Anda di halaman 1dari 51

 KETUA : Karlina Widia (1102018018)

 SEKERTARIS : Melia Hanani Manalis ( 1102018021)


 ANGGOTA : Agni Hadieta Cahyanti (1102018113)
 Ifadha Kemala Hadi (1102018152)
 Anjani Wahyunitias (1102018079)
 Rima Dara Ninggar (1102018091)
 Nurul Atika Haviz (1102018112)
 Hana Khansa Ramakurnia (1102018057)
 Rania Reiza Faris Balfas (1102018099)

 TULANG MENONJOL AKIBAT TERJATUH
 Seorang laki-laki usia 32 tahun datang
ke UGD RS dengan keluhan tidak bisa
berjalan akibat terjatuh 1 jam yang lalu
dari pohon kelapa setinggi 3 meter.
Pada pemeriksaan didapatkan tungkai
bawah kanan dengan luka terbuka
sepanjang 5 Cm dengan tulang
menonjol keluar. Arteri dorsalis pedis
teraba.
 1. Luka Terbuka = Luka dimana kulit atau
jaringan selaput lendir rusak
 2. Arteri Dorsalis Pedis = Arteri lanjutan
dari arteri tibia anterior bercabang ke
lateral dan medial tarsal. Arteri dorsalis
pedis bercabang ke arteri plantaris
profunda dan arteri arivate.
 1. Bagaimana penanganan luka tersebut?
 2. Mengapa arteri dorsalis pedis yang
diraba?
 3. Apakah gejala yang dapat dilihat dari
kasus tersebut?
 4. Apa saja contoh luka terbuka?
 5. Bagaimana pertolongan pertama ketika
terjadi luka terbuka dan tulang menonjol?
 6. Apa komplikasi yang dapat
ditimbulkan?
 7. Bagaimana cara pasien tersebut shalat?
 8. Klasifikasi fraktur terbuka?
 9. Pemeriksaan penunjang apakah yang
perlu dilakukan?
 10. Apa saja penyebab luka terbuka?
 11. Bagian anatomis apa saja yang
terlibat dalam kasus ini?
 12. Bagaimana pencegahan untuk
menghindari fraktur?
 13. Jenis-jenis fraktur?
 1. - Tindakan Orif, yaitu tindakan pembedahan untuk
memanipulasi fragmen-fragmen tulang yang fraktur
atau patah sedapat mungkin kembali seperti asalnya.
 - Tindakan Oref, yaitu dikhususkan untuk tipe 2 dan 3.
Tindakannya reduksi terbuka dan fiksasi internal dimana
tulang ditranfiksasikan diatas dan dibawah fraktur.
Kawat ditransfiksasikan dari bagian proximal dan distal.
Kemudiandihubungkan satu sama lain.
 2. Karena arteri dorsalis pedis tersebut yang
memperdarahi bagian celah inu jari dan kaki serta
untuk menentukan tingkat keparahan fraktur.
 3. Adanya nyeri tekan, gerakan terbatas, krepitasi
tulang, pemendekan ekstremitas, vital sign meningkat,
dan terlihat tulang menonjol keluar.
 4. - Luka Lecet : dapat terjadi akibat terjatuh bergeser
pada permukaan yang keras dan kasar. Paling sering
karena terjatuh terseret atau terkena percikan api.
 - Luka Iris : disebabkan oleh benda tajam seperti pisau
atau pecahan kaca. Bentuk lukanya memanjang dan
jaringan kulit disekitar luka tidak mengalami kerusakan.
 - Luka Robek : terjadi karena trauma. Lukanya tidak
beraturan dan jaringan kulit disekitar luka jika diikat
akan mengalami kerusakan.
 - Luka Avulsi : kulit atau organ dibawahnya lepas.
 - Luka Bakar : luka akibat cairan panas, matahari dan
bahan kimia.
 5. - Luka Terbuka, dengan cara mengentikan
pendarahan, mencegah infeksi, profilaksi tetanus dan
menutup luka.
