Anda di halaman 1dari 18

EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR

“FILARIASIS”

DISUSUN OLEH :
SEPTI WIDYASTUTI
6411418159
KELAS 3D
DEFINISI
- Filariasis (Penyakit Kaki Gajah) adalah suatu infeksi
sistemik yang disebabkan oleh cacing filaria (microfilaria)
yang cacing dewasanya hidup dalam saluran limfe
(saluran getah bening) dan kelenjar limfe manusia dan
ditularkan oleh serangga (nyamuk) secara biologik. Penyakit
ini bersifat menahun (kronis) dan bila tidak mendapatkan
pengobatan akan menimbulkan cacat menetap berupa
pembesaran kaki, lengan, dan alat kelamin baik
perempuan maupun laki-laki yang menimbulkan dampak
psikologis bagi penderita dan keluarganya. Filariasis
disebabkan oleh tiga spesies cacing filaria, yaitu Wuchereria
bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.
- Penyakit kaki gajah dapat ditularkan oleh semua jenis nyamuk,
baik genus Anopheles, Culex, Aedes, dan Armigeres.
ETIOLOGI
- Penyakit Kaki Gajah disebabkan oleh 3 spesies cacing filaria yaitu
Wucheria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori.
- Cacing filaria merupakan nematoda yang hidup di dalam jaringan
subkutan dan sistem limfatik.
- Parasit filaria ditularkan melalui spesies nyamuk khusus atau
artropoda lainnya, memiliki stadium larva serta siklus hidup
yang kompleks. Anak dari cacing dewasa berupa mikrofilaria
bersarung, terdapat di dalam darah dan paling sering ditemukan
di aliran darah tepi. Mikrofilaria ini muncul di peredaran darah
enam bulan sampai satu tahun kemudian dan dapat bertahan
hidup hingga 5 – 10 tahun.
- Pada Wuchereria bancrofti, mikrofilaria berukuran 250 – 300 x 7 – 8
mikron. Sedangkan pada Brugia malayi dan Brugia timori,
mikrofilaria berukuran 177 – 230 mikron.
EPIDEMIOLOGI
Di Indonesia saat ini dilaporkan terdapat lebih dari 14.932
penderita kasus kronis yang tersebar di 418 kabupaten/kota di
34 provinsi.
Penyakit filariasis terutama ditemukan di daerah khatulistiwa
dan merupakan masalah di daerah dataran rendah. Tetapi
kadang-kadang juga ditemukan di daerah bukit yang tidak terlalu
tinggi. Di Indonesia filariasis tersebar luas; daerah endemi
terdapat di banyak pulau di seluruh Nusantara, seperti di
Sumatera dan sekitarnya, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, NTT,
Maluku, dan Irian Jaya.
EPIDEMIOLOGI FILARIASIS DI INDONESIA

SUMBER : HASIL RISKESDAS (RISET KESEHATAN DASAR) 2018


CARA PENULARAN
PATOGENESIS
- Penyakit kaki gajah ditularkan saat seekor nyamuk
menghisap darah seseorang yang mengandung anak cacing
Filaria yang disebut mikrofilaria, menjadi parasit di dalam
tubuh nyamuk selama lebih kurang dua minggu dan
berubah menjadi larva L3.
- Saat nyamuk tersebut menggigit dan menghisap darah
orang lain, larva L3 tersebut masuk ke dalam tubuh orang
tersebut, tumbuh dan berkembang selama berbulan-bulan
menjadi cacing Filaria dewasa di dalam pembuluh dan
kelenjar getah bening (kelanja limfa) manusia.
- Berbulan-bulan kemudian, cacing filaria dewasa mampu
menghasilkan cacing-cacing kecil mikrofilaria yang beredar
aktif di peredaran darah tepi pada waktu malam hari,
namun saat siang hari mikrofilaria berada di kapiler darah
organ dalam.
PATOGENESIS
PATOLOGI
- Perubahan patologi yang utama terjadi akibat kerusakan
inflamatorik pada sistem limfatik yang disebabkan oleh
cacing dewasa, bukan mikrofilaria.
- Cacing dewasa ini hidup dalam saluran limfatik aferen
atau sinus – sinus limfe sehingga menyebabkan dilatasi limfe.
- Dilatasi ini mengakibatkan penebalan pembuluh darah di
sekitarnya.
- Akibat kerusakan pembuluh darah, terjadi infiltrasi sel
plasma, eosinofil, dan makrofag di dalam dan sekitar
pembuluh darah yang terinfeksi dan bersama dengan
proliferasi endotel serta jaringan ikat, menyebabkan saluran
limfatik berkelok – kelok serta katup limfatik menjadi
rusak. Limfedema dan perubahan statis yang kronik terjadi
pada kulit diatasnya.
GEJALA & TANDA FILARIASIS
1) Fase klinis akut
- Ditandai dengan gejala demam berulang selama 3-5 hari, hilang bila
cukup istirahat namun dapat timbul kembali setelah bekerja berat.
- Timbul benjolan & terasa nyeri pada lipat paha atau ketiak tanpa
ada luka.
2) Fase kronis , dibagi menjadi beberapa stadium :
a) Stadium I : ditandai bengkak pada anggota tubuh hilang saat
bangun pagi, tidak ada lipatan kulit (masih halus), dan kulit yang
bengkak tetap cekung setelah ditekan selama beberapa detik
(pitting edema);
b) Stadium II : gejala bengkak pada anggota tubuh tidak hilang saat
bangun pagi, tidak ada lipatan kulit (masih halus) dan pitting
edema;
GEJALA & TANDA
c) Stadium III : ditandai bengkak menetap, lipatan kulit dangkal, kulit
masih halus dan normal, non pitting edema;

