirasakan dan demam
berkurang sebentar setelah minum obat dan setelah itu
demam lagi.
Pasien mengaku 1,5 tahun terakhir ini lebih sering makan
makanan yang dibeli diluar.
7

 Riwayat Penyakit Dahulu :


1. Riwayat HT (-)
2. DM (-)
3. Asma (-)
4. Alergi (-)

 Riwayat Penyakit Keluarga :


1. Riwayat HT (-)
2. DM (-)
3. Asma (-)
4. Alergi (-)
8

 Riwayat Pemakaian Obat :-

 Riwayatsosial ekonomi :
Pasien menggunakan kartu BPJS.
9

Pemeriksaan Fisik

Status Generalis Kesadaran Compos Mentis


TD 130/70 mmHg
Nadi 72 x/ menit
Pernapasan 20 x/ menit
Suhu 37,8oC
Warna : Sawo matang
Turgor : Cepat kembali
Kulit Sianosis : (-)
Ikterus : (-)
Oedema : (-)
10

 Kepala : Normocephali,
 Mata : dbn
 THT : dbn
 Mulut : Lidah kotor
 Leher : dbn
 Thorax : dbn
 Abdomen : soepel, nyeri tekan epigastrium (+)
 Genetalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
 Ekstremitas : dbn
Pemeriksaan Penunjang 11

15/01/2018

Hematologi Klinik/ Kimia Darah

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hb 14,3 13-18

Eritrosit 5,02.106 4,5-6,5

Leukosit 10,25.103 4-11

Hematokrit 43,4 42-52

MCV 86,5 76-96

MCH 28,5 27-32

MCHC 33,0 33-37

RDW 11,5 11,5-14,5

Trombosit 271.103 150-450


KGD 12

KGDS 47 110-200

Imunoserologi

Tubex Skala 6 Negatif <= 2

Psitif 4

Positif kuat >= 6

Dengue Fever Test

Dengue IgG Negatif Negatif

Dengue IgM Negatif Negatif

Urine Rutin

Warna Urine Kuning Kuning

Kejernihan Jernih Jernih

Bau Khas Khas

Berat Jenis 1,015 1,010 – 1,030


13

Leukosit Negatif Negatif

Nitrit Negatif Negatif

Protein Negatif Negatif

Glukosa Negatif Negatif

Keton Negatif Negatif

Urobilinogen Negatif Negatif

Bilirubin Negatif Negatif

Blood Negatif Negatif


14

Eritrosit 0-2 0-2

Leukosit 2-5 0-5

Sel epitel 2-5 0-5

Kristal Negatif Negatif

Cast Negatif Negatif

Lain-lain Negatif

16/01/2018

KGD

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

KGDS 152 110-200


15

Resume
 Pasien datang dengan keluhan demam sejak 7 hari
sebelum masuk rumah sakit. Pasien mengaku
demam yang dirasakan selama ini naik turun,
memberat ketika sore menjelang malam. Pasien
juga mengeluhkan pegal-pegal, nyeri ulu hati, perut
kembung, mual, mulut pahit, sakit kepala, pusing,
lemas , BAB terakhir tiga hari yang lalu dengan
konsistensi keras dan nyeri saat BAB.
 Pada pemeriksaan fisik ditemukan kesadaran
compos mentis E4 V5 M6, TD: 120/70 mmHg, HR : 72
x/menit reguler, RR : 20 x/menit, T: 37,9 0C. Nyeri
tekan epigastrium (+), lidah kotor (+).
 Pemeriksaan Laboratorium di dapatkan Tubex skala
6, KGDS 152 mg/dl.
16

• Demam thypoid +
hipoglikemia + konstipasi
Dianosis • Demam dengue +
Banding hipoglikemia + konstipasi
• ISK + hipoglikemia +
konstipasi

