Anda di halaman 1dari 38

SMF THT FK UNIMAL

RSUD CUT MEUTIA


LHOKSEUMAWE 2018

By :
Yuni Andikasari Bintang, S.Ked
130610031

Preceptor :
Dr. dr. Indra Zachreini, Sp.THT-KL(K)
BAB 1
Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan keganasan kepala leher
paling sering di Indonesia. Keterlambatan diagnosis sering terjadi
pada KNF karena gejala tidak spesifik seperti gangguan telinga
unilateral. Karsinoma nasofaring (KNF) merupakan penyakit
genetik multifaktor dengan karakteristik endemik.

Gejala dan tanda karsinoma nasofaring yang


sering berupa benjolan di leher (78%),
obstruksi hidung (35,5%), epistaksis (27,5%)
dan diplopia.

Keganasan nasofaring merupakan keganasan yang paling


sering terjadi di Indonesia keempat setelah kanker
ovarium, payudara dan kulit. Rata-rata insidensi kejadian
KNF di Indonesia sendiri yaitu sebanyak 6,2 dari 100.000
populasi atau sebanyak 12.000 kasus baru setiap tahunnya.
BAB 2
IDENTITAS
 Nama : TN. RS
 Umur : 36 tahun
 Jenis Kelamin : Laki-laki
 Suku : Aceh
 Agama : Islam
 Pekerjaan : Wiraswasta
 Alamat : Lhoksukon
 Tanggal pemeriksaan : 22 Januari 2018
ANAMNESIS

Keluhan Utama :
Suara Serak

Keluhan Tambahan :
Sulit Menelan
ANAMNESIS

Pasien Laki-laki usia 36 tahun datang ke poliklinik


THT RSUD Cut Meutia Aceh Utara dengan keluhan suara
serak dan nyeri menelan sejak ± 2 bulan yang lalu. Keluhan
tersebut disertai dengan adanya benjolan di daerah leher
bagian kanan, benjolan dirasakan pasien sudah 6 bulan
terakhir namun membesar ± 2 bulan belakangan ini.
Benjolan yang dirasakan pasien menimbulkan nyeri bila di
tekan dan tidak tampak kemerahan, luka, namun teraba
hangat pada daerah pembengkakan. Keluhan yang
dirasakan pasien tidak memperberat perkerjaannya sehari-
hari
Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan
umum baik, kesadaran kompos mentis
kooperatif dan pasien tidak dalam keadaan
demam. Pada pemeriksaan lokalis THT
didapatkan leher mengalami pembengkakan
pada sebelah kanan dengan ukuran ± 4x2x1
cm. Pada pemerikasaan concha didapatkan
concha hipertrofi pada hidung kiri dan kanan.
ANAMNESIS

Riwayat penyakit dahulu


● Rhinitis Alergi (+)
● Konka Hipertrofi (+) grade B, kiri dan kanan
Riwayat penyakit keluarga :
Keluarga pasien mengaku tidak ada memiliki keluhan
yang sama dengan pasien
VITAL SIGN

Compos 120/80 82 x/i 23 x/i 36,7’C


Mentis mmHg
STATUS LOKALIS

Dalam batas Dalam batas


normal normal

Dalam batas
normal
STATUS LOKALIS

Konka Hipertrofi
Grade B (kiri dan
kanan)
STATUS LOKALIS

Faring
dbn

Tonsil
T1/T1

dbn
STATUS LOKALIS

Massa
• Lokasi dex middle jugular .
• Unilateral
• Diameter +- 4x2x1 cm
• immobile
• Permukaan rata
• Nyeri tekan ada
• Suhu raba hangat
Laringoscopi Direct

t

Tampak massa dibagian area nasofaring


tepatnya dibagian lateral berdiameter ± 4x2x1
cm.
Mukosa faring yang tampak hiperemis dan bergranul.
USUL PERMERIKSAAN
1. Pem. Radiologik Konvensional
2. Pem. Tomografi Komputer
3. Pem. Darah Tepi, Fungsi Hati dan Ginjal
4. Biopsi Nasofaring
5. Laringoscopi difect
6. Laringoscopi indifect
DIAGNOSIS BANDING
 ● Juvenile Angiofibroma Nasofaring
 ● Angiofibroma Nasofaring
 ● TBC nasofaring
 ● Adenoid Persisten

