MUHAMMAD RISAL TAJUDDIN 21806187 ◦ Tn. A adalah seorang pria berusia 67 tahun dengan banyak masalah fisik. Ia memiliki penyakit paru obstruktif kronis akibat riwayat merokok 80 bungkus/tahun. Ia baru saja terkena stroke dan infark miokard akibat mengalami arteriosklerosis. Setelah dipulangkan dari RS, ia ditransfer ke fasilitas keperawatan terlatih, tempat ia dikunjungi perwat wilayah dari gereja loklnya. Walaupun mengalami stroke, Tn.A sangat sadar akan beratnya masalah kesehatannya. Dokter telah berkata kepada Tn.A bahwa kesempatannya untuk pulng kecil dan prognosis jangka panjngnya sangat buruk. Selain itu, keluarganya telah memberitahunya bahwa ia tidak boleh merokok lagi dan tidak akan membawakannya rokok lagi. Pada kunjungan terakhirnya, perawat wilayah sedang bersiap siap untuk pergi sambil bertanya kepada Tn.A apakah ada hal lain yang dapat membantunya. Ia menjawab "yang saya inginkan hanya sebatang rokok. Saya tahu saya tidak akan pernah keluar dari tempat ini. Saya telah berdiami dengn Tuhan dan saya siap untuk pergi. Yang saya inginkan hanya sebatang rokok. Dapatkan anda membawakannya ?". Apa yang harus dilakukan oleh Hak hak pasien mejadi pasien merupakan posisi rentan yang memerlukan tingkat kepercayaan an kewaspadaan dari penyedia layanan kesehatan, sehingga kata pasien di gunakan di buku ini.kadang –kadang pasien tidak sadar , terbius, atau dalam pengaruh obat, sehingga memerlukan perawat atau penyedia layanan kesehatan lainnya yang membuat keputusan bersama keluarga sesuai keinginan terbaik pasien. Keperawatan secara tradisional mempercayai makna dan martabat semua orang yang memerlukan asuhan keperawatan. Prinsip etis tentang di akuinya penentuan oleh diri sendiri atau otonomi memandu intervensi keperawatan dan merupakan dasar bagi pembuatan keputusan terinformasi. Advance directive (arahan muka)merupakan contoh lain dari pilihan yang di buat oleh pasien mengenai asuhan kesehatannya. Sebagai respons dari gerakan ini, american hospital association menerbitkan” A patient,s Bill of Rights” pada tahun 1973 (di revisi tahun 1992). Tujuannya tetap untuk memajukkan hak hak pasien. Hak untuk asuhan yang penuh perhatian dan rasa hormat. Hak akan privasi, termasuk kerahasiaan semua catatan asuhannya. Hak untuk membuat keputusan mengenai asuhannya, termasuk hak ntuk menolak perawatan atau penanganan. Hak untuk melihat catatan medis dan mendapatkan penjelasan yang mengenainya. Hak untuk menolak berpartisipasi dalam studi penelitian Hak untuk membuat pernyataan mengenai asuhannya, termasuk wasiat kematian dan arahan asuhan di muka. Hak untuk di informasikan mengenai sumber di rumah sakit untuk menyelesaikan perselisihan atau keluhan. Perawat, sebagai profesional asuhan kesehatan, perlu mendefinisikan lingkup pengetahuan dan praktik mereka. American Nurses A ssociation ( ANA ) menulis scope and standards of clinical nursing dan code of ethichs for nurses untuk menefenisikan pekerjaan perawat. panduan penting ini tdak hanya mendefinisikan lingkup praktik keperawatan, dan kinerja layanan keperawatan,tetapi juga standaryang membuat perawat dapat di percaya oleh masyarakat dan sistem peradilan. Undang undang legal menyediakan perlindungan bagi masyarakat dan mengatur standart asuhan keperawatan profesional. Standar legal berupa standar kelayakan asuhan (reasonable standard of care) di dasarkan pada hukum kerugian.standar ini di defenisikan sebagai asuhan yang akan di berikan oleh seorang perawat yang cukup bijaksana pada situasi serupa. Kerahasiaan pasien merupakan isu penting dari sudut pandang profesional, legal dan konstitusional. Kerahasiaan berakar dari tradisi etis mengenai hak untuk mendapatkan privasi. Membocorkan komunikasi rahasia pasien merupakan pelanggaran kepercayaan dan melanggar standar yang telah di tetapkan oleh institusi dan pemerintah Di dalam lingkup isu legal yang berkaitan dengan praktik keperawatan, terdapat issu malpraktik. Walupun mungkin sulit di pahami