• Demam thypoid +
Diagnosis hipoglikemia +
konstipasi
17

Rencana
Pemeriksaan
• Uji Typhidot
•Kultur Darah
18

TERAPI
Farmakoterapi Non Farmakoterapi
IVFD RL 20 gtt/i Tirah baring
IV. Ceftriaxone 1g/12j Diet MB
IV Omeprazol 40mg/12j Minum air gula
Oral
Paracetamol 3 x 500 mg
Domperidon 3 x 10 mg
Supp
Dulcolax supp 1
19

PROGNOSIS
 Quo Ad vitam : Dubia ad bonam
 Quo Ad fungsionam: Dubia ad bonam
 Quo Ad sanationam: Dubia ad bonam
20

Follow Up
Tanggal S O A P

15-1-2018 Demam (+) TD : 130/70 Demam thypoid Tirah baring

H+2 Pegal-pegal (+) mmHg + hioglikemia + Diet MB

Nyeri ulu hati (+) HR : 72 x/i konstipasi Minum air gula

Perut kembung (+) RR : 20 x/i IVFD RL 20 gtt/i

Mual (+) T : 37,8 0C IV. Ceftriaxone 1 g/ 12 j

Nafsu makan (↓) Nyeri tekan IV.Omeprazol 40mg/ 12j

Sakit kepala (+) epigastrium (+) Oral (+) :

Pusing (+) Lidah kotor (+) Paracetamol 3 x 1

Lemas (+) Domperidon 3 x 1

BAK (+) Supp :

BAB (-) Dulcolax supp 1


21

16-1-2018 Demam (-) TD : 120/70 Demam thypoid Tirah baring

H+3 Pegal-pegal (↓) mmHg Diet MB

Nyeri ulu hati (↓) HR : 68 x/i IVFD RL 20 gtt/i

Perut kembung RR : 20 x/i IV. Ceftriaxone 1 g/ 12 j

(↓) T : 36,5 0C IV.Omeprazol 40mg/ 12j

Mual (↓) Nyeri tekan Oral (+) :

Nafsu makan (↓) epigastrium (-) Paracetamol 3 x 1

Sakit kepala (-) Lidah kotor (+) Domperidon 3 x 1

Pusing (-)

Lemas (+)

BAK (+)

BAB (+)
22

17-1-2018 Demam (-) TD : 120/70 Demam thypoid IVFD RL 20 gtt/i

H+4 Pegal-pegal (-) mmHg IV. Ceftriaxone 1 g/ 12 j

Nyeri ulu hati (-) HR : 68 x/i IV.Omeprazol 40mg/ 12j

Perut kembung (-) RR : 20 x/i Oral (+) :

Mual (-) T : 36,10C Paracetamol 3x 1

Nafsu makan (+) Nyeri tekan Domperidon 3x1

Sakit kepala (-) epigastrium (-)

Pusing (-) Lidah kotor (-)

Lemas (↓)

BAK (+)

BAB (+)
23

18-1-2018 Demam (-) TD : 120/70 Demam thypoid PBJ

H+5 Pegal-pegal (-) mmHg Cefixime 2 x 200 mg

Nyeri ulu hati (-) HR : 68 x/i Paracetamol 3 x 500mg

Perut kembung (- RR : 20 x/i Omeprazol 1x 20mg

) T : 36 0C

Mual (-)

Nafsu makan (+)

Sakit kepala (-)

Pusing (-)

Lemas (↓)

BAK (+)

BAB (+)
24

TINJAUAN PUSTAKA

Demam thypoid,
juga dikenal sebagai demam enterik, adalah
penyakit multisistemik yang berpotensi fatal
yang terutama disebabkan oleh Salmonella
enterica, subspesies enterica serovar typhi dan
serovars paratyphi A, B, dan C lebih jarang
menyebabkan kondisi fatal (Brusch, 2017).
25

TINJAUAN PUSTAKA

Insidensi demam thypoid


secara global sebesar 11-18 juta kasus
dengan angka kematian 128.000-
190.200 per tahunnya (WHO, 2017).
Insidensi demam thypoid bervariasi
disetiap tempat (WHO, 2017).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) tahun 2007,
prevalensi demam tifoid di Indonesia
mencapai 1,7%. Terbanyak usia 5-15
tahun180,3/100.000 penduduk.
26