DIAGNOSIS KERJA
Suspect Karsinoma Nasofaring
TERAPI
Medikamentosa :
 ● Cefixime 100 mg 2x1
 ● Methylprednisolon 500 mg 3x1
 ● Paracetamol 500 mg 3x1
 ● Ranitidin 150 mg 2x1
LAPORAN TINDAKAN
Laringoscopi Direct 22 Januari 2018
 ● Os dilakukan anestesi lokal dengan xylocain sprey rongga mulut
(faring)
 ● Fiber optic dimasukan melalui cavum nasi dextra, tampak fiber optic
menelusuri konka inferior hingga nasofaring.
 ● Tampak massa dibagian area nasofaring tepatnya dibagian lateral
beridamer ± 5 cm.
 ● Fiber optik dimasukan lebih dalam lagi hingga tampak mukosa
faring hiperemis dan bergeranul.
 ● KU. Post tindakan baik.
PROGNOSIS
• Quod ad vinam : Dubia ad Bonam
• Quod ad sanam : Dubia ad Bonam
• Quod ad fungsionam : Dubia ad Bonam
TINJAUAN
PUSTAKA
Definisi KNF
 Karsinoma nasofaring adalah suatu tumor ganas yang tumbuh
didaerah nasofaring dengan predileksi yang paling sering adalah
difossa Rossenmuller. Karsinoma Nasofaring (KNF) adalah tumor
ganas yang berasal dari sel epitel yang melapisi nasofaring, tidak
termasuk tumor kelenjar atau limfoma
EPIDEMIOLOGI

 Insidensi karsinoma nasofaring (KNF) tertinggi di Cina


Selatan, Asia Tenggara, Jepang, Afrika Utara dan Timur
Tengah. Rata-rata angka insidensi dari KNF di Cina Selatan
sekitar 15 sampai 50 dari 100.000 populasi. Di Amerika
Serikat, insidensi KNF rata-rata ditemukan sebanyak 1-2
kasus dari 100.000 populasi berjenis kelamin laki-laki dan
0,4 kasus dari 100.000 populasi berjenis kelamin
perempuan. Selain itu, keganasan merupakan kejadian
yang paling banyak ditemukan di berbagai Negara dan
berbagai suku, terutama di Asia. Rata-rata insidensi di
suku Cantonese di Cina Utara sekitar 25-50 kasus dari
100.000 populasi dan terhitung sebesar 18% dari seluruh
kasus keganasan. dan keganasan ini merupakan penyebab
utama kematian pada suku Cantonese.
 Keganasan nasofaring merupakan
keganasan yang paling sering terjadi di
Indonesia keempat setelah kanker
ovarium, payudara dan kulit. Rata-rata
insidensi kejadian KNF di Indonesia
sendiri yaitu sebanyak 6,2 dari 100.000
populasi atau sebanyak 12.000 kasus
baru setiap tahunnya.

Hasil penelitian yang dilakukan di Yogyakarta


menyatakan bahwa insiden penderita KNF 3,9
orang per 100.000 penduduk. Di Bagian THT FK-
UI RSCM selama periode 1988-1992 didapati 511
penderita baru KNF. Di RSUP H. Adam Malik
Medan pada tahun 1998-2000 ditemukan 130
penderita KNF dari 1370 pasien baru onkologi
kepala dan leher. Sementara pada periode 1 Juli
2005 –30 Juni 2006 ditemukan 79 orang
penderita baru karsinoma nasofaring.
FAKTOR RESIKO
 Virus Epstein Barr (EBV) EBV
 Ikan asin
 Buah dan Sayuran Segar
 Tembakau
 Variasi genetik
 Asap lain
Patogenesis

