BERDASARKAN
KOMPOSISI MASERAL DI KABUPATEN BARRU
SULAWESI SELATAN
2
BATUBARA
adalah suatu endapan yang tersusun dari bahan organik (organic) dan bukan organic (inorganic). Bahan
organik berasal dari sisa tumbuh-tumbuhan yang telah mengalami berbagai tingkat pembusukan
(decomposition) dan perubahan sifat-sifat fisik serta kimia baik sebelum maupun sesudahYour
tertutup oleh
Logo or Name Here
endapan lain di atasnya (Stach, 1975).
3
Fasies dari maseral yang diperoleh dari Menurut Cook (1982), sedikitnya kandungan
hasil analisis maseral telah digunakan vitrinit dapat memberikan petunjuk bahwa
untuk mengetahui lingkungan lapisan batubara tersebut relatif berada di
pengendapan pada saat pengendapan bagian atas, sedangkan banyaknya vitrinit
gambut (Diessel, 1986). Komposisi menunjukkan lapisan batubara tersebut berada
maseral pada batubara diyakini di bagian bawah. Pada lingkungan lower delta
menunjukkan material organik yang plain(laut dangkal) umumnya kandungan
mengkonstribusi pada pengendapan vitrinit banyak, sedangkan sebaliknya pada
gambut, dan kondisi selama lingkungan upper delta plain (laut dalam) dan
pengendapan. Kondisi ini termasuk meanderingfluvial, bila vitrinit banyak, maka
tinggi muka air tanah, pH, pembusukan ditafsirkan kecepatan penurunan cekungan
dari bakteri aerobik dan anaerobik, serta berjalan cepat, artinya muka air tinggi,
mekanisme pecahnya material organik sedangkan jika kandungan vitrinit sedikit
yang menunjukkan transportasi selama ditafsirkan kecepatan penurunan berjalan pelan,
pengendapan. artinya muka air rendah
GelificationIndex(GI)
No No Conto TPI GI
1 DD101 1,30 20,88 Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai GI yang dihasilkan pada
2 DD102 1,34 19,70
3 DD103 2,07 24,56 lapisan batubara untuk masing-masing daerah penelitian cukup
4 DD201 1,15 76,00
5 DD202 1,20 30,18 tinggi, bahkan ada satu titik yang nilainya berada di atas seratus
6 PL101 0,69 35,67
7 PL102 1,08 15,57
(conto PL103). Hal ini dikarenakan karakteristik batubara di
8 PL103 0,90 108,67 daerah penelitian (Sulawesi Selatan) dan batubara Tersier
9 PD101 0,93 35,00
10 PD102 0,89 29,79 Indonesia pada umumnya, memiliki kandungan maseralinertinit
yang sangat kecil (rata-rata 1,2%).
DD201 Telmatic
Marsh
DD202
10
Limnic Fen
Wet forest swamp
Dry forest
swamp
Terrestrial
0
0 , 00 0 , 50 1 , 00 1 , 50 2 , 00 2 , 50 3 , 00 3 , 50
Marsh
DD101 DD103
DD102
10
Limnic Fen
Wet forest swamp
Dry forest
Terrestrial
0
100 PL103
Telmatic
Marsh
PL101
10
PL102
Fen
Wet forest swamp
Limnic
Dry forest
swamp
Terrestrial
0
0 , 00 0 , 50 1 , 00 1 , 50 2 , 00 2 , 50 3 , 00 3 , 50
Telmatic
PD101
Marsh
PDD102
10
Limnic Fen
Wet forest swamp
Dry forest
swamp
0
Terrestrial
0 , 00 0 , 50 1 , 00 1 , 50 2 , 00 2 , 50 3 , 00 3 , 50
• Berdasarkan hasil analisis maseral, umumnya batubara di daerah penelitian didominasi oleh
maseralvitrinit dengan persetase antara 42,8 – 88,4%. Maseralliptinit dijumpai dengan
persentase antara 0,4 – 4,2% dan inertinit 0,6 – 4,4%.
• Rekonstruksi fasies pengendapan dengan bantuan diagram Diessel memberikan gambaran
bahwa secara umum lapisan batubara di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan terendapkan pada
lingkungan marsh.
• Batubara di daerah penelitian mengindikasikan bahwa karakteristik batubaranya kaya akan
kandungan sulfur dan mineral matter, sehingga akan ada kendala dalam pemanfaatannya.
THANK YOU
TERIMA KASIH
Kalle Persson
+1 23 987 6554
kalle@email.com
www.fabrikam.com