 - Tulang menonjol keluar, dengan cara imlobilisasi, RICE,
balut bidai
 6. Dapat terjadi pendarahan, terdapat infeksi, tetanus, nonunion,
delayed union, osteomyelitis kronis, kekakuan sendi, efiserasi dan
hematom.
 7. Dengan cara duduk, berbaring, terlentang dan bisa juga
menggunakan gerak mata.
 8. - Tipe I = Fraktur terbuka dengan luka kulit < 1 cm.
 - Tipe II =Fraktur terbuka dengan luka kulit > 1cm, tidak ada kerusakan
jaringan lunak
 - Tipe III = Fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak yang luas.
Tipe III dibagi menjadi 3:
 a. Fraktur segmental atau sangat kominutif penutupan tulang dengan
jaringan lunak cukup adekuat.
 b. Trauma sangat berat atau kehilangan jaringan lunak yang cukup
luas
 c. Fraktur terbuka disertai kerusakan pembuluh darah.
 9. MRI, Rontgen, CT Scan
 10. - Tusukan benda tajam atau irisan
benda tajam
 - bergesekan dengan permukaan yang
kasar
 - regangan kulit diluar batas maksimal
dan terbakar
 11. Diantara metatarsal, M ekstensor
hallucis longus, Tibi dan fibula
 12. Tidak bergerak yang berlebihan, memastikan asupan
kalsium, vitamin D tercukupi, nutrisi yang cukup dan jika
berolahraga berat memakai pelindung tulang.
 13. - Fraktur Terbuka = Fraktur dengan luka pada kulit atau
integritas kulit rusak dan ujung menonjol sampai
menembus kulit.
 - Fraktur Tertutup = Tidak tedapat hubungan antara
fragmen tulang dengan dunia luar. Bisa disebut juga
fraktur bersih karena kulit masih utuh tanpa komplikasi.
 Fraktur berdasarkan garis patahan :
 Fraktur Incomplete : Green Stake Fracture (terjadi pada
anak kecil), Fraktur kompresi (terjadi pada tulang
belakang)
 Fraktur Complete : Patah tulang. Ada beberapa bentuk
yaitu melintang atau transverse, miring atau obliq,
comminoted (serpihan)
Fraktur dibedakan menjadi fraktur terbuka dan
fraktur tertutup. Fraktur terbuka dapat dikelompokkan
menjadi 3 tipe dan bisa menyebabkan luka terbuka.
Gejala yang ditimbulkan adalah adanya nyeri tekan,
gerakan terbatas, krepitasi tulang, pemendekan
ekstremitas, vital sign meningkat, dan terlihat tulang
menonjol keluar dan dapat ditangani dengan
mengentikan pendarahan, mencegah infeksi, profilaksi
tetanus, menutup luka, meraba arteri dorsalis pedis dan
pemeriksaan MRI, Rontgen, CT Scan. Fraktur dapat
dicegah dengan Tidak bergerak yang berlebihan,
memastikan asupan kalsium, vitamin D tercukupi, nutrisi
yang cukup dan jika berolahraga berat memakai
pelindung tulang. Dan bagi pasien yang mengalami
fraktur mendapat rukshah dalam beribadah.
1. Memahami dan Menjelaskan Tungkai Bawah
1.1 Anatomi Makro tungkai bawah
1.2 Anatomi Mikro tungkai bawah
1.3 Kinesiologi tungkai bawah
2. Memahami dan Menjelaskan Fraktur
2.1. Definisi
2.2. Etiologi
2.3. Klasifikasi
2.4. Patofisiologi
2.5. Gejala
2.6. Pemeriksaan fisik
2.7. Pemeriksaan penunjang
2.8. Tata laksana
2.9. Pencegahan
2.10. Komplikasi
2.11. diagnosis banding
2.12 epidemiologi
3. Memahami dan Menjelaskan
keringanan sholat bagi orang sakit
 Femur
 Femur merupakan tulang paha, yang di bagian proksimal berartikulasi dengan
pelvis dan dibagian distal berartikulasi dengan tibia melalui condyles. Di daerah
proksimal terdapat prosesus yang disebut trochanter mayor dan trochanter
minor, dihubungkan oleh garis intertrochanteric. Di bagian distal anterior
terdapat condyle lateral dan condyle medial untuk artikulasi dengan tibia, serta
permukaan untuk tulang patella. Di bagian distal posterior terdapat fossa
intercondylar.
