Anda di halaman 1dari 26

STUDI FASIES PENGENDAPAN BATUBARA

BERDASARKAN
KOMPOSISI MASERAL DI KABUPATEN BARRU
SULAWESI SELATAN
2

BATUBARA
adalah suatu endapan yang tersusun dari bahan organik (organic) dan bukan organic (inorganic). Bahan
organik berasal dari sisa tumbuh-tumbuhan yang telah mengalami berbagai tingkat pembusukan
(decomposition) dan perubahan sifat-sifat fisik serta kimia baik sebelum maupun sesudahYour
tertutup oleh
Logo or Name Here
endapan lain di atasnya (Stach, 1975).
3

Bahan-bahan bukan organik terdiri dari bermacam-macam


mineral (mineral matters) terutama mineral-mineral lempung,
karbonat, sulfida, silikat, dan beberapa mineral lainnya
(Taylor, dkk., 1998).

Secara optik bahan-bahan organik pembentuk batubara disebut maseral (maceral).


Maseral pada batubara analog dengan mineral pada batuan atau bagian terkecil
dari batubara yang bisa teramati dengan mikroskop. Maseral-maseral ini
dikelompokkan menjadi tiga kelompok utama yaitu kelompok vitrinit,
liptinit (eksinit), dan inertinit.
Your Logo or Name Here
MASERAL

VITRINIT LIPTINIT INERTINIT


Kelompok ini berasal Kelompok ini sering juga Kelompok inertinit diduga
disebut eksinit (extinite)
dari tumbuhan yang berasal dari tumbuhan yang
berasal dari jenis tanaman
mengandung serat kayu sudah terbakar (charcoal)
yang relatif rendah
(woodytissues) seperti tingkatannya seperti spora dan sebagian lagi
batang, dahan, akar, dan (spores), ganggang (algae), diperkirakan berasal dari
serat-serat daun kulit luar (culticles), getah maseral lainnya yang telah
tanaman (resin), dan
serbuk sari (pollen). mengalami proses oksidasi
Your Logo or Name Here
KENAMPAKAN MIKROSKOPIS MASERAL

Brown Coal HV Bituminous LV Bituminous


Coal Coal

Trans. Refl. Trans. Refl. Trans. Refl.

Vitrinite Yellow- Medium Red Medium Deep Pale grey


red grey grey red

Liptinite Light Dark Yellow Dark Red Pale grey


yellow greyblack grey

Inertinit Brown Pale Brown Pale Opaque White


Trans.: transmitted light
e opaque greywhite opaque greywhite
(thin section)
Refl.: reflected light
(polished section)

Your Logo or Name Here


ANALISIS KOMPOSISI
6 MASERAL
Analisis komposisi maseral
adalah analisis untuk
menentukan persentasi
kandungan maseral dari
suatuconto batubara. Dalam
pengamatan ini digunakan
mikroskop sinar pantul Carl
ZeissMicroscope dan
PointCounter Model F
dengan pembesaran 400 kali

Your Logo or Name Here


Hasil Analisis Maseral menggunakan Standar Australia
(AS 2856, 1986)
7
Komposisi Maseral dan
Mineral
No No Conto Vitrinite (% Liptinite Inertinite Mineral
vol.) (% vol.) (% vol.) (% vol.)

1 DD101 87,7 4,0 4,2 4,1


2 DD102 78,8 2,0 4,0 15,2
3 DD103 88,4 2,4 3,6 5,6
4 DD201 76,0 4,2 1,0 18,8
5 DD202 66,4 3,2 2,2 28,2
6 PL101 42,8 2,2 1,2 53,8
7 PL102 72,0 2,2 4,2 21,6
8 PL103 65,2 1,2 0,6 33,0
9 PD101 84,0 2,2 2,4 11,4
10 PD102 85,6 0,4 0,6 13,4

Your Logo or Name Here


8

Hasil pengamatan grup maseral pada conto


batubara memperlihatkan kandungan vitrinit
yang sangat dominan (hampir seluruh conto
didominasi oleh vitrinit berupa telovitrinit dan
gelovitrinit). Liptinit adalah grup maseral
terbanyak kedua yang ditemukan dalam setiap MASERAL
conto, dan inertinit hampir jarang ditemukan
(sangat sedikit jumlahnya). Grup inertinit ini
pun muncul hanya berupa maseral sclerotinit
yang merupakan ciri khas batubara Tersier.

