W
DENGAN RESIKO BUNUH DIRI DI RUANG CEMPAKA
RSJ Dr. SOEHARTO HEERDJAN
STASE KEPERAWATAN JIWA
• Dari data yang di peroleh selama 3 bulan terakhir di ruang Cempaka Rumah Sakit
Jiwa Dr. Soeharto Heerdjan yaitu pada bulan Mei, Juni, dan Juli Tahun 2019 tercatat
jumlah kasus yang paling tertinggi yaitu masalah Defisit Perawatan Diri 22,5%,
yang kedua Isolasi Sosial sebanyak 22,4%, yang ketiga Resiko Perilaku Kekerasan
22,2%, Regiemn Terepaeutik Inefektif 14,5%, Koping Keluarga Inefektif 14,5%,
Halusinasi 1,2%, Resiko Bunuh Diri adalah sebanyak 1,1%, Waham 0,5% dan
Harga Diri Rendah 0,3%. Walaupun masalah Resiko Bunuh Diri pada urutan 7
apabila tidak dilakukan tindakan keperawatan, maka akan menyebabkan
peningkatan angka kematian akibat bunuh diri. Maka kelompok tertarik untuk
mengangkat masalah Resiko Bunuh Diri di Ruang Cempaka Rumah Sakit Jiwa Dr.
Soeharto Heerdjan
Tinjauan kasus
Ny. W usia 46 thn datang ke RSJ pada tanggal 22 Juli 2019 diantar oleh
keluarga karena klien mencoba untuk melakukan tindakan bunuh diri dengan
mengonsumsi obat nyamuk. Berdasarkan hasil pengkajian pada tanggal 23 Juli
2019 Klien mengatakan ingin mengakhiri hidupnya karena merasa depresi dan
takut dengan kelakuan anaknya yang memiliki keterbatasan fisik, karena anaknya
selalu selalu mengirimkan foto – foto yang tidak – tidak kepada orang lain melalui
handphonenya. klien mengatakan jantungnya selalu berdebar – debar dan mudah
merasa kaget. Klien mengatakan dirinya lebih suka menyendiri dikamar dan malas
berbicara dengan orang lain. Klien mengatakan merasa kesal dan sedih karena
ditinggal oleh suaminya yang tidak bertanggung jawab. Klien mengatakan merasa
sedih karena kedua anaknya mengalami keterbatasan fisik yaitu tuna wicara dan
tuna grahita, dan merasa sedih karena klien tidak bisa mengurus kedua anaknya.
Klien terlihat gelisah. Klien terlihat bingun, mulut dan tangan klien terlhat gemetar,
Klien terlihat jalan menunduk, Klien terlihat kurang minat untuk berinteraksi
dengan orang lain, Klien terlihat menyendiri di kamar, Klien terlihat pasif, Klien
terlihat sedih, bicara klien pelan dan lirih, afek klien terlihat datar, klien terlihat
lesu dan tidak bergairah. Klien mengatakan sebelumnya belum pernah dirawat di
RS ini dan tidak ada keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa. berdasarkan
hasil TTV TD 110/80 mmHg, HR 87x/mnt
Masalah Keperawatan
Risiko Bunuh Diri
Ds :
• Klien mengatakan pernah emncoba untuk mengakhiri
hidupnya dengan mengonsumsi obat nyamuk, karena klien
merasa takut sampai dengan depresi terhadap sikap yang
dimiliki oleh salah satu anaknya yang selalu
menyebarkan foto dirinya kepada siapapun melalui
handphonenya
Do
• Klien terlihat gelisah
• Klien terlihat bingung
• Mulut dan tangan klien terlhat gemetar
Isolasi Sosial
Ds
Do
• Klien terlihat jalan menunduk
• Klien terlihat kurang minat untuk berinteraksi dengan orang
lain
• Klien terlihat menyendiri di kamar
• Klien terlihat pasif
• Afek klien terlihat datar
Harga Diri Rendah
Ds
• Klien mengatakan merasa kesal dan sedih karena ditinggal oleh
suaminya yang tidak bertanggung jawab
• Klien mengatakan merasa sedih karena kedua anaknya
mengalami keterbatasan fisik yaitu tuna wicara dan tuna
grahita, dan merasa sedih karena klien tidak bisa mengurus
kedua anaknya.
