Anda di halaman 1dari 22

TRAUMA

VASKULAR
DEFINISI

 Trauma vaskular merupakan cedera yang diakibatkan


luka tusuk maupun cedera yang diakibatkan oleh
benda tumpul, serta cedera akibat terjebit dan cedera
akibat radiasi yang menyerang pembuluh darah.
 Trauma vaskular dapat melibatkan pembuluh darah
arteri dan vena.
 Perdarahan yang tidak terdeteksi atau tidak terkontrol
dengan cepat akan mengarah kepada kematian
pasien, atau bila terjadi iskemia akan berakibat
ETIOLOGI
 Trauma tajam :
Luka bacok, luka tusuk, luka tembak.

 Trauma tumpul :
Benturan langsung, pada fraktur pembuluh darah
dapat terjepit atau
tertarik melampaui daya elastisitasnya.

 Komplikasi dari prosedur invasif :


Arteriografi dan kateterisasi jantung.
 Trauma vaskular sering terdapat bersamaan dengan trauma
organ lain seperti fraktur atau dislokasi pada ekstremitas.

 Bentuk trauma vaskular biasanya tangensial atau transeksi


komplit.

 Perdarahan akan menjadi lebih berat pada lesi arteri yang


inkomplit, sedangkan pada pembuluh yang putus seluruhnya
 terjadi retraksi dan konstriksi pembuluh darah 
mengurangi atau menahan perdarahan.

 Trauma arteri dan vena yang bersamaan dapat


EPIDEMIOLOGI
 Trauma vaskular perifer mencakup 80% dari total kasus trauma
vaskular dan terjadi pada ekstremitas bawah.
 Risiko kematian yang disebabkan trauma akibat kecelakaan
adalah populasi pria : wanita  7 : 1.
 Rata-rata berumur 25-44 tahun, karena mereka sering
melakukan aktivitas yang juga berisiko tinggi.
 Penyebab kematian karena kecelakaan di antaranya adalah
kecelakaan kendaraan bermotor, terjatuh, terbakar, tertembak,
dan terkena benda tajam.
 Penyebab trauma vaskular : luka tembak kecepatan tinggi (70-
80%), luka tusuk (10-15%), dan luka tumpul (5-10%).
DIAGNOSIS
10
PEMERIKSAAN PENUNJANG
 Pulse oxymetry, doppler ultrasound atau duplex ultrasound untuk menentukan lesi vaskular,
tapi belum memberikan hasil yang memuaskan.

 Arteriografi dilakukan bila terdapat keraguan diagnosis pada reeksplorasi atau pasca
operasi. Arteriografi juga dianjurkan pada trauma luas untuk mengetahui lesi vaskular yang
multiple dan kondisi kolateral yang ada.

 Angiografi berguna untuk mengevaluasi luasnya trauma, sirkulasi distal, dan perencanaan
operasi. Akurasi angiografi cukup tinggi, yakni 92-98%. Alat ini terutama berguna untuk
mendiagnosis trauma arteri minimal yang dapat luput dari pengamatan karena minimalnya
gejala klinis yang ditampilkan. Indikasi untuk melakukan angiografi di antaranya trauma
tumpul yang signifikan pada ekstremitas yang berhubungan dengan dislokasi dan fraktur,
tanda-tanda iskemia atau ABI < 1, atau trauma penetrasi multipel pada ekstremitas, dan
adanya tanda defisit neurologis.
 USG Doppler dapat merekam pantulan gelombang suara
yang ditimbulkan oleh sel darah merah sehingga dapat
menilai aliran darah, dapat menilai hasil sesudah
anastomosis arteri.