 Tibia
 Tibia merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih medial dibanding
dengan fibula. Di bagian proksimal, tibia memiliki condyle medial dan lateral di
mana keduanya merupakan facies untuk artikulasi dengan condyle femur.
Terdapat juga facies untuk berartikulasi dengan kepala fibula di sisi lateral.
Selain itu, tibia memiliki tuberositas untuk perlekatan ligamen. Di daerah distal
tibia membentuk artikulasi dengan tulang-tulang tarsal dan malleolus medial.
 Fibula
 Fibula merupakan tulang tungkai bawah yang letaknya lebih lateral dibanding
dengan tibia. Di bagian proksimal, fibula berartikulasi dengan tibia. Sedangkan
di bagian distal, fibula membentuk malleolus lateral dan facies untuk artikulasi
dengan tulang-tulang tarsal.
 Tulang adalah jaringan ikat khusus yang terdiri atas materi
interselular yang mengapur, yaitu matriks tulang, dan 3
jenis sel: osteosit (terdapat dalam lakuna di dalam
matriks), osteoblas (yang membentuk komponen organik
dan matriks), dan osteoklas (sel raksasa berinti banyak
yang berperan pada resorpsi dan pembentukan kembali
jaringan tulang).
 Osteoblas
 Osteoblas berfungsi mensintesis komponen organik dari
matriks tulang (kolagen tipe I, proteoglikans, dan
glikoprotein). Penambahan unsur anorganik dari tulang
bergantung pada adanya osteoblas yang hidup. Mereka
terutama terletak pada permukaan jaringan tulang,
berdampingan, seperti pada epitel selapis.
 Osteosit
 Osteosit, yang asalnya dari osteoblas, terdapat dalam lakuna yang berada di
antara lamel-lamel. Di dalam satu lakuna hanya terdapat satu osteosit. Di dalam
kanalikuli silindris halus terdapat juluran sitoplasma dari osteosit. Bila dibandingkan
dengan osteoblas, osteosit gepeng berbentuk kenari itu memiliki jauh lebih sedikit
retikulum endoplasma kasar dan kompleks golgi dan kromatin inti yang lebih
padat. Sel-sel ini secara aktif terlibat dalam mempertahankan matriks tulang.
Matinya osteosit ini akan diikuti dengan resorpi dari matriks ini.
 Osteoklas
 Osteoklas adalah sel motil bercabang banyak yang sangat besar. Bagian badan
sel yang melebar mengandung 5 sampai 50 atau lebih inti. Cabang-cabangnya
tidak teratur dan mempunyai berbagai bentuk dan ukuran. Pada daerah
terjadinya resorpsi tulang, osteoklas raksasa tampak terletak dalam lekukan, yang
terbentuk secara enzimatik, dalam matriks yang disebut Lakuna Howship.
Osteoklas berasal dari penggabungan beberapa monosit darah, sehingga
termasuk bagian dari sistem fagosit mononukleus. Mikrograf elektron
menampakkan bahwa permukaan osteoklas aktif yang menghadap matriks
tulang ternyata berlipat-lipat tidak beraturan, sering terdapat tonjolan yang
terbagi, membentuk batas tidak beraturan. Daerah ini merupakan tempat
perlekatan osteoklas pada matriks tulang dan membentuk suatu lingkungan
mikro untuk proses resorpsi tulang. Terdapat beberapa retikulum endoplasma
kasar, banyak mitokondria, dan sebuah kompleks Golgi yang berkembang baik,
selain banyak lisosom di dalam sel.