Your Logo or Name Here


MARKET OPPORTUNITY Hasil Analisis Pengukuran Reflektansi Vitrinit
9 pada Conto Batubara.
Analisis reflektansi vitrinit
No No Conto Mean Stdv Rank Batubara
adalah analisis untuk 1 DD101 0,3009 0,0225 Lignite
menentukan besarnya intensitas 2 DD102 0,2924 0,0347 Lignite
sinar yang dipantulkan kembali 3 DD103 0,2898 0,0465 Lignite
4 DD201 0,2564 0,0587 Lignite
oleh maseral vitrinit. 5 DD202 0,2977 0,0276 Lignite
Peningkatan besaran intensitas 6 PL101 0,3020 0,0245 Lignite
ini bersifat progresif dengan 7 PL102 0,3531 0,0459 Lignite
8 PL103 0,3125 0,0422 Lignite
meningkatnya pembatubaraan, 9 PD101 0,7975 0,0293 High VolaltileBituminous A
sehingga dapat digunakan 10 PD102 0,7670 0,0500 High VolatileBituminous A
sebagai parameter tingkat
kematangan (peringkat) suatu
lapisan batubara

Your Logo or Name Here


10
Jumlah pengukuran reflektansi untuk setiap conto
mengikuti standar Australia yaitu sebanyak seratus kali
pengukuran atau dapat dilakukan lima puluh kali
pengukuran saja jika nilainya relatif konstan. Karena pada
semua conto batubara yang diamati memiliki nilai
reflektansi yang konstan, maka pengukuran dilakukan
hanya empat puluh kali

Nilai reflektansi yang dipakai untuk menentukan peringkat


batubara adalah nilai reflektansi rata-rata dari seluruh
pengukuran. Berdasarkan hasil pengukuran, peringkat
batubara di Daerah Doi-Doi dan Daerah Padang Lampe
merupakan batubara berperingkat lignite, sedangkan
batubara di Daerah paluda memiliki peringkat
highvolatilebituminous A
(lebih lengkapnya lihat pada Tabel Sebelumnya)
Your Logo or Name Here
11 FASIES PENGENDAPAN BATUBARA

Fasies dari maseral yang diperoleh dari Menurut Cook (1982), sedikitnya kandungan
hasil analisis maseral telah digunakan vitrinit dapat memberikan petunjuk bahwa
untuk mengetahui lingkungan lapisan batubara tersebut relatif berada di
pengendapan pada saat pengendapan bagian atas, sedangkan banyaknya vitrinit
gambut (Diessel, 1986). Komposisi menunjukkan lapisan batubara tersebut berada
maseral pada batubara diyakini di bagian bawah. Pada lingkungan lower delta
menunjukkan material organik yang plain(laut dangkal) umumnya kandungan
mengkonstribusi pada pengendapan vitrinit banyak, sedangkan sebaliknya pada
gambut, dan kondisi selama lingkungan upper delta plain (laut dalam) dan
pengendapan. Kondisi ini termasuk meanderingfluvial, bila vitrinit banyak, maka
tinggi muka air tanah, pH, pembusukan ditafsirkan kecepatan penurunan cekungan
dari bakteri aerobik dan anaerobik, serta berjalan cepat, artinya muka air tinggi,
mekanisme pecahnya material organik sedangkan jika kandungan vitrinit sedikit
yang menunjukkan transportasi selama ditafsirkan kecepatan penurunan berjalan pelan,
pengendapan. artinya muka air rendah