Infeksi laten EBV sangat penting dalam perkembangan menuju


displasia yang berat pada KNF. Seperti yang ditemukan pada
keganasan umumnya, terdapat beberapa tahap gambaran
histologi yang mencerminkan perubahan genetik pada KNF.
Displasia merupakan lesi awal yang dapat terdeteksi yang
diperkirakan dipengaruhi oleh beberapa karsinogen lingkungan.
Hal ini berkaitan dengan kehilangan alel pada lengan pendek
kromosom 3 dan 9 yang menyebabkan inaktivasi beberapa tumor
suppressor genes terutama p14, p15 dan p16. Karsinogen yang
berkaitan belum ditemukan namun terdapat hubungan antara
konsumsi ikan asin pada masyarakat Cina dan makanan asin lain
dengan perkembangan KNF.
TANDA & GEJALA
Dari 3 atau 4 penderita datang dengan permasalahan
adanya benjolan atau massa di bagian leher saat pertama
kali mereka datang ke dokter. Biasanya benjolan terdapat
di kedua sisi leher di bagian belakang, benjolan bersifat
keras dan nyeri. Pada kasus ini, juga dapat ditemukan
adanya pembesaran dari kelenjar getah bening.
Gejala lain yang dapat menyertai karsinoma nasofaring
adalah:
 1. Gangguan pendengaran, telinga berdenging, atau telinga
terasa penuh.
 2. Infeksi telinga
 3. Keluar darah melalui hidung
 4. Sakit kepala
 5. Nyeri di bagian wajah
 6. Susah untuk membuka mulut
 7. Pandangan kabur atau pandangan ganda
 8. Hidung tersumbat
PENATALAKSANAAN
 Pemilihan terapi pada kanker tidaklah banyak faktor
yang perlu diperhatikan, antara lain jenis kanker,
kemosensitifitas, dan radiosensitifitas kanker,
imunitas tubuh dan kemampuan pasien untuk
menerima terapi yang diberikan, efek samping terapi
yang diberikan. Penatalaksanaan utama karsinoma
nasofaring adalah dengan metode radiasi. Karena
keterbatasan letak anatomi dan banyaknya kelenjar
limfe maka terapi operatif jarang dilakukan.
1. Radioterapi
2. Kemoterapi
3. Operatif
4. Imunoterapi
5. Terapi Anti
Vascular Endotelial
Growth Therapy
(VEGF)
6. Perawatan paliatif
BAB 4
MANIFESTASI KLINIS
 Karsinoma nasofaring adalah suatu tumor ganas yang
tumbuh didaerah nasofaring dengan predileksi yang
paling sering adalah difossa Rossenmuller. Karsinoma
Nasofaring (KNF) adalah tumor ganas yang berasal
dari sel epitel yang melapisi nasofaring, tidak
termasuk tumor kelenjar atau limfoma.
 Keganasan nasofaring merupakan keganasan
yang paling sering terjadi di Indonesia keempat
setelah kanker ovarium, payudara dan kulit. Rata-rata
insidensi kejadian KNF di Indonesia sendiri yaitu
sebanyak 6,2 dari 100.000 populasi atau sebanyak
12.000 kasus baru setiap tahunnya.
 Hasil penelitian yang dilakukan di Yogyakarta menyatakan
bahwa insiden penderita KNF 3,9 orang per 100.000 penduduk.
Di Bagian THT FK-UI RSCM selama periode 1988-1992 didapati
511 penderita baru KNF. Di RSUP H. Adam Malik Medan pada
tahun 1998-2000 ditemukan 130 penderita KNF dari 1370 pasien
baru onkologi kepala dan leher. Sementara pada periode 1 Juli
2005 –30 Juni 2006 ditemukan 79 orang penderita baru
karsinoma nasofaring.
 Pasien Laki-laki usia 36 tahun datang ke poliklinik THT
RSUD Cut Meutia Aceh Utara dengan keluhan suara serak
dan nyeri menelan ± 1 bulan yang lalu. Keluhan tersebut
disertai dengan adanya benjolan di daerah leher kiri dan
kanan, benjolan dirasakan pasien sudah 6 bulan terakhir
namun membesar ± 1 bulan belakangan ini dan disertai
demam. Benjolan yang dirasakan pasien menimbulkan nyeri
bila di tekan dan tidak tampak kemerahan, luka, namun
teraba hangat pada daerah pembengkakan. Keluhan yang
dirasakan pasien tidak memperberat perkerjaannya sehari-
 Pada pemeriksaan fisik ditemukan keadaan umum baik,
kesadaran kompos mentis kooperatif dan pasien dalam
keadaan demam. Pada pemeriksaan lokalis THT didapatkan
leher mengalami pembengkakan dengan ukuran 2x1x1
cm. Pada pemerikasaan concha didapatkan concha
hipertrofi.
 Berdasarkan anamnese, pemerikasaan fisik dan
pemerikasaan penunjang, ditegakkan diagnosis susfec
karsinoma nasofaring dengan diagnosis banding Juvenile
Angiofibroma Nasofaring, Angiofibroma Nasofaring,
TBC nasofaring dan Adenoid Persisten.
 Medikamentosa yang telah diberikan adalah :
 ● Cefixime 100 mg 2x1
 ● Methylprednisolon 500 mg 3x1
 ● Paracetamol 500 mg 3x1
 ● Ranitidin 150 mg 2x1
BAB 5
Telah dilaporkan sebuah laporan kasus susfec karsinoma
nasofaring pada pasien laki-laki berusia 36 tahun. Pasien
mengeluhkan suara serak dan nyeri menelan ± 2 bulan yang
lalu. Didukung dengan hasil pemeriksaan lanjutan ditegakkan
susfec karsinoma nasofaring. Terapi yang telah diberikan
adalah terapi medikamentosa

Anda mungkin juga menyukai