Do
• Klien terlihat sedih
• Bicara klien pelan dan lirih
• Klien terlihat lesu dan tidak bergairah
Pohon masalah dan susunan diagnosa keperawatan
Isolasi Sosial
Harga Diri Rendah
Kehilangan
Pelaksaan Tindakan
Resiko Bunuh Diri ( RBD )
Tujuan Umum
• Klien tidak akan membahayakan dirinya sendiri secara fisik.
Tindakan Keperawatan yang telah dilakukan, evaluasi dan tindak
lanjut
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada diagnosa keperawatan
dilakukan selama 3 kali pertemuan secara intensif dengan teknik kontak
singkat tetapi sering berkesinambungan.
Pada pertemuan awal interaksi, tindakan keperawatan yang
dilakukan berupa tinakan SP 1 yaitu membina hubungan saling percaya
dengan klien (memperkenalkan diri, tujuan berbincang-bincang dan
kontrak waktu), dengan menggunakan komunikasi terapeutik
menanyakan apa yang sedang dirasakan atau keluhan klien saat ini.
Membina hubugan saling percaya, mengidentifikasi benda – benda
yang dapat membahayakan pasien, mengamankan benda – benda yang
dapat membahayakan pasien, mengajarkan cara mengendalikan
dorongan untuk bunuh diri dan melatih cara mengendalikan dorongan
bunuh diri
Pelaksaan Tindakan
Resiko Bunuh Diri ( RBD )
Tujuan Umum
• Klien tidak akan membahayakan dirinya sendiri secara fisik.
Tindakan Keperawatan yang telah dilakukan, evaluasi dan tindak lanjut
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada diagnosa keperawatan dilakukan selama 3
kali pertemuan secara intensif dengan teknik kontak singkat tetapi sering
berkesinambungan.
Pada pertemuan awal interaksi, tindakan keperawatan yang dilakukan
berupa tinakan SP 1 yaitu membina hubungan saling percaya dengan klien
(memperkenalkan diri, tujuan berbincang-bincang dan kontrak waktu), dengan
menggunakan komunikasi terapeutik menanyakan apa yang sedang dirasakan atau
keluhan klien saat ini. Membina hubugan saling percaya, mengidentifikasi benda –
benda yang dapat membahayakan pasien, mengamankan benda – benda yang dapat
membahayakan pasien, mengajarkan cara mengendalikan dorongan untuk bunuh
diri dan melatih cara mengendalikan dorongan bunuh diri.
Evaluasi yang didapatkan klien mampu mengungkapkan keinginan untuk
mengakhiri hidupnya sudah berkurang, klien tampak terlihat gelisah, klien selalu
mengulang-ulang perkataan. Rencana tindak lanjut yang akan dilakukan yaitu
mengidentifikasi aspek positif yang klien miliki, mendotong klien untuk berfikir
positif terhadap diri sendiri, mendorong klien untuk menghargai diri sendiri
sebagai individu yang berharga.
Pertemuan kedua melakukan tindakan SP 2, mengidentifikasi aspek
positif yang klien miliki, mendotong klien untuk berfikir positif terhadap diri
sendiri, mendorong klien untuk menghargai diri sendiri sebagaiindividu yang
berharga. Evaluasi yang didapat adalah klien mampu berfikir positif terhadap
dirinya, klien mampu menghargai dirinya sendiri sebagai individu yang
berharga. Rencana Tindak Lanjut yaitu mengidentifikasi pola koping yang
biasa klien terapkan, mengidentifikasi pola koping yang konstruktif dan
menganjurkan klien menerapkan pola koping konstruktif di kegiatan harian.