Distribusi Global Demam Thypoid 2000 vs 2010


27

 Etiologi
Merupakan basil gram negatif,
bergerak, tidak berkapsul, tidak
membentuk spora, tetapi memiliki
fimbrae, bersifat anaerob fakultatif.
Ukuran antara (2-4) x 0,6 µm, suhu
optimal untuk tumbuh adalah 37 ºc
dengan PH antara 6 – 8. Reservoir
satu – satu nya adalah manusia
yaitu seorang yang sedang sakit
atau karier (Citra, 2011).
28

 Patogenesis
29
30

Diagnosa
 Gambaran klinis
Setelah 7-14 hari tanpa keluhan atau gejala,
dapat muncul keluhan atau gejala.
Gejala yang biasanya dijumpai adalah demam
sore hari, anoreksia, mialgia, nyeri abdomen,
dan obstipasi.
Dapat disertai dengan lidah kotor, nyeri tekan
perut, dan pembengkakan pada stadium lebih
lanjut dari hati atau limpa atau kedua-duanya.
Konstipasi pada permulaan sering dijumpai pada
orang dewasa.
31

 Pemeriksaan Penunjang

WIDAL TEST

TUBEX

TYPHIDOT

TYPHIDOT M

KULTUR
32

Uji Widal

Pada uji widal terjadi reaksi aglutinasi antara


antigen kuman S. typhi dengan antibodi yang
disebut aglutinin.
Antigen yang digunakan pada uji widal adalah
suspensi salmonella yang sudah dimatikan dan
diolah di laboratorium.
Maksud uji widal adalah untuk menentukan
adanya aglutinin dalam serum penderita
tersangka demam tifoid yaitu :

Aglutinin O (dari tubuh kuman)


Aglutinin H (flagella kuman)
Aglutinin Vi (simpai kuman)
33

Uji Widal

Dari ketiga aglutinin tersebut , hanya aglutinin


O dan H yang digunakan untuk diagnosis
demam tifoid.
Semakin tinggi titernya semakin besar
kemungkinan terinfeksi kuman ini
34

Uji Tubex

Respons terhadap anti-gen O9 berlangsung


cepat sehingga deteksi terhadap anti – O9
dapat dilakukan lebih dini, yaitu pada hari ke 4 –
5 untuk infeksi primer dan hari ke 2 – 3 untuk
infeksi sekunder.

Uji Tubex hanya dapat mendeteksi IgM dan


tidak dapat mendetesi IgG sehingga tidak
dapat digunakan untuk mendeteksi infeksi
lampau.
35

Skor Interpretasi Keterangan

<2 Negatif Tidak menunjukkan


infeksi typoid aktif

3 Borderline Pengukuran tidak


dapat disimpulkan.
Ulangi pengujian,
apabila masih
meragukan lakukan
pengulangan
beberapa hari
kemudian
4–5 Positif Menunjukkan infeksi
typoid aktif

>6 Positif Indikasi kuat infeksi


Typoid
36

Uji Typhidot

Typhidot yang dapat mendeteksi IgM dan IgG.


Terdeteksinya IgM menunjukkan fase akut demam
tifoid, sedangkan terdeteksinya IgG dan IgM
menunjukkan demam tifoid akut pada fase
pertengahan. Antibodi IgG dapat menetap selama 2
tahun setelah infeksi, oleh karena itu, tidak dapat untuk
membedakan antara kasus akut dan kasus dalam
masa penyembuhan
37

Uji Typhidot M

Typhidot M merupakan pemeriksaan yang lebih baru


lagi, hanya digunakan untuk mendeteksi IgM saja.
Typhidot M memiliki sensitivitas dan spesifisitas yang
lebih tinggi dibandingkan Typhidot.
38