 USG color-flow duplex (CFD) telah disarankan sebagai


pengganti ataupun tambahan pemeriksaan arteriografi.
Keuntungannya adalah sifatnya yang noninvasif, tidak
menimbulkan nyeri dan alat ini portabel.
TATALAKSANA
Golden period pada lesi vaskular adalah 6-12 jam.
Tujuan akhir dari rekonstruksi pada trauma vaskular adalah untuk
menurunkan angka amputasi.
Untuk mencegah hal ini yang dapat kita lakukan adalah:
a. Secepat mungkin mengenal dan memberikan perawatan
b. Arterigrafi preoperatif dan intraoperatif dipertimbangkan sebaik
mungkin
c. Mengerjakan trombektomi ke bagian proksimal dan distal
d. Pemakaian heparin yang sepantasnya
e. Mengutamakan vena autogen sebagai graft.
(Penanganan darurat)
‐ Penekanan langsung terhadap sumber perdarahan.
‐ Elevasi, mengangkat bagian yang mengalami trauma lebih
tinggi dari pada posisi jantung. Hal ini dapat membantu
mengurangi atau menghentikan perdarahan vena.
‐ Pemasangan tourniquet apabila ekstremitas bagian distal tidak
bisa diselamatkan (Pemasangan turniket tidak boleh
dilakukan karena dapat merusak sistem kolateral yang ikut
terbendung).

(Penanganan definitif)
Reparasi cedera pembuluh darah dapat dilakukan dengan:
1. Lateral suture patch angioplasty,
2. End-to-end anastomosis,
3. Interposition graft, dan
4. Bypass graft.
Extra-anatomic bypass graft berguna pada pasien dengan cedera
KOMPLIKASI

A. Segera pasca operasi :


Trombosis, infeksi, dan stenosis
B. Lama setelah trauma berlalu tanpa tindakan
yang adekuat :
Fistula arteri-vena dan aneurisma palsu
STATUS PASIEN
Nama : DS
‐ Keluhan Utama : Nyeri di tungkai kiri
No. RM : 78.73.52 ‐ Telaah : Hal ini dialami
oleh pasien sejak 8 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit.
Jenis Kelamin : Laki-laki Pasien sebelumnnya sedang memotong rumput dengan
menggunakan mesin pemotong rumput lalu dengan tidak
Tanggal Lahir : 01 November 1996
sengaja tungkai kiri bawah pasien terkena mesin pemotong
Usia : 22 tahun rumput tersebut yang menyebabkan luka pada paha kiri os.
Luka membuat os kesulitan untuk menggerakan tungkai kiri
Alamat : Jl. Gunung Jaya Wijaya LK X nya. Keluhan pada tungkai kanan tidak dijumpai. Keluhan
lainnya adalah pucat dan lemas yang telah dialami pasien
Binjai Estate, Binjai dalam 1 hari ini. Selanjutnya pasien dibawa ke RS luar oleh
keluarga dan dilakukan penjahitan situasional sebelum dirujuk
Agama : Islam ke RS HAM. BAK dan BAB dalam batas normal.

Tanggal Masuk : 13 Agustus 2019


‐ RPT :-
‐ RPO :-
‐ Riwayat keluarga :-

16
PEMERIKSAAN FISIK
Sensorium : Compos mentis
Tekanan Darah : 130/90 mmHg
HR : 101 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Temperatur : 36,6C
VAS : 4
BB : 75 kg
Kepala
- Wajah : Dalam batas normal
- Mata : Pupil isokor, refleks cahaya +/+, konj. palp anemis (+)
- Telinga, hidung & mulut : Dalam batas normal
Thoraks
- Inspeksi : Simetris fusiformis, sela iga tampak jelas, retraksi suprasternal dan epigastrial tidak dijumpai
HR: 101 x/i; reguler, desah tidak dijumpai
- Jantung : RR: 20 x /i; SP: vesikuler; ST: tidak dijumpai
- Paru :
Abdomen
- Inspeksi : Simetris fusiformis
- Palpasi : Soepel, hepar dan lien dalam batas normal.
17
- Perkusi : Timpani
- Auskultasi : Peristaltik (+) normal
Ekstremitas
Ekstremitas Superior Dextra dan Sinistra
- Inspeksi : Akral hangat, CRT < 2”, jejas (-)

- Palpasi : Nyeri tekan (-) krepitasi (-)


Ekstremitas Inferior Sinistra
- Look : Tampak luka robek terbuka di regio cruris sinistra, perdarahan aktif dijumpai. Akral tampak pucat.