Your Logo or Name Here


Diagram Fasies Menurut Diessel

Tingginya vitrinit dan rendahnya inertinit Dalam penentuan fasies


mengindikasikan bahwa rawa gambut di Daerah Doi- lingkungan pengendapan, Diessel
Doi terletak pada cekungan yang tidak stabil. Akibat menggunakan dua parameter
cekungan yang tidak stabil terjadi perubahan yaitu Tissue Preservation Index
lingkungan yang akan mengakibatkan tingginya (TPI) dan Gelification Index (GI).
pembentukan mineral matter pada lapisan batubara. Harga TPI ditentukan dari
Berdasarkan kontrol fasies lingkungan pengendapannya, perbandingan antara
maka Horne (1978) menyebutkan bahwa batubara yang maseralmaseral yang terawetkan
terbentuk di lingkungan back-barrier cenderung tipis, (tellinit, telocollinit, fusinit, dan
demikian juga pada lingkungan lower delta plain umumnya semifusinit) dengan maseral-
maseral yang struktur selnya
juga tipis, hal ini sesuai dengan yang didapati di daerah
tidak terawetkan dengan baik
penelitian bahwa lapisan-lapisan batubara tersebut
(desmocollinit, makrinit dan
mempunyai ketebalan rata-rata kurang dari 2 meter.
inertodetrinit).

Your Logo or Name Here


Diagram yang menggunakan parameter TPI
dan GI oleh Diessel ditentukan berdasarkan
13 formula sebagai berikut:

GelificationIndex(GI)

merupakan suatu perbandingan


maseral yang terbentuk karena
proses gelifikasi (vitrinit dan
makrinit) terhadap maseral yang
terbentuk karena proses oksidasi
(fusinit, semifusinit, dan
inertodetrinit). Kondisi yang baik
untuk terbentuknya vitrinit dan
makrinit adalah jika gambut
selalu dalam kondisi basah dan
supplai oksigen terbatas
(Lambersonet. al., 1991)

Your Logo or Name Here


Dari formula TPI dan GI ini, maka diperoleh angka TPI
dan GI seperti yang diperlihatkan pada tabel 5.

No No Conto TPI GI
1 DD101 1,30 20,88 Dari tabel di atas terlihat bahwa nilai GI yang dihasilkan pada
2 DD102 1,34 19,70
3 DD103 2,07 24,56 lapisan batubara untuk masing-masing daerah penelitian cukup
4 DD201 1,15 76,00
5 DD202 1,20 30,18 tinggi, bahkan ada satu titik yang nilainya berada di atas seratus
6 PL101 0,69 35,67
7 PL102 1,08 15,57
(conto PL103). Hal ini dikarenakan karakteristik batubara di
8 PL103 0,90 108,67 daerah penelitian (Sulawesi Selatan) dan batubara Tersier
9 PD101 0,93 35,00
10 PD102 0,89 29,79 Indonesia pada umumnya, memiliki kandungan maseralinertinit
yang sangat kecil (rata-rata 1,2%).

Your Logo or Name Here


Fasies Pengendapan
15
• Nilai TissuePreservationIndex(TPI) dan
GelificationIndex(GI) dari hasil analisis maseral
untuk Daerah Doi-Doi telah diperlihatkan pada
tabel sebelumnya. Dari nilai tersebut telah dibuat
diagram lingkungan pengendapan (fasies) lapisan
batubara untuk Daerah Doi-Doi, seperti yang
terlihat pada gambar 1.
LINGKUNGAN PENGENDAPAN • Berdasarkan diagram fasies pengendapan pada
(FASIES) LAPISAN BATUBARA DI DAERAH gambar 1 dapat diinterpretasikan bahwa, lapisan
DOI-DOI (CONTO DD101, DD102, DD103) batubara di Daerah Doi-Doi ini (DD101, DD102,
dan DD103) terbentuk pada lingkungan
pengendapan yang sama yakni pada stadium
marsh.