d) Stadium IV : ditandai bengkak menetap, lipatan kulit dangkal, dan


ada benjolan (nodul) di kulit;

e) Stadium V : ditandai bengkak menetap dan membesar, lipatan kulit


dalam dan ada nodul di kulit;

f) Stadium VI : ditandai bengkak menetap dan membesar, lipatan kulit


dangkal dan dalam, mossy foot gambaran seperti berlumut;
g) Stadium VII : ditandai bengkak menetap dan membesar, lipatan kulit
dalam, nodul-nodul, mossy foot, dan penderita tidak dapat melakukan
kegiatan sehari-hari.
DIAGNOSIS
1. Diagnosis Parasitologi

a. Deteksi parasit : menemukan mikrofilaria di dalam


darah, cairan hidrokel atau cairan kiluria pada pemeriksaan
sediaan darah tebal, teknik konsentrasi Knott, membran
filtrasi dan tes provokatif DEC.
b. Diferensiasi spesies dan stadium filaria : menggunakan
pelacak DNA yang spesies spesifik dan antibodi
monoklonal.
DIAGNOSIS
2. Radiodiagnosis

a. Pemeriksaan dengan ultrasonografi ( USG ) pada skrotum


dan kelenjar getah bening ingunial.
b. Pemeriksaan limfosintigrafi dengan menggunakan dekstran
atau albumin yang ditandai dengan adanya zat radioaktif.

3. Diagnosis imunologi
Dengan teknik ELISA dan immunochromatographic test
( ICT ), menggunakan antibodi monoklonal yang spesifik.
PENGOBATAN
1. Perawatan Umum
• Beristirahat (terutama di lingkungan yang bersuhu rendah
karena dapat mengurangi derajat serangan akut),
mengonsumsi obat antibiotik untuk menangani infeksi
sekunder dan abses, serta mengikat area tubuh yang
membengkak untuk mengurangi pembengkakannya.
PENGOBATAN
2. Medikamentosa
• Jika pemeriksaan laboratorium menunjukkan hasil positif, maka
pasien akan menerima pengobatan berupa
terapi Dietilcarbamazine (DEC) -ditujukan untuk membunuh
mikrofilaria dalam darah- selama 12 hari. Pengobatan biasanya
diulang 1-6 bulan, atau selama 2 hari per bulan. Namun, perlu
diiingat bahwa matinya cacing tidak serta-merta membuat
pembengkakan mereda. Pembengkakan tetap bisa terjadi karena
tubuh cacing yang mati akan terkumpul di jaringan pembuluh limfe.
Kondisi inilah yang menyebabkan cacat permanen pada pasien.

3. Pembedahan
• Langkah akhir ini ditujukan untuk membebaskan saluran kelenjar
getah bening yang tersumbat.
PENCEGAHAN
1. Minum Obat Pencegahan Penyakit Kaki Gajah sekali
setahun, minimal 5 tahun.
2. Menghindari gigitan nyamuk dengan cara :
- Menggunakan kelambu saat tidur.
- Menggunakan obat nyamuk semprot/bakar.
- Memakai obat oles anti nyamuk.
- Menutup ventilasi rumah dengan kawat kassa.
3. Memberantas nyamuk dengan cara :
- Menjaga kebersihan lingkungan.
- menghilangkan/membersihkan tempat perindukan
nyamuk.
- Menimbun, mengeringkan atau mengalirkan air yang
tergenang.
REFERENSI
- http://www.depkes.go.id/article/view/18092700005/penyakit
-kaki-gajah-masih-ada-di-indonesia-kenali-agar-bisa-
mencegahnya.html
- http://www.depkes.go.id/download.php?file=download/pusd
atin/infodatin/infodatin-filariasis.pdf
- https://www.go-dok.com/filariasis-penyebab-gejala-dan-
penanganan/
- https://studylibid.com/doc/469642/filariasis-filariasis---
manajemen-modern-dan-kesehatan-ma...

Anda mungkin juga menyukai