Kultur Darah

Kultur darah merupakan gold standard metode


diagnostik dan hasilnya positif pada 60-80% dari pasien,
bila darah yang tersedia cukup (darah yang diperlukan
15 mL untuk pasien dewasa).
39

Terapi  Tirah baring


 Diet
 Antimikroba

Terapi Antibiotik untuk Demam Tifoid Tanpa Komplikasi


40

 Sebuah meta-analisis yang dipublikasikan pada


tahun 2009 menyimpulkan bahwa pada demam
enterik dewasa, fluoroquinolone lebih baik
dibandingkan chloramphenicol untuk
mencegah kekambuhan (Nelwan, 2012).

 Namun, fluoroquinolone tidak diberikan pada


anak-anak karena dapat mengakibatkan
gangguan pertumbuhan dan kerusakan sendi.
41

 Levofloxacindiberikan dengan dosis 500 mg, 1


kali sehari selama 7 hari. Efikasiklinis yang
dijumpai pada studi ini adalah 100% dengan
efek samping yang minimal.

 Azithromycin dan cefixime memiliki angka


kesembuhan klinis lebih dari 90% dengan waktu
penurunan demam 5-7 hari, durasi
pemberiannya lama (14 hari) dan angka
kekambuhan serta fecal carrier terjadi pada
kurang dari 4%.
42

Terapi Antibiotik Demam Tifoid Berat

Walaupun di tabel ini tertera cefotaxime untuk terapi demam tifoid


tetapi sayangnya di Indonesia sampai saat ini tidak terdapat
laporan keberhasilan terapi demam tifoid dengan cefotaxime
(Nelwan, 2012).
43

Pencegahan
 Vaksin yang ada :
1. Vaksin Vi Polysaccharide
2. Vaksin Ty21a
3. Vaksin Vi-conjugate
44

Prognosis
 Dengan terapi antibiotik yang tepat dan tepat,
demam tifoid biasanya merupakan penyakit
demam jangka pendek yang memerlukan 6
hari perawatan di rumah sakit.
 Kemungkinan sekuele jangka panjang dan risiko
kematian sebesar 0,2% jika di terapi.
 Demam tifoid yang tidak diobati dapat
mengancam jiwa dalam beberapa minggu
dan sering melibatkan sistem saraf pusat.
 Angka fatalitas 9% -13%
45

Komplikasi
 Sekitar 10-15% dari pasien akan mengalami
komplikasi, terutama pada yang sudah sakit
selama lebih dari 2 minggu.
 Komplikasi yang sering dijumpai adalah reaktif
hepatitis, perdarahan gastrointestinal, perforasi
usus, ensefalopati tifosa, dan miokarditis.
46

ANALISA KASUS

 Gejala yang biasanya dijumpai adalah demam


sore hari dengan serangkaian keluhan klinis, seperti
anoreksia, nyeri kepala, mialgia, nyeri abdomen,.
Dapat disertai dengan lidah kotor, nyeri tekan
perut. Konstipasi pada permulaan sering dijumpai
pada orang dewasa.

 Hasil pemeriksaan pada pasien ini dijumpai demam


yang tidak terlalu tinggi, demam memberat pada
sore hari. Dijumpai juga malaise, nyeri kepala,
mialgia dan konstipasi
47

 Pemeriksaan Tubex dapat mendeteksi


antibodi IgM. Antigen yang dipakai pada
pemeriksaan ini adalah O9.

 Pada pasien ini ditemuka uji tubex positif 6


yang menandakan Indikasi kuat infeksi
typoid.
48

KESIMPULAN

Demam tifoid
Demam tifoid yg ditegakkan
masih menjadi
masalah
Terapi yang secara dini dan
diberikan pemberian
kesehatan terapi scr tepat
yang penting adalah mencegah
di negara yang istirahat,diet, terjadinya
sedang dan komplikasi,
berkembang di
Asia, termasuk
antimikroba. kekambuhan,
pembawa
Indonesia. kuman (carrier)
49

Anda mungkin juga menyukai