Your Logo or Name Here


100

DD201 Telmatic

Marsh
DD202

10

Limnic Fen
Wet forest swamp

Dry forest
swamp

Terrestrial
0

0 , 00 0 , 50 1 , 00 1 , 50 2 , 00 2 , 50 3 , 00 3 , 50

Tissue Preservation Index (TPI)

Gambar 1. Diagram Fasies Lingkungan


Pengendapan Batubara Daerah Doi-Doi
(Conto DD101, DD102, dan DD103)
Your Logo or Name Here
17

• Lokasi penelitian yang kedua (conto DD201 dan DD202) berjarak 5


km dari lokasi penelitian yang pertama (DD101, DD102, dan DD103),
namun masih terdapat di daerah yang sama yaitu di Daerah Doi-Doi.
Hasil analisis maseral pada daerah ini menunjukkan angka
TissuePreservationIndex (TPI) dan GelificationIndex (GI) yang
menggambarkan lapisan batubara DD201 terendapkan pada stadium
limnic(diperlihatkan pada gambar 2).

• Stadium limnic adalah stadium dimana lapisan batubara


LINGKUNGAN PENGENDAPAN (FASIES) LAPISAN terendapkan pada lingkungan di bawah permukaan air surut.
BATUBARADI DAERAH DOI-DOI Secara genesanya lingkungan ini bersifat eutroph yaitu kaya
(CONTO DD201 DAN DD202) akan bahan makanan (mineral). Lapisan batubara yang
lingkungan pengendapannya terbentuk pada lingkungan limnic,
akan memberikan konstribusi kandungan abu dan sulfur yang
cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat dari hasil analisis kimia,
dimana lapisan ini memperlihatkan kandungan abu sebesar
20,78% dan kandungan sulfur 2,22%.

Your Logo or Name Here


18

• Sedangkan lapisan batubara DD202 seperti yang terlihat


pada diagram lingkungan pengendapan batubara (gambar
2), diinterpretasikan terendapkan pada stadium marsh.
Lapisan ini memiliki kandungan abu relatif lebih tinggi dari
pada lapisan di atasnya (DD201) yakni 27,99%. Terjadinya
hal ini dimungkinkan sebagai akibat dari perbedaan
stadium lingkungan pengendapan yang berbeda, dimana
LINGKUNGAN PENGENDAPAN (FASIES) LAPISAN
stadium yang lebih dominan dipengaruhi oleh air laut
BATUBARADI DAERAH DOI-DOI
(marine) akan memberikan suatukonstribusi kandungan
(CONTO DD201 DAN DD202)
abu dan sulfur yang lebih tinggi (Horneet. al., 1978).

Your Logo or Name Here


100
Telmatic

Marsh
DD101 DD103
DD102
10

Limnic Fen
Wet forest swamp

Dry forest

Terrestrial
0

0.00 0.50 1.00 1.50 2.00 2.50 3.00 3.50

Tissue Preservation Index (TPI)

Gambar 2. Diagram Fasies Pengendapan


Batubara (Fasies) di Daerah Doi-Doi
(DD201 dan DD202)

Your Logo or Name Here


20 Lapisan batubara Daerah Padang Lampe (conto PL101, PL102,
dan PL103) terendapkan pada dua stadium lingkungan
pengendapan yang berbeda. Stadium yang pertama adalah
telmatic/terrestrial(darat)yang mengontrol terbentuknya lapisan
batubara PL103, yaitu lapisan batubara yang terdapat di bagian
bawah (bottomply). Berdasarkan diagram lingkungan
pengendapan (fasies) pada gambar 3, stadium yang kedua
merupakan stadium marsh yang diinterpretasikan sebagai
kontrol terhadap pembentukan lapisan batubara PL101 dan
PL102 (middleply& top ply).