 Matriks Tulang
 Materi anorganik merupakan lebih kurang 50% berat kering matriks tulang.
Kalsium dan fosfor sangat banyak, namun bikarbonat, sitrat, magnesium,
kalsium dan natrium juga ada. Kajian difraksi sinar-X telah menunjukkan
bahwa kalsium dan fosfor membentuk kristal hidroksi apatit dengan komposisi
Ca10(PO4)6(OH)2. Juga terdapat cukup banyak kalsium fosfat amorf (non-
kristal). Mereka terletak sepanjang serat kolagen namun dikelilingi oleh
substansi dasar amorf. Ion permukaan hidroksiapatit berhidrasi, dan selapis air
dan ion-ion terbentuk di sekeliling kristal. Lapisan ini, yaitu kerang hidrasi,
memudahkan pertukaran ion-ion antara kristal dan cairan tubuh.
 Materi organik adalah 95% kolagen tipe I dan substansi dasar amorf, yang
mengandung proteoglikan. Sialoprotein tulang (kaya akan asam sialat) dan
osteokalsin mengandung beberapa residu asam γ-karboksiglutamat;
keadaan inilah yang membuat ia suka sekali bergabung dengan kalsium dan
bertanggung jawab untuk memudahkan perkapuran matriks tulang.
 Jenis-Jenis Tulang
 Tulang Rawan (Kartilago)
 Tulang rawan (kartilago) adalah tulang yang mengandung sel-sel (fibroblas,
kondroblas, dan kondrosit), serat (kolagen dan elastis), dan substansi dasar
yang amorf (kondroitin sulfat dan hialuronat). Kartilago mempunyai banyak
unsur aselular dan tidak mempunyai pembuluh darah dan saraf. Fungsinya
adalah khas membentuk jaringan skelet untuk janin, kebanyakan tulang
orang dewasa sebagai model tulang rawan selama kehidupan fetal.4 Ada 3
jenis tulang rawan, yakni:
 Tulang rawan hialin, adalah jaringan opak  Tulang keras sebagai suatu jaringan terdiri
kebiruan dan seperti susu. Mengandung serat- dari sel-sel tulang, osteosit, substansi dasar,
serat kolagen dan jala-jala elastin yang
serabut kolagen, substansi semen, dan
berbagai macam garam. Substansi dasar
terpisah-pisah di dalam substansi intraselular. dan serabut-serabut kolagen membentuk
Tulang rawan hialin ada pada ujung ventral substansi interselular, osteoid. Serabut-
iga; pada laring, trakea, dan bronki; dan serabut merupakan bagian zat organik,
pada permukaan sendi tulang. Juga terdapat sedangkan garam-garam merupakan
pada lempeng epifisis di tulang janin dan unsur organik.5 Tulang keras dibagi
anak yang sedang tumbuh. menjadi beberapa jenis berdasarkan
bentuknya,6 yakni:
 Tulang rawan elastin, sangat berbeda  Tulang panjang, terdapat pada lengan
dengan hialin maka kartilago elastin ini dan kaki. Tulang panjang bekerja seperti
berwarna kuning dan tidak mengandung tuas dan bisa digunakan untuk
endapan kalsifikasi. Substansi interselular ini menggerakkan tubuh.
banyak mengandung serabut-serabut elastin  Tulang pendek, yang berbentuk
dan sedikit serat kolagen. Besarnya seperti kotak. Terletak pada pegelangan
perbandingan serabut elastis ini membuat tangan dan kaki.
jenis tulang rawan ini lentur dan elastis.  Tulang pipih, terletak pada tulang
Ditemukan pada telinga, epiglotis, dan belikat berbentuk datar pada tengkorak.
Berguna untuk memberikan wadah
sebagian laring. perlindungan bagi otak.