- Feel : Akral dingin dan kering, a. dorsalis pedis (+) teraba lemah, a. tibialis posterior (+) teraba kuat.
Saturasi Pedis Dextra
- Phalang I : 88%
- Phalang II : 89%
- Phalang III : 90%
- Phalang IV: 90%
- Phalang V :91%
Nyeri tekan (+), Krepitasi (+), CRT>2 detik

- Move : Penurunan ROM aktif dan pasif dijumpai


Ekstremitas Inferior Dextra
Inspeksi : Tidak tampak luka di region dorsum pedis sinistra

Palpasi : Akral hangat, pulsasi a. dorsalis


18 pedis (+), pulsasi a. tibialis posterior (+)
Lab (14/07/2019)

Laboratorium Hasil Rujukan

Hemoglobin 7,2 g/dl 13 – 18 g/dl

Eritrosit 2,04 106/µL 4,50 – 6,50 106/µL

Leukosit 24,440 /µL 4.000 – 11.000 /µL

Hematokrit 20% 39 – 54 %

Trombosit 209.000 /µL 150.000 – 450.000 /µL

PT 14.8 mg/dl -

INR 1.22 mg/dl 0.8-1.30

APTT 27.3 mg/dl 27 – 39 mg/dl

19
Diagnosis

‐ Lacerated wound o/t (L) anterior cruris + Open (L)


tibial fibula fracture gustillo anderson tipe II + Vascular
Injury o/t arteri tibialis anterior

20
Rencana dan Terapi
‐ Debridement di KBE
‐ Pemasangan backslab
‐ Inj Cefazolin 1 gr 1 jam sebelum operasi
‐ Transfusi PRC  4 bag
‐ Ligasi Arteri tibialis anterior
‐ IVFD RL 0.9% 20 gtt/ menit
‐ Inj. Ceftriakson 1 gr/12 jam
‐ Inj. Gentamisin 80mg/8 jam
‐ Inj. Metronidazole 500mg/8 jam
‐ Inj. Ranitidine 50 mg/ 12 jam
‐ Inj. Ketorolac 30 mg/8 jam
‐ Inj. Tetagram 1 amp
‐ Rencana check lab post operasi
‐ Rencana observasi dan bila diperlukan dapat dilakukan tindakan eksplorasi kembali
21
KESIMPULAN

‐ Tn. DS, usia 22 tahun, datang dengan keluhan nyeri pada tungkai sebelah kiri yang sudah
dialami sejak 8 jam yang lalu sebelum masuk rumah sakit. Pasien sebelumnnya sedang
memotong rumput dengan menggunakan mesin pemotong rumput lalu dengan tidak
sengaja tungkai kiri bawah pasien terkena mesin pemotong rumput tersebut yang
menyebabkan luka pada paha kiri os. Keluhan lainnya adalah pucat dan lemas yang telah
dialami pasien dalam 1 hari ini. Selanjutnya pasien dibawa ke RS luar oleh keluarga dan
dilakukan penjahitan situasional sebelum dirujuk ke RS HAM. Pasien di diagnosis dengan
Lacerated wound o/t (L) anterior cruris + Open (L) tibial fibula fracture gustillo anderson tipe
II + Vascular Injury o/t arteri tibialis anterior. Pasien di tatalaksana dengan Debridement dan
Pemasangan backslab dengan terapi IVFD NaCl 0,9% 20gtt/I, Inj. Ketorolac 30 mg/ 8 jam, Inj.
Ranitidin 50 mg/12 jam, Inj. Ceftriakson 1 gr/12 jam, Inj. Gentamisin 80mg/8 jam, Inj.
Metronidazole 500mg/8 jam, dan Inj.Tetagram.

22

Anda mungkin juga menyukai