Anda di halaman 1dari 35

Clinical Scince session

Transfusi Darah

INSTALASI ANESTESI DAN TERAPI INTENSIF


RSUD AL-IHSAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM
BANDUNG
2018
Definisi

Transfer darah atau komponen darah dari donor ke resipien.


Indikasi
Hb < 8 g/dl
Pre operasi
- Tanpa iskemi Hb < 8 g/dl
- Dengan iskemi Hb < 10 g/dl
Untuk nilai hb 6-10 g/dl, indikasi berlangsung pada risiko
komplikasi
Pemberian transfusi mempertimbangkan fisiologis tubuh
Jika memungkinkan, sebaiknya dilakukan transfusi autolog
Indikasi transfusi sel darah merah autolog lebih banyak karena
risiko lebih rendah
Kontraindikasi Pendonor

1. Mempunyai penyakit jantung dan paru paru


2. Menderita kanker
3. Menderita tekanan darah tinggi (hipertensi)
4. Menderita kencing manis (diabetes militus)
5. Memiliki kecenderungan perdarahan abnormal atau kelainan darah lainnya.
6. Menderita epilepsi dan sering kejang
7. Menderita atau pernah menderita Hepatitis B atau
8. Mengidap sifilis
9. Ketergantungan Narkoba.
10. Kecanduan Minuman Beralkohol
11. Mengidap atau beresiko tinggi terhadap HIV/AIDS
12. Dokter menyarankan untuk tidak menyumbangkan darah karena alasan
kesehatan.
Syarat Donor
Keadan umum baik
Usia 17-65 tahun
BB 50 kg atau lebih
Tidak demam ( < 37,5’C )
Denyut nadi normal (reguler, normokardi)
Tekanan darah :
- terendah 90/50 mmHg
- tertinggi 180/100 mmHg
Donor terakhir 8 minggu
Tidak hamil
Bukan tuberkulosis aktif
Bukan asma bronkiale simtomatik
Paska pembedahan :
- 6 bulan setelah operasi
- Luka operasi sembuh dari operasi kecil
- 3 hari setelah ektraksi gigi
Tidak ada riwayat perdarahan abnormal
Tidak ada riwayat kejang
Menunda menjadi
Pendonor
1. Sedang sakit demam atau influenza, tunggu 1 minggu setelah sembuh.
2. Setelah cabut gigi, tunggu 5 hari setelah sembuh.
3. Setelah operasi kecil, tunggu 6 bulan.
4. Setelah operasi besar, tunggu 12 bulan.
5. Setelah tranfusi, tunggu 1 tahun.
6. Setelah tatto, tindik, tusuk jarum, dan transplantasi, tunggu 1 tahun.
7. Bila kontak erat dengan penderita hepatitis, tunggu 12 bulan.
8. Sedang hamil, tunggu 6 bulan setelah melahirkan.
9. Sedang menyusui, tunggu 3 bulan setelah berhenti menyusui.
10. Setelah sakit malaria, tunggu 3 tahun setelah bebas dari gejala malaria.
11. Setelah berkunjung pulang dari daerah endemis malaria, tunggu 12 bulan.
12. Bila tinggal di daerah endemis malaria selama 5 tahun berturut-turut, tunggu
3 tahun setelah keluar dari daerah tersebut.
13. Bila sakit tipus, tunggu 6 bulan setelah sembuh.
14. Setelah vaksin, tunggu 8 minggu.
15. Ada gejala alergi, tunggu 1 minggu setelah sembuh.
16. Ada infeksi kulit pada daerah yang akan di tusuk, tunggu 1 minggu setelah
sembuh.
Reaksi bagi donor
Sinkop
Lemas
Takipnue
Pusing
Pucat
Mual
Kejang
Penurunan kesadaran
UJI DARAH DONOR
Uji darah golongan ABO
Uji darah golongan rhesus
Uji antibodi yang tidak diharapkan (pada orang yang pernah
tranfusi atau hamil)
Uji terhadap penyakit infeksi
Uji crossmatch
BEBERAPA PANDUAN
DONOR DARAH
1. Tidur minimal 4 jam sebelum donor.
2. Makanlah 3 - 4 jam sebelum menyumbangkan darah. jangan
menyumbangkan darah dengan perut kosong.
3. Minum lebih banyak dari biasanya pada hari mendonorkan darah
(paling sedikit 3 gelas)
4. Setelah donor beristirahat paling sedikit 10 menit sambil menikmati
makanan donor, sebelum kembali beraktifitas.
5. Kembali bekerja setelah donor darah tidak berbahaya untuk
kesehatan.
6. Untuk menghindari bengkak di lokasi bekas jarum, hindari
mengangkat benda berat selama 12 jam.
7. Banyak minum sampai 72 jam ke depan untuk mengembalikan
stamina.
Volume darah sesuai usia

Usia Volume darah (ml/KgBB)


Premature 95
Cukup bulan 85
Anak kecil 80
Anak besar 75-80
Dewasa
- Laki laki 75
- Perempuan 65
Klasifikasi

1. Whole blood (WB)

Mengandung komponen eritrosit, leukosit, trombosit, dan plasma.