 Tulang rawan fibrokartilago, terdiri atas  Tulang dengan bentuk tidak
beberapa serat kolagen yang tersusun beraturan, untuk membantunya
teratur, banyak seperti tendo dan karena itu menopang bagian-bagian tubuh tertentu.
tampak seperti sejenis jaringan antara tendo Contohnya tulang belakang, yang tersusun
dan tulang rawan (jaringan penyambung). berangkai melingkari seluruh urat saraf
Lebih banyak mengandung berkas serabut
tulang belakang
kolagen. Ditemukan terutama pada bagian
diskus intervertebralis dan simfisis pubis.
 Gerak sendi :
 Fleksi : M. Illiopsoas, M. Pectinus, M. rectus femoris, M.
adductor longus, M. adductor brevis, M. adductor magnus
pars anterior tensor fascia lata
 Ekstensi : M. gluteus maximus, M. semitendinosis, M.
semimembranosus, M. biceps femoris caput longum,
M.abductor magnus pars posterior
 Abduksi : M. gluteus medius, M. gluteus minimus, M.
piriformis, M. Sartorius, M. tensor fasciae latae
 Adduksi : M. adductor magnus, M. adductor longus, M.
adductor brevis, M. gracilis, M. pectineus, M. obturator
externus, M. quadratus femoris
 Rotasi Medialis : M. gluteus medius, M. gluteus minimus, M.
tensor fasciae latae, M. adductor magnus (pars posterior)
 Rotasi lateralis : M. piriformis, M. obturator internus, Mm
gamelli, M. obturator externus, M. quadratus femoris, M.
gluteus maximus, dan Mmm adductors
 (Syamsir, 2019)
 Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)
 Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar, disebut juga
fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
 Fraktur Terbuka (Open/Compound), merupakan fraktur
dengan luka pada kulit (integritas kulit rusak dan ujung
tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran
mukosa sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka
digradasi menjadi:
 Grade I : luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm.
 Grade II : luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak
yang ekstensif.
 Grade III : sangat terkontaminasi, dan mengalami
kerusakan jaringan lunak Ekstensif.
 Fraktur Komplit, bila garis patah melalui
seluruh penampang tulang atau melalui
kedua korteks tulang seperti terlihat pada
foto.
 Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak
melalui seluruh penampang tulang seperti:
 Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)
 Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi
lipatan dari satu korteks dengan kompresi
tulang spongiosa di bawahnya.
 Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks
dengan angulasi korteks lainnya yang
terjadi pada tulang panjang.
 Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya
melintang pada tulang dan merupakan
akibat trauma angulasi atau langsung.
 Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis
patahnya membentuk sudut terhadap
sumbu tulang dan meruakan akibat
trauma angulasi juga.
 Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis
patahnya berbentuk spiral yang
disebabkan trauma rotasi.
 Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi
karena trauma aksial fleksi yang
mendorong tulang ke arah permukaan
lain.
 Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan
karena trauma tarikan atau traksi otot
pada insersinya pada tulang.
 Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis
patah lebih dari satu dan saling
berhubungan.
 Fraktur Segmental: fraktur dimana garis
patah lebih dari satu tapi tidak
berhubungan.

 Fraktur Multiple: fraktur dimana garis


patah lebih dari satu tapi tidak pada
tulang yang sama.
 Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis
patah lengkap ttetapi kedua fragmen
tidak bergeser dan periosteum masih
utuh.

 Fraktur Displaced (bergeser):


terjadi pergeseran fragmen tulang
yang juga disebut lokasi fragmen,
terbagi atas:
 Dislokasi ad longitudinam cum
contractionum (pergeseran
searah sumbu dan overlapping).
 Dislokasi ad axim (pergeseran
yang membentuk sudut).
 Dislokasi ad latus (pergeseran
dimana kedua fragmen saling
menjauh).