LINGKUNGAN PENGENDAPAN (FASIES) LAPISAN


BATUBARA DI DAERAH PADANG LAMPE (CONTO
PL101,PL102,DAN PL103)

Your Logo or Name Here


• Ditinjau dari sejarah pembentukannya, setelah lapisan
batubara PL103 (bottomply) terbentuk dalam kondisi
21 telmatic, terjadi proses transgresi yang mengakibatkan
kontrol lingkungan berubah dalam kondisi laut (marine).
Akhirnya untuk tahap pembentukan lapisan batubara yang
berikutnya, yakni lapisan batubara PL102 dan PL101 akan
dikontrol oleh lingkungan pengendapan dalam kondisi
marsh. Hal ini dibuktikan dengan adanya lapisan
batugamping (marine stratum) yang terendapkan di atas
Formasi Malawa yang merupakan formasi pembawa
lapisan batubara di daerah penelitian.Pengamatan secara
makroskopis di lokasi sampling batubara, dijumpai juga
LINGKUNGAN PENGENDAPAN (FASIES) LAPISAN adanya jejak (trace) berupa fosil moluska yang dapat
BATUBARA DI DAERAH PADANG LAMPE (CONTO dijadikan sebagai indikasi terhadap kontrol lingkungan
pengendapan batubara di Daerah Padang Lampe.
PL101,PL102,DAN PL103)

Your Logo or Name Here


1000

100 PL103

Telmatic
Marsh
PL101

10
PL102
Fen
Wet forest swamp
Limnic

Dry forest
swamp
Terrestrial
0

0 , 00 0 , 50 1 , 00 1 , 50 2 , 00 2 , 50 3 , 00 3 , 50

Tissue Preservation Index (TPI)

Gambar 3. Diagram Fasies Pengendapan Batubara Daerah


Padang Lampe (Conto PL101, PL102, dan PL103)

Your Logo or Name Here


Berdasarkan diagram fasies pengendapan lapisan batubara
23 pada gambar 4, lapisan batubara di Daerah Paluda (conto
PD101 dan PD102) diinterpretasikan terbentuk pada
lingkungan pengendapan (fasies) yang sama, yaitu pada
stadium marsh. Dari hasil analisis kimia terhadap
karakteristik lapisan batubara ini, terutama terhadap
kandungan abunya memperlihatkan perbedaan angka yang
tidak terlalu ekstrim (kandungan abu PD101 sebesar 10,55%
dan PD102 sebesar 14,71%). Hal ini mendukung interpretasi
bahwa kedua lapisan batubara tersebut dikontrol lingkungan
LINGKUNGAN PENGENDAPAN (FASIES) LAPISAN pengendapan yang sama. Lingkungan pengendapan yang sama
akan memberikan variasi komposisi batubara yang sama,
BATUBARA DI PALUDA (CONTO PD101 DAN PD102). sedangkan lingkungan (fasies) yang berbeda akan
memberikan variasi komposisi batubara yang berbeda pula.

Your Logo or Name Here


100

Telmatic
PD101
Marsh
PDD102

10

Limnic Fen
Wet forest swamp

Dry forest
swamp

0
Terrestrial
0 , 00 0 , 50 1 , 00 1 , 50 2 , 00 2 , 50 3 , 00 3 , 50

Tissue Preservation Index (TPI)

Gambar 4. Diagram Fasies Pengendapan


Batubara (Fasies) di Daerah Paluda
(Conto PD101 dan PD102)

Your Logo or Name Here


KESIMPULAN

• Berdasarkan hasil analisis maseral, umumnya batubara di daerah penelitian didominasi oleh
maseralvitrinit dengan persetase antara 42,8 – 88,4%. Maseralliptinit dijumpai dengan
persentase antara 0,4 – 4,2% dan inertinit 0,6 – 4,4%.
• Rekonstruksi fasies pengendapan dengan bantuan diagram Diessel memberikan gambaran
bahwa secara umum lapisan batubara di Kabupaten Barru Sulawesi Selatan terendapkan pada
lingkungan marsh.
• Batubara di daerah penelitian mengindikasikan bahwa karakteristik batubaranya kaya akan
kandungan sulfur dan mineral matter, sehingga akan ada kendala dalam pemanfaatannya.
THANK YOU
TERIMA KASIH
Kalle Persson
+1 23 987 6554
kalle@email.com
www.fabrikam.com

Anda mungkin juga menyukai