Satu kantong WB terdiri dari 250 ml darah dan 37 ml anti-koagulan.

sediaan lain 350mL, 450 mL.

WB digunakan pada kasus untuk mengatasi perdarahan/ kehilangan cairan yang akut

dan masif (syok hemoragic, trauma atau luka bakar)

Kontraindikasi WB adalah pasien anemia kronis normovolemik, atau pada pasien yang

hanya membutuhkan sel darah merah saja.


Dosis pada pediatrik rata rata 20 mL/kgBB.

Satu unit WB meningkatkan Hb sebanyak 1 gr/dl atau Ht sebanyak 3-4%.

Rumus :

6 x ∆Hb (Hb normal –Hb pasien) x BB


2. Packed red cell (PRC)
Mengandung eritrosit, trombosit, leukosit dan sedikit plasma. Nilai Ht
nya 60-70%. Satu kantong PRC (150-300 ml) terdiri dari eritrosit
sebanyak 100-200 ml.

Produk darah ini digunakkan pada kondisi yang membutuhkan


penambahan sel darah merah saja.

thalasemia, anemia aplastik, leukemia dll.

Tujuan : menaikan HB tanpa menaikan volume darah.


Target Hb >8g %

Klasifikasi :

1. Frozen wash concentrated RBC

2. Washed PRC adalah PRC khusus yang sudah dicuci dengan nilai
hematokrit lebih tinggi (70-80%) dengan volume 180 ml.

3. Darah merah pekat sedikit leukosit

Rumus
PRC : 3 x ∂ Hb x BB
3. Thrombocyte concentrate (TC)
Mengandung trombosit, dengan sedikit leukosit, eritrosit, dan plasma.

Satu kantong memiliki volume 50 ml.

TC dibutuhkan pada kasus perdarahan akibat trombositopenia atau pasien


dengan penyakit trombositopenia congenital/didapat.

Transfuse profilaksis dapat diberikan pada pasien dengan jumlah trombosit


5000 – 10.000 /µl.

Rumus :

BBx 1/13x0,3
4. Fresh frozen plasma (FFP)
Mengandung semua protein plasma dan faktor pembekuan darah.

Diberikan pada pasien dengan defisiensi faktor pembekuan, koreksi


koagulopati, dan pengobatan terapi warfarin.

Setiap unit FFP menaikkan faktor pembekuan sebanyak 2-3% pada


pasien dewasa. Dosis FFP biasanya 10-15 ml/kg.

sebelum pemberian FFP disarankan pengujian kompabilitas ABO


meskipun tidak wajib.
Indikasi :
◦ Hemofilia B
◦ Neutralisasi hemostasis setelah terapi
warfarin
◦ Adanya perdarahan dengan parameter
koagulasi abnormal setelah transfusi
massif
◦ Gangguan pembekuan : penyakit hati,
DIC, TTP, Dilusi koagulopati tranfusi
masif
5. Granulosit
Diperoleh melalui leukoforesis, diindikasikan pada
pasien neutropenia dengan infeksi bakteri yang tidak
responsive terhadap antibiotic.

Transfuse granulosit memiliki masa hidup yang


pendek pada sirkulasi resipien.
6. Cryopersipitate
Komponen : faktor VIII, XIII, von willebrand, fibrinogen.
Indikasi : hemofilia A, perdarahan akibat gangguan faktor
koagulasi, von willebrand disease.
Cara : disuntikan IV secara langsung
1 kantung 30 mL mengandung 75-80 unit f VIII, 150-200 VWB, f
XIII
RESIKO TRANFUSI
Didapatkan reaksi tranfusi sebanyak 6,6 %
Dari yang alami reaksi tranfusi :
1. Demam 55%
2. Menggigil 14%
3. Alergi (urtikaria, gatal) 20%
4. Hepatitis serum positif 6%
5. Reaksi hemolitik 4%
6. Overload sirkulasi 1%
Komplikasi transfusi
Berdasarkan Cakupannya
Komplikasi :
- Kegagalan memperoleh akses vena
- Fiksasi vena tidak baik
- Masalah ditempat tusukan
- Vena pecah saat ditusuk, dll
Berdasarkan Cepat Lambanya

a. Reaksi Akut
Reaksi yang terjadi <24 jam
b. Reaksi Lambat
Reaksi yang terjadi lebih lambat
Berdasarkan Faktor Penyebabnya

Komplikasi Imunologis
Komplikasi imun setelah transfusi darah terutama berkaitan dengan sensitisasi
donor ke sel darah merah, lekosit, trombosit atau protein plasma.
1) Reaksi hemolitik
Reaksi hemolitik ini terdiri dari reaksi hemolitik akut dan reaksi hemolitik
lambat.