 Berdasarkan  Berdasarkan atas
posisifraktur : sudut inklinasi leher
 1/3 proksimal femur:
 1/3 medial  Tipe I : fraktur dengan
 1/3 distal
garis fraktur 30 derajat
 Tipe II : fraktur dengan
garis fraktur 50 derajat
 Tipe III : fraktur dengan
garis fraktur 70 derajat
 Tingkat I : fraktur impaksi yang tidak total
 Tingkat II : fraktur total tetapi tidak
bergeser
 Tingakt III : fraktur total isertai dengan
sedikit pergesekan
 Tingkat IV : fraktur disertai dengan
pergeseran yang hebat
 Etiologi dari fraktur menurut Price dan Wilson (2006)
ada 3 yaitu:
1. Cidera atau benturan
2. Fraktur patologik
Fraktur patologik terjadi pada daerah-daerah tulang
yang telah menjadi lemah oleh karena tumor, kanker
dan osteoporosis.
3. Fraktur beban
Fraktur baban atau fraktur kelelahan terjadi pada
orang- orang yang baru saja menambah tingkat
aktivitas mereka, seperti baru di terima dalam angkatan
bersenjata atau orang- orang yang baru mulai latihan
lari.
 Fraktur dibagi menjadi fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Tertutup bila tidak terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar. Sedangkan fraktur terbuka bila terdapat hubungan
antara fragmen tulang dengan dunia luar oleh karena perlukaan di kulit. Sewaktu tulang patah
perdarahan biasanya terjadi di sekitar tempat patah ke dalam jaringan lunak sekitar tulang tersebut,
jaringan lunak juga biasanya mengalami kerusakan. Reaksi perdarahan biasanya timbul hebat
setelah fraktur. Sel- sel darah putih dan sel anast berakumulasi menyebabkan peningkatan aliran
darah ketempat tersebut aktivitas osteoblast terangsang dan terbentuk tulang baru umatur yang
disebut callus. Bekuan fibrin direabsorbsidan sel- sel tulang baru mengalami remodeling untuk
membentuk tulang sejati.
 Insufisiensi pembuluh darah atau penekanan serabut syaraf yang berkaitan dengan pembengkakan
yang tidak di tangani dapat menurunkan asupan darah ke ekstrimitas dan mengakibatkan
kerusakan syaraf perifer. Bila tidak terkontrol pembengkakan akan mengakibatkan peningkatan
tekanan jaringan, oklusi darah total dan berakibat anoreksia mengakibatkan rusaknya serabut syaraf
maupun jaringan otot. Komplikasi ini di namakan sindrom compartment.
 Trauma pada tulang dapat menyebabkan keterbatasan gerak dan ketidak seimbangan, fraktur
terjadi dapat berupa fraktur terbuka dan fraktur tertutup. Fraktur tertutup tidak disertai kerusakan
jaringan lunak seperti tendon, otot, ligament dan pembuluh darah (Smeltzer dan Bare, 2001).
 Pasien yang harus imobilisasi setelah patah tulang akan menderita komplikasi antara lain : nyeri,
iritasi kulit karena penekanan, hilangnya kekuatan otot. Kurang perawatan diri dapat terjadi bila
sebagian tubuh di imobilisasi, mengakibatkan berkurangnyan kemampuan prawatan diri
(Carpenito, 2007).
 Reduksi terbuka dan fiksasi interna (ORIF) fragmen- fragmen tulang di pertahankan dengan pen,
sekrup, plat, paku. Namun pembedahan meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi.
Pembedahan itu sendiri merupakan trauma pada jaringan lunak dan struktur yang seluruhnya tidak
mengalami cedera mungkin akan terpotong atau mengalami kerusakan selama tindakan operasi
(Price dan Wilson, 2006).