mengapa buku mengenai berbicara dengan pasien membahas isu ini, komunikasi dengan baik mungkin merupakan salah satu cara terbaik untuk mencegah klaim malpraktik Nilai –nilai merupakan kepercayaan seseorang mengenai kebenaran, keindahan dan makna dari tiap pemikiran benda atau perilaku. Nilai- nilai memberikan arahan dan arti bagi hidup dan memandu proses pengambilan keputusan. Nilai nilai juga menentukan perilaku dengan memandu respons terhadap pengalaman dan pilihan di dalam hidup. Untuk menegakkan sebuah profesi harus di susun suatu kode etik profesi keperawatan melalui ANA, mengembangkan ode of ethics for nurses with interprentive statements untuk menggambarkan harapan pada praktik keperawatan etis dan mengakui anggung jawab yang di percayakan kepada profesi keperawatan oleh masyarakat. Code of ethics for nurses merupakan dokumen publik yang diterbitkan mengenai praktik keperawatan yang akan mengarahkan dan memandu semua asuhan keperawatan. Kode ini juga merupakan harapan publik terhadap pelayanan yang diberikan olehperawat profesional Pemikiran etik memandu dalam pengambilan keputusan dalam hubungan perawat-pasien. Seringkali terdapat berbagai cara untuk melihat dilema etis dan seringkali tidak adasatupun keputusan yang benar. Tiga model pengambilan keputusan dapat digunakan untuk melihatsuatu situasi: 1. Model utilitarian atau berbasis tujuan: “kebenaran” suatu tindakan didasarkan pada konsekuensi dan kontribusinya terhadap kebaikan suatu tindakan secara keseluruhan. 2. Model deontologikal atau berbais tugas: “kebenaran” suatu tindakan didasarkan pada faktor lain selain kebaikan, termasuk rasa hormat terhadap orang tersebut, hah-hak individu, dan hal yang paling diinginkan oleh pasian. 3. Model berbasis hak asasi manusia: “kebenaran” suatu tindakan didasarkan pada hak-hak pasien. Spiritualitas dari bahasa Latin “spiritus” atau “bernapas” merupakan aspek penting dari setiap aspek. Spiritualitas berhubungan dengan pencarianmakna dalam hidup dan mempengaruhi nilai-nilai dan keputusan . Dimensi spiritualitas merupakan bagian yang tak terpisahkan dari setiap orang, sehingga akan mempengaruhi respon terhadap kesehatan dan penyakit. Espek kemanusiaanbini sering kali diabaikan dalan keperawatan karena adanya kebutuhan pasien yang lebih mendesak atau karena ketidaknyamanan perawat terhadap hal ini. Suatu alat yang cepat, spiritual assessment tool atau FICA (Pulchaski & Romer, 2000), dapat digunakan untuk memulai diskusidengan pasien menggunakan empat pertanyaan terbuka. Faith and belief (iman dan kepercayaan): “anda dibesarkan dengan kepercayaan apa?” importance (kepentingan): “apa peranan agama anda didalam hidup anda?” community (komunitas): “dimana anda mempraktikkan agama anda?” address (keinginan): “bagaimana kami dapat memenuhi kebutuhan spiritual anda di sini?” Perawat wilayah berpikir mengenai bagaimana merespon Tn.A. Ia mempertimbangkn kepercayaannya mengenai merokok dan kesehatan, hubungan jangk panjangnya dengan Tn.A dan juga prognosisnya. Kondisi kesehatan Tn.A sangat buruk, dan kehidupan selanjutnya dibatasi oleh PPOK, gagal ginjal, dan stroke serta serangan jantung yang baru terjadi. Mendapat rokok akan membawa kegembiraan baginya dan mungkin tidak mengubah prognosisnya. Berfokus pada asuhan penuh kasih dan rasa hormat untuk pasien ini sebagai manusia ,perawat wilayh tersebut memutuskan untuk membawakan Tn.A sebatang rokok. Ia sangat berterim kasih dan meminta perawat ini untuk mendorong kursi rodanya keluar sehingga ia dapa merokok. Diudara musim semi mereka berbicara mengenai hidupnya dan hal-hal yang telah membuatnya bahagia selama tahun-tahun yang telah berlalu:anak lelkinya, kebunnya, dan teman-temannya disebuah perkumpulan persaudaraan. Saat perawat wilayah meninggalkan rumah keperawatan sore olitu, dia merasa telah membuat keputusan yang benar dengan membawakan rokok untuk Tn.A. TN.A meninggl 4 minggu kemudian akiba infeksi saluran kemih dan gagal ginjal. TERIMA KASIH