a) Reaksi Hemolitik Akut (Intravaskuler)


Reaksi hemolitik akut terjadi segera pada waktu transfusi baru berlangsung.
Lima puluh mililiter darah dari golongan yang tidak cocok sudah dapat
menimbulkan reaksi.Gejala berupa rasa panas sepanjang vena dimana infus
dipasang, nyeri tertekan di dada, sakit kepala, muka merah, pireksia, mual,
muntah, dan ikterus.
b) Reaksi Hemolitik Lambat (Ekstravaskuler)
Reaksi hemolitik lambat timbul 5-10 hari setelah
transfusi dengan gejala dan tanda demam, anemia, ikterik
dan hemoglobinuria. Reaksi hemolitik lambat yang berat
dan mengancam nyawa disertai syok, gagal ginjal dan
DIC jarang terjadi.
Reaksi hemolitik lambat terjadi pada penderita
yang sering mendapat transfusi. Reaksi timbul beberapa
jam atau beberapa hari sesudah transfusi dan biasanya
pada labu ke 2 atau lebih. Biasanya terjadi pada golongan
darah O dengan titer anti A dan anti B yang tinggi kepada
golongan lain. Gejalanya sama dengan reaksi hemolitik
akut.
2). Reaksi Imunologis Non Hemolitik
- Demam
- Reaksi alergi (Urtikaria)
- Reaksi anafilaktik
- Cedera paru akut akibat transfusi (Transfusion-associated acute lung injury =
TRALI)
- Purpura pasca transfuse
- Edema Pulmonary Noncardiogenic
- Imun Supresi
komplikasi non imumologis
1)Transfusi darah masif

a) Koagulopati
Penyebab utama perdarahan setelah transfusi darah
masif adalah dilutional thrombocytopenia. Secara klinis dilusi
dari factor koagulasi tidak biasa terjadi pada pasien normal.
Studi Koagulasi dan hitung trombosit, jika tersedia, idealnya
menjadi acuan transfusi trombosit dan FFP. Analisa Viscoelastic
dari pembekuan darah (thromboelastography dan Sonoclot
Analisa) juga bermanfaat.
Trombositopenia
Terjadi setelah transfusi darah simpan lama lebih dari 80
ml/kgBB. Diatasi dengan pemberian trombosit bila
jumlah trombosit <50.000/mm3 atau memberi unit darah
utuh segar setiap transfusi 4 unit darah simpan.
b) Keracunan Sitrat
Tubuh memiliki kemampuan yang besar untuk
metabolisme sitrat, kecuali pada keadaan shock, penyakit
hati, dan lanjut usia. Pada kasus ini dapat diberikan
Calcium Glukonas 10% 1 gram IV pelan-pelan setiap
telah masuk 4 unit darah.
c) Hiperkalemia
Kalium dalam darah simpan 21 hari dapat naik
setinggi 32 mEq/L, sedangkan batas dosis infus kalium
adalah 20 mEq/jam. Hiperkalemia menyebabkan aritmia
sampai fibrilasi ventrikel/cardiac arrest. Untuk mencegah
hal ini diberikan Calsium Glukonas 5 mg/kgBB I.V pelan-
pelan. Maksud pemberian kalsium disini karena kalsium
merupakan antagonis terhadap hiperkalemia.

d) Hypothermia
e) Keseimbangan asam basa
f) DIC ( disseminated intravaskular coagulation)
2) Kelebihan cairan
Kelebihan cairan menyebabkan gagal
jantung dan edema paru. Hal ini dapat terjadi
bila terlalu banyak cairan yang ditransfusikan,
transfusi terlalu cepat, atau penurunan fungsi
ginjal. Kelebihan cairan terutama terjadi pada
pasien dengan anemia kronik dan memiliki
penyakit dasar kardiovaskular.
3) Kelebihan besi
Pasien yang bergantung pada transfusi berulang
dalam jangka waktu panjang akan mengalami akumulasi
besi dalam tubuhnya (hemosiderosis). Biasanya ditandai
dengan gagal organ (jantung dan hati). Tidak ada
mekanisme fisiologis untuk menghilangkan kelebihan
besi. Obat pengikat besi seperti desferioksamin, diberikan
untuk meminimalkan akumulasi besi dan
mempertahankan kadar serum feritin <2.000 mg/l.
4) Komplikasi Infeksi
Risiko penularan penyakit infeksi melalui transfusi darah
bergantung pada berbagai hal, antara lain prevalensi penyakit di
masyarakat, keefektifan skrining yang digunakan, status imun resipien
dan jumlah donor tiap unit darah. Saat ini dipergunakan model matematis
untuk menghitung risiko transfusi darah, antara lain untuk penularan HIV,
virus hepatitis C, hepatitis B dan virus human T-cell lymphotropic
(HTLV), malaria, sifilis.

Anda mungkin juga menyukai