 Manifestasi klinis fraktur adalah 3. Pada fraktur panjang, terjadi
nyeri, hilangnya fungsi, deformitas, pemendekan tulang yang sebenarnya
pemendekan ekstrimitas, krepitus, karena kontraksi otot yang melekat
pembengkakan local, dan diatas dan dibawah tempat fraktur.
perubahan warna. 4. Saat ekstrimitas di periksa dengan
1. Nyeri terus menerus dan bertambah tangan, teraba adanya derik tulang
beratnya sampai fragmen tulang di yang dinamakan krepitus yang teraba
imobilisasi, spasme otot yang akibat gesekan antara fragmen satu
menyertai fraktur merupakan bentuk dengan yang lainya.
bidai alamiah yang di rancang untuk 5. Pembengkakan dan perubahan
meminimalkan gerakan antar fragmen warna local pada kulit terjadi sebagai
tulang. akibat dari trauma dan perdarahan
2. Setelah terjadi fraktur, bagian- yang mengikuti fraktur. Tanda ini
bagian tak dapat digunakan dan biasanya baru terjadi setelah beberapa
cenderung bergerak tidak alamiah jam atau hari setelah cedera
bukan seperti normalnya, pergeseran
fraktur menyebabkan deformitas,
ekstrimitas yang bias di ketahui
dengan membandingkan dengan
ekstrimitas yang normal. Ekstrimitas
tidak dapat berfungsi dengan baik
karena fungsi normal otot bergantung
pada integritas tulang tempat
melekatnya otot.
Hal yang perlu di Cara Pemeriksaan Fisik:
evaluasi:  LOOK: menilai warna
 kulit yang melindungi dan perfusi, luka,
pasien dari deformitas,
kehilangan cairan pembengkakan, dan
dan infeksi, memar
 fungsi neuromuskular  FEEL: menggunakan
 status sirkulasi, palpasi untuk
 integritas ligamentum
memeriksa daerah
dan tulang. nyeri tekan, fungsi
neurologi, dan
krepitasi
 MOVE: memeriksa
Range of Motion dan
gerakan abnormal
 Pemeriksaan rontgen :  Kreatinin :
untuk menentukan lokasi, luas Trauma otot meningkatkan
dan jenis fraktur . beban kreatinin untuk klirens
 Scan tulang, tomogram, ginjal
CT- scan/ MRI :
memperlihatkan fraktur dan  Profil koagulasi :
mengidentifikasi kerusakan perubahan dapat terjadi
jaringan lunak pada kehilangan darah,
 Pemeriksaan darah transfuse multiple, atau
lengkap : cedera hati
Ht mungkin meningkat
(hemokonsentrasi) atau
menurun (perdarahan
bermakna pada sisi fraktur
atau organ jauh pada trauma
multiple).
 Menurut Mansjoer (2000) dan Muttaqin (2008)
konsep dasar yang harus dipertimbangkan
pada waktu menangani fraktur yaitu :
rekognisi, reduksi, retensi, dan rehabilitasi
1. Rekognisi (Pengenalan )
Riwayat kecelakaan, derajat keparahan, harus
jelas untuk menentukan diagnosa dan tindakan
selanjutnya. Contoh, pada tempat fraktur tungkai
akan terasa nyeri sekali dan bengkak. Kelainan
bentuk yang nyata dapat menentukan
diskontinuitas integritas rangka.
2. Reduksi (manipulasi/ reposisi)
Reduksi adalah usaha dan tindakan untuk
memanipulasi fragmen fragmen tulang yang patah
sedapat mungkin kembali lagi seperti letak asalnya.
Upaya untuk memanipulasi fragmen tulang sehingga
kembali seperti semula secara optimal. Reduksi fraktur
dapat dilakukan dengan reduksi tertutup, traksi, atau
reduksi terbuka.
Reduksi fraktur dilakukan sesegera mungkin untuk
mencegah jaringan lunak kehilangan elastisitasnya
akibat infiltrasi karena edema dan perdarahan. Pada
kebanyakan kasus, reduksi fraktur menjadi semakin sulit
bila cedera sudah mulai mengalami penyembuhan
(Mansjoer, 2002).
3. Retensi (Immobilisasi)
Upaya yang dilakukan untuk menahan fragmen tulang sehingga
kembali seperti semula secara optimal atau di pertahankan dalam
posisi kesejajaran yang benar sampai terjadi penyatuan. Imobilisasi
dapat dilakukan dengan fiksasi eksterna atau interna. Metode fiksasi
eksterna meliputi pembalutan, gips, bidai, traksi kontinu, pin, dan
teknik gips, atau fiksator eksterna. Implan logam dapat di gunakan
untuk fiksasi intrerna yang berperan sebagai bidai interna untuk
mengimobilisasi fraktur. Fiksasi eksterna adalah alat yang diletakkan
diluar kulit untuk menstabilisasikan fragmen tulang dengan
memasukkan dua atau tiga pin metal perkutaneus menembus
tulang pada bagian proksimal dan distal dari tempat fraktur dan pin
tersebut dihubungkan satu sama lain dengan menggunakan
eksternal bars. Teknik ini terutama atau kebanyakan digunakan
untuk fraktur pada tulang tibia, tetapi juga dapat dilakukan pada
tulang femur, humerus dan pelvis (Mansjoer, 2000).
4. Rehabilitasi Mengembalikan aktifitas
fungsional semaksimal mungkin untuk
menghindari atropi atau kontraktur. Bila
keadaan mmeungkinkan, harus segera
dimulai melakukan latihan-latihan untuk
mempertahankan kekuatan anggota
tubuh dan mobilisasi (Mansjoer, 2000).
TINDAKAN PEMBEDAHAN
1. ORIF (OPEN REDUCTION AND INTERNAL FIXATION)
- Insisi dilakukan pada tempat yang mengalami
cidera dan diteruskan sepanjang bidang anatomik
menuju tempat yang mengalami fraktur
- Fraktur diperiksa dan diteliti
- Fragmen yang telah mati dilakukan irigasi dari luka
- Fraktur di reposisi agar mendapatkan posisi yang
normal kembali
- Saesudah reduksi fragmen-fragmen tulang
dipertahankan dengan alat ortopedik berupa; pin,
sekrup, plate, dan paku
Keuntungan: Kerugian
Reduksi akurat - Kemungkinan terjadi
Stabilitas reduksi tinggi infeksi
Pemeriksaan struktu - Osteomielitis
neurovaskuler
Berkurangnya kebutuhan
alat imobilisasi eksternal
Penyatuan sendi yang
berdekatan dengan tulang
yang patah menjadi lebih
cepat
Rawat inap lebih singkat
Dapat lebih cepat
kembali ke pola kehidupan
normal
EKSTERNAL FIKSASI
 Metode alternatif manajemen fraktur dengan
fiksasi eksternal, biasanya pada ekstrimitas dan
tidak untuk fraktur lama
 Post eksternal fiksasi, dianjurkan penggunaan
gips.
 Setelah reduksi, dilakukan insisi perkutan untuk
implantasi pen ke tulang
 Lubang kecil dibuat dari pen metal melewati
tulang dan dikuatkan pennya.
 Perawatan 1-2 kali sehari secara khusus, antara
lain:
 Obsevasi letak pen dan area
 Observasi kemerahan, basah dan rembes
 Observasi status neurovaskuler distal fraktur
 Osteitis pubis
 Yaitu terdapat peradangan pada
tulang kemaluan kanan dan kiri
bertemu dibagian depan bawah
panggul.
 Slipped capital femorah epiphysis
 Adalah gangguan pinggul yang di
akibatkan peningkatan
peningkatan/penurunan efifisis.
 Snapping hip syndrom
 Adalah kondisi yang di tandai dengan
suara sensasi gertakan ‘’pop’’.
MEMAHAMI DAN
MENJELASKAN KERINGANAN
SHOLAT BAGI ORANG SAKIT
 Daftar pustaka :
 Manajemen fraktur pada trauma muskuloskeleteal, Jurnal Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana
 http://digilib.unimus.ac.id/files//disk1/135/jtptunimus-gdl-
nurhidayah-6731-2-babii.pdf
 Diktat muskulo skeletal dr.Syamsir, Fakultas Kedokteran Universitas
Yarsi, 2019

Anda mungkin juga menyukai